Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

TUGAS KEPERAWATAN JIWA


HALUSINASI

Disusun Oleh :
NAMA : M AL DINO BRAVI
NIM 22223059

Dosen Pembimbing :
Sutrisno, S. Kep., Ns. M. Kep,Sp.Kep.Kom

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2023-2024
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

I. Masalah keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

II. Proses Terjadinya Masalah


a. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalamai
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaaan atau penghiduan.Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar.
Walaupun tampak sebagai sesuatu yang „‟khayal‟‟, halusinasi sebenarnya
merupakan bagian dari kehidupan mental penderita ang „‟teresepsi‟‟ (Yosep,
2010).
b. Faktor predisposisi
Menurut Yosep (2014) faktor predisposisi pada pasien halusinasi adalah sebagai
berikut.
a) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasientidak mampu mandiri sehjak kecil,
mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
b) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranfesae
(DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabakan teraktivasinya
neutransmitter otak. Misalnya pada ketidakseimbangan acetylcholin dan
dopamin.
d) Faktor Psikologi

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus


padapenyalahgunaan zat adiktif.Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.Pasien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyataa menuju alam hayal.
e) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia
cenderung mengalamai skizofrenia.Hasil studi menunjukkan bahwa faktor
keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh padapenyakit ini.
(Prabowo, 2014).
c. Faktor presipitasi
Adapun faktor presipitasi pada halusinasi adalah sebagai berikut.
a) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap
stresosor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.

b) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi stress
(Prabowo, 2014).
c) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan tidak.
Berikut dapat dilihat lima dimensi yaitu:
1) Dimensi fisik
Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan untuk tidur dalamwaktu yang lama.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusianasi itu terjadi.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
4) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol
diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata
5) Dimensi spiritual
Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya
secaraspiritual untuk menyucikan diri (Damaiyanti, 2012).
d. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien
serta ungkapan pasie, Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a) Data Obyektif
1. Bicara atau tertawa sendiri.
2. Marah-marah tanpa sebab.
3. Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
4. Menutup telinga
5. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8. Menutup hidung
9. Sering meludah
10.Muntah
11.Menggaruk-garuk permukaan kulit.
b) Data Subyektif: pasien mengatakan :
1. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
atau monster.
5. Mencium bau-baukan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan
6. Merasakan rasa seperti darah, urin atau fases
7. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
8. Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat sedang sendirian
9. Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi.

e. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik klien dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi menurut
Nanda-I (2012) yaitu:
1. Perubahan daam pola perilaku
2. Perubahan dalam kemampuan menyelesaikan masalah
3. Perubahan dalam ketajaman sensori
4. Perubahan dalam respon yang biasa terhadap stimulus
5. Disorientasi
6. Halusinasi
7. Hambatan komunikasi
8. Iritabilitas
9. Konsentrasi buruk
10.Gelisah
11.Distorsi sensori

f. Jenis – Jenis Halusinasi


Stuart dan Laraia (2005) membagi halusinasi menjadi 7 jenis halusinasi yang meliputi:
1. Halusinasi pendengaran (auditory),
2. Halusinasi penglihatan (visual),
3. Halusinasi penghidu (olfactory),
4. Halusinasi pengecapan (gustatory),
5. Halusinasiperabaan (tactile),
6. Halusinasi cenesthetic,
7. Halusinasi kinesthetic.
Halusinasi yang paling banyak di derita adalah halusinasi pendengaran yang
mencapai lebih kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki peringkat
kedua dengan rata-rata 20%. Sementara jenis halusinasi yang lain yaitu halusinasi
pengecapan, penghidu, perabaan, kinesthetic, dan cenesthetic hanya meliputi 10%.
Tabel dibawah ini menjelaskan karakteristik tiap halusinasi.

Tabel Karakteristik Halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005)


Jenis Halusinasi Karakteristik
Pendengaran Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang keras sampai kata-kata
yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai percakapan
lengkap antara dua orang atau lebih. Pikiran yang didengar klien
dimana pasien disuruh untuk melakukan sesuatu yang kadang-
kadang membahayakan.
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahay, gambaran geometris,
gambaran kartun, bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan
bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin atau


feses, umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan.
Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau
dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti darah, urin atau feses.

Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.


Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
Cenesthetic Meraskan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
Klinesthetic Merasakan pergerakan saat berdiri tanpa bergerak.
g. Akibat Halusinasi
1) Risiko perilaku kekerasan (Pada diri sendiri, orang lain, lingkungan danverbal)
2) Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
3) Isolasi sosial.

h. Rentang Respon Halusinasi


Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologist (Stuart dan Laraia, 2005). Ini merupakan
respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pegecap, dan
peraba), klien dengan halusinasi mempersepsikansuatu stimulus pancaindra
walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Respon individu (yang karena
suatu hal mengalami kelainan persepsi) yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang
dilakukan terhadap stimulus pancaindra tidak akurat sesuai dengan stimulus yang
diterima.
Rentang respon tersebut digambarkan seperti pada gambar dibawah
ini : Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran logis
1. Gangguan
2. Persepsi akurat 1. Distorsi pikiran
pikir / delusi
3. Emosi ilusi
2. Halusinasi
konsisten 2. Reaksi emosi
3. Sulit merespon
dengan berlebihan
emosi
pengalaman 3. Perilaku aneh
4. Perilaku
4. Perilaku sesuai atau tidak biasa
disorganisasi
5. Berhubungan 4. Menarik diri
5. Isolasi sosial
sosial
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah responyang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon
adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain
dan lingkungan.
b. Respon psikososial
Respon psikososial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar- benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon
maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisasi merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negatif mengancam.

i. Sumber Koping
1. Personal ablity : ketidak mampuan memecahkan masalah, ada gangguan diri
kesehatan fisiknya, ketidak mampuan berhubungan dengan orang lain,
pengetahuan tentang penyakit dan intelegensi yang rendah, identitas ego yang
tidak adekuat.
2. Social support : hubungan antara individu, keluarga, kelompok, masyarakat
tidak adekuat, komitmen dengan jaringan social tidak adekuat
3. Material asset : ketidakmampuan mengelola kekayaan, misalnya boros tidak
punya uang untuk berobat, tidak ada tabungan, tidak memiliki kekayaan dalam
bentuk barang, tidak ada pelayanan kesehatan dekat tempat tinggal.
4. Pasitif belief : distress spritual tidak memiliki motivasi, penilaian negatife
terhadap pelayanan kesehatan, tidak menggap itu suatu gangguan.

j. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi (Stuart, Laraia,
2005) meliputi :
1. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2. Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda
3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien
III. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain,


lingkungan, dan verbal)

effect

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

Core problem

Isolasi sosial

Causa

IV. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji :


No Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
1 Halusinasi Pendengaran DS :
Mendengarkan suara atau kegaduhan
Mendengar suara yang mengajak bercakap-
cakap Mendengarkan suara yang menyurug
melakukan sesuatu yang berbahaya

DO :
Bicara atau ketawa
sendiri Marah-marah
tanpa sebab
Mengarahkan telinga ke arah tertentu
Menutup telinga
Halusinasi Penglihatan DS : Melihat bayangan, sinar bentuk geometris,
bentuk karton, melihat hantu atau monster
DO :
Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas

Halusinasi Penghidu DS :Membaui bau-bauan seperti bau darah, urine,


fases kadang-kadang bau itu menyenangkan
DO :
. Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu
. Menutup hidung
4 Halusinasi Pengecapan DS :Merasakan rasa seperti darah, urine, atau fases.
DO :
Sering meludah
. Muntah
5 Halusinasi Peraba DS :Menyatakan ada serangga di permukaan kulit
merasa tersengat listrik

DO :Menggaruk-garuk permukaan kulit

V. Rencana Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
Gangguan 1. Klien 1.1 Ekspresi 1.1.1 Bina Hubungan
persepsi dapat wajah bersahabat, hubungan saling saling percaya
sensori: membina menunjukkan rasa percaya dengan merupakan
halusinasi hubungan senang, ada mengungkapkan dasar untuk
saling kontak mata, mau prinsip kelancaran
percaya berjabat tangan, komunikasi hubungan
mau terapeutik: interaksi
menyebutkan selanjutnya
a. Sapa klien
nama, mau
dengan
menjawab salam,
ramah baik
klien mau duduk
verbal
berdampingan
maupun
dengan perawat,
nonverbal
mau
b. Perkenalkan
mengutarakan
diri dengan
masalah yang
sopan
dihadapi.
c. tanyakan
nama lengkap
klien dan
nama
panggilan
yang disukai
klien
d. Jelaskan
tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati
janji
f. Tunjukkan
sikap empati
dan
menerima
klien apa
adanya
g. Beri
perhatian
pada klien
dan
perhatikan
kebutuhan
dasar klien
2. Klien 2.1 Klien 2.1.1 Kontak sering
dapat dapat Adakah kontak
mengenali menyebutkan sering dan tapi singkat
halusinasi waktu, isi, singkat secara selain
nya frekuensi bertahap.
timbulnya hubungan
halusinasi 2.1.2
saling saling
Observasi percaya juga
tingkah laku
dapat
klien terkait
memutuskan
dengan
halusinasi
halusinasinya;
bicara dan Mengenal
tertawa tanpa
perilaku pada
stimulus,memand
saat halusinasi
ang ke kiri atau
timbul
ke kanan atau ke
memudahkan
depan seolah-olah
perawat dalam
ada teman bicara
melakukan
2.1.3 Bantu klien intervensi
mengenali Mengenal
halusinasinya. halusinasi

a. Jika memungkinka

menemukanyang
sedang
halusinasi,
tanyakan apakah
ada suara yang
didengar
klien untuk
b. Jika klien menghindarkan
menjawabada, klien untuk
lanjutkan:apa
menghindarkan
yang
dikatakan. faktor pencetus
c. Katakan timbulnya hal
bahwa
perawat Dengan
percaya klien
mengetahui
mendengar
suara itu, waktu, isi, dan
namun frekuensi
perawat
munculnya
sendiri tidak
mendengarny halusinasi

a (dengan mempermudah

nada tindakan

bersahabat keperawatan

tanpa klien yang akan

menuduh dilakukan

atau perawat Untuk

menghakimi). mengidentifika

d. Katakan si pengaruh

bahwa klien halusinasi klien

ada juga
yangseperti
klien
2.1.4 Diskusikan
dengan
klien
a. Situasi yang
menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi.
b. Waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi
(Pagi, Siang,
Sore dan
malam atau
jika sendiri,
jengkel atau
sedih)

2.1.5 Diskusikan
dengan klien apa
yang dirasakan
jika terjadi
halusinasi (marah
atau takut, sedih,
senang) beri
kesempatan
mengungkapkan
perasaannya.

3.Klien 3.1 Klien dapat 3.1.1 Identifikasi Upaya untuk


dapat menyebutkan bersama klien memutuskan
mengontro tindakan yang cara tindakan siklus
l biasa dilakukan yang dilakukan halusinasi
halusinasi untuk jika terjadi sehingga
nya mengendalikan halusinasi (tidur, halusin
halusinasinya. marah,
asi tidak
berlanjut
menyibukkan diri
3.2 Klien dapat Reinforcement
dll)
menyebutkan cara positif akan
baru 3.1.2 Diskusikan meningkatkan
manfaat cara yang harga diri klien.
3.3 Klien dapat
dilakukan klien,
memilih cara
jika bermanfaat
mengatasi
beri pujian.
halusinasi seperti
yang telah 3.1.3 Diskusikan Memberikan
didiskusikan cara baru untuk alternatif
dengan klien. memutus atau pilihan bagi
mengontrol klien untuk
halusinasi: Mengontrol
a. Katakan halusinasi

“saya tidak
mau dengar Memotivasi
dapat
kamu” meningkatkan
(pada saat kegiatan klien
untuk mencoba
halusinasi memilih salah
satu cara
terjadi)
mengendalikan
b. Menemui halusinasi nya
dan dapat
orang lain menigkatkan
(Perawat/te harga diri klien.
m
an/anggota
keluarga)
untuk
bercakap-
cakap atau
mengatakan
halusinasi
yang
terdengar
c. Membuat
jadwal
kegiatan
sehari-hari
agar
halusinasi
tindk
muncul

d. Minta
keluarga
klien /
perawat jika
nampak
bicara
sendiri

3.1.4 Bantu klien


memilih dan
melatih cara
memutuskan
halusinasisecara
bertahap
4.1 Klien dapat 4.1.2 Diskusikan Untuk
membina dengan keluarga mendapatkan
hubungan saling (pada saat bantuan
percaya dengan berkunjung/pada keluarga
perawat saat kunjungan mengontrol
rumah): halusinasi
4.2 Keluarga
dapat
menyebutkan
pengertian,
tandadan
kegiatan
untuk
mengendalik
an
halusinasi.
(pada saat Untuk
berkunjung/pada mengetahui
saat kunjungan pengetahuan
rumah): keluarga dan
meningkatkan
a. Gejala
kemampuan
halusinasi
penegtahuan
yang
tentang
dialami
halusinasi
klien
b. Cara
yang
dapat
dilakukan
klien dan
keluarga
untuk
memutus
halusinasi
c. Cara merawat
anggota
keluarga
untuk
memutus
halusinasi di
rumah, beri
kegiatan,
jangan
biarkan
sendiri,
makan
bersama,
bepergian
bersama
d. Beri
informasi

waktu follow
up atau
kapan perlu
mendapat
bantuan:
halusinasi
terkontrol
dan risiko
mencederai
orang lain.

5. Klien 5.1 Klien dan 5.1.1 Diskusikan Dengan


keluarga dapat dengan klien menyebutkan
dapat
menyebutkan dan keluarga dosis, frejuensi
memanfaa mafaat, dosis dan tentang dosis, dan manfaat
efek samping frekuensi obat.
tkan obat obat. manfaat obat.
dengan Diharapkan
5.2 Klien dapat 5.1.2 Anjurkan
baik klien
mendemostrasika klien minta
melaksanakan
n penggunaan sendiri obat pada
program
obat secara perawat dan
pengobatan.
benar merasakan
Menilai
manfaatnya
5.3 Klien kemampuan
dapatinformasi 5.1.3 Snjurkan klien dalam
tentang efek klien bicara pengobatannya
samping obat dengan dokter sendiri.
tentang manfaat
5.4 Klien dapat Dengan
dan efek
memahami akibat mengetahui
samping obat
berhenti minum efek samping
yang dirasakan
obat obat klien akan
Klien dapat 5.1.4 Diskusikan tahu apa yang
menyebutkan akibat berhenti harus dilakukan
prinsip 5
minum obat tanpa setelah minum
benar
konsulta obat
penggunaan
obat

Program
Bantu klien pengobatan
menggunakan dapat berjalan
obat dengan sesuai rencana
prinsip benar
Dengan
mengetahui
prinsip
pengguanan
obat, maka
kemandirian
klien untuk
pengobatan
dapat
ditingkatkan
secara
bertahap
VI. STRATEGI PELAKSANAAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN (SP) HALUSINASI
DX Perencanaan
Tujuan Intervensi
Perubaha Pasien SP 1 (pasien) SP 1 (Keluarga)
n persepi mampu : -Mendiskusikan
1. Identifikasi
sensori -Mengenali masalah yang
- Jenis halusinasi
:Halusin halusinasi dirasakan keluarga
- Isi halusinasi
asi yang dalam merawat
- Waktu
dialaminya pasien.
Terjadinya
-Menjelaskan
- Frekuensi
-Mengontrol pengertian, tanda
halusinasi
halusinasinya dan gejala
- Situasi yang
halusinasi yang
menimbulkan
-Mengikuti dialami oleh klien
halusinasi
program beserta proses
- Perasaan saat
pengobatan terjadinya.
terjadi halusinasi
secara -Menjelaskan cara
2. Jelaskan cara-cara
optimal cara merawat
mengontrol halusinasi,
3. Ajarkan pasien klien dengan

mengontrol halusinasi halusinasi

dengan cara pertama:


menghardik halusinasi
Masukan dalam
jadwal kegiatan harian
SP 2 (Pasien) SP 2(Keluarga)

1. Evaluasi SP 1 -Melatih keluarga


2. Latih pasien mempraktikkan
mengontrol halusinasi cara merawat klien
dengan cara kedua: dengan halusinasi.
bercakap-cakap dengan -Melatih keluarga
orang lain mempraktikkan
3. Masukan dalam jadwal cara merawat
kegiatan harian langsung kepada
klien halusinasi.
SP 3 (Pasien) SP 3 (Keluarga)
Membantu
1. Evaluasi SP 1,2
keluarga membuat
2. Latih pasien
jadwal aktivitas di
mengontrol halusinasi
rumah termasuk
dengan cara ketiga:
minum obat
melaksanakan aktivitas
(discharge
terjadwal
planning)
3. Masukan dalam jadwal
Menjelaskan
kegiatan harian
follow up klien
setelah pulang.

SP 4 (Pasien)

1. Evaluasi SP 1,2,3
2. Latih pasien
menggunakan obat
secara teratur
3. Masukan dalam jadwal
kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi. Yogjakarta
: Andi

RS Jiwa Daerah Surakarta, Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa (Askep Jiwa


Terkini), 25-27 Maret 2014

Iskandar&Damaiyanti, Mukhripah. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. ISBN 978-602-


8650-91-5
Direja Surya H.A. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:Desember 2011
Wijayaningsih S.K.Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.Jakarta:
D2015
SP 1
Perawat : “Selamat pagi mbak. Perkenalkan nama saya Pelangi Indah, biasa
dipanggil Pelangi. Saya perawat yang akan merawat Mbak. Nama
Mbak siapa ? Mbak senangnya dipanggil apa?”
Pasien : “Nama saya Mawar Merah. Panggil saja mbak M”
Perawat : “Baiklah Mbak M, bagaimana perasaan Mbak hari ini? Apakah
ada keluhan yang Mbak rasakan hari ini?”
Pasien : “Saya merasa ada yang ngejar-ngejar saya Sus, saya akan dMbaknuh.
Saya takut Sus, saya juga sering mendengar suara yang memanggil-manggil
nama saya” (wajah tegang dan tampak ketakutan)
Perawat : “Baiklah Mbak M, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang
suara yang mengganggu Mbak M dan perihal perasaan jika ada yang
mengejar dan ingin membunuh Mbak. Nanti kita juga akan mempelajari
cara mengontrol hal tersebut. Apakah Mbak bersedia?”
Pasien : “Ya Sus”
Perawat : “Berapa lama Mbak ingin berbincang ? dan dimana Mbak
ingin berbincang?”
Pasien : “Terserah Sus. Disini saja Sus”
Perawat : “Bagaimana jika 20 menit
Mbak?” Pasien : “Ya, boleh Sus”
Perawat : “Apakah Mbak merasakan ada yang mengejar-ngejar serta
ingin membunuh Mbak dan mendengar suara tanpa ada
wujudnya?”
Pasien : “Iya Sus. Suara itu muncul dan lama-kelamaan suaranya semakin
mendekat sehingga saya merasa ada yang mengejar dan ingin
membunuh saya”
Perawat : “Apa yang dikatakan suara tersebut Mbak?”
Pasien : “Suaranya manggil-manggil nama saya Sus, terus katanya saya akan
dMbaknuh. Saya takut sekali Sus” (raut wajah ketakutan dan
khawatir)
Perawat : “Saya percaya Mbak mendengar suara tersebut, tetapi belum tentu orang
lain termasuk saya mendengar suara yang sama seperti yang Mbak
dengarkan. Apakah Mbak menedengar suara itu terus menerus atau
hanya sewaktu-waktu saja?”
Pasien : “Sewaktu-waktu Sus”
Perawat : “Kapan waktu yang paling sering Mbak mendengar suara itu dan
berapa kali dalam sehari Mbak mendengarnya?”
Pasien : “Paling sering malam hari, tapi terkadang juga muncul tiba-tiba.
Kadang sekali, tapi kadang-kadang bisa dua kali Sus”
Perawat : “Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu Mbak
sedang sendiri?”
Pasien : “Iya Sus, biasanya kalau lagi sendiri saya suka mikirin keadaan
ekonomi saya yang susah dan ditambah sekarang saya pengangguran
karena di PHK. Saya suka stress kalau mikirin itu mbak, terus tiba-tiba
suara itu muncul”
Perawat : “Apa yang Mbak rasakan atau bagaimana perasaan Mbak
ketika mendengar suara itu?”
Pasien : “Saya merinding Sus. Saya takut sekali dan merasa terancam”
(wajah tegang dan keringat dingin)
Perawat : “Kemudian apa yang Mbak lakukan?”
Pasien : “Ketika suara itu muncul, saya berteriak kepada suara itu dan lari mbak.
Saya takut akan dibunuh” (ketakutan)
Perawat : “Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang?”
Pasien : “Tidak Sus. Suaranya malah semakin terdengar jelas dan selalu
mengikuti saya mbak. Saya benar-benar takut”
Perawat : “Apa yang Mbak alami itu namanya Halusinasi. Bagaimana kalau
sekarang kita belajar cara-cara untuk mencegah suara itu muncul, apa
Mbak bersedia?”
Pasien : “Baik Sus. Tapi bagaimana caranya?”
Perawat :“Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik,
minum obat, bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan
aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah Mbak bersedia?”
Pasien : “Iya Sus”
Perawat : “Baik, kita mulai sekarang ya Mbak. Saya akan mempraktekan terlebih
dahulu, kemudian baru Mbak mempraktekkan kembali apa yang telah saya
lakukan. Begini... jika suara itu muncul, katakan dengan keras “pergi..pergi
saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil menutup kedua telinga
Mbak. Lakukan terus hal itu sampai suaranya hilang. Seperti itu ya bu, coba
sekarang Mbak ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi?”
Pasien : “Baik Sus. “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara
palsu”(sambil menutup telinga)
Perawat : “Bagus sekali Mbak, coba lakukan sekali lagi”
Pasien : (mengangguk) “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara
palsu” (sambil menutup telinga)
Perawat : “Wah... bagus sekali Mbak. Mbak sudah bisa
melakukannya” Pasien : (tersenyum)
Perawat : “Bagaimana perasaan Mbak setelah kita kita bercakap-
cakap?” Pasien : “Sekarang saya lebih lega dan tenang Sus” (wajah rileks)
Perawat : “Syukurlah Mbak. Apakah Mbak masih ingat pembicaraan kita
mengenai permasalahan Mbak dan cara mengatasinya?”
Pasien : “Iya Sus. Saya mengalami halusinasi, sering muncul kalau saya
lagi sendirian. Kalau suaranya muncul, saya bisa mengatasinya
dengan menghardik seperti yang mbak ajarkan”
Perawat : “Mbak masih ingat caranya?”
Pasien : “Iya Sus. Kalau ada suara itu, saya harus menutup telinga dan
mengatakan “pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu”
sampai suaranya
hilang”
Perawat : “Bagus sekali karena Mbak sudah mengerti. Jika hal tersebut itu muncul
lagi, tolong Mbak praktekkan cara yang sudah saya ajarkan , dan
masukkan dalam jadwal harian Mbak. Mbak bisa melakukannya 2
hingga 3 kali sehari pada pukul 09:00, 14:00 dan jam 20:00 ?”
Pasien : “Baik Sus, akan saya lakukan” (mengangguk)
Perawat : “Baiklah Mbak. Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
cara yang kedua yaitu dengan minum obat untuk mencegah suara-suara
itu muncul, apakah Mbak bersedia?”
Pasien : “Ya. Saya bersedia Sus”
Perawat : “Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang di taman saja
dan waktunya pukul 09.00?”
Pasien : “Iya nggap apa-apa Sus”
Perawat : “Kalau begitu saya pamit dulu Mbak, sampai bertemu besok. Selamat
pagi” (berdiri dan meninggalkan ruangan)
Pasien : “Pagi” (Tersenyum)
Perawat : (mendokumentasikan kegiatan yang sudah dilakukan dengan pasien)

Anda mungkin juga menyukai