HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG HUDOWO
RSJ DR. AMINO GONDHOUTOMO
Dosen Pembimbing :
Firman Hidayat M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J
Disusun Oleh :
Fina Khoerun Nisa
C1020020
1. Definisi
Halusinasi merupakan salah satu dari gangguan jiwa dimana seseorang tidak
mampu membedakan antara kehidupan nyata dengan kehidupan palsu. Dampak
yang muncul dari pasien dengan gangguan halusinasi mengalami panik, perilaku
dikendalikan oleh halusinasinya, dapat bunuh diri atau membunuh orang, dan
perilaku kekerasan lainnya yang dapat membahayakan dirinya maupun orang
disekitarnya (Rahmawati, 2019).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017)
2. Etiologi
1. Faktor Presdisposisi
a. Faktor Perkembangan
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan menakutkan.
Klien tida sanggup menentang sehingga klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi ego.
Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan,namun menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol
semua perilaku klien.
4. Dimensi Sosial
Menurut (Azizah, 2016) Tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat
menetapkan masalah halusinasi, antara lain:
1. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri,
9. Menarik diri,
4. Klasifikasi
Jenis – jenis pada halusinasi dan karakteristik menurut Candra, Harini, &
Sumitra, 2017 :
a. Halusinasi Pendengaran (auditif)
Pasien biasanya mendengar suara suara atau kebisingan yang tidak jelas
ataupun sangat jelas, dimana terkadang suara suara itu seperti mengajak
pasien atau memerintahkan pasien untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi Penglihatan (optik)
Halusinasi yang dialami seperti seolah seolah pengecap suatu rasa. Jadi
pasien seperti mengecap sebuah rasa pada makanan yang sebenarnya tidak
nyata.
e. Halusinasi Peraba (taktil)
Menurut (Zelika & Dermawan, 2015) dan (Dermawan & Rusdi, 2013) ada
beberapa fase atau tahapan dalam proses terjadinya halusinasi yaitu :
a. Tahap I (comforting)
Tahap pertama yaitu memberikan rasa nyaman, tingkat ansietas pada tingkat
sedang, secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan dengan
karakteristik sebagai . Tahap I (comforting) berikut :
1) Pasien mengalami ansietas, merasa kesepian, rasa bersalah yang besar
dan ketakutan.
2) Pasien mencoba berfokus pada pikiran yang mampu membuat ansietas
atau kecemasannya hilang.
3) Pikiran dan pengalaman pasien masih dalam kontrol kesadaran penuh.
Pasien biasanya pada tahap ini cenderung seperti suka menyalahkan diri
sendiri, tingkat kecemasan sudah mulai berat, secara umum halusinasi yang
mampu menyebabkan rasa antipasti memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Memiliki pengalaman sensori yang menakutkan.
4) Sering menarik diri dari orang lain Perilaku yang biasa ditampakkan
pada pasien yaitu :
a) Terjadi peningkatan pada denyut jantung, nadi, pernafasan, dan juga
tekanan darah pasien,
b) Perhatian dengan lingkungan mulai berkurang,
C. Pengkajian
Tanda dan gejala gangguan sensori persepsi dapat ditemukan dengan wawancara,
melalui pertanyaan sebagai berikut :
1. Dari pengamatan saya sejak tadi, bapak/ibu tampak seperti apa yang sedang
bapak/ibu dengar atau lihat ?
2. Apakah bapak/ibu melihat bayangan-bayangan yang menakutkan ?
10. Apa yang sudah bapak/ibu lakukan, Ketika mendengar suara dan melihat bayangan
tersebut?
D. Pohon masalah
Isolasi sosial
E. Diagnosa keperawatan
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya.
Tindakan :
b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa
tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman
bicara
c. Bantu klien mengenal halusinasinya
3) Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri
tidak mendengarnya?
4) Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu?
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (
tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus halusinasi
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum
obat yang dirasakan
d. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
Tujuan khusus :
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
1) K – P
2) K – P – P lain
3) K – P – P lain – K lain
4) K – Kel/Klp/Masy
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
2) Jelaskan tujuan
3) Buat kontrak
Nurhalimah. (2016). Modul Ajar Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Kemenkes RI.
Candra, I. W., Harini, I. G. A., & Sumitra, I. N. (2017). Psikologi Landasan Ilmu Keperawatan
Jiwa. (I Wayan Mustika, Ed.) (Edisi 1). Yogyakarta: Andi (Anggota IKAPI).
Gail W. Stuart. (2016). Prinsip dan Praktik KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA STUART.
(B. A. Keliat & J. Pasaribu, Eds.) (Edisi Indo). Jakarata: Elsevier