Objektif:
Menyerang orang lain
Melukai diri sendiri atau orang lain
Merusak lingkungan
Perilaku agresif atau amuk
Minor
Subjektif: -
Objektif:
Mata melotot atau pandangan tajam
Tangan mengepal
Rahang mengatup
Wajah memerah
Postur tubuh kaku
1) Faktor Biologis
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit, dan trauma kepala, Banyak
bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidak
seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan (Eko Prabowo, 2014).
2) Faktor psikologis
Pada pasien yang mengalami risiko perilaku kekerasan, terdapat asumsi
bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang mengalami hambatan
akan timbul dorongan asertif yang dapat memicu pasien untuk melakukan
perilaku kekerasan (Sutejo, 2017).
3) Faktor sosialbudaya
Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak
dapat diterima. (Farida,2012)
2. Faktor Presipitasi
4) Perilaku
Respons perilaku hasil dari respons emosional dan fisiologis (Yusuf, 2015)
5) Sosial
Menurut Yusuf (2011), pengkajian resiko perilaku kekerasan pada faktor social:
meliputi :
a) Menarik diri
b) Pengasingan
c) Penolakan
d) Kekerasan
4. Mekanisme Koping
1) Konstruktif
Mekanisme konstruktif terjadi ketika kecemasan diperlakukan sebagai sinyal
peringatan dan individu menerima sebagai tantangan untuk menyelesaikan
masalah, menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa
menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan pada individu (Yusuf, 2015).
2) Destruksif
Mekanisme koping destruksif menghindari kecemasan tanpa menyelesaikan
konflik. Pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan , apabila perasaan marah
diekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan
karena ia merasa kuat. Cara ini menimbulkan masalah yang berkepanjangan
dan dapat menimbulkan tingkah laku yang destruktif dan amuk (Yusuf, 2015).
5. Sumber Koping
Menurut Widi Astuti (2017), mengungkapkan bahwa sumber koping dibagi
menjadi 4, yaitu:
1) Kemampuan personal
Meliputi kemampuan untuk mencari informasi terkait masalah, kemampuan
mengidentifikasi masalah, pertimbangan alternative, kemampuan untuk untuk
mengungkapkan masalah, tidak semangat menyelesaikan masalah, kemampuan
mempertahankan hubungan interpersonal, dan identitas ego tidak adekuat.
2) Dukungan sosial
Meliputi dukungan dari keluarga dan masyarakat, keterlibatan atau perkumpulan
dimasyarakat dan pertentangan nilai budaya.
3) Aset Materi
Meliputi penghasilan yang layak, tidak mempunyai tabungan untuk
mengantisipasi hidup, tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Keyakinan positif
Adanya motivasi dan penilaian terhadap pelayanan kesehatan.
C. Pohon Masalah
Perilaku Kekerasan
Halusinasi
D. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
Risiko perilaku kekerasan adalah beresiko memebahayakan secara fisik,
emosi adn atau seksual pada diri sendiri ataupun orang lain (PPNI, 2016). Perilaku
kekerasan adalah kemarahan yang diekspreikan secara berlebihan dan tidak
terkendali secara verbal sampai dengan mencederai orang lain dan atau lingkungan
(PPNI, 2016).
Data Subjektif:
• Mengancam
• Mengumpat
• Suara keras
• Bicara ketus
Data Objektif:
• Menyerang orang lain
• Melukai diri sendiri atau orang lain
• Merusak lingkungan
• Perilaku agresif atau mengamuk
• Tangan mengepal
• Rahang mengatup
• Mata melotot atau pandangan tajam
E. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku kekerasan
Kriteria Hasil:
2. Perilaku
Klien dapat 2. Kaji pengetahuan kekerasa dapat
menyebutkn klien tentaang teridentifikasi
minimal satu perilaku kekerasan lebih awal
penyeab perilaku dan tanda –
kekerasan, pasien tandanya.
dapat
mengungkapkan
3. Dapat
penyebab marah, 3. Diskusikan dengan
melakukan
baik dari diri pasien penyebab
penatalaksanaan
sendiri, orang lain perilaku kekerasan
sesuai penyebab
dan lingkungan`
G. DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
2) Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan untuk keluarga pada dengan risiko perilaku
kekerasan:
a) Tujuan khusus : pasien mendapat dukungan untuk mengontrol perilaku kekerasan :
keluarga mampu mengenal masalah RPK dan melatih cara fisik.
(1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
(2) Jelaskan pengertian, tanda gejala, dan proses terjadinya perilaku kekerasan
(3) Jelaskan cara merawat perilaku kekerasan
(4) Latih satu cara merawat perilaku kekerasan : latihan fisik
(5)Anjurkan membantu sesuai jadwal dan member pujian.
b) Tujuan khusus : pasien mendaptkan dukungan untuk mengontrol perilaku kekerasan :
keluarga mampu membimbing minum obat
(1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih dengan latihan fisik.
Beri pujian
(2) Jelaskan 6 benar cara minum obat
(3) Latih cara memberikan/membimbing minum obat
(4) Anjurkan untuk membantu sesuai jadwal dan member pujian.
c) Tujuan khusus : Mendapatkan dukungan untuk mengontrol perilaku kekerasan: keluarga
mampu membimbing minum obat
(1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih dengan latihan fisik dan
memberikan obat. Beri pujian.
(2) Latih carabimbing verbal/bicara.
(3) Latih cara membimbing kegiatan spiritual.
(4) Anjurkan membantu sesuai jadwal dan memberikan pujian.
d) Tujuan khusus :keluarga mampu melakukan follow up ke pusat kesehatan masyarakat
(PMK), mengenali tanda kambuh, melakukan rujukan.
(1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih dengan latihan fisik, memberikan
obat, verbal dan spiritual dan follow up. Beri pujian
(2) Jelaskan follow up ke Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM), tanda kambuh, rujukan.
(3) Anjurkan membantu sesuai jadwal dan memberikan pujian. Diatas adalah strategi
pelaksanaan untuk masalah keperawatan risiko perilaku kekerasan, dan rencana tindakan
keperawat.