Anda di halaman 1dari 20

A.

Pengertian

Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan

panca indra tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami

suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi palsu

(Prabowo, 2014).

Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan

sensori persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada

(Sutejo, 2017).

Berdasarkan pengertian halusnasi itu dapat diartikan bahwa, halusinasi

adalah gangguan respon yang diakibatkan oleh stimulus atau rangsangan yang

membuat klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

B. Etiologi

Yosep (2014) membagi faktor penyebab halusinasi menjadi 2, yaitu:

1. Faktor presdisposisi

a. Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya

kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu

mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih

rentan terhadap stress.

b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga

akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada

lingkungannya.

c. Faktor Biokimia

Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress

yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan

dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia.

d. Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada

ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien lebih suka

memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam

hayal.

e. Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua

skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi

menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang

sangatberpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi

a. Dimensi Fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti

kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium

dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.


b. Dimensi Emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat

diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan menakutkan.

c. Dimensi Intelektual

Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi

ego.

d. Dimensi Sosial

Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal dan

comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat

membahayakan.

e. Dimensi Spiritual

Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup,

rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah.

C. Patopsikologi

Stuart dan Laraia (2014), menunjukan tahapan terjadinya halusinasi terdiri

dari 4 fase dan setiap fase mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu:

1. Fase I

Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, dan takut

serta mencoba untuk berfokus pada pkiran yang menyenangkan untuk

meredakan ansietas disini pasien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,

gerakan mata cepat,dan asyik sendiri.

2. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas

kendali dan mencoba jaga jarak dengan sumber yang dipersepsikan

sehingga timbul peningkatan tanda-tanda vital.

3. Fase III

Pasien menghentikan perlawanan halusinasi dan menyerah pada

halusinasi. Disini pasien sukar berhubungan dengan orang lain, tidak

mampu mematuhi perintah dari orang lain, dan kondisi sangat

menegangkan terutama berhubungan dengan orang lain.

4. Fase IV

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah

halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri dan tidak

mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu

berespon lebih dari 1 orang.

D. Pohon Masalah

Effect : Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core Problem : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Causa : Isolasi Sosial


E. Manifestasi Klinis

Azizah (2016), menyebutkan tanda dan gejala perlu diketahui agar dapat

menetapkan masalah halusinasi, antara lain:

1. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri

2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu

3. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan

sesuatu

4. Disorientasi

5. Tidak mampu atau kurang konsentrasi

6. Cepat berubah pikiran

7. Alur pikiran kacau

8. Respon yang tidak sesuai

9. Menarik diri

10. Sering melamun

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab

dari halusinasi (Stuart, 2015), yaitu:

1. Pemeriksaan darah dan urine, untuk melihat kemungkinan infeksi serta

penyalahgunaan alkohol dan NAPZA.

2. EEG (elektroensefalogram), yaitu pemeriksaan aktivitas listrik otak untuk

melihat apakah halusinasi disebabkan oleh epilepsi.

3. Pemindaian CT scan dan MRI, untuk mendeteksi stroke serta

kemungkinan adanya cedera atau tumor di otak


G. Penatalaksanaan

1. Psikofarmakologi

Hawari (2017), menyebutkan jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2

golongan yaitu:

a. Golongan generasi pertama (typical)

Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya:

Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil),

Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan

Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).

b. Golongan kedua (atypical)

Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,

Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel),

dan Clozapine (Clozaril).

2. Psikoterapi

Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan

apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana

kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri

sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa

terapi aktivitas kelompok (TAK).

3. Terapi Somatik

Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:

a. Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau

manual untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi & Purwanto,

2015).

b. Seklusi

Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan

khusus (Riyadi & Purwanto, 2015).

c. Foto therapy atau therapi cahaya

Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini

diberikan dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih

terang dari sinar ruangan) (Riyadi & Purwanto, 2015).

d. ECT (Electro Convulsif Therapie)

ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik

dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik

(Riyadi & Purwanto, 2015).

4. Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi

interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi),

pada masa rehabilitasi ini juga pasien dapat diberikan terapi musik

instrumental.

H. Fokus Pengkajian Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien

dan keluarga:
a) Tanda dan gejala halusinasi dapat ditemukan dengan wawancara,

melalui pertanyaan sebagai berikut:

1) Apakah mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan?

2) Apakah melihat bayangan-bayangan yang menakutkan?

3) Apakah mencium bau tertentu yang menjijikkan?

4) Apakah merasakan sesuatu yang menjalar di tubuhnya?

5) Apakah merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak

mengenakkan?

6) Seberapa sering mendengar suara-suara atau melihat bayangan

tersebut?

7) Kapan mendengar suara atau melihat bayang-bayang?

8) Pada situasi apa mendengar suara atau melihat bayang-bayang?

9) Bagaimana perasaan mendengar suara atu melihat bayangan

tersebut?

10) Apa yang telah dilakukan, ketika mendengar suara dan melihat

bayangan tersebut?

b) Tanda dan gejala halusinasi di dapatkan saat observasi :

1) Tampak bicara atau tertawa sendiri

2) Marah-marah tanpa sebab

3) Memiringkan atau mengarahkan telinga ke arah tertentu atau

menutup telinga

4) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu

5) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas


6) Menghidu seperti membaui bau-bauan tertentu

7) Menutup hidung

8) Sering meludah

9) Muntah

10) Menggaruk permukaan kulit

I. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

J. Perencanaan

Diagnosa
Intervensi
Keperawatan

Gangguan Persepsi SP 1:

Sensori: Halusinasi 1. Bantu klien mengenal halusinasi (isi, waktu

terjadinya, frekuensi, situasi pencetus, perasaan

saat terjadi halusinasi).

2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik.

3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara

menghardik.

4. Peragakan cara menghardik.

5. Minta pasien memperagakan ulang.

6. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian klien.

SP 2:

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1), Berikan


Pujian.

2. Latih cara mengontrol halusinasi bercakap-cakap

dengan orang lain saat terjadi halusinasi.

3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan

menghardik, dan bercakap-cakap

SP 3:

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, dan SP 2),

Berikan Pujian.

2. Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk

mengatasi halusinasi.

3. Diskusikan kegiatan/ kemampuan positif yang

biasa dilakukan oleh klien.

4. Latih cara mengontrol halusinasi dengan

melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan).

5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan

menghardik, bercakap-cakap dan kegiatan harian.

SP 4 :

1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, SP 2, dan SP 3),

Berikan Pujian.

2. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada

gangguan jiwa.

3. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai

program.
4. Jelaskan akibat bila putus obat.

5. Jelaskan prinsip 6B (jenis, guna, dosis, frekuensi,

cara, kontinuitas minum obat).

6. Latih klien minum obat.

7. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan

menghardik, bercakap-cakap, kegiatan harian dan

minum obat.

K. Evaluasi

1. Klien mampu menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi dengan cara:

a. Menghardik halusinasi

b. Mematuhi program pengobatan

c. Mengajak orang lain bercakap-cakap dengan bila timbul halusinasi.

d. Menyusun jadwal kegiatan harian untuk mengurangi waktu luang dan

melaksanakan jadwal kegiatan tersebut secara mandiri

e. Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dalam mengendalikan

halusinasi

2. Evaluasi keperawatan untuk keluarga

a. Menjelaskan halusinasi yang dialami oleh pasien

b. Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi

c. Mendemonstrasikan cara merawat pasien halusinasi

d. Memodifikasi lingkungan untuk membantu pasien mengatasi

masalahnya
e. Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi

masalah halusinasi
L. Daftar Pustaka

Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan


Jiwa. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Fitria, Nita. (2019). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Hawari, D. H. (2016). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. FKUI
Universitas Indonesia. Jakarta.
O'Brien, P. G., Kennedy, W. Z., & Ballard, K. A. (2014). Keperawatan
Kesehatan Jiwa Pskiatrik Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Nuha Medika.
Riyadi S dan Purwanto T. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Stuart,G.W.,Sundden, S. J. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC.
Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:
Ganguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) HALUSINASI

Masalah Utama           : Halusinasi Pendengaran

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien:

a. Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar

b. Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri

c. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan

isinya tidak jelas serta melihat setan-setan

2. Diagnosa keperawatan:

Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar

B. Tujuan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Kepada Pasien

1. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya

2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya

3. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara

mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan

cara pertama: menghardik halusinasi

Orientasi:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan Insan Husada Surakarta
yang akan merawat bapak Nama Saya Nurhakim Wibowo, senang dipanggil
Hakim. Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apa keluhan Bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
Bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu?
Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”
Kerja:
”Apakah Bapak  mendengar suara tanpa ada ujudnya? Apa yang dikatakan suara
itu?”
”Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling
sering dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara
itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
” Apa yang bapak  rasakan pada saat mendengar suara itu?”
 ”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?
”Bapak, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat
minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak  bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu.
Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak
peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan Bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara
itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut! bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan
latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana
kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara
dengan cara yang kedua? Jam berapa? Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa
lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara

kedua: bercakap-cakap dengan orang lain 

Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?
Berkurangkan suara-suaranya Bagus! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara
kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol
dengan Bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo
ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri, anak bapak
katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang dengar suara-suara. Begitu
bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba
sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara
yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara
ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan
dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap?
Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok
pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu
melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00?
Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara

ketiga: melaksanakan aktivitas terjadwal 

Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai  dua cara yang telah kita latih ?
Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara
yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau
di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara?
Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
Kerja:
“Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah
banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan
untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi
agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya! (Saudara dapat melatih
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari
pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita
membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 12.00 pagi? Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai  tiga cara yang telah kita latih ?
Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum
obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak
minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini
saja ya bapak?”
Kerja:
“Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna
orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya
untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya
sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP)  3
kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara
sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan
dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter
untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-
obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu
obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain.
Baca nama  kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara
yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya  bapak juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas
per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan!
Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada
jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat
atau  pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita
ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”

C. Tujuan Strategi Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga

1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit

maupun di rumah

2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien

SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis

halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara

merawat pasien halusinasi.


Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara.

Orientasi:
“Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya yudi perawat yang merawat Bapak”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan
bantuan apa yang Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama
waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
Kerja:
“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu
lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar
atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau  marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya
suara itu tidak ada.”
“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan
itu tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada
beberapa cara untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-
cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah
halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya bahwa anak tersebut
memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak
mendengar atau melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap
dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-
sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak untuk membuat jadwal
kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian
jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat
tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk
minum obat secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3
macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-
suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam
7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya
sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara
berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk
mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak
dengan cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik
suara tersebut. Bapak  sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk
punggung Bapak, katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang
diajarkan perawat bila suara-suara itu datang?  Ya..Usir suara itu, bapak Tutup
telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan
berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Bu”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi Bapak?”
“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?”
”Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu
untuk  mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?”
”Jam berapa kita bertemu?”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi

SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung

dihadapan pasien

Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien

dengan halusinasi  langsung dihadapan pasien.

Orientasi:
“Selamat pagi”
“Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?”
”Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi Bapak yang
sedang  mengalami halusinasi?Bagus!”
” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan
cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak”.
”mari kita datangi bapak”
Kerja:
”Selamat pagi pak” ”pak, istri bapak sangat ingin membantu bapak
mengendalikan suara-suara yang sering bapak dengar. Untuk itu  pagi  ini istri
bapak  datang untuk mempraktekkan cara memutus suara-suara yang bapak
dengar. pak nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-
senyum sendiri, maka Ibu akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba
ibu  peragakan cara memutus halusinasi yang sedang bapak alami seperti yang
sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak
mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut”
(saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus
sekali!Bagaimana pak? Senang dibantu Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal
harian bapak. (Pasien memperlihatkan dan dorong istri/keluarga memberikan
pujian) Baiklah,  sekarang saya dan istri bapak ke ruang perawat dulu” (Saudara
dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Ibu  setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan  Bapak?”
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat melakukan cara itu bila
Bapak mengalami halusinas”.
“Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang
jadwal kegiatan harian Bapak. Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya.
Sampai jumpa.”

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan

Orientasi:
“Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang ketemu untuk
membicarakan jadual bapak selama dirumah”
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang
tamu!”
“Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja:
“Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan.
Coba Ibu lihat mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan?” Bu jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh bapak selama di rumah. Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar
suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika  hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan ulang dan di berikan tindakan”
Terminasi:
“Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara
merawat bapak Bagus (jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini
jadwalnya. Sampai jumpa.”

            

Anda mungkin juga menyukai