Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI

Oleh :

NAMA : AHMAD SAFI’I


NIM : 2020207209032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2021

A. Masalah Utama : Halusinasi


1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek rangsangan
dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra.
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa
mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas (Yusuf, et all, 2015).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi presepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau
rangsangan yang nyata (Direja, 2011 dalam Prabawati 2019).

2. Tanda dan Gejala Halusinasi


Adapun tanda dan gejala halusinasi yaitu, sebagai berikut:
a. Bicara, senyum, tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup
(mencium) dan merasa suatu yang tidak nyata.
c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
e. Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.
f. Sikap curiga dan saling bermusuhan.
g. Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal.
h. Menarik diri menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan.
j. Ketakutan.
k. Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti
pakaian, berhias yang rapi.
l. Mudah tersinggung, jengkel, marah.
m. Menyalahkan diri atau orang lain.
n. Muka marah kadang pucat.
o. Ekspresi wajah tegang.
p. Tekanan darah meningkat.
q. Nafas terengah-engah.
r. Nadi cepat
s. Banyak keringat.

3. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Kusumawati dan Hartono (2011) dalam Prabawati (2019), jenis-
jenis halusinasi yaitu:
a. Halusinasi pendengaran
Klien seperti mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas
ataupun yang jelas, dimana terkadang suara-suara tersebut seperti
mengajak berbicara klien dan kadang memerintah klien untuk
melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan
Klien mendapat stimulasi visual dalam bentuk kilatan atau cahaya,
gambar atau bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penciuman
Klien seperti mencium bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine,
feses, parfum atau bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang
pasca serangan stroke, kejang, atau dimensia.
d. Halusinasi pengecapan
Klien merasa mengecap rasa seperti darah, urine ,feses , atau yang
lainnya
e. Halusinasi perabaan
Klien merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan
tanpa stimulus yang jelas.
f. Halusinasi cenesthetic
Klien merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan,makanan atau pembentukan urine. Halusinasi kinesetika,
yaitu klien merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
4. Tingkatan Halusinasi
Menurut Direja, (2011) dalam Prabawati (2019) halusinasi berkembang
melalui empat fase yaitu fase comforting, fase condemming, fase
controlling, dan fase conquering. Adapun penjelasan yang lebih detail
dari keempat fase tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Fase comforting
Fase dimana memberikan rasa nyaman atau menyenangkan, tingkat
ansietas sedang secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan.
Karakteristik atau sifat: Klien mengalami stress, cemas, perasaan
perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak dan tidak dapat
diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
b. Fase condemming
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi
menjadi menjijikan. Termasuk dalam psikotikringan. Tingkat
kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati.
Karakteristik atau sifat: Pengalaman sensori menjijikan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berpikir sendiri
jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien
tidak ingin orang lain tau dan dia tetap dapat mengontrolnya.
c. Fase controlling
Fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Tingkat kecemasan klien menjadi berat, halusinasi tidak
dapat ditolak. Karakteristik atau sifat : Bisikan, suara, isi halusinasi
semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi
terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
d. Fase conquering
Fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya
klien yang sepenuhnya sudah dikuasai dan menimbulkan kepanikan
dan ketakutan. Karakteristik atau sifat: Halusinasinya berubah
menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi
takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan
secara nyata dengan orang lain di lingkungan.

5. Rentang Respon Halusinasi

Adaptif Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Distorsi pikiran 1. Ganguan pikir atau


2. Persepsi akurat 2. Ilusi delusi
3. Emosi konsisten 3. Reaksi emosi 2. Halusinasi
dengan pengalaman berlebihan atau 3. Sulit berespon
4. Perilaku sesuai kurang emosi
5. Berhubungan sosial 4. Perilaku aneh atau 4. Perilaku
harmonis tidak biasa disorganisasi
5. Menarik diri 5. Isolasi sosial

B. Proses Terjadinya Halusinasi


1. Faktor Predisposisi
Adapun fakor predisposisi pada haluinasi yaitu:
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalmya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan
terhadap stress
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
(unwanted child) akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak
percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadi gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami sesorang maka didalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang bersifat halusinogenik neurokimia seperti
Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP). Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivitasinya neurotransmitter otak.
Misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylcholine dan dopamine.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dalam alam nyata menuju alam khayal.
e. Faktor Genetik
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
Skizofrenia akan mengalami Skizofrenia. Hasil studi menunjukan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi pada halusinasi diantaranya:
a. Stresor Sosial Budaya
Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau
diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan halusinasi.
b. Faktor Biokimia
Penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat
halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas
termasuk halusinasi.
c. Faktor Psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstream dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan
berkembangnya gangguan orientasi realistis. Pasien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak
menyenangkan.
d. Faktor Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi
realitas berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi,
motorik, dan social.
3. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi Stuart
dan Laraia (2005) dalam Setiawan (2017), adalah:
a. Register,  menjadi malas beraktifitas sehari-hari.
b. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
c. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien

4. Sumber Koping
Adapun sumber koping pada halisinasi yaitu:
a. Kemampuan personal
Dimana klien mau mengikuti pengobatan atau terapi yang diberikan
oleh perawat.
b. Dukungan sosial
Keluarga memiliki peranan penting bagi pencegahan masalah
psikologis yang kerap muncul pada pasien yang mengalami risiko
perilaku kekerasan. Dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga
terutama orangtua terhadap pasien dapat menurunkan depresi pasien,
meningkatkan ketenangan dan semangat bagi kesembuhan.
c. Aset materi
Dukungan material merupakan salah satu sumber yang dapat
mendukung individu unutk menyelesaikan masalahnya
d. Keyakinan positif
Bahwa pasien memiliki keyakinan positif dimana masalah yang
dihadapinya berasal dari Tuhan dan pasien juga yakin bahwa terapi
juga bisa menyembuhkan penyakit dan masalah pada dirinya
C. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan Affeck

Perubahan sensori persepsi :


Halusinasi Core Problem

Isolasi Sosial Causa

Harga Diri Rendah

Gambar 2.1 Pohon Masalah Halusinasi (Fitria, 2009) dalam


Prabawati, 2019)

D. Daftar Masalah
1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial : menarik diri
3. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
4. Resiko perilaku kekerasan

E. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatannya adalah :
Perubahan sensori persepsi : halusinasi

F. Intervensi Keperawatan
No Dx. Perencanaan
. Keperawatan Tujuan Kriteria hasil Intervensi
1. Perubahan TUM: Setelah dilakukan 1. Sapa klien
sensori persepsi : Klien tidak tindakan keperawatan dengan ramah dengan baik
halusinasi mencederai diri selama 4x pertemuan verbal maupun non verbal
sendiri, orang lain diharapkan klien
2. Perkenalkan
dan lingkungan mampu menunjukkan
tanda-tanda percaya diri dengan sopan
TUK 1: kepada perawat dengan 3. Tanyakan
Klien dapat kriteria hasil : nama lengkap klien dan
membina 1. Ekspresi wajah nama panggilan yang
hubungan saling bersahabat disukai
percaya dasar 2. Menunjukkan rasa 4. Jelaskan
untuk kelancaran senang tujuan pertemuan
hubungan 3. Ada kontak mata
5. Jujur dan
interaksi 4. Mau berjabat
seanjutnya tangan menepati janji
5. Mau menyebutkan 6. Tunjukkan
nama sikap empati dan
6. Mau duduk menerima klien apa
berdampingan adanya
dengan perawat 7. Berikan
7. Bersedia
perhatian kepada klien dan
mengungkapkan
perasaan yang perhatian kebutuhan dasar
dirasakan klien

TUK 2: Setelah dilakukan 1. Identifikasi halusinasi: isi,


Klien dapat tindakan keperawatan frekuensi, waktu terjadi,
mengenal selama 4x pertemuan situasi pencetus, perasaan,
halusinasinya dan diharapkan klien tidak respon
dapat mengontrol mengalami halusinasi 2. Jelaskan cara mengontrol
halusinasi dengan dengan criteria hasil : halusinasi: hardik,obat,
cara menghardik 1. Klien bercakap-cakap,
mengungkapkan melakukan kegiatan
tidak mendengar 3. Latih cara mengontrol
suara yang tidak halusinasi dengan
ada wujudnya menghardik
2. Klien melakukan 4. Masukkan pada jadual
control dengan cara kegiatan untuk latihan
menghardik menghardik
3. Klien tidak
berbicara sendiri
TUK 3 : Setelah dilakukan 1. Evaluasi kegiatan
Klien dapat tindakan keperawatan menghardik. Beri pjian
mengontrol selama 4x pertemuan 2. Latih cara mengontrol
halusinasinya diharapkan klien tidak halusinasi dengan obat
dengan obat mengalami halusinasi (jelaskan 6 benar: jenis,
dengan criteria hasil : guna, dosis. frekuensi,
1. Klien cara, kontuinitas minum
mengungkapkan obat)
tidak mendengar 3. Masukkan pada jadual
suara yang tidak kegiatan untuk latihan
ada wujudnya menghardik dan minum
2. Klien melakukan obat
control dengan cara
obat
3. Klien tidak
berbicara sendiri
TUK 4: Setelah dilakukan 1. Evaluasi kegiatan latihan
Klien mendapat tindakan keperawatan menghardik dan obat. Beri
dukungan dari selama 4x pertemuan pujian
keluarga dalam diharapkan klien tidak 2. Latih cara mengontrol
mengontrol mengalami halusinasi halusinasi dengan
halusinasinya dengan criteria hasil : bercakap-cakap saat
dengan bercakap- 1. Klien terjadi halusinasi
cakap mengungkapkan 3. Masukkan pada jadual
tidak mendengar kegiatan untuk latihan
suara yang tidak menghardik, minum obat
ada wujudnya dan bercakap-cakap
2. Klien melakukan
control dengan cara
bercakap-cakap
3. Klien tidak
berbicara sendiri
TUK 5 : Setelah dilakukan 1. Evaluasi kegiatan latihan
Klien dapat tindakan keperawatan menghardik, obat dan
melakukan selama 4x pertemuan bercakap-cakap. Beri
kegiatan harian diharapkan klien tidak pujian
mengalami halusinasi 2. Latih cara mengontrol
dengan criteria hasil : halusinasi dengan
1. Klien melakukan kegiatan harian
mengungkapkan (mulai 2 kegiatan)
tidak mendengar 3. Masukkan pada jadual
kegiatan unutk latihan
suara yang tidak
menghardik, minum obat,
ada wujudnya bercakap-cakap dan
2. Klien melakukan kegiatan harian
control dengan cara
melakukan
kegiatan harian
3. Klien tidak
berbicara sendiri
TUK 6 : Setelah dilakukan 1. Evaluasi kegiatan latihan
Klien dapat tindakan keperawatan menghardik, obat,
melakukan semua selama 4x pertemuan bercakap-cakap dan
kegiatan yang diharapkan klien tidak kegiatan harian. Beri
telah diajarkan mengalami halusinasi pujian.
dengan criteria hasil : 2. Latih kegiatan harian
1. Klien dapat 3. Nilai kemampuan yang
mengontrol telah mandiri
halusiasi 4. Nilai apakah halusinasi
terkontrol
2. Klien tidak
berbicara sendiri
DAFTAR PUSTAKA

Prabawati, L., (2019). “Gambaran Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi


Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia Di Wisma Sadewarumah Sakit Jiwa
Grhasia”. Karya Tulis Ilmiah : Yayasan Keperawatan Yogyakarta.

Yenti, M., (2018). “Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan Halusinasi


Pendengaran Di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir
Selatan Tahun 2018”. Karya Tulis Ilmiah : STIKes Perintis Padang.

Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati.2015. Buku Ajar


Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Setiawan, R. I., (2017). “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Skizofrenia


Simplek Dengan Masalah Gangguan Persepsi Sensori “Halusinasi
Pendengaran” Diruang Flamboyant Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya”.
Karya Tulis Ilmiah : STIKes Insan Cendekia Medika.

Anda mungkin juga menyukai