Anda di halaman 1dari 27

KEPERWATAN JIWA

HALUSINASI
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu : Ns.Sulastri,M.Kep.,Sp.Jiwa

Disusun Oleh:
1. Amelia Permata Sari 2014301004
2. Andala Adi Putra 2014301006
3. Ade Putri Andini 2014301038
4. Anisa Rizqa Rahim 2014301045

TINGKAT 3 REGULER 1
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

I. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi seseorang yang salah terhadap sesuatu tanpa adanya
stimulus atau objek yang nyata, halusinasi juga menjadi salah satu gejala gangguan
sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa dimana pasien merasakan
sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan dan penciuman tanpa adanya
stimulus yang nyata (Keliat,2014)
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan ransangan
internal (pikiran) dan rangsangan ekternal (dunia luar), pasien memberi persepsi atau
pendapat tentang rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mendengarkan suara
padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah
salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa
dimana ia tidak dapat membedakan ransangan internal (pikiran) dan rangsangan ekternal
(dunia luar), pasien dapat merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan dan penciuman tanpa adanya stimulus yang nyata

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
 Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf sudah menunjukkan keterlibatan
yang lebih luas dalam perkembangan halusinasi, lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik. Beberapa zat
kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-
masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya halusinasi.
 Psikologi
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi

1
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
 Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

2. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

C. Klasifikasi Halusinasi
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk
kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar
kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
c. Penciuman
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan
yang tidak menyenangkan.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

2
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan
atau pembentukan urine
g. Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

D. Tanda dan gejala


a. Tahap 1 : halusinasi bersifat tidak menyenangkan
1) Tertawa tidak sesuai dengan situasi
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Bicara lambat
4) Diam dan pikiranya dipenuhi pikiran yang menyenangkan
b. Tahap 2 : halusinasi bersifat menjijikkan
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan realita
c. Tahap 3 : halusinasi bersifat mengendalikan
1) Pasien cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dgn orla
3) Perhatian dan konsentrasi menurut
4) Afek labil
5) Kecemasan berat ( berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
d. Tahap 4 : halusinasi bersifat menaklukkan
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Pasien tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mampu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

3
E. Penatalaksanaan Halusinasi
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan
usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang.
Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional.
2. Melaksanakan program terapi obat dari dokter
obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan
gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok
yang umum digunakan adalah :
Kelas kimia Nama generik (dagang) Dosis harian Fenotiazin Tiodazin (Mellaril) 2-
40 mg Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) Tiotiksen (Navane) 75-600 mg 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol ) 1-100 mg Dibenzodiasepin Klozapin (Clorazil)
300-900
3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
4. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan
pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di
ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya Perawat
menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam
permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada
keluarga pasien dan petugas lain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran
yang di berikan tidak bertentangan.

4
III. Masalah Keperawatan Yang Perlu Di Kaji
NO. DATA MASALAH
1. Ds : Gangguan Persepsi Sensori
- Klien mengatakan mendengar bunyi yang
tidak berhubungan dengan stimulus nyata
- Klien mengatakan mendengar bunyi/suara
saat sendiri
Do :
- Klien mengurung diri dikamar
- Klien melamun
- Klien suka menyendiri
- Klien tampak komat kamit
- Klien kadang tersenyum sendiri

2. Ds : Isolasi Sosial
- Klien merasa ingin sendiri
- Klien mengurung diri di kamar
Do :
- Klien melamun
- Komunikasi verbal kurang
- Aktivitas menurun
3. Ds : Resiko Perilaku Kekerasan
- Klien mengatakan mendengar suara yang
tak ia kenal untuk mengusir orang yang
mendekatinya, dan suara itu terkadang
memintanya untuk melempari orang yang
mendekatinya.
Do :
-Klien tampak ingin melempari orang
yang mendekat

5
IV. Pohon Masalah

Resiko mencederai orang lain

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran

Isolasi sosial

V. Diagnosa Keperawatan
A. Gangguan Persepsi Sensori
B. Isolasi Sosial
C. Resiko Perilaku Kekerasan

VI. Tindakan Keperawatan


Diagnosa I : Gangguan Persepsi Sensori ( Halusinasi pendengaran )
Tujuan Umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

6
2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa
stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri tidak
mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4 Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut,
sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (
tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus halusinasi

7
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan : halusinasi
tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum
obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat
yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

Diagnosa II : Isolasi Sosial


Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas
tentang topik, tempat dan waktu.
1.2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
1.3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan
bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul
2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang muncul
2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

8
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
K – P
 K – P – P lain
 K – P – P lain – K lain
 K – Kel/Klp/Masy
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang
lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain

9
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
 Salam, perkenalan diri
 Jelaskan tujuan
 Buat kontrak
 Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
 Perilaku menarik diri
 Penyebab perilaku menarik diri
 Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
 Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal
satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Diagnosa III : Resiko Perilaku Kekerasan


Tujuan umum : klien tidak terjadi resiko perilaku kekerasan
Tujuan khusus :
1. klien dapat mebina hubungan saling percaya
1.1. Membina hubungan saling perca ya dengan cara (menjelaskan maksud dan tujuan
interaksi, jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat, beri rasa aman dan sikap
empati) .
1.2. Diskusikan Bersama klien tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala,
perilaku yang munc ul dan akibat dari perilaku tersebut)
2. Latih klien melakukan cara mengontrol Kemarahan:
2.1 Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
2.2 Anjurkan pasien tidur atau memposisikan diri senyaman mungkin

10
3. Bantu klien mengontrol perilaku kekerasan pasien dengan minum obat secara
teratur
3.1 Ajarkan kepada klien bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga cara:
 Meminta dengan baik tanpa marah
 Menolak dengan baik
 Mengungka pkan perasaan kesal
4. Diskusikan dengan klien cara mengendalikan risiko perilaku kekerasan dengan
cara beribadah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A.Y. 2000. Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Keliat, B.A. 2006. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC.

Maramis, W. F. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Stuart dan Laraia. 2007. Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby
Year Book.

Jurkessutra: Jurnal Kesehatan Surya Nusantara 9 (1), 2021

https://www.academia.edu/resource/work/31833745

12
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI (SP PENGKAJIAN)

Nama Mahasiswa : .......................................


Nama Pasien : Tn..……(Inisial)
Hari/Tanggal : .......................................
Pertemuan : .......................................
SP : Pengkajian

A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien :-
b. Diagnosa Keperawatan :-
c. Tujuan Keperawatan : Klien mampu mengidentifikasi masalah
d. Intervensi : Ajarkan klien untuk mengidentifikasi masalah yang
dialaminya

B. Strategi Komunikasi Teraupetik


1. Orientasi
Selamat pagi bapak. Perkenalkan nama saya .……, senang dipanggil…….. , saya
mahasiswa yang sedang praktik klinik di Rumah sakit ini, disini saya akan
merawat bapak selama beberapa hari kedepan ya pak. Nama bapak siapa? Bapak
bisa sebutkan, senang dipanggil siapa?
Evaluasi/Validasi + Kontrak
Bagaimana keadaan bapak sekarang?. Coba bapak ceritakan bagaimana awalnya
bapak mengalami keadaan seperti ini?. Bagaimana kalau kita berbincang-bincang
sebentar tentang masalah yang bapak alami sekarang?. Mau berapa lama bapak kita
berbincang-bincang?. Bagaimana kalau 15 menit saja?. Tempatnya mau dimana ya
pak….?. Baiklah bapak, kita berbincang-bincang disini selama 15 menit dengan
tujuan untuk mengetahui masalah bapak dan bagaimana cara mengatasinya.

2. Fase Kerja
“ Bapak, sekarang apa yang bapak rasakan?. “Apakah bapak sering mendengar
suara-suara yang mengganggu bapak? (bila klien tidak mengalami halusinasi
dengar, tanyakan tentang halusinasi lihat atau halusinasi rasa atau halusinasi raba

13
atau halusinasi penciuman). “Apa yang dikatakan suara itu ?” Sudah berapa lama
bapak mengalami hal seperti ini?.”Apakah bapak merasa terganggu ? “Apakah
suara itu terus menerus terdengar atau hanya saat tertentu saja ?” “Apa yang bapak
lakukan ketika suara itu terdengar ?” (tanyakan mekanisme kopingnya)”
Apakah bapak sering atau suka menyendiri?. Jika iya mengapa, pak ? Apa yang
bapak lakukan ketika sedang sendiri ? Apakah bapak sering melamun dan
tersenyum sendiri ? Apakah bapak marah ketika ada orang yang mendekati?
Apakah bapak melempar barang-barang atau memukul orang lain ketika marah?.
Jika iya, mengapa bapak lakukan ?
Bagaimana kalua kita belajar cara untuk mencegah suara-suara itu muncul,
Pertama dengan menghardik suara tersebut. Kedua dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga melakukan kegiatan yang sudah terjadwal. Keempat
minum obat secara teratur.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi perasaan klien setelah berbincang-bincang
“ Nah, bagaimana perasaan bapak setelah kita mengobrol sedikit tentang
masalah yang bapak alami. Apakah bapak cukup lega sekarang?”
b. Evaluasi isi materi yang sudah dibicarakan pada pertemuan ini
Sekarang coba bapak sebutkan atau bapak bisa ceritakan apa yang sudah kita
diskusikan tadi. “ Ya bagus, bapak. Jika masih ada yang ingin bapak ceritakan,
bapak bisa ceritakan kepada saya.”
c. Kontrak untuk pertemuan yang akan datang
Baiklah pak, besok kita berbincang-bincang lagi?, jam berapa?, bagaimana
kalau jam 09.00, dimana tempatnya?, tempat yang nyaman bagi bapak. Baiklah
disini saja ya, pak, jam 09.00. Saya pamit dulu ya pak!, Sampai jumpa besok.
Wassalamualaikum,……………

14
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI (SP 1)

Nama Mahasiswa : .......................................


Nama Pasien : Tn..……(Inisial)
Hari/Tanggal : .......................................
Pertemuan : 1 ( satu )
SP : 1 ( satu )

A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Pasien tampak sering mengurung diri dikamar, melamun, tersenyum sendiri bahkan
klien sering mengusir dan melempari orang yang mendekatinya. Menurut
pengakuannya ia sering mendengar bisikan dari roh halus untuk melakukan hal diatas.
b. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori ( Halusinasi pendengaran )
c. Tujuan Keperawatan
 Pasien mampu mengeidentifikasi halusinasi
 Pasien mampu mengendalikan halusinasi yang dialami dengan latihan menghardik
d. Intervensi
 Melatih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik
 Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik

B. Strategi Komunikasi Teraupetik


1. Orientasi
 Salam teraupetik
“ assalamualaikum pak, selamat pagi. Masih ingat tidak pak dengan saya? Saya
perawat ....... yang kemarin sudah sempat mengobrol dengan bapak ”
 Evaluasi/validasi
“ Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah bisa tidur dengan nyenyak semalam?
Kemarin kita sudah sempat berbincang-bincang terkait suara yang sering bapak
dengar, apakah bapak masih mendengar suara-suara itu pak ? “

15
 Kontrak saat ini
“ Sesuai dengan kontrak kita kemarin hari ini kita akan belajar caranya mengontrol
halusinasi tersebut yaitu dengan cara menghardiknya, agar bapak dapat lebih
mengenal halusinasi yang bapak alami dan saat halusinasi itu muncul bapak dapat
menolaknya apakah bapak tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Berapa lama
kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit? Bagaimana kalau 20 menit?
Bisa? Di mana kita akan bincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang tamu saja? “

2. Fase Kerja
“Baik bapak kemarin bapak sudah menceritakan kepada saya tentang suara-suara
yang bapak dengar, apakah saat ini bapak masih mendengar suara tersebut? Bisa bapak
ulangi seperti apa suara itu ? Apakah masih sering terdengarnya saat malam hari saja ?
Apakah bapak masih selalu mengikuti apa yang dikatakan bisikan tersebut? baik saat
ini kita belajar sama-sama yaa caranya mencegah suara-suara tersebut muncul lagi.”
“Jadi pak cara mengontrol halusinasi itu ada empat cara, yang pertama dengan cara
menghardik, lalu kedua dengan obat, yang ketiga dengan bercakap-cakap dan yang ke
empat dengan melakukan kegiatan yang terjadwal. Nah, hari ini saya akan membantu
bapak dalam mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Nah, yang bapak
ceritakan tadi bahwa bapak mendengar suara-suara itu sebenernya bukan suara asli pak
tapi itu suara palsu. Jadi bapak harus menghindari suara itu. ketika bapak mendengar
suara-suara itu datang lagi ibu bisa melakukannya dengan cara menghardik.”
Caranya seperti ini pak :
1. Saat suara itu muncul yang pertama bapak lakukan adalah tutup mata lalu tutup
kedua telinga dengan tangan seperti ini.
2. Lalu dalam hati bapak berkata
“Pergi Saya tidak mau dengar … Saya tidak mau dengar”
“Kamu suara palsu bukan suara asli”
3. Lakukan secara berulang-ulang sebanyak tiga kali.
“ Nah, sekarang coba bapak lakukan. Benar, pintar sekali bapak. Jadi sekarang kalau
mendengar suara-suara itu bapak bisa melakukan cara yang tadi sebanyak tiga kali
ya bu, pada pagi, siang dan malam hari.

16
3. Fase Terminasi
 Evaluasi perasaan klien setelah berbincang-bincang
“ Nah, bagaimana perasaan bapak setelah kita sama-sama belajar tentang caranya
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik ? Apakah bapak cukup lega
sekarang?”
 Evaluasi isi materi yang sudah dibicarakan pada pertemuan ini
“ Apakah bapak bisa mengulangi apa yang sudah saya ajarkan tadi ? benar sekali
bapak seperti itu caranya menghardik, kalau suara itu muncul lagi, silahkan coba
cara tersebut ya pak.”
 Kontrak untuk pertemuan yang akan datang
“Baik pak hari ini belajar kita cukup sampai disini, besok kita bertemu lagi untuk
belajar mengendalikan halusinasi dengan cara yang kedua yaitu dengan meminum
obat secara teratur. Bapak mau jam berapa besok dan dimana tempatnya? Baiklah,
sampai jumpa besok ya pak assalamualaikum.”

17
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI (SP 2)

Nama Mahasiswa : .......................................


Nama Pasien : Tn..……(Inisial)
Hari/Tanggal : .......................................
Pertemuan : 2 ( dua )
SP : 2 ( dua )

C. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Pasien tampak sering mengurung diri dikamar, melamun, tersenyum sendiri dan klien
masih sering mengusir dan melempari orang yang mendekatinya. Menurut
pengakuannya ia sering mendengar bisikan dari roh halus untuk melakukan hal diatas.
b. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori ( Halusinasi pendengaran )
c. Tujuan Keperawatan
Klien dapat mengendalikan halusinasinya dengan terapi psikofarmaka.
e. Intervensi
 Melakukan evaluasi tentang kegiatan sebelumnya
 Memberikan penjelasan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
 Memberikan penjelasan dari akibat tidak menggunakan obat sesuai program dan
apabila putus obat
 Mencantumkan kegiatan ke daftar jadwal kegiatan

D. Strategi Komunikasi Teraupetik


1. Orientasi
 Salam teraupetik
“ assalamualaikum pak, selamat pagi. Saya perawat ....... yang kemarin mengobrol
dengan bapak, masih ingat dengan saya kan ?”

18
 Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah sudah lebih tenang? Oh begitu,
kemarin kan kita sudah sempat mengobrol dan saya sudah mengajarkan cara
menghardik untuk mengontrol halusinasi, Apakah sudah bapak lakukan ? Wahh
bagus sekali, coba bapak tunjukan ke saya bagaimana cara menghardik untuk
mengontrol halusinasi yang saya ajarkan? Benar, pintar sekali bapak dalam
memperagakannya slalu dilakukan ya pak setiap harinya.

 Kontrak saat ini


“ Nah sesuai dengan kontrak kita kemarin hari ini kita akan belajar caranya
mengontrol halusinasi tersebut dengan cara yang kedua yaitu dengan cara meminum
obat secara teratur dengan berpedoman dengan prinsip 6 benar, supaya suara-suara
yang bapak dengar tidak muncul lagi/kambuh. Apakah bapak tidak keberatan untuk
ngobrol kembali dengan saya? Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? bapak
maunya berapa menit? Bagaimana kalau 15 menit? Bisa? Di mana kita akan
bincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang tamu saja? “

2. Fase Kerja
“ Bapak sudah mendapatkan obat dari perawat kan pak? Apa bapak meminumnya
dengan teratur dan tepat waktu? Wah bagus sekali pak. Selama bapak di sini mungkin
bapak akan terus mendapatkan obat yang diberikan perawat ya pak. Dengan meminum
obat yang telah diberikan sesuai program dan dosis maka kemungkinan bapak untuk
mendengar suara-suara bisikan itu akan semakin berkurang loh Pak, jadi bapak harus
rutin ya dalam menggunakan obat.
“Nah pak, yang warna merah jambu ini namanya HLP, gunanya untuk mengurangi
suara-suara yang bapak dengar. Obat ini diminum 3 kali sehari ya pak dan jangan
berhenti meminum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak. Bapak juga harus
tau cara yang benar minum obat ya pak. Jadi, ada 6 benar cara minum obat. Yang
pertama benar pasien, sebelumnya apakah bapak bisa membaca? Bagus pak! Jadi yang
dimaksud benar pasien yaitu bapak harus memastikan obat ini benar punya bapak,
sebelum meminum obat bapak harus melihat label nama yang ada, apakah benar nama
bapak yang tertulis di sana. Lalu, tepat obat dan dosis, bapak harus meminum obat
dengan dosis yang sudah dianjurkan yaitu dalam sehari obat tersebut diminum 1 atau 2
butir sekaligus. Tepat waktu dan cara yaitu bapak harus minum obat sesuai anjuran

19
apakah obat itu diminum pagi, siang, atau sore hari begitupun cara meminumnya ya
pak. Lalu yang terakhir keteraturan minum obat. Jadi, bapak jangan malas meminum
obatnya ya dan jika obat sudah habis, bapak bisa konsultasikan ke dokter. Bagaimana
pak, apa bapak sudah mengerti?”

3. Fase Terminasi
 Evaluasi perasaan klien setelah berbincang-bincang
“ Nah, bagaimana perasaan bapak setelah kita sama-sama belajar tentang caranya
mengontrol halusinasi yang kedua dengan cara meminum obat secara teratur dan
benar ?”
 Evaluasi isi materi yang sudah dibicarakan pada pertemuan ini
“ Coba bapak ulangi lagi gimana cara minum obat yang benar, jenis obat dan cara
minumnya? Waah, bagus sekali bapak bisa menjelaskan secara ringkas dan benar,
nah sudah paham yaa, sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum
obat. Jangan lupa laksanakan dengan teratur ya
 Kontrak untuk pertemuan yang akan datang
“Tidak terasa sudah 15 menit berlalu pak, bagaimana kalau besok kita mengobrol
lagi tentang cara mengontrol halusinasi yang ke-3 yaitu dengan bercakap-cakap.
Kira-kira sekitar 15 menit sama seperti hari ini, tempatnya bebas bapak mau
dimana. Apakah bapak bersedia ? Oke kalau begitu, besok saya akan kesini lagi ya..
sekarang bapak bisa melanjutkan kegiatannya, saya permisi. Assalamualaikum
bapak.”

20
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI (SP 3)

Nama Mahasiswa : .......................................


Nama Pasien : Tn..……(Inisial)
Hari/Tanggal : .......................................
Pertemuan : 3 ( Tiga )
SP : 3 ( Tiga )

A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Pasien sudah mulai mencoba untuk keluar kamar namun ditemani perawat, masih
sering melamun, tersenyum sendiri dan terkadang masih mengusir dan melempari
orang yang mendekatinya. Menurut pengakuannya ia masih mendengar bisikan dari roh
halus untuk melakukan hal diatas.
b. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori ( Halusinasi pendengaran )
c. Tujuan Keperawatan
Klien dapat mengendalikan halusinasi dengan terapi bercakap-cakap
d. Intervensi
 Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik, obat, dan beri pujian
 Melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap saat terjadi
halusinasi
 Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, obat, dan bercakap-
cakap

B. Strategi Komunikasi Teraupetik


1. Orientasi
 Salam teraupetik
“ assalamualaikum pak, selamat pagi. Masih ingat dengan saya kan ? Iya benar saya
perawat........”

21
 Evaluasi/validasi
“ Bagaimana keadaan bapak hari ini? Apakah setelah minum obat bapak masih
mendengar suara-suara ? apakah perasaan bapak saat mengalami halusinasi masih
sama dengan kemarin ? Apakah sudah bapak lakukan cara yang telah kita latih
ketika mendengar suara-suara tersebut? Coba bapak jelaskan cara apa saja? Benar
sekali bapak melakukan caranya.

 Kontrak saat ini


“ Nah sesuai dengan kontrak kita kemarin hari ini kita akan belajar caranya
mengontrol halusinasi tersebut dengan cara yang ketiga yaitu dengan cara bercakap-
cakap, tujuannya untuk mengalihkan pikiran bapak ketika bapak dengar suara-suara.
Apakah bapak tidak keberatan untuk ngobrol kembali dengan saya? Berapa lama
kira-kira kita bisa ngobrol? bapak maunya berapa menit? Bagaimana kalau 15
menit? Bisa? Di mana kita akan bincang-bincang ? Bagaimana kalau di taman saja?“

2. Fase Kerja
“ Hari ini kita akan latihan cara mengontrol halusinasi yang ketiga dengan cara
bercakap-cakap. Selama bapak dirawat dirumah sakit bapak bisa minta dengan perawat
atau dengan teman lainnya untuk mengobrol dengan bapak terkait berbagai hal yang
menyenangkan seperti tentang hobi atau kegiatan rekreasi ya pak. Ketika bapak tiba-
tiba mendengar suara tersebut ajak perawat atau teman bapak mengobrol dengan bapak
caranya seperti ini :
“ sus saya mendengar suara-suara yang sering saya dengar. Ayo sus. Mengobrol dengan
saya tentang hobi yang saya sukai.”
Seperti itu pak, sekarang coba bapak lakukan yang seperti saya lakukan tadi. Iya bagus
sekali pak seperti itu, jadi ketika bapak mendengar suara-suara itu datang bapak bisa
melakukan cara seperti itu ya pak dan bapak harus lebih fokus melakukannya demi
kesembuhan bapak.

3. Fase Terminasi
 Evaluasi perasaan klien setelah berbincang-bincang
“ Nah, bagaimana perasaan bapak setelah kita sama-sama belajar tentang caranya
mengontrol halusinasi yang ketiga yaitu dengan bercakap-cakap ?”

22
 Evaluasi isi materi yang sudah dibicarakan pada pertemuan ini
“ Coba bapak ulangi lagi cara yang tadi? Iya, bagus pak ternyata bapak masih ingat.
Jadi jika bapak sewaktu-waktu mendengar suara-suara itu lagi bapak bisa lakukan
dengan cara bercakap-cakap dengan teman yang lainnya ya pak”
 Kontrak untuk pertemuan yang akan datang
“Tidak terasa sudah 15 menit berlalu pak, bagaimana kalau besok kita mengobrol
lagi tentang cara mengontrol halusinasi yang ke-4 yaitu dengan melakukan
kegiatan. Kira-kira sekitar 15 menit sama seperti hari ini, tempatnya bebas bapak
mau dimana. Apakah bapak bersedia ? Oke kalau begitu, besok saya akan kesini
lagi ya.. sekarang bapak bisa melanjutkan kegiatannya, saya permisi.
Assalamualaikum bapak.”

23
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI (SP 4)

Nama Mahasiswa : .......................................


Nama Pasien : Tn..……(Inisial)
Hari/Tanggal : .......................................
Pertemuan : 4 ( Empat )
SP : 4 ( Empat )

A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Pasien sudah mulai mencoba untuk keluar kamar namun ditemani perawat, melamun
sudah berkurang, sudah mau mengobrol dengan teman, terkadang tersenyum sendiri
dan terkadang masih mengusir dan melempari orang yang mendekatinya. Menurut
pengakuannya ia masih mendengar bisikan dari roh halus untuk melakukan hal diatas.
b. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori ( Halusinasi pendengaran )
c. Tujuan Keperawatan
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasannya dengan terapi kegiatan harian
d. Intervensi
 Mengevaluasi kegiatan latihan menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan beri
pujian
 Melatih cara mengontrol dengan melakukan kegiatan harian
 Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi Teraupetik


1. Orientasi
 Salam teraupetik
“ Assalamualaikum pak, selamat pagi. Masih dengan saya ya pak perawat........”
 Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ?
Apakah bapak melakukan cara-cara yang kita pelajari kemarin mulai dari

24
menghardik, minum obat dengan teratur dan bercakap-cakap? Coba bapak jelaskan
ke saya bagaimana bapak menerapkannya? Bagus bapak masih ingat dan bisa
melakukan caranya.

 Kontrak saat ini


“Sesuai janji kita kemarin ya pak, hari ini kita akan belajar cara yang ke empat untuk
mengontrol halusinasi yaitu dengan membuat jadwal kegiatan tujuannya agar bapak
menjadi lebih aktif dan tidak banyak melamun sehingga suara-suara itu pun akan
perlahan menghilang. Apakah bapak tidak keberatan untuk ngobrol kembali dengan
saya? Mau di mana kita mengobrol pak? Baik kita duduk di ruangan ini saja ya.
Bapak mau berapa lama kita mengobrol? Bagaimana kalau 20 menit? Baiklah kalau
bapak setuju”

2. Fase Kerja
“Hari ini kita akan belajar mengontrol halusinasi yang ke-4 yaitu dengan melakukan
kegiatan harian yang sudah terjadwal, kalau saya boleh tau apa saja yang biasa bapak
lakukan? Pagi-pagi apa yang bapak lakukan ? apakah bapak menerapkan cara-cara yang
telah saya ajarkan ? Bagus sudah banyak ya kegiatan yang bapak lakukan. Kalau saya
tambah kegiatannya 1 bapak bersedia ? bagus kalau bapak bersedia, jadi kegiatan yang
bisa bapak lakukan, ketika bapak bangun tidur bapak terlebih dahulu merapikan tempat
tidur bapak, contohnya seperti ini melipat selimut dan merapikan spreinya. Nah
sekarang kita berlatih beberapa kegiatan itu ya supaya bapak terbiasa (latih kegiatan
tersebut). Bagus sekali bapak bisa melakukannya. Kegiatan ini bisa bapak lakukan
untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain juga akan kita latih lagi
agar dari pagi sampai malam bapak ada kegiatan. Sehingga suara-suara itu tidak
bermunculan lagi karena bapak sudah ada jadwal kegiatan yang sudah kita buat”

3. Fase Terminasi
 Evaluasi perasaan klien setelah berbincang-bincang
“ Nah, bagaimana perasaan bapak setelah kita sama-sama belajar tentang caranya
mengontrol halusinasi yang keempat yaitu dengan melakukan kegiatan harian ?”

25
 Evaluasi isi materi yang sudah dibicarakan pada pertemuan ini
“ Coba sebutkan kegiatan yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara tersebut
pada hari ini. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak.
Tetap lakukan kegiatan sehari-hari bapak sesuai jadwal ya pak”
 Kontrak untuk pertemuan yang akan datang
“Tidak terasa sudah 20 menit berlalu pak, Baik pak, hari ini cukup sampai disini,
besok kita akan berlatih lagi melakukan latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan melakukan kegitan yang barusan kita lakukan. Bagaimana
kalau Jam 13.00 WIB ya pak? waktunya kurang lebih 15 menit, tempatnya disini
saja ya pak? Baiklah, kalau begitu, saya permisi. Wassalamualaikum.

26

Anda mungkin juga menyukai