Disusun Oleh :
NAMA : M AL DINO BRAVI
NIM 22223059
Dosen Pembimbing :
Sutrisno, S. Kep., Ns. M. Kep,Sp.Kep.Kom
I. Masalah keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
b) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi stress
(Prabowo, 2014).
c) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan tidak.
Berikut dapat dilihat lima dimensi yaitu:
1) Dimensi fisik
Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan untuk tidur dalamwaktu yang lama.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusianasi itu terjadi.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol
diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata
5) Dimensi spiritual
Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya
secaraspiritual untuk menyucikan diri (Damaiyanti, 2012).
d. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien
serta ungkapan pasie, Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a) Data Obyektif
1. Bicara atau tertawa sendiri.
2. Marah-marah tanpa sebab.
3. Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
4. Menutup telinga
5. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8. Menutup hidung
9. Sering meludah
10.Muntah
11.Menggaruk-garuk permukaan kulit.
b) Data Subyektif: pasien mengatakan :
1. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
atau monster.
5. Mencium bau-baukan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan
6. Merasakan rasa seperti darah, urin atau fases
7. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
8. Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat sedang sendirian
9. Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi.
e. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik klien dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi menurut
Nanda-I (2012) yaitu:
1. Perubahan daam pola perilaku
2. Perubahan dalam kemampuan menyelesaikan masalah
3. Perubahan dalam ketajaman sensori
4. Perubahan dalam respon yang biasa terhadap stimulus
5. Disorientasi
6. Halusinasi
7. Hambatan komunikasi
8. Iritabilitas
9. Konsentrasi buruk
10.Gelisah
11.Distorsi sensori
1. Pikiran logis
1. Gangguan
2. Persepsi akurat 1. Distorsi pikiran
pikir / delusi
3. Emosi ilusi
2. Halusinasi
konsisten 2. Reaksi emosi
3. Sulit merespon
dengan berlebihan
emosi
pengalaman 3. Perilaku aneh
4. Perilaku
4. Perilaku sesuai atau tidak biasa
disorganisasi
5. Berhubungan 4. Menarik diri
5. Isolasi sosial
sosial
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah responyang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain
dan lingkungan.
b. Respon psikososial
Respon psikososial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar- benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisasi merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negatif mengancam.
i. Sumber Koping
1. Personal ablity : ketidak mampuan memecahkan masalah, ada gangguan diri
kesehatan fisiknya, ketidak mampuan berhubungan dengan orang lain,
pengetahuan tentang penyakit dan intelegensi yang rendah, identitas ego yang
tidak adekuat.
2. Social support : hubungan antara individu, keluarga, kelompok, masyarakat
tidak adekuat, komitmen dengan jaringan social tidak adekuat
3. Material asset : ketidakmampuan mengelola kekayaan, misalnya boros tidak
punya uang untuk berobat, tidak ada tabungan, tidak memiliki kekayaan dalam
bentuk barang, tidak ada pelayanan kesehatan dekat tempat tinggal.
4. Pasitif belief : distress spritual tidak memiliki motivasi, penilaian negatife
terhadap pelayanan kesehatan, tidak menggap itu suatu gangguan.
j. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi (Stuart, Laraia,
2005) meliputi :
1. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2. Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda
3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien
III. Pohon Masalah
effect
Core problem
Isolasi sosial
Causa
DO :
Bicara atau ketawa
sendiri Marah-marah
tanpa sebab
Mengarahkan telinga ke arah tertentu
Menutup telinga
Halusinasi Penglihatan DS : Melihat bayangan, sinar bentuk geometris,
bentuk karton, melihat hantu atau monster
DO :
Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
a. Jika memungkinka
menemukanyang
sedang
halusinasi,
tanyakan apakah
ada suara yang
didengar
klien untuk
b. Jika klien menghindarkan
menjawabada, klien untuk
lanjutkan:apa
menghindarkan
yang
dikatakan. faktor pencetus
c. Katakan timbulnya hal
bahwa
perawat Dengan
percaya klien
mengetahui
mendengar
suara itu, waktu, isi, dan
namun frekuensi
perawat
munculnya
sendiri tidak
mendengarny halusinasi
a (dengan mempermudah
nada tindakan
bersahabat keperawatan
menuduh dilakukan
menghakimi). mengidentifika
d. Katakan si pengaruh
ada juga
yangseperti
klien
2.1.4 Diskusikan
dengan
klien
a. Situasi yang
menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi.
b. Waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi
(Pagi, Siang,
Sore dan
malam atau
jika sendiri,
jengkel atau
sedih)
2.1.5 Diskusikan
dengan klien apa
yang dirasakan
jika terjadi
halusinasi (marah
atau takut, sedih,
senang) beri
kesempatan
mengungkapkan
perasaannya.
“saya tidak
mau dengar Memotivasi
dapat
kamu” meningkatkan
(pada saat kegiatan klien
untuk mencoba
halusinasi memilih salah
satu cara
terjadi)
mengendalikan
b. Menemui halusinasi nya
dan dapat
orang lain menigkatkan
(Perawat/te harga diri klien.
m
an/anggota
keluarga)
untuk
bercakap-
cakap atau
mengatakan
halusinasi
yang
terdengar
c. Membuat
jadwal
kegiatan
sehari-hari
agar
halusinasi
tindk
muncul
d. Minta
keluarga
klien /
perawat jika
nampak
bicara
sendiri
waktu follow
up atau
kapan perlu
mendapat
bantuan:
halusinasi
terkontrol
dan risiko
mencederai
orang lain.
Program
Bantu klien pengobatan
menggunakan dapat berjalan
obat dengan sesuai rencana
prinsip benar
Dengan
mengetahui
prinsip
pengguanan
obat, maka
kemandirian
klien untuk
pengobatan
dapat
ditingkatkan
secara
bertahap
VI. STRATEGI PELAKSANAAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP) HALUSINASI
DX Perencanaan
Tujuan Intervensi
Perubaha Pasien SP 1 (pasien) SP 1 (Keluarga)
n persepi mampu : -Mendiskusikan
1. Identifikasi
sensori -Mengenali masalah yang
- Jenis halusinasi
:Halusin halusinasi dirasakan keluarga
- Isi halusinasi
asi yang dalam merawat
- Waktu
dialaminya pasien.
Terjadinya
-Menjelaskan
- Frekuensi
-Mengontrol pengertian, tanda
halusinasi
halusinasinya dan gejala
- Situasi yang
halusinasi yang
menimbulkan
-Mengikuti dialami oleh klien
halusinasi
program beserta proses
- Perasaan saat
pengobatan terjadinya.
terjadi halusinasi
secara -Menjelaskan cara
2. Jelaskan cara-cara
optimal cara merawat
mengontrol halusinasi,
3. Ajarkan pasien klien dengan
SP 4 (Pasien)
1. Evaluasi SP 1,2,3
2. Latih pasien
menggunakan obat
secara teratur
3. Masukan dalam jadwal
kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi. Yogjakarta
: Andi