HALUSINASI
Disusun Oleh :
NIM : 711440118081
Kelas : 3A D3 Keperawatan
KEPERAWATAN
2020
KONSEP TEORI HALUSINASI
A. Konsep Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan dari luar,
gangguan persepsi sensori meliputi seluruh pancaindrahalusinasi merupakan salah satu gejala
gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, perabaan, atau penciuman . pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada (AH.Yusuf,dkk 2015)
2. Jenis-jenis halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Klien mendengar bunyi atau suara,suara tersebut membicarakan tentang pasien dan suara
yang didengar dapat berupa perintah yang memberitahu pasien untuk melakukan
sesuatu,kadang-kadang dapat membahayakan atau mencederai dirinya sendiri.
b. Halusinasi penciuman
Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa klien mencium aroma atau tertentu
seperti urine atau feses atau bau yang bersifat lebih umum atau bau busuk atau bau yang tidak
sedap.
c. Halusinasi penglihatan
Pada klien halusinasi penglihatan,isi halusinasi berupa melihat bayangan yang sebenarnya
tidak ada sama sekali,misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal atau mungkin
sesuatu yang bentuknya menakutkan.
d. Halusinasi pengecapan
3. Etiologi
a) Faktor prediposisi
1. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima oleh lingkungan nya sejak bayi
(unwantedchild) akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan
dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetrytranferase
(DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktifasinyaneurotransmitter otak. Misalnya terjadi tidak keseimbangan
acetylcholin dan dopamin.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penggunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depan nya. Klienlebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
5. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofernia
cenderung mengalami skizofrenia.Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit
ini(Farida,Yudi,2018)
B. Patofisiologi Halusinasi
Fase pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk
dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stres, cemas, perasaan
perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak daapat diselesaikan. Kien
mulai melamun dan memikirkan hal hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong
sementara.Perilaku klien: tersenyum dan tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asik dengan
halusinasinya, dan suka menyendiri.
Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikan.
Termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori menjijikan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai
dirasakan ada bisikan yangtidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya.Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan halusinasinya dan tidak
bisa membedakan realitas.
Fase ketiga
Disebut juga dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik: bisikan, suara, isi
halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa
dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.Perilaku klien: kemauan dikendalikan
halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa
klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
Fase keempat
Disebut juga fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang
kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain
dilingkungannya.Perilaku klien: perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu meresponterhadap perintah
kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang.
Tanda dan Gejala Halusinasi (Satrio,dkk,2015)
4. Melihat bayangan-bayangan
5. Mencium bau-bauan
b.Data Objektif
4. Menutup telinga
8. Menutup hidung
9. Sering meludah
10. Muntah
Subjektif
Objektif
2. Melamun
3. Mondar-mandir
4. Bicara sendiri.
Dimensi halusinasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,ketakutan,perasaan tidak
aman,gelisah dan bingung,perilaku merusak diri,kurangperhatian,tidak mampu
mengambil keputusan,serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak
nyata,Halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi.
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya seolah merupakan tempat
memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak
didapatkan di dunia nyata.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk mensucikan diri
( Yosep 2009).
C. Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia
A.PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga.
1) Tanda dan gejala halusinasi dapat ditemukan dengan wawancara, melalui pertanyaan
sebagai berikut :
a. Apakah mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan?
b. Apakah melihat bayangan-bayangan yang menakutkan?
c. Apakah mencium bau tertentu yang menjijikkan?
d. Apakah merasakan sesuatu yang menjalar di tubuhnya?
e. Apakah merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak mengenakkan?
f. Seberapa sering mendengar suara-suara atau melihat bayangan tersebut?
g. Kapan mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
h. Pada situasi apa mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
i. Bagaimana perasaan mendengar suara atu melihat bayangan tersebut?
j. Apa yang telah dilakukan, ketika mendengar suara dan melihat bayangan tersebut?
2) Tanda dan gejala halusinasi di dapatkan saat observasi :
a. Tampak bicara atau tertawa sendiri
b. Marah-marah tanpa sebab
c. Memiringkan atau mengarahkan telinga ke arah tertentu atau menutup telinga
d. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
e. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
f. Menghidu seperti membaui bau-bauan tertentu
g. Menutup hidung
h. Sering meludah
i. Muntah
j. Menggaruk permukaan kulit
Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan (Fitria, 2009) adalah sebagai berikut
Tindakan keperawatan :
Tindakan keperawatan:
A.Proses Keperawatan
1. Kondisi klien:
o Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
o Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
o Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak
jelas serta melihat setan-setan.
2. Diagnosa keperawatan:
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar