OLEH:
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah terganggunya presepsi seseorang dimana tidak
terdapat stimulus (Yosep, 2014)
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangasangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).
Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan (Direja, 2011).
2. Etiologi
Menurut Kelliat (2011) penyebab halusinasi dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Faktor Predisposisi
a. Biologis, lesi pada area frontal, temporal dan limbik, gangguan otak
(kerusakan otak, keracunan zat halusinogenik), genetik
b. Neurotransmiter, abnormalitas pada dopamin dan serotonin
c. Psikologis, teori psikodinamik untuk terjadinya respon
neurobiologist yang maladaptive
d. Sosiobudaya, stres yang menumpuk dapat menunjang awitan
skizofrenia
2) Faktor presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak akibat ketidakmampuan, untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stresor.
3. Rentang Respon Neurobiologi
Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham
merupakan gangguan pada isi pikiran. Keduanya merupakan gangguan
dari respons neorobiologi. Oleh karenanya secara keseluruhan, rentang
respons halusinasi mengikuti kaidah rentang respons neorobiologi.
Rentang respons neorobiologi yang paling adaptif adalah adanya
pikiran logis dan terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Rentang
respons yang paling maladaptif adalah adanya waham, halusinasi,
termasuk isolasi sosial menarik diri. Berikut adalah gambaran rentang
respons neorobiologi (Kelliat, 2011).
Adaptif Maladaptif
4. Macam-Macam Halusinasi
Macam-macam halusinasi menurut Yosep (2014), yaitu :
1. Pendengaran (Auditif, Akustik)
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
dimana dimana klien mendengar perkataan bahwa klien mendengar
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
3. Fase Ketiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk kedalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak
berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian
hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
4. Fase Keempat
Adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah
dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol.
Perilaku klien : Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu merespons
terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari satu
orang.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Farida (2010), yaitu :
1) Nonfarmakologis
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk mengurangi tingkat
kecemasan, kepanikan dan ketakutan klien akibat halusinasi,
sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual
dan usahakan agar terjadi kontak mata.
b. Melaksanakan program terapi dokter
c. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah
yang ada
d. Memberi aktivitas pada klien
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
2) Farmakotherapi
a. Anti psikotik:
- Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
- Haloperidol 5 – 15 mg / hari (Haldol, Serenace, Lodomer)
- Stelazine
- Clozapine (Clozaril)
- Risperidone (Risperdal)
b. Anti parkinson
- Trihexyphenidile
- Arthan
3) Terapi Modalitas : TAK ( Terapi Aktivitas Kelompok) : Stimulasi
Persepsi (mengenal halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, dan lain-
lain)
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Stuart Sundeen 1998 dalam Yosep, dkk, 2014, pengkajian
merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan
menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor,
sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2011).
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umumnya,
dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar
memudahkan dalam pengkajian. Isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medik
2. Pohon masalah
Effeck Resiko perilaku
kekerasan
Gangguan Persepsi
Care problem sensori ; Halusinasi
Tujuan khusus
4 : klien dapat
dukungan dari
keluarga dalam
mengontrol
halusinasinya
Tujuan khusus
5 : klien dapat
menggunakan
obat dengan
benar untuk
mengendalikan
halusinasinya
Setelah pertemuan pasien SP 2
mampu : Evaluasi kegiatan yang lalu (SP Mengetahuibahwapasient
Menyebutkan 1) elahmengertiapa yang
kegiatan yang sudah Latih berbicara/ bercakap telahdilatiholehperawatse
dilakukan dengan orang lain saat halusinasi hinggapasiendapatmengg
Memperagakan cara Masukkan dalam jadwal unakannyakembali.
bercakap-cakap kegiatan pasien Mengetahuidanmengenda
dengan orang lain likanhalusinasi
Mampumengontrolsetiap
perkembanganhalusinasi
Setelah pertemuan pasien SP 3
mampu : Evaluasi kegiatan yang lalu (SP Mengetahuiapakahpasient
Menyebutkan 1 dan SP 2) elahmengertiapa yang
kegiatan yang sudah Latih kegiatan agar halusinasi telahdilatiholehperawatse
dilakukan dan tidak muncul hinggakliendapatmelakuk
Membuat jadwal Tahapannya : annyakembali
kegiatan sehari-hari - Jelaskan pentingnya Melatihhalusinasitidakmu
dan mampu aktivitas yang teratur ncul
memperagakan untuk mengatasi
halusinasi
- Diskusikan aktivitas yang
biasa dilakukan oleh
pasien
- Latih pasien melakukan
aktivitas
- Susun jadwal aktivitas
sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah
dilatih (dari bangun pagi
sampai tidur malam)
Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan,
berikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif
6. Evaluasi
a. Evaluasi pasien
Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika klien
menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi dengan
cara yang efektif yang dipilihnya. Klien juga diharapkan sudah mampu
melaksanakan program pengobatan berkelanjutan mengingat sifat
penyakitnya yang kronis.
Evaluasi asuhan keperawatan berhasil jika keluarga klien juga
menunjukkan kemampuan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk
klien mengatasi masalah gangguan jiwanya. Kemampuan merawat di
rumah dan menciptakan lingkungan kondusif bagi klien di rumah menjadi
ukuran keberhasilan asuhan keperawatan, di samping pemahaman keluarga
untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika muncul gejala-gejala
relaps (Azizah, 2011).
b. Evaluasi keluarga
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan
asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga
selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien
termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat
dirumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara
konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program
pengobatan secara optimal.
Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien
akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk
itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar
keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan
halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah.
Tindakan keperawatan menurut Azizah (2011) yang dapat diberikan
untuk keluarga pasien halusinasi adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Farida Kusumawati dk, 2010. “ Buku Ajar Keperawatan Jiwa “ Jakarta: Salemba
Medika
Keliat Budi Ana. 2011. “ Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas “ Jakarta: EGC.