Anda di halaman 1dari 18

KONSEP TEORI DAN STRATEGI PELAKSANAAN

HALUSINASI

Disusun Oleh :

Nama : Sarah S.Rattu

NIM : 711440118081

Kelas : 3A D3 Keperawatan

POLTEKKES KEMENKES MANADO

KEPERAWATAN

2020
KONSEP TEORI HALUSINASI

A. Konsep Halusinasi

1. Pengertian

Halusinasi adalah persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan dari luar,
gangguan persepsi sensori meliputi seluruh pancaindrahalusinasi merupakan salah satu gejala
gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, perabaan, atau penciuman . pasien merasakan stimulus yang
sebetulnya tidak ada (AH.Yusuf,dkk 2015)

Halusinasi sering secara umum ditemukan pada klien skizofrenia,prosesterjadinya


halusinasi pada klien skizofrenia dapat dijelaskan berdasarkan model.

Adaptasi Stuart dan Laraia yaitu faktor predisposisi,faktor prisipitasi,penilaian


stressor,sumber koping dan juga mekanisme kopin(Satrio,dkk,2015)

2. Jenis-jenis halusinasi

Menurut Satrio,dkk(2015),halusinasi terdiri dari

a. Halusinasi pendengaran

Klien mendengar bunyi atau suara,suara tersebut membicarakan tentang pasien dan suara
yang didengar dapat berupa perintah yang memberitahu pasien untuk melakukan
sesuatu,kadang-kadang dapat membahayakan atau mencederai dirinya sendiri.

b. Halusinasi penciuman

Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa klien mencium aroma atau tertentu
seperti urine atau feses atau bau yang bersifat lebih umum atau bau busuk atau bau yang tidak
sedap.

c. Halusinasi penglihatan

Pada klien halusinasi penglihatan,isi halusinasi berupa melihat bayangan yang sebenarnya
tidak ada sama sekali,misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal atau mungkin
sesuatu yang bentuknya menakutkan.

d. Halusinasi pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti darah,urine,feces,atau yang lainnya.


e. Halusinasi perabaaan

Merasa mengalaminyeri,rasa kesetrum atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.

3. Etiologi

a) Faktor prediposisi
1. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
frustasi, hilang percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.
2. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima oleh lingkungan nya sejak bayi
(unwantedchild) akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan
dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetrytranferase
(DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktifasinyaneurotransmitter otak. Misalnya terjadi tidak keseimbangan
acetylcholin dan dopamin.
4. Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penggunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depan nya. Klienlebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
5. Faktor genetik dan pola asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofernia
cenderung mengalami skizofrenia.Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit
ini(Farida,Yudi,2018)
B. Patofisiologi Halusinasi

Penyebab gangguan jiwa

 Fase pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini masuk
dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stres, cemas, perasaan
perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak daapat diselesaikan. Kien
mulai melamun dan memikirkan hal hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong
sementara.Perilaku klien: tersenyum dan tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asik dengan
halusinasinya, dan suka menyendiri.
 Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikan.
Termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori menjijikan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai
dirasakan ada bisikan yangtidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya.Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asik dengan halusinasinya dan tidak
bisa membedakan realitas.
 Fase ketiga
Disebut juga dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik: bisikan, suara, isi
halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa
dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.Perilaku klien: kemauan dikendalikan
halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa
klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
 Fase keempat
Disebut juga fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi
mengancam, memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang
kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain
dilingkungannya.Perilaku klien: perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu meresponterhadap perintah
kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang.
Tanda dan Gejala Halusinasi (Satrio,dkk,2015)

a. Data subjektif,Pasien mengatakan :

1. Mendengar suara-suara atau kegaduhan

2. Mendengar suara yang mengajakbercakap-cakap

3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu

4. Melihat bayangan-bayangan

5. Mencium bau-bauan

6. Merasakan rasa seperti darah,urin atau feses

7. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.

b.Data Objektif

1. Bicara atau tertawa sendiri

2. Marah-marah tanpa sebab

3. Mengarahkan telinga kearah tertentu

4. Menutup telinga

5. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu

6. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.

7. Mencium sesuatu seperti membaui bau-bauan tertentu

8. Menutup hidung

9. Sering meludah

10. Muntah

11. Menggaruk-garuk permukaan kulit.

c. Gejala dan Tanda Mayor menurut SDKI

Subjektif

1. Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan


2. Merasakan sesuatu melalui inderaperabaan,penciuman,perabaan, atau pengecapan.

Objektif

1. Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba, atau mencium sesuatu.

2. Melamun

3. Mondar-mandir

4. Bicara sendiri.

 Dimensi halusinasi
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,ketakutan,perasaan tidak
aman,gelisah dan bingung,perilaku merusak diri,kurangperhatian,tidak mampu
mengambil keputusan,serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak
nyata,Halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi.
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
perhatian klien.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya seolah merupakan tempat
memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak
didapatkan di dunia nyata.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk mensucikan diri
( Yosep 2009).
C. Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia

1. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan.Kebutuhan ini dibagi menjadi :


perlindungan fisik dan perlindungan psikologis. Perlindungan fisik meliputi
perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup seperti penyakit, kecelakaan,
bahaya dari lingkungan dan sebagainya, sedangkan perlindungan psikologis, yaitu
perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing.
Tahap awal halusinasi, klien merasa aman dan nyaman dengan halusinasinya, karena
klien menganggap halusinasi akan mengurangi ketegangannya, namun pada tahap
lanjut klien akan merasa ketakutan karena halusinasi telahmenguasainya
2. Kebutuhan akan hargadiri
Kebutuhan ini terkait, dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih
prestasi, rasa percaya diri dan kemerdekaan diri. Selain itu, orangjuga memerlukan
pengakuan dari orang lain. ( Kementrian Kesehatan,2017).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI

A.PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga.

1) Tanda dan gejala halusinasi dapat ditemukan dengan wawancara, melalui pertanyaan
sebagai berikut :
a. Apakah mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan?
b. Apakah melihat bayangan-bayangan yang menakutkan?
c. Apakah mencium bau tertentu yang menjijikkan?
d. Apakah merasakan sesuatu yang menjalar di tubuhnya?
e. Apakah merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak mengenakkan?
f. Seberapa sering mendengar suara-suara atau melihat bayangan tersebut?
g. Kapan mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
h. Pada situasi apa mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
i. Bagaimana perasaan mendengar suara atu melihat bayangan tersebut?
j. Apa yang telah dilakukan, ketika mendengar suara dan melihat bayangan tersebut?
2) Tanda dan gejala halusinasi di dapatkan saat observasi :
a. Tampak bicara atau tertawa sendiri
b. Marah-marah tanpa sebab
c. Memiringkan atau mengarahkan telinga ke arah tertentu atau menutup telinga
d. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
e. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
f. Menghidu seperti membaui bau-bauan tertentu
g. Menutup hidung
h. Sering meludah
i. Muntah
j. Menggaruk permukaan kulit

B.DIAGNOSIS KEPERAWATAN HALUSINASI

Masalah keperawatan yang muncul berdasarkan (Fitria, 2009) adalah sebagai berikut

1) Risiko tinggi Perilaku Kekerasan.


2) Perubahansensori persepsi halusinasi.
3) Harga diri rendah kronis.
C.RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1) Rencana tindakan untuk klien halusinasi


Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
a. Klien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
c. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal.

Tindakan keperawatan :

a. Membantu klien mengenali halusinasi.


Diskusi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu klien mengenali
halusinasinya. Perawat dapat berdiskusi dengan klien terkait isi halusinasi (apa yang
didengar atau dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabakan halusinasi muncul, dan
perasaan klien saat halusinasi muncul (komunikasinya sama dengan yang diatas).
b. Melatih klien mengontrol halusinasi.
Perawat dapat melatih empat cara dalam mengendalikan halusinasi pada klien.
Keempat cara tersebut sudah terbukti mampu mengontrol halusinasi seseorang.
Keempat cara tersebut adalah menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang
lain, melakukan aktivitas yang terjadwal, dan patuh minum obat dengan enam benar
secara teratur.
2) Rencana Tindakan keperawatan untuk keluarga pasien
Tujuan tindakan untuk keluarga:
a. Mengenal tentang halusinasi
b. Mengambil keputusan untuk merawat halusinasi
c. Merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
d. Memodifikasi lingkungan yang mendukung pasien mengatasi halusinasi
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan untuk anggota keluarga yang mengalami halusinasi

Tindakan keperawatan:

a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien


b. Menjelaskan tentang halusinasi: pengertian, tanda dan gejala, penyebab terjadinya
halusinasi, dan akibat jika halusinasi tidak diatasi.
c. Membantu keluarga mengambil keputusan merawat pasien
d. Melatih keluarga cara merawat halusinasi
e. Membimbing keluarga merawat halusinasi
f. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung
pasien mengatasi halusinasi
g. Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke
fasilitas pelayanan kesehatan
h. Menganjurkan followup ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.
i. Evaluasi
3) Evaluasi keperawatan
a. Klien mampu menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:
 Menghardik halusinasi
 Mematuhi program pengobatan
 Mengajak orang lain bercakap-cakap dengan bila timbul halusinasi.
 Menyusun jadwal kegiatan harian untuk mengurangi waktu luang dan
melaksanakan jadwal kegiatan tersebut secara mandiri.
 Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dalam mengendalikan halusinasi.
b. Evaluasi keperawatan untuk keluarga:
Keluarga dapat:
 Menjelaskan halusinasi yang dialami oleh pasien
 Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi
 Mendemonstrasikan cara merawat pasien halusinasi
 Memodifikasi lingkungan untuk membantu pasien mengatasi masalahnya
 Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
halusinasi.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ”HALUSINASI”
PENGERTIAN Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan persepsi sensori seperti merasakan sensasi palsu
berupa suara,penglihatan,pengecapan,perabaan atau pengindraan.
 Jenis-jenis halusinasi
 Halusinasi Dengar
 Halusinasi Penglihatan
 Halusinasi Penciuman
 Halusinasi Pengecapan
 Halusinasi Perabaan
 Halusinasi Kinestetik
 Halusinasi Visual
TUJUAN  Tujuan intervensi kepeada pasien,agar pasien :
a. Mengenali halusinasi yang dialami
b. Dapat mengontrol halusinasinya
c. Dapat mengikuti program pengobatan secara optimal
d. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
 Tujuan intervensi kepada keluarga,agar keluarga :
a. Dapat merawat pasien dirumah
b. Menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien
PERALATAN  Buku data pasien jiwa
 Buku Konseling
LANGKAH- a. Tindakan Keperawatan Pada Pasien
LANGKAH  Membina hubungan saling percaya dengan pasien
(Selamat pagi/siang bapak/ibu..Saya perawat
Sarah..bagaimana perasaan hari ini?..apakah ada
keluhan?..)
 Perawat membantu pasien untuk mengenal halusinasinya
 Perawat mengkaji isi,waktu,frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi
(Melihat sesuatu? Apakah terus menerus terjadi atau
sewaktu-waktu saja? Kapan dan berapa kali sehari
bapak/ibu mendengarnya? Apakah pada saat sendiri?..)
 Perawat melatih pasien untuk mengontrol halusinasinya
dengan 4 cara yaitu :
1) Menghardik halusinasi
2) Bercakap-cakap dengan orang lain
3) Melakukan aktivitas harian
4) Mengkonsumsi obat secara teratur
b. Tindakan Keperawatan Pada Keluarga
 Perawat menjelaskan kepada keluarga tentang masalah yang
dihadapi oleh pasien
 Perawat menjelaskan kepada keluarga cara merawat pasien
(cara berkomunikasi,pemberian obat dan pemberian aktivitas
kepada pasien)
c. Mencatat hasil kegiatan dalam buku konseling

HAL YANG 1) Keadaan Pasien


PERLU 2) Ruangan tempat konseling
DIPERHATIKA
N
UNIT TERKAIT 1) Loket
2) Poli Umum

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

Masalah Utama           : Halusinasi pendengaran

A.Proses Keperawatan

1. Kondisi klien:
o Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
o Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
o Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak
jelas serta melihat setan-setan.
2. Diagnosa keperawatan:
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar

B.Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1). Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2). Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3). Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama:
menghardik halusinasi
ORIENTASI:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan Poltekkes Manado yang akan merawat
bapak Nama Saya Sarah Rattu,senang dipanggil Sarah. Nama bapak siapa?Bapak Senang
dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
”Apakah bapak  mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar
suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah
pada waktu sendiri?”
” Apa yang bapak  rasakan pada saat mendengar suara itu?”
  ”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara
itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga,
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak  bilang, pergi saya
tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba
lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan D  setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?Bagaimana
kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: 
       bercakap-cakap dengan orang lain 
Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya
Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di
mana? Di sini saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja
cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya
begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada
orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang
dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian
bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta
sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita
latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: 


       melaksanakan aktivitas terjadwal 
Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?  Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai  dua cara yang telah kita latih ?
Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga
untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara?
Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit?
Baiklah.”
Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam).  Wah banyak sekali
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus
sekali  bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga
untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada
pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana
kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna
obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai
jumpa.”

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai   tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita
akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20
menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”
Kerja:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak
minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam
7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang
putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan
yang merah jambu (HP)  3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang.
Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan
dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan
ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat
lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar,
artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan
keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama  kemasannya. Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya  bapak
juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas
per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara
yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban
benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa
pada waktunya minta obat pada perawat atau  pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan
sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang
telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga
a. Tujuan:
1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan
2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di
rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk
sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di
rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien
mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian
jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk
memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung
yang efektif bagi pasien  dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di
rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi
adalah: 
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi,
dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien
SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara
merawat pasien halusinasi.
Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara.
ORIENTASI:
“Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya Sarah perawat yang merawat Bapak”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan apa yang
Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu Ibu?
Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau   marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu
tidak ada.”
“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak
ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara
untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain:
Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan
saja Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan,
tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”. 
”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi
akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan
keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah
melatih Bapak untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau
pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum obat secara
teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange
namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X
sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya
membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum
untuk mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak dengan
cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik suara tersebut.
Bapak  sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk punggung Bapak,
katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-
suara itu datang?   Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu
”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Bu”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi
Bapak?”
“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?”
”Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk  mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?” 
”Jam berapa kita bertemu?”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi

Anda mungkin juga menyukai