Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI PENDENGARAN

OLEH:

ANA NOVITA D. DA COSTA


PO.530 321 119 669

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

2020
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah terganggunya presepsi seseorang dimana tidak
terdapat stimulus (Yosep, 2014)
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangasangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar).
Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan (Direja, 2011).
2. Etiologi
Menurut Kelliat (2011) penyebab halusinasi dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Faktor Predisposisi
a. Biologis, lesi pada area frontal, temporal dan limbik, gangguan otak
(kerusakan otak, keracunan zat halusinogenik), genetik
b. Neurotransmiter, abnormalitas pada dopamin dan serotonin
c. Psikologis, teori psikodinamik untuk terjadinya respon
neurobiologist yang maladaptive
d. Sosiobudaya, stres yang menumpuk dapat menunjang awitan
skizofrenia
2) Faktor presipitasi
Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak akibat ketidakmampuan, untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stresor.
3. Rentang Respon Neurobiologi
Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham
merupakan gangguan pada isi pikiran. Keduanya merupakan gangguan
dari respons neorobiologi. Oleh karenanya secara keseluruhan, rentang
respons halusinasi mengikuti kaidah rentang respons neorobiologi.
Rentang respons neorobiologi yang paling adaptif adalah adanya
pikiran logis dan terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Rentang
respons yang paling maladaptif adalah adanya waham, halusinasi,
termasuk isolasi sosial menarik diri. Berikut adalah gambaran rentang
respons neorobiologi (Kelliat, 2011).

Adaptif Maladaptif

 Pikiran logis  Kadang-kadang  Waham


 Persepsi Akurat proses pikir  Halusinasi
 Emosi terganggu  Kerusakan
konsisten  Ilusi proses emosi
dengan  Emosi  Perilaku tidak
pengalaman berlebihan terorganisasi
 Perilaku cocok  Perilaku yang  Isolasi sosial
 Hubungan tidak biasa
sosial harmonis  Menarik diri

Gambar 1. Rentang Respons Neurologi

4. Macam-Macam Halusinasi
Macam-macam halusinasi menurut Yosep (2014), yaitu :
1. Pendengaran (Auditif, Akustik)
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
dimana dimana klien mendengar perkataan bahwa klien mendengar
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.

2. Penglihatan (Visual, Optik)


Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
menyenagkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3. Penghidu (Olfaktorik)
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu
sering akibat stroke, tumor, kejang atau dimensia
4. Pengecapan (Gustatorik)
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses
5. Perabaan (Taktil)
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati atau orang
lain
6. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
7. Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala menurut Stuart Sundeen 1998 dalam Yosep, dkk 2014,
yaitu:
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Mendengar suara atau kegaduhan
6) Mendengar suara yang mengajak bercakap – cakap
7) Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
8) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
9) Ketakutan Kepada sesuatu yang tidak jelas
10) Melihat bayangan, sinar bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster
11) Menghidu sedang membaui bau-bauan tertentu
12) Menutup hidung
13) Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses kadang-kadang bau
itu menyenangkan
14) Sering meludah, muntah
15) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
16) Menggaruk-garuk permukaan kulit
17) Menyatakan ada serangga di permukaan kulit
18) Merasa tersengat listrik
19) Anggota badannya bergerak dalam satu ruangan ,atau anggota
badannya bisa erasakan sesuatu gerakan seperti pada klien amputasi
6. Proses Terjadinya Halusinasi
Yosep (2014) halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu :
1. Fase Pertama
Disebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang menyenangkan.
Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik : Klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa
bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien
melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya
menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal
yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka
menyendiri.
2. Fase Kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi
menjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan,
kecemasan meningkat, melamun dan berpikir sendiri menjadi dominan.
Mulai dirasakan adanya bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang
lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda – tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.

3. Fase Ketiga
Adalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk kedalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,
menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak
berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian
hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah.
4. Fase Keempat
Adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah
dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol.
Perilaku klien : Perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu merespons
terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari satu
orang.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Farida (2010), yaitu :
1) Nonfarmakologis
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk mengurangi tingkat
kecemasan, kepanikan dan ketakutan klien akibat halusinasi,
sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual
dan usahakan agar terjadi kontak mata.
b. Melaksanakan program terapi dokter
c. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah
yang ada
d. Memberi aktivitas pada klien
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
2) Farmakotherapi
a. Anti psikotik:
- Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
- Haloperidol 5 – 15 mg / hari (Haldol, Serenace, Lodomer)
- Stelazine
- Clozapine (Clozaril)
- Risperidone (Risperdal)
b. Anti parkinson
- Trihexyphenidile
- Arthan
3) Terapi Modalitas : TAK ( Terapi Aktivitas Kelompok) : Stimulasi
Persepsi (mengenal halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, dan lain-
lain)
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Stuart Sundeen 1998 dalam Yosep, dkk, 2014, pengkajian
merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan
menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor,
sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2011).
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umumnya,
dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar
memudahkan dalam pengkajian. Isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medik

Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua


macam sebagai berikut :
a) Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini
didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
b) Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien
dan keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai
data primer, dan data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan lain
sebagai data sekunder.
Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari
kelompok data yang dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan adalah
sebagai berikut :
a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan
 Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi hanya
memerlukan pemeliharaan kesehatan dan memerlukan tindak lanjut
secara periodik karena tidak ada masalah serta klien telah
mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah.
 Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya preventif
dan promosi, sebagai program antisipasi terhadap masalah.
b. Ada masalah dengan kemungkinan
☞ Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat
menimbulkan masalah.
☞ Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung.
c. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung
merumuskan masalah keperawatan dan masalah kolaboartif. Menurut
FASID pada tahun 1983 dan INJF di tahun 1996, umumnya sejumlah
masalah klien saling berhubungan serta dapat digambarkan sebagai
pohon masalah (Keliat, 2011).

Jenis Halusinasi Data Objektif Data subjektif


Halusinasi Dengar\suara Pasien bicara sendiri Pasien menggatakan
marah-marah tanpa sebab mendengar suara-suara
menyedengkan telinga atau
kearah tertentu,menutup kegaduhan.mendengar
telinga suara yang mengajak
bercakap-
cakap.mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi penglihatan Pasien menunjuk-nunjuk Pasien menggatakan
ke arah tertentu ketakutan melihat bayangan
pada sesuatu yang tidak sinar,bentuk gometris
jelas. bentuk kartoon ,melihat
hantu atau monster
Halusinasi Penghidu Pasien menghidu seperti Pasien menggatakan
sedang membaui bau- membaui bauan-bauan
bauan tertentu ,menutup seperti bau
hidung. darah,urin,feses kadang-
kadang bau itu
menyenangkan
Halusinasi Pengecapan Pasien sering meludah Pasien menggatakan
muntah merasa seperti darah,urin
atau feses
Halusinasi Perabaan Pasien menggaruk-garuk Pasien menggatakan ada
permukaan kulit serangga di permukaan
kulit merasa seperti
tersengat listrik

2. Pohon masalah
Effeck Resiko perilaku
kekerasan

Gangguan Persepsi
Care problem sensori ; Halusinasi

Isolasi sosial ; Menarik diri

Gangguan konsep diri ;


Causa Harga diri rendah

Gambar 2. Pohon Masalah

Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab dan akibat.


Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang
dimiliki oleh klien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan alasan
masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa
masalah klien yang merupakan penyebab masalah utama.
Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain,
demikian seterusnya. Akibat adalah adalah salah satu dari beberapa
masalah klien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama.
3. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan dan pendengaran
b. Isolasi sosial
c. Harga diri rendah
d. Resiko perilaku kekerasan
4. Rencana tindakan keperawatan (Menurut Azizah, 2011)

A. Rencana Asuhan Keperawatan


N DK PERENCANAAN
O TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
1. Gangguan sensori Tujuan umum : Setelah pertemuan pasian SP 1  Mengetahuijenishalusinas
persepsi halusinasi klien tidak dapat menyebutkan :  Bantu pasien dalam mengenal isehinggakliendapatmem
mencederai diri  Isi , waktu, frekuensi, halusinasi : bedakanhal yang
sendiri,orang situasi pencetus, - Isi nyataatautidak
lain dan perasaan - Frekuensi
lingkungan  Mampu memperagakan - Situasi pencetus
Tujuan khusus cara dalam mengontrol - Perasaan saat terjadi
1 : Klien dapat halusinasi halusinasi
membina  Latih mengontrol halusinasi  Mengetahuitindakan yang
hubungan saling dengan cara menghardik dilakukandalammengontr
percaya dengan Tahapan tindakannya meliputi : olhalusinasinya.
perawat - Jelaskan cara menghardik
halusinasi
Tujuan Khusus 2 - Peragakan cara menghardik
: klien dapat - Minta pasien memperagakan
mengenali ulang
halusinasinya
- Pantau penerapan cara ini,
beri penguatan perilaku
Tujuan Khusus
pasien
3:klien dapat
- Masukkan dalam jadwal
mengontrol
kegiatan pasien
halusinasinya

Tujuan khusus
4 : klien dapat
dukungan dari
keluarga dalam
mengontrol
halusinasinya

Tujuan khusus
5 : klien dapat
menggunakan
obat dengan
benar untuk
mengendalikan
halusinasinya
Setelah pertemuan pasien SP 2
mampu :  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP  Mengetahuibahwapasient
 Menyebutkan 1) elahmengertiapa yang
kegiatan yang sudah  Latih berbicara/ bercakap telahdilatiholehperawatse
dilakukan dengan orang lain saat halusinasi hinggapasiendapatmengg
 Memperagakan cara  Masukkan dalam jadwal unakannyakembali.
bercakap-cakap kegiatan pasien  Mengetahuidanmengenda
dengan orang lain likanhalusinasi
 Mampumengontrolsetiap
perkembanganhalusinasi
Setelah pertemuan pasien SP 3
mampu :  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP  Mengetahuiapakahpasient
 Menyebutkan 1 dan SP 2) elahmengertiapa yang
kegiatan yang sudah  Latih kegiatan agar halusinasi telahdilatiholehperawatse
dilakukan dan tidak muncul hinggakliendapatmelakuk
 Membuat jadwal Tahapannya : annyakembali
kegiatan sehari-hari - Jelaskan pentingnya  Melatihhalusinasitidakmu
dan mampu aktivitas yang teratur ncul
memperagakan untuk mengatasi
halusinasi
- Diskusikan aktivitas yang
biasa dilakukan oleh
pasien
- Latih pasien melakukan
aktivitas
- Susun jadwal aktivitas
sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah
dilatih (dari bangun pagi
sampai tidur malam)
Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan,
berikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif

Setelah pertemuan pasien SP 4  Meningkatkanpengetahu


mampu :  Evaluasi kegiatan yang lalu (SP ankliententangfungsioba
 Menyebutkan 1, SP 2, SP 3) t yang diminum agar
kegiatan yang sudah  Tanyakan program pengobatan klienmauminumobatseca
dilakukan  Jelaskan pentingnya penggunaan ramandiridanteratur
 Menyebutkan obat pada gangguan jiwa  Mengetahuiberobatdeng
manfaat dari  Jelaskan akibat bila tidak anberkala
program pengobatan digunakan sesuai program  Meningkatkanpengetahu
 Jelaskan akibat putus obat ankliententangfungsioba
 Jelaskan cara mendapatkan obat/ t yang diminum
berobat
 Jelaskan pengobatan (5 B)
 Mampuminumobatsecar
amandiri
 Latih pasien minum obat
 Masukkan dalam jadwal harian  Mengetahuiberobatdeng
pasien anberkala
Keluarga mampu Setelah pertemuan keluarga SP 1
merawat pasien mampu menjelaskan tentang  Identifikasi masalah keluarga  Mengetahuiapa yang
di rumah dan halusinasi dalam merawat pasien dirasakankeluargasepertik
menjadi sistem  Jelaskan tentang halusinasi esulitandalammerawatpas
pendukung yang - Pengertian halusinasi ien
efektif untuk - Jenis halusinasi yang
pasien dialami pasien  Meningkatkanpengetahua
- Tanda dan gejala nkeluarga
halusinasi tentanghalusinasi,
- Cara merawat pasien perawatanterhadapklien
halusinasi (cara
berkomunikasi
pemberian obat dan
pemberian aktivitas
kepada pasien)
- Sumber-sumber
pelayanan kesehatan
yang bisa dijangkau
- Bermain peran cara
merawat
- Rencana tindak lanjut
keluarga, jadwal keluarga
untuk merawat pasien
Setelah pertemuan keluarga SP 2
mampu :  Evaluasi kemampuan keluarga  Mengetahuisejauhmanake
 Menyelesaikan  Latih keluarga merawat pasien mampuaankeluargadalam
kegiatan yang sudah  RTL keluarga atau jadwal merawatklien
dilakukan keluarga untuk merawat  Mengetahuikeluargaapak
 Memperagakan cara ahikutsertadalampemulih
merawat pasien anpasien
 Mengidentifikasiperkemb
anganpasien
Setelah pertemuan keluarga SP 3
mampu :  Evaluasi kemampuan keluarga  Mengetahuisejauhmanake
 Menyebutkan (SP 2) mampuaankeluargadalam
kegiatan yang sudah  Latih keluarga merawat pasien merawatklien
dilakukan  RTL keluarga atau jadwal  Mengetahuikeluargaapak
 Memperagakan cara keluarga untuk merawat pasien ahikutsertadalampemulih
merawat pasien serta anpasien
mampu membuat  Mengidentifikasiperkemb
RTL anganpasien
Setelah pertemuan keluarga SP 4
mampu :  Evaluasi kemampuan keluarga  Mengetahuisejauhmanake
 Menyebutkan  Evaluasi kemampuan pasien mampuaankeluargadalam
kegiatan yang sudah  RTL keluarga merawatklien
dilakukan - Follow Up  Mengidentifikasikemamp
 Melaksanakan - Rujukan uanpasienselamaperawata
Follow Up n
5. Implementasi:
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan intervensi keperawatan yang
ada (Azizah, 2011)

Diagnosa Pasien Keluarga


Keperawatan
Gangguan sensori SP 1: SP 1:
Persepsi: Halusinasi 1. Mengidentifikasi jenis 1. Mendiskusikan masalah
Pendengaran halusinasi pasien yang dirasakan keluarga
2. Mengidetifikasi I si dalam merawat pasien
halusinasi pasien 2. Menjelaskan pengertian,
3. Mengidentifikasi waktu tanda dan gejala halusinasi
halusinasi pasien dan jenis halusinasi yang
4. Mengidentifikasi frekuensi dialami pasien beserta
halusinasi pasien proses terjadinya
5. Mengidentifikasi situasi 3. Menjelaskan cara-cara
yang menimbulkan merawat pasien halusinasi
halusinasi
6. Mengidentifikasi respon
pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien
menghardik halusinasi.
8. Menganjurkan pasien
memasukkan cara
menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan
harian
SP 2: SP 2:
1. Mengevaluasi jadwal 1. Melatih keluarga
kegiatan harian pasien mempraktekkan cara
2. Melatih pasien merawat pasien dengan
mengendalikan halusinasi halusinasi
dengan cara bercakap- 2. Melatih keluarga
cakap dengan oranglain melakukan cara merawat
3. Menganjurkan pasien langsung kepada pasien
memasukkan dalam jadwal halusinasi
kegiatan harian
SP 3: SP 3:
1. Mengevaluasi jadwal 1. Membantu keluarga
kegiatan harian pasien membuat jadwal aktivitas
2. Melatih pasien dirumah termasuk minum
mengendalikan halusinasi obat
dengan melakukan 2. Menjelaskan follow up
kegiatan yang biasa.

6. Evaluasi
a. Evaluasi pasien
Asuhan keperawatan klien dengan halusinasi berhasil jika klien
menunjukkan kemampuan mandiri untuk mengontrol halusinasi dengan
cara yang efektif yang dipilihnya. Klien juga diharapkan sudah mampu
melaksanakan program pengobatan berkelanjutan mengingat sifat
penyakitnya yang kronis.
Evaluasi asuhan keperawatan berhasil jika keluarga klien juga
menunjukkan kemampuan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk
klien mengatasi masalah gangguan jiwanya. Kemampuan merawat di
rumah dan menciptakan lingkungan kondusif bagi klien di rumah menjadi
ukuran keberhasilan asuhan keperawatan, di samping pemahaman keluarga
untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika muncul gejala-gejala
relaps (Azizah, 2011).
b. Evaluasi keluarga
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan
asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga
selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien
termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat
dirumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara
konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program
pengobatan secara optimal.
Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien
akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk
itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar
keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien dengan
halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah.
Tindakan keperawatan menurut Azizah (2011) yang dapat diberikan
untuk keluarga pasien halusinasi adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Azizah. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:Graha Ilmu


Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Nuha Medika

Farida Kusumawati dk, 2010. “ Buku Ajar Keperawatan Jiwa “ Jakarta: Salemba

Medika

Keliat Budi Ana. 2011. “ Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas “ Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus. 2014. “ Keperawatan Jiwa “ Edisi 4. Jakarta: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai