Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

Disusun Oleh:

Nama : Maya Miranthi Oematan

Nim : 2308082

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2024
1. Pengertian
Gangguan jiwa adalah gangguan pada fungsi mental, yang meliputi emosi, pikiran,
perilaku, persepsi yang menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat
dan motivasi sehingga mengganggu seseorang dalam proses hidup di masyarakat
(Adianta and Putra, 2018).
Halusinasi ialah kesalahan sensori presepsi yang menyerang panca indra berupa
penglihatan, penciuman, pengecapan, perabaan, dan suara dimana klien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada. (Damayanti, 2012 dalam Aji, 2019).
Halusinasi adalah gangguan atau perubahan presepsi dimana pasien mempresepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. (Prabowo, 2014 dalam Irwan, 2020).
Berdasarkan Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi merupakan
munculnya pandangan ketika adanya rangsangan yang diberikan kepada 6 indra yang
mengakibatkan individu mempresentasikan suatu hal yang keberadaan sebenarnya tidak
ada atau tidak terjadi.

2. Klasifikasi
Macam-macam halusinasi
a. Pasien yang sedang mengalami halusinasi pendengaran adalah pasien yang merasa
ada suara seseorang yang berbentuk kebisingan yang kurang jelas sehingga memicu
terjadinya perasaan takut terhadap individu.
b. Pada halusinasi penglihatan individu mengatakan bahwa dia melihat sesuatu yang
aneh berupa kilatan cahaya, gambar geometris, bahkan bayangan-bayangan yang
membuat halusinasi pada individu terasa nyata, walaupun sebenarnya itu tidak ada.
c. Halusinasi penciuman individu mengatakan bahwa dapat mencium aroma-aroma
seperti anyir darah, feses bahkan urine yang sebetulnya hanya khayalan saja,.
d. Pada halusinasi pengecapan, pasien mengatakan makan atau minum sesuatu yang
menjijikkan. Walaupun itu juga hanya halusinasi dari pasien namun cukup membuat
pasien merasa tertekan.
e. Halusinasi perabaan pasien mengatakan serasa ada binatang atau sesuatu yang
merayap di tubuhnya atau di permukaan kulit.
3. Etiologi (Stuart (2007; Zelika 2015)
a. Faktor Predisposisi
Merupakan faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Hal ini dapat diperoleh dari klien
atau keluarga. Faktor predisposisi sebagai berikut:
1. Faktor Perkembangan: Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan
hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan
kecemasan.
2. Faktor Sosiokultural: Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang
merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya.
3. Faktor Biologis: Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal,
perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik
4. Faktor Psikologis: Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran
ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stres
dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas.
5. Faktor Genetik: Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi
hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini
b. Faktor Presipitasi
Merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman
atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang
lingkungan yang sering, seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama diajak
komunikasi, objek yang ada dilingkungan dan juga suasana sepi/isolasi. Hal ini sering
sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut dapat meningkatkan stress
dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik.
1. Perilaku: Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa rasa curiga, takut, tidak
aman, gelisah dan bingung, berperilaku yang merusak diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan
tidak nyata.
2. Sumber Koping: Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang.
Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan sumber koping
dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan
masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang
mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi
koping yang berhasil.
3. Mekanisme Koping: Setiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri.
4. Biologis: Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
5. Tahapan Halusinasi dibagi menjadi:
a. Tahap I (non - psikotik)
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada klien, tingkat
orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi klien. Karakteristik:
1. Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan
2. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan
3. Pikiran dan pengalaman sensorik masih ada dalam control kesadaran
Perilaku yang muncul:
1. Tersenyum atau tertawa sendiri
2. Menggerakkan bibir tanpa suara
3. Pergerakan mata yang cepat
4. Respon verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi
b. Tahap II (non-psikotik)
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dan mengalami tingkat
kecemasan yang berat. Secara umum, halusinasi yang ada dapat menyebabkan
antipasti. Karakteristik:
1. Pengalaman sensori menakutkan atau merasakan dilecehkan oleh
pengalaman tersebut
2. Mulai merasa kehilangan kontrol
3. Menarik diri dari orang lain
Perilaku yang muncul:
1. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah
2. Perhatian terhadap lingkungan menurun
3. Konsentrasi terhadap pengalaman sensori menurun
4. Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita
c. Tahap III (psikotik)
Pada tahap ini klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat
kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi. Karakteristik:
1. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
2. Isi halusinasi menjadi atraktif
3. Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir
Perilaku yang muncul:
1. Klien menuruti perintah halusinasi
2. Sulit berhubungan dengan orang lain
3. Perhatian terhadap lingkungan sedikit atau sesaat
4. Tidak mampu mengikuti perintah yang nyata
5. Klien tampak tremor dan berkeringat
d. Tahap IV (psikotik)
Pada tahap ini klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien
terlihat panik
Perilaku yang muncul:
1. Resiko tinggi mencederai
2. Agitasi dan kataton
3. Tidak mampu merespon rangsangan yang ada
Timbulnya perubahan persepsi sensori halusinasi biasanya diawali dengan
seseorang yang menarik diri dari lingkungan karena orang tersebut menilai
dirinya rendah. Bila klien mengalami halusinasi dengar dan lihat atau salah
satunya yang menyuruh pada kejelekan maka akan berisiko terhadap perilaku.

4. Manifestasi Klinik (Nurhalimah, 2016)


Data subjektifnya
a. Pasien mengatakan, mendengar suara-suara (seperti kegaduhan atau mengajaknya
bicara atau menyuruhnya melakukan sesuatu).
b. Pasien mengatakan, melihat sosok dalam bentuk-bentuk tertentu (seperti bayangan,
monster, atau hantu).
c. Pasien mengatakan, mencium bau-bau tertentu (seperti feses, darah, dan urin yang
terkadang bau-bau tersebut membuatnya merasa senang/menyenangkan.
d. Pasien mengatakan, merasakan rasa-rasa tertentu (seperti darah, urin, dan feses)
e. Pasien mengatakan, saat halusinasi datang membuatnya merasa takut atau senang.
Data Objektifnya
a. Pasien tampak berbicara, marah-marah dan tertawa sendiri
b. Pasien mengarahkan telinga atau menunjuk-nunjuk ke suatu arah
c. Pasien menutup kedua telinganya, tampak ketakutan
d. Pasien tampak mencium sesuatu yang bau dan menutup hidung
e. Pasien sering meludah dan muntah serta pasien sering menggaruk-garuk kulitnya

5. Pohon Masalah atau Pathway

Resiko Mencederai Diri Sendiri,


Orang Lain dan Lingkungan

Perubahan Persepsi Sensori:


Halusinasi

Isolasi Sosial: Menarik Diri


6. Manajemen Terapi (Muhith (2015)
a. Psikofarmakologis: obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran
yang merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat anti psikosis,
kelompok umum yang sering digunakan yaitu:

Kelas Kimia Nama Generik (dagang) Dosis Harian

Fenotiazin Tiodazin (Mellaril) 1-40mg


Tioksanten Kloprotikse (Tarctan) 75-600mg
Tiotiksen (Navane) 8-30mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100mg
Dibenzodiasepin Klozapin (Clorazil) 300-900mg
b. Terapi kejang listrik
c. Terapi aktivitas kelompok (TAK)

7. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas klien: Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No
Rumah Sakit dan alamat klien
2. Keluhan utama: Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang kerumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah, dan perkembangan yangdicapai
3. Faktor predisposisi: Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah
mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi psikologis, biologis,
dan social budaya
4. Aspek fisik/biologis: Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu,
Pernafasan, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien
5. Aspek psikososial:
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
c. Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok, yang diikuti dalam masyarakat)
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6. Status Mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek
klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkatkonsentrasi, dan berhitung.
7. Kebutuhan persiapan pulang
e. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat makan
kembali
f. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian
g. Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi
h. Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah
i. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum
8. Mekanisme koping: Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik
dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain
9. Masalah psikososial dan lingkungan: Masalah berkenaan dengan ekonomi,
dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan
pelayanan kesehatan
10. Pengetahuan: Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah
11. Aspek medik: Diagnosa medis yang telah dirumuskan dokter, terapi farmakologi,
psikomotor, okupasional, TAK dan rehabilitasi
b. Diagnosa Keperawatan
1. Halusinasi : Gangguan Persepsi Sensori (D.0085)

c. Rencana Intervensi

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


SDKI SLKI SIKI
Gangguan Persepsi Persepsi Sensori (L.09083) Manajemen Halusinasi (I.09288)
Sensori (D.0085) Setelah dilakukan Intervensi
O:
Keperawatan 1x24 jam, maka
persepsi sensori membaik - Monitor perilaku yang
dengan kriteria hasil: mengindikasi halusinasi
1. Verbalisasi mendengar - Monitor dan sesuaikan tingkat
bisikan membaik aktivitas dan stimulasi lingkungan
2. Verbalisasi melihat - Monitor isi halusinasi (mis,
bayangan membaik kekerasan atau membahayakan diri)
3. Verbalisasi merasakan T:
sesuatu melalui indra
perabaan membaik - Pertahankan lingkungan yang
aman
4. Verbalisasi merasakan
sesuatu melalui indra - Lakukan tindakan keselamatan
penciuman membaik ketika tidak dapat mengontrol
perilaku (mis, limit setting,
5. Verbalisasi merasakan pembatasan wilayah, pengekangan
sesuatu melalui indra fisik, seklusi)
pengecapan membaik
- Diskusikan perasaan dan respon
terhadap halusinasi
- Hindari perdebatan tentang
validitas halusinasi
E:
- Anjurkan memonitor sendiri situasi
terjadinya halusinasi
- Anjurkan bicara pada orang yang
dipercaya untuk memberikan
dukungan dan umpan balik korektif
terhadap halusinasi
- Anjurkan melakukan distraksi
(mis. mendengarkan music,
melakukan aktivitas, dan teknik
relaksi)
- Ajarkan pasien cara mengontrol
halusinasi
K:
- Kolaborasi pemberian obat anti
psikotik dan anti ansietas, jika perlu.
STRATEGI PELAKSANAAN

SP 1

1. Kondisi Klien
a. Klien mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara yang memanggil
namanya pada telinga bagian kanan.
b. Klien tampak gelisah dan tampak pucat
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi (D.0085)
3. Tujuan
Klien dapat terbebas dari halusinasinya serta klien dapat melakukan penanganan
ketika kejadian halusinasi sewaktu-waktu muncul.
4. Intervensi
a. Membantu klien mengenal halusinasi dengan cara berdiskusi dengan klien
tentang isi halusinasi (misalnya, apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul, dan respons pasien saat halusinasi muncul
b. Melatih mengontrol halusinasi (dengan cara menghardik halusinasi)
5. Strategi Pelaksanaan
a. Orientasi
Memberikan salam : Selamat pagi Pak perkenalkan saya perawat AL yang
akan bertugas disini ya pak. Boleh tau nama bapak siapa? Oh Iya pak hari ini
bapak tampak rapi ya, baik pak bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah
ada masalah yang dihadapi pak? Baiklah pak, bagaimana kalo kita bercerita
saja ya mengenai masalah suara-suara yang bapak dengar namun tidak
nampak wujudnya? Tidak akan lama paling hanya 15 menit saja kok. Kira-
kira di mana yah pak kita bisa duduk? Bagaimana kalau di taman Rumah
Sakit? Baiklah mari kita kesana pak.
b. Kerja
Baik pak, apakah bapak mendengarkan suara tanpa melihat wujud dari suara
tersebut? Apakah isi dari perkataan yang dikatakan oleh suara itu? Apakah
suara itu terus saja muncul, atau hanya muncul di waktu-waktu tertentu itu
saja? Kapan suara tersebut muncul? Apakah ketika bapak dalam kondisi
sendiri atau ketika bersama orang? Setelah mendengarkan suara tersebut apa
yang bapak rasakan? Bagaimana cara bapak mengatasi suara yang terus-
terusan terdengar? Pak ini saya mau mengajarkan bapak cara mengatasi
masalah bisik-bisik yang bapak dengar. Pak dengarkan ya dengan baik. Yang
pertama Ketika bapak dengar suara tersebut yang perlu di ingatkan bahwa
suara-suara tersebut hanyalah ilusi dan tidak nyata. Bapak cukup berkata
“Saya tidak ingin mendengarkan apa yang kamu katakan saya tidak akan
mendengarkan suara yang palsu” bapak bisa lakukan dan melafalkan itu
uterus menerus ya pak, ketika dihadapkan dengan bunyi dari suara tersebut.
Coba bapak peragakan sekarang ya. Nah begitu pak caranya… sangat bagus!!
Berarti sudah bisa ya pak, kemudian hal kedua yang perlu bapak lakukan
adalah melakukan kegiatan yang sudah dijadwalkan agar membantu bapak
lebih efektif dalam membangun kefokusan bapak. Kemudian tindakan
selanjutnya yang akan bapak lakukan untuk menghadapi suara-suara yang
tidak nyata tersebut adalah dengan meminum obat dengan teratur sesuai
dengan anjuran yang sudah disampaikan oleh dokter. Baik pak sudah jelaskan
yang saya sampaikan. Kalo begitu bapak bisa ulangi? Wahh bagus sekali ya
pak, masih mendengar dengan baik apa yang sudah saya jelaskan kepada
bapak.
c. Terminasi
Bagaimana perasaannya pak setelah peragaan latihan tadi? kalau suara-suara
itu muncul lagi, silahkan coba cara yang tadi sudah kita lakukan. Bagaimana
kalau kita buat jadwal latihannya? Mau jam berapa saja latihannya pak?
Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara kedua? Bagaimana kalau besok? Jam berapa pak?
Baiklah jam 09 ya pak. Berapa lama kita akan berlatih? Di mana tempatnya?
Baiklah karena pak sudah menunjukan adanya kemajuan, jadi latihan kali ini
cukup sampai disini dulu ya pak. Terimakasih pak.
DAFTAR PUSTAKA

Aji, W. M. H. (2019). Asuhan Keperawatan Orang Dengan Gangguan Jiwa Halusinasi Dengar
Dalam Mengontrol Halusinasi.

Damayanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Irwan, F., Hulu, E. P., Manalu, L. W., Sitanggang, R., & Waruwu, J. F. A. P. (2021). Asuhan
keperawatan Jiwa Dengan Masalah Halusinasi.

Nilamsari A. K. 2014. Laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi.


(Doctoral dissertation, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya) Dikutip dari

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Zelika, A. A., & Dermawan, D. (2015). Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula RSJD Surakarta. Profesi (Profesional Islam): Media
Publikasi Penelitian, 12(02).

Anda mungkin juga menyukai