Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


PASIEN DENGAN HALUSINASI

Disusun Oleh :
1. Satriyo Mowo Panuluh
2. Ajeng Kusumaningrum
3. Riza Kurniawati
4. Almas Nabila Indralava
5. Syfa Aulia Ajeng Octavia
6. Ilham Prayogi
7. Iga Mawarni
8. Susi Dwi Wardani
9. Adelia Putri Yuniardi
10. Magfiroh

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)

A. Latar Belakang
Sosialisasi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah hubungan sosial. Salah
satu gangguan hubungan sosial pada gangguan pasien jiwa adalah gangguan
persepsi sensori (halusinasi). Halusinasi merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah
salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan persepsi
sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaaan, atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Dampak dari halusinasi yang diterima pasien diantaranya dapat menyebabkan
pasien tidak mempunyai teman dan asyik dengan pikirannya sendiri. Salah satu
penanganannya yaitu dengan melakukan terapi aktivitas kelompok yang bertujuan
untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi dialaminya.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSJ Surakarta sebagian
besar menderita halusinasi. Oleh karena itu, perlu diadakan terapi aktivitas
kelompok tentang halusinasi.

B. Landasan Teori
1. Definisi
Hallucinations can be defined as sensory perceptions for which no
external stimulus exist. The most common types of hallucination are the
following:
1. Auditory-hearing voices or sounds
2. Visual-seeing persons or things
3. Olfactory-smelling odors
4. Gustatory-experiencing tastes
5. Tactile-feeling bodily sensations (Varcarolis, Carson, Shoemaker, 2006:393)
Menurut Varcarolis, halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya
persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang
paling sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voices or
sounds), penglihatan (Visual-seeing persons or things), penciuman (Olfactory-
smelling odors), pengecapan (Gustatory-experiencing tastes).
Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Pasien merasa ada
suara padahal tidak ada stimulus suara. Melihat bayangan orang atau sesuatu
yang menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut. Membaui bau-bauan
tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa. Merasakan
mengecap sesuatu padahal tidak sedang makan apapun. Merasakan sensasi
rabaan padahal tidak ada apapun dalam permukaan kulit.
Diperkirakan lebih dari 90% klien dengan skizofrenia mengalami
halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar klien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa mengalami halusinasi dengar. Suara dapat
berasal dari dalam diri individu atau dari luar dirinya. Suara dapat di kenal
(familiar) misalnya suara nenek yang meninggal. Suara dapat tunggal atau
multiple. Isi suara dapat memerintahkan sesuatu pada klien atau seringnya
tentang perilaku klien sendiri. Klien sendiri merasa yakin bahwa suara itu
berasal dari Tuhan, setan, sahabat, atau musuh. Kadag-kadang suara yang
muncul semacam bunyi bukan suara yang mengandung arti.

2. Faktor Penyebab Halusinasi


a. Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan
erhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
(unwanted child) aka merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suau zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetylcholine dan dopamine.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi
1) Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan
Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan
atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun
atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat
dilihat dari lima dimensi yaitu:
a) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alcohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama.
b) Dimensi Emosional
Perasaan emas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klie tidak
sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi
tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

c) Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk
melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien an tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam
dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu
tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya
atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek
penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan
mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya
dan halusinasi tidak berlangsung.
e) Dimensi Spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangya aktivitas ibadah dan jarang berupaya
secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama sirkadiannya terganggu,
karena ia sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat
terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hiupnya. Ia sering
memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki,
menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya
memburuk.
3. Jenis dan Tanda-tanda Halusinasi
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang
dapat membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan
bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering
akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
g. Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

4. Proses Terjadi Halusinasi


Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut:
a. Fase Pertama (Comforting)
Fase comforting juga di sebut dengan fase menyenangkan. Pada tahap
ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami
stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak,
dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal
yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan
bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika
sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.
b. Fase Kedua (Comdemming)
Ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikkan. Termasuk dalam
psikotik rigan. Karakteristik: pengalaman sensori menjijikkan dan
menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berpikir sendiri jadi
dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin
orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya dan
tidak bisa membedakan realitas.
c. Fase Ketiga (Controlling)
Ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk
dalam gangguan psikotik.
Karakteristik: bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya
terhadap halusinasinya.
Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian
hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat,
tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase Keempat (Conquering)
Panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk dalam psikotik
berat.
Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi mengancam,
memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang
kintrol, dan tidak dapat berhubungan nyata dengan orang lain di lingkungan.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pasien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengenal halusinasi.
b. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
c. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
d. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal.
e. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.

D. Sesi yang digunakan


1. Sesi 1: mengenal halusinasi.
2. Sesi 2: mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
3. Sesi 3: mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
4. Sesi 4: mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal
5. Sesi 5: mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.

E. Sasaran dan Keanggotaan


1. Kriteria Pasien
a. pasien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol
b. pasien yang mengalami perubahan persepsi
2. Proses Seleksi
a. mengobservasi pasien yang masuk kriteria
b. mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria
c. mengumpulkan pasien yang masuk kriteria
d. membuat kontrak dengan pasie yang setuju ikut TAK, meliputi, tujuan TAK
pada pasien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok

F. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup dan memungkinkan
pasien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar.
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
e. Leader, Co-Leader, Fasilitator, Observer berperan sebagaimana mestinya.

2. Evaluasi Proses
a. Leader yang mengkoordinasi kegiatan hari ini dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara
c. Co-leader membantu mengkordinasi seluruh kegiatan
d. Fasilitator mampu memotivasi pesert dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanankan dan bertanggung jawab dalam
antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok
yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dri awal hingga akhir.

3. Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
a. Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat.
b. Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas.

G. Antisipasi Masalah
1. Penanganan terhadap pasien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil pasien
b. Memberi kesempatan pada pasien untuk menjawab sapaan perawat atau
pasien lain
2. Bila pasien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama pasien
b. Tanyakan alasan pasien meninggalkan kegiatan
3. Bila pasien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada pasien yang telah
dipilih.
b. Katakan pada pasien bahwa ada kegiatan lain mungkin diikuti oleh pasien
tersebut
c. jika pasien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak member
pesan pada kegiatan ini.
H. Pengorganisasian
Sesi I
1. Pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat, 17 Januari 2020
Waktu : 08.30 s.d 8.50 (Sesi I )
Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit), Terapi
Kelompok (10 menit), Penutup (5 menit)
Tempat : Ruang TAK Gatot Kaca
Jumlah pasien : 5-6 orang
2. Tim Terapi
a. Leader Sesi I : Satriyo Mowo Panuluh
Uraian Tugas
1). Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2). Memimpin jalannya terapi kelompok
3). Memimpin diskusi
b. Co-leader Sesi I: Adelia Putri Yuniardi
Uraian Tugas
1). Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2). Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3). Membantu memimpin jalannya kegiatan
4). Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Observer Sesi I: Almas
Uraian Tugas
1). Mengamati semua proses kegiatan yang bekaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara.
2). Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok
dengan evaluasi kelompok.
d. Fasilitator Sesi I : Ilham, Magfiroh, Iga M, Riza, Syfa, Ajeng, Susi
Uraian Tugas
1). Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2). Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3). Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4). Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5). Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6). Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
3. Metode dan Media
a) Metode
1) Diskusi
2) Bermain musik
b) Media
1) Papan nama
2) Whiteboard
3) Spidol
4) Kursi
5) Bola pingpong

I. Proses Pelaksanaan
Sesi I: Mengenal Halusinasi
a. Salam Terapeutik
1) Salam terapeutik kepada klien
2) Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (beri papan
nama)
3) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua klien (beri papan
nama)
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mengenai
suara-suara yang didengar
2) Leader menjelaskan aturan main
3) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta ijin kepada
leader
4) Lama kegiatan 45 menit
5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d. Tahap Kerja
1) Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal suara-
suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi
yang membuat terjadi dan perasaan klien pada saat halusinasi muncul
2) Leader meminta klien untuk menceritakan isi halusinasi, waktu terjadinya
situasi yang membuat terjadi dan perasaan klien saat terjadi halusinasi.
Hasilnya ditulis di whiteboard
3) Beri pujian kepada klien yang melakukan dengan baik
4) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi pada saat terjadi dan perasaan klien dari
suara yang bisa didengar
e. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak lanjut
Leader meminta untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaan jika
halusinasi muncul
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati TAK yang akan dating: cara mengontrol halusinasi
b) Menyepakati waktu dan tempat

J. Evaluasi dan Dokumentasi


1. Evaluasi
Formulir yang dievaluasi
Sesi 1 TAK Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Personal/ Halusinasi
No Nama Menyebut Menyebutkan Menyebut Menyebut
Klien Isi Waktu Situasi Perasaan Saat
Halusinasi Terjadinya Halusinasi Berhalusinasi
Halusinasi Muncul
Petunjuk
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
b. untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi:
Isi, waktu, situasi, dan perasaan saat halusinasi muncul. Beri tanda√ jika klien
mampu dan beri tanda X jika klien tidak mampu.

2. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. anjurkan klien untuk mengidentifikasi halusinasi
yang timbul dan menyapaikan kepada perawat.

K. Setting Tempat

F P F P F

P
L

CL F

F P F P F

Keterangan gambar : O
L : Leader
CL : Co Leader
P : Pasien
F : Fasilitator
O : Observer
L. Pengorganisasian
Sesi II: Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
1. Pelaksanaan:
a. Hari/ Tanggal : Jumat, 17 Januari 2020
b. Waktu : 8.50 – 9.10 (Sesi II)
c. Alokasi Waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit) Terapi
kelompok 10 menit
d. Tempat : Ruang TAK Gatot Kaca
e. Jumlah klien : 5-6 orang

2. Tim Terapis
a. Leader Sesi II: Satriyo Mowo Panuluh
Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi
b. Co-leader Sesi II: Adelia Putri Yuniardi
Uraian tugas:
1) Membantu leader mengkoordniasi seluruh kegiatan
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan
4) Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Observer Sesi II: Almass
Uraian tugas:
1) Mengamati semua proses kegiatan yang beraitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara .
2) melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok
dengan evaluasi kelompok
d. Fasilitator Sesi II: Ilham, Magfiroh, Iga M, Riza, Syfa, Ajeng, Susi
Uraian tugas:
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
e. Metode dan Media
Metode
1) Diskusi dan Tanya jawab
2) Bermain peran atau stimulasi
Media
1) Papan nama
2) Whiteboard
3) Spidol
4) Jadwal kegiatan klien

M. Sesi II: Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik


1. Tujuan
a. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi
b. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
c. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
2. Langkah Kegiatan
a. Persiapan
1). Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 1
2). Mempersapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1). Salam terapeutik
a) Salam terapeutik
b) Klien dan terapis jika papan nama
2). Orientasi
a) Leader menanyakan perasaan klien saat ini
b) Leader menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi, waktu,
situasi dan perasaan
3). Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan: latihan cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
b) Menjelaskan aturan main
1. Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin
kepada leader
2. Lama kegiatan 45 menit
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
c. Tahap kerja
1). Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya. ulangi sampai semua
pasien mendapat giliran.
2). Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
3). Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi pada saat halusinasi muncul.
4). Co-Leader memperagakan cara menghardik halusniasi, yaitu “Pergi-pergi
jangan ganggu saya, kamu suara palsu…”
5). Leader meminta masing-masing klien memperagakan menghardik
halusinasi
6). Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan
setiap klien

d. Tahap Terminasi
1). Evaluasi
a) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2). Tindak Lanjut
a) Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari
jika halusianasi muncul
b) memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian
klien.
3). Kontrak yang akan datang
a) Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya
yaitu cara mengontrol halusinasi dengan melakukan bercakap-cakap
dengan orang lain.
b) Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
3. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi
Sesi II: Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Menghardik Halusinasi
No Aspek yang dinilai Nama Klien
1 Menyebutkan cara
yang selama ini
digunakan untuk
mengatasi
halusinasi
2 Menyebutkan
efektivitas cara
yang digunakan
3 Menyebutkan cara
mengatasi
halusinasi dengan
menghardik
4 Memperagakan cara
menghardik
halusinasi
Petunjuk
1) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2) Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang
biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi, efektifitas cara yang
digunakan, cara mengatasi halusinasi dengan menghardik dan
memperagakan cara menghardik halusinasi. Beri tanda √ jika klien
mampu dan berikan tanda x jika klien tidak mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
sensori. Klien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi, anjurkan
klien menggunakannya jika halusinasi muncul.
N. Pengorganisasian
Sesi III: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
1. Pelaksanaan:
f. Hari/ Tanggal : Jumat, 17 Januari 2020
g. Waktu : 9.10-9.30 (Sesi II)
h. Alokasi Waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit), Terapi
kelompok 10 menit, Penutup (5 menit)
i. Tempat : Ruang TAK Gatot Kaca
j. Jumlah klien : 5-6 orang

2. Tim Terapis
f. Leader Sesi II: Satriyo Mowo Panuluh
Uraian tugas:
4) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
5) Memimpin jalannya terapi kelompok
6) Memimpin diskusi
g. Co-leader Sesi II: Adelia Putri Yuniardi
Uraian tugas:
5) Membantu leader mengkoordniasi seluruh kegiatan
6) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
7) Membantu memimpin jalannya kegiatan
8) Menggantikan leader jika terhalang tugas
h. Observer Sesi II: Almass
Uraian tugas:
3) Mengamati semua proses kegiatan yang beraitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara .
4) melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok
dengan evaluasi kelompok
i. Fasilitator Sesi II: Ilham, Magfiroh, Iga M, Riza, Syfa, Ajeng, Susi
Uraian tugas:
7) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
8) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
9) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
10) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
11) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
12) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
j. Metode dan Media
Metode
3) Diskusi dan Tanya jawab
4) Bermain peran atau stimulasi
Media
5) Papan nama
6) Whiteboard
7) Spidol
8) Jadwal kegiatan klien

O. Sesi III: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat


Tujuan
1. Klien memahami pentingnya minum obat
2. Klien memahami akibat tidak minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima besar minum obat
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruang nyaman dan tenang
Alat
1. Spidol dan whiteboard/ papan tulis
2. Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen
3. Beberapa contoh obat
Metode
1. Diskusi Tanya jawab
2. Melengkapi jadwal harian
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kotrak klien yang telah mengikuti sesi IV
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyaka pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menggunakan tiga cara yang telah dipelaari (mengetik, menyibukkan diri
dengan kegiatan terarah dan bercakap-cakap).
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dan minum obat.
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin
kepada terapi
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Terapi menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh
karena obat member perasaan tenang
b. Terapi menjelaskan kerugian bila tidak penuh minum obat terapis
c. Terapis meminta klien menyampaikan obat yang akan di makan dan waktu
untuk memakannya menulisnya di white board
d. Menjelaskan 6 benar minum obat
e. Meminta klien untuk menentukan 6 benar minum obat
f. Berikan padda klien yang melakukan dengan benar
g. Diskusikan perasaan klien sebelum minum obat (tulis di white board)
h. Diskusikan perasaan klien setelah minum obat secara teratur.
i. Menjelaskan salah satu manfaat minum obat yaitu menghilangkan
halusinasi
j. Menjelaskan akibat dari tidak minum obat yaitu kekambuhan.
k. Minta klien untuk kembali menyebutkan keuntungan dan kerugian minum
obat
l. Berikan pujian bila benar.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK
2) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih
3) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak Lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan 3 cara mengontrol halusinasi yaitu
menghardik,melakukan kegiatan harian,dan bercakap-cakap dan minum
obat
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis mengakhiri sesi TAK stimulaasi presepsi untuk mengontrol
halusinasi
2) Buat Kesepakatan hari untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi
klien.
5. Evaluasi
a. Evaluasi dilakukan saat TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja aspek
yang dinilai adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Formulir evaluasi sebagai berikut

Sesi III TAK


Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi
NO Nama Klien Meyebutkan 5 Menyebutkan Menyebutkan
benar cara keuntungan akibat tidak
minum obat minum obat patuh minum
obat

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada koom nama klien
2. untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan 5 benar cara
minum obat, manfaat dan akibat tidak minum obat. Beri tanda V jika klien
tidak mampu, beri X jika klien tidak mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada cataatan
keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi:
halusinasi

Anda mungkin juga menyukai