Disusun Oleh :
1. Satriyo Mowo Panuluh
2. Ajeng Kusumaningrum
3. Riza Kurniawati
4. Almas Nabila Indralava
5. Syfa Aulia Ajeng Octavia
6. Ilham Prayogi
7. Iga Mawarni
8. Susi Dwi Wardani
9. Adelia Putri Yuniardi
10. Magfiroh
2020
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)
A. Latar Belakang
Sosialisasi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah hubungan sosial. Salah
satu gangguan hubungan sosial pada gangguan pasien jiwa adalah gangguan
persepsi sensori (halusinasi). Halusinasi merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah
salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan persepsi
sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaaan, atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Dampak dari halusinasi yang diterima pasien diantaranya dapat menyebabkan
pasien tidak mempunyai teman dan asyik dengan pikirannya sendiri. Salah satu
penanganannya yaitu dengan melakukan terapi aktivitas kelompok yang bertujuan
untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi dialaminya.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSJ Surakarta sebagian
besar menderita halusinasi. Oleh karena itu, perlu diadakan terapi aktivitas
kelompok tentang halusinasi.
B. Landasan Teori
1. Definisi
Hallucinations can be defined as sensory perceptions for which no
external stimulus exist. The most common types of hallucination are the
following:
1. Auditory-hearing voices or sounds
2. Visual-seeing persons or things
3. Olfactory-smelling odors
4. Gustatory-experiencing tastes
5. Tactile-feeling bodily sensations (Varcarolis, Carson, Shoemaker, 2006:393)
Menurut Varcarolis, halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya
persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang
paling sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voices or
sounds), penglihatan (Visual-seeing persons or things), penciuman (Olfactory-
smelling odors), pengecapan (Gustatory-experiencing tastes).
Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Pasien merasa ada
suara padahal tidak ada stimulus suara. Melihat bayangan orang atau sesuatu
yang menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut. Membaui bau-bauan
tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa. Merasakan
mengecap sesuatu padahal tidak sedang makan apapun. Merasakan sensasi
rabaan padahal tidak ada apapun dalam permukaan kulit.
Diperkirakan lebih dari 90% klien dengan skizofrenia mengalami
halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar klien
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa mengalami halusinasi dengar. Suara dapat
berasal dari dalam diri individu atau dari luar dirinya. Suara dapat di kenal
(familiar) misalnya suara nenek yang meninggal. Suara dapat tunggal atau
multiple. Isi suara dapat memerintahkan sesuatu pada klien atau seringnya
tentang perilaku klien sendiri. Klien sendiri merasa yakin bahwa suara itu
berasal dari Tuhan, setan, sahabat, atau musuh. Kadag-kadang suara yang
muncul semacam bunyi bukan suara yang mengandung arti.
b. Faktor Presipitasi
1) Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan
Heacock, 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan
atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun
atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat
dilihat dari lima dimensi yaitu:
a) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alcohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama.
b) Dimensi Emosional
Perasaan emas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klie tidak
sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi
tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk
melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien an tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam
dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu
tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya
atau orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek
penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan
mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien tidak
menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya
dan halusinasi tidak berlangsung.
e) Dimensi Spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangya aktivitas ibadah dan jarang berupaya
secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama sirkadiannya terganggu,
karena ia sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat
terbangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hiupnya. Ia sering
memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki,
menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya
memburuk.
3. Jenis dan Tanda-tanda Halusinasi
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang
dapat membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan
bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
c. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering
akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
g. Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pasien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengenal halusinasi.
b. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
c. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
d. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal.
e. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.
F. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup dan memungkinkan
pasien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar.
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
e. Leader, Co-Leader, Fasilitator, Observer berperan sebagaimana mestinya.
2. Evaluasi Proses
a. Leader yang mengkoordinasi kegiatan hari ini dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara
c. Co-leader membantu mengkordinasi seluruh kegiatan
d. Fasilitator mampu memotivasi pesert dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanankan dan bertanggung jawab dalam
antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok
yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dri awal hingga akhir.
3. Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
a. Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat.
b. Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas.
G. Antisipasi Masalah
1. Penanganan terhadap pasien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil pasien
b. Memberi kesempatan pada pasien untuk menjawab sapaan perawat atau
pasien lain
2. Bila pasien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama pasien
b. Tanyakan alasan pasien meninggalkan kegiatan
3. Bila pasien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada pasien yang telah
dipilih.
b. Katakan pada pasien bahwa ada kegiatan lain mungkin diikuti oleh pasien
tersebut
c. jika pasien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak member
pesan pada kegiatan ini.
H. Pengorganisasian
Sesi I
1. Pelaksanaan
Hari/tanggal : Jumat, 17 Januari 2020
Waktu : 08.30 s.d 8.50 (Sesi I )
Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit), Terapi
Kelompok (10 menit), Penutup (5 menit)
Tempat : Ruang TAK Gatot Kaca
Jumlah pasien : 5-6 orang
2. Tim Terapi
a. Leader Sesi I : Satriyo Mowo Panuluh
Uraian Tugas
1). Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2). Memimpin jalannya terapi kelompok
3). Memimpin diskusi
b. Co-leader Sesi I: Adelia Putri Yuniardi
Uraian Tugas
1). Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2). Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3). Membantu memimpin jalannya kegiatan
4). Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Observer Sesi I: Almas
Uraian Tugas
1). Mengamati semua proses kegiatan yang bekaitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara.
2). Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok
dengan evaluasi kelompok.
d. Fasilitator Sesi I : Ilham, Magfiroh, Iga M, Riza, Syfa, Ajeng, Susi
Uraian Tugas
1). Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2). Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3). Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4). Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5). Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6). Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
3. Metode dan Media
a) Metode
1) Diskusi
2) Bermain musik
b) Media
1) Papan nama
2) Whiteboard
3) Spidol
4) Kursi
5) Bola pingpong
I. Proses Pelaksanaan
Sesi I: Mengenal Halusinasi
a. Salam Terapeutik
1) Salam terapeutik kepada klien
2) Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (beri papan
nama)
3) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua klien (beri papan
nama)
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mengenai
suara-suara yang didengar
2) Leader menjelaskan aturan main
3) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta ijin kepada
leader
4) Lama kegiatan 45 menit
5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d. Tahap Kerja
1) Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal suara-
suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi
yang membuat terjadi dan perasaan klien pada saat halusinasi muncul
2) Leader meminta klien untuk menceritakan isi halusinasi, waktu terjadinya
situasi yang membuat terjadi dan perasaan klien saat terjadi halusinasi.
Hasilnya ditulis di whiteboard
3) Beri pujian kepada klien yang melakukan dengan baik
4) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi pada saat terjadi dan perasaan klien dari
suara yang bisa didengar
e. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak lanjut
Leader meminta untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaan jika
halusinasi muncul
3) Kontrak yang akan datang
a) Menyepakati TAK yang akan dating: cara mengontrol halusinasi
b) Menyepakati waktu dan tempat
2. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. anjurkan klien untuk mengidentifikasi halusinasi
yang timbul dan menyapaikan kepada perawat.
K. Setting Tempat
F P F P F
P
L
CL F
F P F P F
Keterangan gambar : O
L : Leader
CL : Co Leader
P : Pasien
F : Fasilitator
O : Observer
L. Pengorganisasian
Sesi II: Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
1. Pelaksanaan:
a. Hari/ Tanggal : Jumat, 17 Januari 2020
b. Waktu : 8.50 – 9.10 (Sesi II)
c. Alokasi Waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit) Terapi
kelompok 10 menit
d. Tempat : Ruang TAK Gatot Kaca
e. Jumlah klien : 5-6 orang
2. Tim Terapis
a. Leader Sesi II: Satriyo Mowo Panuluh
Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi
b. Co-leader Sesi II: Adelia Putri Yuniardi
Uraian tugas:
1) Membantu leader mengkoordniasi seluruh kegiatan
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan
4) Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Observer Sesi II: Almass
Uraian tugas:
1) Mengamati semua proses kegiatan yang beraitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara .
2) melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok
dengan evaluasi kelompok
d. Fasilitator Sesi II: Ilham, Magfiroh, Iga M, Riza, Syfa, Ajeng, Susi
Uraian tugas:
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
e. Metode dan Media
Metode
1) Diskusi dan Tanya jawab
2) Bermain peran atau stimulasi
Media
1) Papan nama
2) Whiteboard
3) Spidol
4) Jadwal kegiatan klien
d. Tahap Terminasi
1). Evaluasi
a) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2). Tindak Lanjut
a) Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari
jika halusianasi muncul
b) memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian
klien.
3). Kontrak yang akan datang
a) Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya
yaitu cara mengontrol halusinasi dengan melakukan bercakap-cakap
dengan orang lain.
b) Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
3. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi
Sesi II: Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Menghardik Halusinasi
No Aspek yang dinilai Nama Klien
1 Menyebutkan cara
yang selama ini
digunakan untuk
mengatasi
halusinasi
2 Menyebutkan
efektivitas cara
yang digunakan
3 Menyebutkan cara
mengatasi
halusinasi dengan
menghardik
4 Memperagakan cara
menghardik
halusinasi
Petunjuk
1) Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2) Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang
biasa digunakan untuk mengatasi halusinasi, efektifitas cara yang
digunakan, cara mengatasi halusinasi dengan menghardik dan
memperagakan cara menghardik halusinasi. Beri tanda √ jika klien
mampu dan berikan tanda x jika klien tidak mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
sensori. Klien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi, anjurkan
klien menggunakannya jika halusinasi muncul.
N. Pengorganisasian
Sesi III: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
1. Pelaksanaan:
f. Hari/ Tanggal : Jumat, 17 Januari 2020
g. Waktu : 9.10-9.30 (Sesi II)
h. Alokasi Waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit), Terapi
kelompok 10 menit, Penutup (5 menit)
i. Tempat : Ruang TAK Gatot Kaca
j. Jumlah klien : 5-6 orang
2. Tim Terapis
f. Leader Sesi II: Satriyo Mowo Panuluh
Uraian tugas:
4) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
5) Memimpin jalannya terapi kelompok
6) Memimpin diskusi
g. Co-leader Sesi II: Adelia Putri Yuniardi
Uraian tugas:
5) Membantu leader mengkoordniasi seluruh kegiatan
6) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
7) Membantu memimpin jalannya kegiatan
8) Menggantikan leader jika terhalang tugas
h. Observer Sesi II: Almass
Uraian tugas:
3) Mengamati semua proses kegiatan yang beraitan dengan waktu, tempat
dan jalannya acara .
4) melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok
dengan evaluasi kelompok
i. Fasilitator Sesi II: Ilham, Magfiroh, Iga M, Riza, Syfa, Ajeng, Susi
Uraian tugas:
7) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
8) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
9) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
10) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
11) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
12) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
j. Metode dan Media
Metode
3) Diskusi dan Tanya jawab
4) Bermain peran atau stimulasi
Media
5) Papan nama
6) Whiteboard
7) Spidol
8) Jadwal kegiatan klien
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada koom nama klien
2. untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan 5 benar cara
minum obat, manfaat dan akibat tidak minum obat. Beri tanda V jika klien
tidak mampu, beri X jika klien tidak mampu.
b. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada cataatan
keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi:
halusinasi