Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

I. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN

Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara
sederhana sampai suara berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau
bunyi tersebut( kliat, 2006 )
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan, mesin, barang, kejadian
alamiah dan musik dalam keaadan sadar tanpa adanya rangsangan apapun (maramis, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah persepsi sensorik yang keliru melibatkan panca indra
pendengaran (isaac,2002).

B. RENTANG RESPON

Rentang Respon Halusinasi

Adaptif Maladaptif

1. Pikiran Logis 1. Pikiran kadang- 1. Gangguan


2. Persepsi Akurat kadang menyimpang pikiran/waham
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 2. Halusinasi
pengalaman 3. Reaksi emosional 3. Kesulitan untuk
4. Perilaku sesuai berlebihan /kurang memproses emosi
5. Hubungan sosial 4. Perilaku ganjil (tidak 4. Ketidakteraturan
lazim) 5. Isolasi Sosial
5. Menarik diri

1
C. FAKTOR PENYEBAB

Menurut stuart ( 2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

1. faktor predisposisi
a. biologis
abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis yang
maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian sebagai
berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofren
2) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihan
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia.
b. Psikolagis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
c. sosial budaya
kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti : kemiskinan,
perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi

2. faktor presipitasi
secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah koping dapat
mengindikasi kemungkinnan kekambuhan (kelliat,2006).

Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :


a. biologis
ganngguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.

2
b. Sterss lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
menurut stuart (2007) halusinasi terdiri dari dua jenis:
a. pendengaran
mendengar suara atau kebisingan, paling sering mendengar suara orang. Suara
berbentuk kebinsingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang
klien, bahkan sampai ada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien
disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
b. penglihatan
stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,
bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan biasa yang menyenangkan atau
menakut ksn seperti melihat monster.
c. penghidu
membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan
yang tidak menyenang kan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang ,
atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. perabaan
mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tesentrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Cenestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan
atau pembentukan urine.
g. Kinistetik
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

3
D. PROSES TERJADINYA
1. fase I : klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenang
kan untuk meredakan ansietas. Disini klien tersenyum atau tertawa yang tidak
sesuai, menggerakan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan
asyik sendiri.
2. fase II : pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien mulai lepas
kendali dan mungkin mencoba untuk mengendalikan jarak dirinya dengan sumber
yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom
akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernafasan
dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan
untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3. fase III : klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Disni klien sukar berhubungan orang lain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada
dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan
orang lain.
4. fase IV : pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Disini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu
berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

Gejala dan tanda seseorang yang mengalami halusinasi adalah :

1. Tahap 1 (comforting)
a. Tertawa tidak sesuai dengan situasi
b. Menggerakkan bibir tanpa bicara
c. Bicara lambat
d. Diam dan pikiranya dipenuhi pikiran yang menyenangkan
2. Tahap 2 (condemning)
a. Cemas
b. Konsentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan realita.
3. Tahap 3
a. Pasien cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dgn orla
c. Perhatian dan konsentrasi menurut
d. Afek labil
e. Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)

4
4. Tahap 4 (controlling)
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Pasien tidak mampu mengendalikan diri
c. Tidak mampu mengikuti perintah nyata
d. Beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

E. MEKANISME KOPING
1. Regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2. Proyeksi: menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain
3. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal

F. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin
b. Obat anti depresi : Amitripilin
c. Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam, Clobozam
d. Obat anti insomnia : Phneobarbital
2. Terapi
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian
 BHSP
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
 Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat
 Dengarkan , bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah
yang dialaminya
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial, atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan
keadaan klien karena masalah sebagian orang merupkan perasaan dan
tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran pasien.

G. PRINSIP TINDAKAN KEPERAWAN

Strategi pelaksanaan halusinasi (SP) I

1. Mengidentifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan,


respon
2. Menjelaskan cara mengotrol halusinasi: hardik, obat, berckap-cakap, melakukan
kegiatan

5
3. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik

Strategi pelaksanaan halusinasi (SP) II

1. Mengevaluasi kegiatan menghardik. Beri puji


2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
3. Me masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan minum obat

Strategi pelaksanaan halusinasi (SP) III

1. Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik dan minum obat. Beri pujian


2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat terjadi halusinasi
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap

Strategi pelaksanaan (SP) IV

1. Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik, obat dan bercakap-cakap. Beri pujian


2. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2
kegiatan)
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat, bercakap-
cakap dan kegiatan harian

Strategi pelaksanaan (SP) V

1. Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik, obat, bercakap-cakap dan kegiatan harian.


Beri pujian
2. Melatih kegiatan harian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Nilai apakah halusinasi terkontrol

STRATEGI PELAKSANAAN KELUARGA

Strategi pelaksanaan halusinasi (SP) I

1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien


2. Jelaskan pengertian tanda dan gejala dan proses terjadinya halusinasi
3. Jelaskan cara merawat halusinasi
4. Latih cara merawat halusinasi : hardik

Strategi pelaksanaan halusinasi (SP) II

1. Evaluasi kegiatan kelurga dalam merawat atau melatih pasien menghardik. Beri pujian
2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
3. Latih cara memberikan atau membimbing minum obat
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

6
Strategi pelaksanaan halusinasi (SP) III

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien menghardik dan
memberikan obat. Beri pujian
2. Jelaskan cara bercakap cakap dan melakukan kegiatan untuk mengontrol halusinasi
3. Latih dan sediakan waktu bercakap – cakap
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

Strategi pelaksanaan halusinasi (SP) IV

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien menghardik


memberikan obat dan bercakap – cakap. Beri pujian
2. Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, rujukan
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian

Strategi pelaksanaan halusinasi (SP) V

1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien menghardik dan
memberikan obat dan bercakap – cakap dan melakukan kegiatan harian dan follow up.
Beri pujian
2. Nilai kemampuan keluarga dalam merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol

II. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal
MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2. Keluhan Utama
Apa penyebab klien masuk RS, apa yang telah dilakukan untuk mengatas
masalah klien dan bagaimana hasilnya.
3. Faktor Predisposisi
Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,
pengobatan yang pernah dilakukan, riwayat penganiayaan fisik, seksual,
penolakan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal, baik itu dilakukan,
dialami, disaksikan oleh klien, apakah ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, pengalaman yang tidak menyenangkan.
4. Aspek Fisik/Biologis
Ukur tanda vital, TB, BB. Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan.
5. Aspek Psikososial
a. Genogram
Pembuatan genogram minimal 3 generasi yang menggambarkan hubungan
klien dengan keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan individu dan keluarga.

7
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
Tanyakan dan observasi tentang persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
yang disukai dan tidak disukai.
2) Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum dirawat,
kepuasan terhadap status dan sebagai laki-laki atau perempuan.
3) Peran
Tanyakan tugas yang diemban dalam keluarga, kelompok, masyarakat
dan kemampuan klien melaksanakannya.
4) Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh klien, posisi, status, tugas/peran.
5) Harga diri
Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien dengan
orang lain sesuai dengan kondisi nomor 2 (a), (b), (c) dan
penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupan klien.
6. Hubungan Sosial
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan
hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya
diri.
7. Aspek Spiritual
a) Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga
social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok
yang diikuti dalam masyarakat.
b) Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
8. Status Mental
a) Penampilan; penggunaan dan ketepatan cara berpakaian.
b) Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoheren, atau
tidak dapat memulai pembicaraan.
c) Aktivitas motorik; nampak adanya kegelisahan, kelesuan, ketegangan,
gelisah, agitasi, tremor, TIK, grimasum, kompulsif
d) Alam perasaan; sedih, putus asa, gembira, ketakutan, khawatir.
e) Afek; datar, tumpul, labil, tidak sesuai.
f) Interaksi selama wawancara; bermusuhan, kooperatif / tidak, mudah
tersinggung, curiga,kontak mata kurang, defensif.
g) Persepsi : Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata dan orang lain tidak mendengar, kadang suara yang didengar
bisa menyenangkan tetapi kebanyakan tidak menyenangkan, menghina bisa
juga perintah untuk melakukan sesuatu yang berbahaya baik diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan. Biasanya terjadi pada pagi, siang, sore,
malam hari atau pada saat klien sedang sendiri.

8
h) Proses pikir; sirkumstansial, tangensial, kehilangan asosiasi, flight of ideas,
bloking, perseverasi.
i) Isi pikir; obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi, waham, pikiran
magis, ide yang terkait.
j) Tingkat kesadaran; orientasi orang, waktu, tempat jelas, bingung, sedasi,
stupor.
k) Memori; apakah klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang,
jangka pendek, saat ini, ataupun konfabulasi.
l) Tingkat konsentrasi dan berhitung; observasi kemampuan klien
berkonsentrasi, berhitung.
m) Kemampuan penilaian; berikan pilihan tindakan yang sederhana. apakah
klien membuat keputusan atau harus dibantu.
n) Daya tilik diri; apakah klien menerima atau mengingkari penyakitnya,
menyalahkan orang lain atas penyakitnya.
9. Kebutuhan Persiapan Pulang
Observasi kemampuan klien akan mandi, BAB/BAK, makan, berpakaian,
istirahat, tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam dan
diluar rumah.
10. Mekanisme Koping
Tanyakan tentang koping klien dalam mengatasi masalah baik yang adaptif
maupun yang maladaptif.
11. Masalah Psikososial
Apakah ada masalah dengan dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, ekonomi, dan pelayanan kesehatan.
12. Pengetahuan
Mengkaji kurang pengetahuan klien tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi,
koping, sistem pendukung, penyakit fisik, obat-obatan.
13. Aspek medik
Tuliskan diagnosa medik klien, tulis obat-obatan klien

B. DAFTAR MASALAH
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
b. Perubahan persepsi sensori; halusinasi dengar.
c. Isolasi sosial; menarik diri.
d. Gangguan konsep diri; harga diri rendah

Data yang perlu dikaji :

a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

9
Data Objektif :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
 Klien merasa makan sesuatu
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
 Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :
 Klien berbicara dan tertawa sendiri
 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
 Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
 Disorientasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif :
 Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
Data Obyektif :
 Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi
sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada
saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

C. POHON MASALAH

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Gannguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi social : Menarik Diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

10
D. KEMUNGKINAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan halusinasi dengar
adalah sebagai berikut :
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi dengar.
b. Perubahan persepsi sensori; halusinasi dengar berhubungan dengan menarik
diri.
c. Isolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
d. Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan koping individu
tidak efektif.
e. Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan berduka
disfungsional.

E. RENCANA KEPERAWATAN

11
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
Gangguan sensori persepsi : halusinasi (lihat, 1. Setelah .......x interaksi klien menunjukan 1. Bina hubungan saling percaya dengan
dengar, penghidu, raba, kecap) tanda-tanda percaya kepada perawata : menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
 Ekspresi wajah bersahabat a. Sapa klien dengan ramah baik verbal
 Menunjukan rasa senang maupun non verbal
 Ada kontak mata b. Perkenalkan nama, nama panggilan
 Mau berjabat tangan dan tujuan perawat berkenalan
 Mau menyebutkan nama c. Tanyakan nama lengkap dan nama
panggilan yang disukai klien
 Mau menjawab salam
d. Buat kontrak yang jelas
 Mau duduk berdampingan dengan perawat
e. Tunjukan sikap jujur dan menepati
 Bersedia mengungkapkan masalah yang di janji setiap kali interaksi
hadapi f. Tunjukan sikap empati dan menerima
apa adanya
g. Beri perhatian pada klien dan perhatian
kebuthan dasar klien
h. Tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien
i. Dengarkan dengan penuh perhatian
ekspresi perasaan klien
2. Setelah ......x interaksi klien menyebutkan : 2. Adakan kontak sering dan singkat secara
 Isi bertahap
 Waktu Observasi tingkah laku klien terkait dengan
 Frekuensi halusinasinya
(*dengar/lihat/penghidu/rasa/kecap), jika
 Situasi dan kondisi yang menimbulkan
menemukan klien yang sedang halusinasi :
halusinasi
 Tanyakan apakah klien mengalami
sesuatu (halusinasi
dengar/lihat/penghidu/raba/kecap)
 Jika klien menjawab iya, tanyakan
apayang sedang dialaminya
 Katakan bahwa perawat percaya klien

12
mengalami hal tersebut , namun perawat
sendiri tidak mengalaminya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
 Katakan bahwa ada klien lain yang
mengalami hal yang sama
 Katakan bahwa perawat akan membantu
klien
Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien :
 Isi, waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau
sering atau kadang-kadang)
 Situasi dan kondisi yang menimbulkan
atau tidak menimbulkan halusinasi
3.1 Setelah ......x interaksi klien menyebutkan 3.1 Iden tifikasi bersama klien cara atau tindakan
tindakan yang biasanya dilakukan untuk yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur,
mengendalikan halusinasinya marah, menyibukan diri dll)
3.2 Setelah......x interaksi klien menyebutkan 3.2 Diskusikan cara yang digunakan klien :
cara baru mengontrol halusinasi  Jika cara yang digunakan adaptif beri
3.3 Setelah.......x interaksi klien dapat memilih pujian
dan memperagakan cara mengatasi  Jika cara yang digunakan maladaptif
halusinasi diskusikan kerugian cara tersebut
(dengar/lihat/penghidu/raba/kecap) 3.3 Diskusikan cara baru untuk
3.4 Setelah........x interaksi klien melaksanakan memutus/mengontrol timbulnya halusinasi :
cara yang telah dipilih untuk a. Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak
mengendalikan halusinasinya nyata (“saya tidak mau
3.5 Setelah......x pertemuan klien mengikuti dengar/lihat/penghidu/raba/kecap pada
terapi aktivitas kelompok saat halusinasi terjadi)
b. Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota keluarga) untuk

13
mencertakan tentang halusinasinya
c. Membuat dan melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari yang telah disusun
d. Meminta keluarga/teman/perawat
menyapa jika sedang berhalusinasi
3.4 Bantu klien memilih cara yang sudah
dianjurkan dan latih untuk mencobanya
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang
diplih dan dilatih
3.6 Pantau pelaksaan yang telah dipilih dan dilatih,
jika berhasil beri pujian
3.7 Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas
kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi
4.1 Setelah......x pertemuan keluarga, keluarga 4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk
menyatakan setuju untuk mengikuti peretemuan (waktu,tempat dan topik diskusi)
pertemuan denganperawat 4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat
4.2 Setelah......x interaksi keluarga peretmuan keluarga/kunjungan rumah) :
menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, 1. Pengertian halusinasi
proses terjadinya halusinasi dan tindakan 2. Tanda dan gejala halusinasi
untuk mengendalikan halusinasi 3. Proses terjadinya halusinasi
4. Cara yang dapat dilakukan klien dan
keluarga untuk memutus halusinasi
5. Obat-obatan halusinasi
6. Cara merawat anggota keluarga yang
halusinasi di rumah (beri kegiatan, jamgan
biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama, memantau obat-
obatan dan cara pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi)
7. Beri informasi waktu kontrol ke rumah
sakit dan bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi
di rumah

14
5.1 Setelah......x interaksi klien menyebutkan : 5.1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan
 Manfaat minum obat kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis,
 Kerugian tidak minum obat cara, efek terapi dan efek samping penggunaan
 Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek obat
5.2 Pantau klien saat penggunaan obat
 samping obat
5.3 Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan
5.2 Setelah .......x interaksi klien
benar
mendemonstrasikan penggunaan obat
5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
yang benar
konsultasi dengan dokter
5.3 Setelah.....x interaksi klien menyebutkan
5.5 Anjurkan klien untuk konsultasi kepada
akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak di
dokter inginkan

15
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Bina pelayanan keperawatan dan pelayanan medik departemen


kesehatan, 2007 di kutip dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasi-
penglihatan-trisnawati.html diambil tanggal 04 november 2010

Hawari,2001 dikutif dari http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-


halusinasi diambil tanggal 04 november 2010

Isaacs,2002 dikutip dari http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-


halusinasi diambil tanggal 04 november 2010

Keliat,2006 dikutip dari http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-


halusinasi di ambil tanggal 04 november 2010

Keliat, budi anna.(2006) proses keperawatan kesehatan jiwa.jakarta:penerbit buku


kedokteran EGC

Maramis, 2005 dikutip dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasi-


penglihatan-trisnawati.html diambil tanggal 04 november 2010

Menkes,2005 dikutip dari http://lensapropesi.blogspot.com/2008/11/halusinasi-


penglihatan-trisnawati.html diambil tanggal 04 november 2010

Diktat Panduan Pengkajian Keperawatan dan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


Praktek Keperawatan Jiwa Mahasiswa Program D III di RSJ Tampan Propinsi Riau.

Marlyyn E. Doengos Rencana Asuhan Keperawatan psikiatri editor bahasa indonesia,


Monica ester. Jakarta: EGC 2006

16

Anda mungkin juga menyukai