“HALUSINASI ”
Disusun Oleh :
DANTI ETRIA MAHARANI, S.Kep.
NPM : 22.14901.14.23
I. Masalah Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : HALUSINASI
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata artinya
klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus/rangsangan dari luar
(Ma’rifatul, Azizah Lilik, Zainuri, Imam,& Akbar, 2016).
b. Faktor predisposisi
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.
Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan
atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress.
c. Faktor presipitas
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
e. Batasan karakteristik
1. Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan
yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang
dapat membahayakan.(Nurarif,Huda Amin & Kusuma, H. 2016)
2. Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang,
kejadian alamiah dan music dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsangan apapun .
Hakusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap
suara atau bunyi (Nurarif,Huda Amin & Kusuma, H. 2016)
3. Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan
yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti
melihat monster.
4. Halusinasi Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan yang
tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau
dimensia.
5. Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses sehingga sering meludah dan
muntah.
6. Halusinasi Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik
yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain, dan merasa ada serangga dipermukan
kulit.
7. Halusinasi Viseral
Yaitu badannya dianggap berubah bentuk dan tidak normal seperti biasanya seperti
Merasakan fungsi dari bagian tubuhnya yang sedang berproses atau sedang berlangsung
seperti klien merasakan aliran darah yang terjadi dalam tubuhnya, jika secara normal
manusia tidak bisa merasakan proses aliran darah yang terjadi dalam tubuh manusia,
contoh lainnya klien merasakan proses pembentukan urine dalam tubuhnya.
8. Kinestetik
Merasakan pergerakan di tubuhnya sementara jika di lihat pada kondisi nyata klien tersebut
tidak bergerak, contoh ketika pasien mengatakan bahwa tubuhnya sedang melayang laying
di atas bumi.
f. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di
mana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien
benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi
ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan.
Tanda dan gejala :
1. Muka merah
2. pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat
6. Memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
g. Rentang respon
Rentan respon neurobiologist(Ma’rifatul, Azizah Lilik, Zainuri, Imam,& Akbar, 2016).
Respon Adaptif Respon Psikososial Respon Maladaptif
Keterangan Gambar :
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah
akan dapat memecahkan masalah tersebut.
1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman ahli
4. Perilaku cocok individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya umum yang belaku.
5. Perilaku sosial/ hubungan sosial harmonis adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
Respon Maladaptif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif
meliputi :
1. Kelainan Pikiran/Waham adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.
2. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realita
atau tidak ada.
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
4. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur
5. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai
ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam
h. Sumber koping
Ada (5 lima) Tahapan/ Fase-fase halusinasi yaitu :
1. Fase I : Sleep Disorder
Adalah halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul halusinasi.
a. Karakteristik
Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut diketahui orang
lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena berbagai stressor
terakumulasi dan support system yang kurang dan persepsi terhadap masalah sangat buruk.
Contohnya misalnya : kekasih hamil, terlibat narkoba, dihianiti kekasih, PHK ditempat
kerja, penyakit, utang, dll.
b. Perilaku Klien
Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus sehingga terbiasa menghayal, dan
menganggap menghayal awal sebagai pemecah masalah.
2. Fase II : Comforting Moderate level of anxiety
Pada fase ini halusinasi secara umum mulai diterima sebagai sesuatu yang lami
a. Karakteristik
Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan
berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan. Klien
beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya dapat ia control bila kecemasannya
diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.
b. Perilaku Klien
1. Tersenyum, tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibir tanpa suara
3. Pergerakan mata yang cepat
4. Respon verbal yang lambat
5. Diam, dipenuhi rasa yang mengasyikan
i. Mekanisme koping
Proses Keperawatan
Kondisi klien :
Klien sering melamun, bicara sendiri
Sosialisasi dengan lingkungan sekitar kurang
Klien mengatakan ada yang mengajak ngomong terus, selalu menyuruh-nyuruh
melakukan pekerjaan, sumber suara dari kuping bisikan itu terdengar. Kadang ada orang
cebol yang menyuruh, kadang tanpa wujud.
Diagnosa keperawatan :
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
KERJA:
”Apakah Mbak mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering Mbak dengar
suara tersebut? Berapa kali sehari Mbak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah
pada waktu sendiri?”
” Apa yang Mbak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang Mbak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang?
Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
” Mbak, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik
suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan
yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung Mbak bilang, pergi!! saya tidak
mau dengar,… Saya tidak mau dengar. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak
terdengar lagi. Coba Mbak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus Mbak sudah bisa”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan Mbak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul lagi,
silakan coba cara tersebut! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya? Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara
dengan cara yang kedua? Jam berapa Mbak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan
berlatih? Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap dengan orang
lain
Orientasi:
“Selamat pagi Mbak.. Bagaimana perasaan Mbak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul?
Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Berkurangkan suara-suaranya, Bagus! Sesuai janji
kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Jadi kalau Mbak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk
diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan Mbak Contohnya begini; … tolong, saya mulai
dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Mbak, Mbak
katakan: Mbak, ayo ngobrol dengan saya. Sayasedang dengar suara-suara.
Begitu Mbak. Coba Mbak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi!
Bagus! Nah, latih terus ya Mbak!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Mbak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang Mbak pelajari
untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau Mbak mengalami halusinasi
lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian Mbak. Mau jam berapa latihan
bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi
saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas
terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 16.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok
ya. Selamat pagi”
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan aktivitas
terjadwal
Orientasi: “Selamat pagi MbakBagaimana perasaan Mbak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih? Bagaimana hasilnya? Bagus! Sesuai
janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan
kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita
bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
Kerja:
“Apa saja yang biasa Mbak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak
sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua
kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali Mbak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat Mbak
lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari
pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Mbak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-
suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus
sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian Mbak Coba lakukan sesuai jadwal ya!
(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas
dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum
obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 16.00?Di ruang makan ya!
Sampai jumpa.”
SP 4. Pasien : Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Orientasi:
“Selamat pagi Mbak Bagaimana perasaan Mbak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncu ?
Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah
dilaksanakan? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang
obat-obatan yang Mbak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit. Di sini saja ya Mbak?”
Kerja:
“Mbak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara berkurang/hilang ?
Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang Mbak dengar dan mengganggu selama ini tidak
muncul lagi. Berapa macam obat yang Mbak minum ? (Perawat menyiapkan obatpasien) Ini yang
warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks
dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jamMbak(HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk
pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti
konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, Mbak akan kamMbakh dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis Mbak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi. Mbak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya
Mbak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya Mbak. Jangan keliru dengan obat
milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang
benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya Mbak juga harus perhatikan berapa jumlah
obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Mbak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang kita
latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan
jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan Mbak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada
perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi
untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 16.00. sampai jumpa.”
ORIENTASI:
“Selamat pagi Mbak”. “Saya perawat Kristina yang merawat Mbak”
“Bagaimana perasaan Mbak hari ini? Apa pendapat Mbak tentang Mbak?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Mbak alami dan bantuan apa yang Mbak
bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu Mbak? Bagaimana
kalau 30 menit”
KERJA:
“Apa yang Mbak rasakan menjadi masalah dalam merawat Mbak Apa yang Mbak lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Mbak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu
yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Mbak/Mbak mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada.”
“Kalau Mbak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk
membantu Mbak agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama,
dihadapan Mbak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Mbak percaya
bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Mbak sendiri tidak
mendengar atau melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan Mbak melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul
lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan
bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Mbak untuk membuat jadwal
kegiatan sehari-hari. Tolong Mbak pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu Mbak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait
dengan obat ini, saya juga sudah melatih Mbak untuk minum obat secara teratur. Jadi Mbak dapat
mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk
menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan
jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya memBuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ
tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ.
Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekamMbakhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Mbak dengan cara
menepuk punggung Mbak. Kemudian suruhlah Mbak menghardik suara terseMbakt. Mbak sudah
saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Mbak. Sambil menepuk punggung Mbak, katakan:
Mbak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara itu datang?
Ya..Usir suara itu, Mbak Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”.
Ucapkan berulang-ulang, Mbak”
”Sekarang coba Mbak praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Mbak”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Mbak setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi Mbak?”
“Sekarang coba Mbak sebutkan kembali tiga cara merawat Mbak?”
”Bagus sekali Mbak. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan Mbak?”
”Jam berapa kita bertemu?”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien
ORIENTASI:
“Selamat pagi”
“Bagaimana perasaan Mbak pagi ini?”
”Apakah Mbak masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi Mbak yang sedang mengalami
halusinasi?Bagus!”
” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan Mbak”.
”mari kita datangi Mbak”
KERJA:
”Selamat pagi Mbak” ”Ibunya Mbak T sangat ingin membantu Mbak mengendalikan suara-suara
yang sering Mbak dengar. Untuk itu pagi ini ibuMbak datang untuk mempraktekkan cara memutus
suara-suara yang Mbak dengar. Mbak nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-
senyum sendiri, maka Mbak akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba Mbak peragakan cara
memutus halusinasi yang sedang Mbak alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk
punggung Mbak lalu suruh Mbak mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara
terseMbakt” (saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus sekali!
Bagaimana Mbak? Senang dibantu Mbak? Nah Mbak/Mbak ingin melihat jadwal harian Mbak.
(Pasien memperlihatkan dan dorong iMbak/keluarga memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya
dan ibuMbak ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan
terminasi dengan keluarga
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Mbak setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan
perawat?”
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Mbak. Mbak dapat melakukan cara itu bila Mbak mengalami
halusinas”.
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan harian
Mbak. Jam berapa Mbak bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”
KERJA
“Ini jadwal kegiatan Mbak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba Mbak lihat
mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan?” Mbak jadwal
yang telah dBuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh Mbak selama di
rumah.Misalnya kalau Mbak terus menerus mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak
memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal
ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan ulang dan di berikan tindakan”
TERMINASI
“Bagaimana Mbak? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Mbak sebutkan cara-cara merawat Mbak
Bagus (jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya. Sampai jumpa”
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nur Arif & Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Askep Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic Noc Edisi 2.Jogjakarta : Media Action.
Keliat, A. B. & P. A. (2016). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok (B. Angelina, ed.).
Jakarta: EGC.
Maramis w.f. 2014. Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa.Surabaya : Erlangga
Ma’rifatul, Azizah Lilik, Zainuri, Imam,& Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa
Teori dan Aplikasi Praktek Klinik (Pertama). Yogyakarta: Indomedia pustaka.
Stuart g.w. 2014. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Yosep, Iyus & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance Mental Health Nursing.
(Ketujuh, Ed.). Bandung: Refika Aditama.