Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL TAK HALUSINASI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

1. AMANAH HIDAYATI (1814401035)


2. ELITA (1814401036)
3. DHEA MARCJOVA (1814401037)
4. SUCI TRI LESTARI (1814401038)
5. MUTIARA OKTAVIANTI (1814401039)
6. ELLY SUSANTI (1814401040)
7. EKA NURSAFITRI (1814401041)
8. MUSTIKA PIRLINA (1814401042)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

TP 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH UTAMA
Gangguan Persepsi sensori halusianasi.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
 Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi sensorik tentang suatu
objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat meliputi semua sistem penginderaan (pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan atau pengecapan).
 Menurut Wilson (1983), halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca
indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik.
 Halusianassi adalah keadaan dimana individu / keloimpok beresiko mengalami suatu
perubahan dalam jumlah dan pola stimulasi yang datang (Carpenito, 2000).

2. Tanda dan Gejala


Fase I (Menyenangkan)
Karakteristik :
 Mengalami ansietas, rasa bersalah dan ketakutan
 Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan rasa cemas
 Perilaku dan pengalaman sensori masih dalam kontrol pikiran
 Non psikotik
Perilaku pasien
 Tersenyum sendir, tertawa sendiri
 Menggerakkan bibir tanpa bicara, respon verbal lambat
 Diam dan berkonsentrasi

Fase II (Menyalahkan)
Karakteristik :
 Adanya pengalamn sensori yang menakutkan
 Mulai merasa kehilangan control
 Merasa dilecehakan oleh pengalaman, menarik diri
 Non psikotik
Perilaku pasien :
 Meningkatnya denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
 Perhatian dengan lingkungan kurang
 Konsentrasi terhadap pengalaman sensori
 Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi

Fase III (Konsentrasi)


 Bisikan dan suara-suara menonjol, menguasai dan mengontrol
 Tingkat kecemasan berat
 Pengalaman halusianasi tidak dapat ditolak lagi
Karakteristik :
 Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya
 Klien kesepian bila pengalaman sensori berakhir
 Isu halusianasi menjadi atraktif dan menarik
 Klien terbiasa dengan halusinasinya dan tidak berdaya
 Psikotik
Perilau Pasien :
 Perintah halusinasi ditaati
 Sulit berhubungan dengan orang lain
 Perhatian dengan lingkungan berkurang
 Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan berkeringat

Fasse IV (Menguasai)
Karakteristik :
 Pengalaman sensori menakutkan dan mengancam
 Klien tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan dengan lingkungan
 Halusinasi berakhir dalam beberapa jam atau hari jika tidak ada terapi terapeutik
 Psikotik berat
Perilaku Pasien :
 Perilaku panik, potensi akut suicide
 Aktifitas fisik merefleksikan halusinasi
 Tidak mampu berespon pada lebih dari satu orang
 Tidak bisa berespon terhadap perintah yang kompleks

3. Etiologi
Faktor prdisposisi :
 Faktor genetic
 Faktor Neurobiology
 Studi Neurotransmiter
 Psikologis
Faktor Presipitasi :
 Sosial budaya
 Stres lingkungan  respon neurobiologis maladaptive
 Penuh kritik
 Kehilangan harga diri
 Gangguan hubungan interpersonal
 Tekanan ekonomi

4. Proses terjadinya halusinasi


Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap yaitu:
a) Tahap pertama
Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat
ansietas sedang, secara umum halusinasi bersifat menyenangkan. Adapun
karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi
mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa takut serta
mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas.
b) Tahap kedua
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat
kecemasan yang berat. Adapun karakteristik yang tampak pada individu yaitu
individu merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan
dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin merasa malu dengan
pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain.
c) Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat
ansietas berat, pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa.
Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi
menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya dan membiarkan
halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu mungkin mengalami kesepian jika
pengalaman sensori tersebut berakhir.
d) Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat
ansietas panik. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah
pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah,
dimana halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau beberapa hari, apabila
tidak ada intervensi terapeutik.
5. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada
pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung
dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan melindungi diri. Mekanisme
koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan orang lain (asertif), diam
(represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk
(displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan
alasan yang logis (rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya
(regresi), dialihkan ke objek lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).
6. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar untuk
berhubungan dengan orang lain. Apabila perilaku halusiansinya berupa hal yang tidak
menyenagkan maka akan mengakibatkan individu tersebut melakukan atau mencederai
orang lain dan lingkungan. (PPNI, 2002).
C. POHON MASALAH
Effect : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkunga
Core Problem : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Causa : Isolasi sosial : Menarik diri

Resiko perilaku mencederai diri

(effect )

Gangguan sensori/persepsi:

Halusinasi

( CP/masalah )

Isolasi sosial

(Etiologi)
D. MASALAH YANG MUNCUL DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
No Data Fokus Masalah Keperawatan
1. DS : Gangguan sensori persepsi :
 Klien mengatakan sering mendengar Halusinasi Auditori
suara-suara gemuruh pada pagi dan
malam.
 Klien mengatakan pernah mondok di
RSJ dengan penyakit yang sama.
DO :
 Klien tampak sering komat-kamit
 Klien sering menyendiri
 ADL mandiri.
2. DS : Resiko mencederai diri sendiri,
 Klien mengatakan sering mendengar orang lain dan lingkungan.
bisikan-bisikan hingga membuatnya
marah
DO :
 Klien bingung, kadang mengamuk dan
memukul

3. DS : Isoslasi sosial : Menarik diri


 Klien mengatakan sering menyendiri
dan jarang mengobrol dengan teman
atau orang lain.
DO :
 Melamun, menyendiri, pasif
 Interaksi dengan orang lain berkurang

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori halusinasi (lihat, dengar, raba, kecap, bau)
2. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
3. Isolasi sosial : menarik diri
STRATEGI PELAKSANAAN I
HALUSINASI

Pertemuan : ke 1
Hari / Tanggal : 18 Februari 2020
Waktu : 10.00 WIB

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
 DS : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya.
 DO :Klien tampak pasif,terlihat suka menyendiri,berbicara sendiri.

2. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan persepsi sensori : halusinasi

3. Tujuan
 Klien tampak mengenal halusinasi
 Klien dapat menghardik halusinasi

4. Tindakan Keperawatan
 Mengidentifikasi jenis halusinasi
 Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
 Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
 Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
 Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
 Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
 Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
 Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian
B. Srategi Pelaksanaan Halusinasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
”Assalamualaikum bu, Saya perawat yang akan merawat ibu. Perkenalkan nama saya ….,
biasa di panggil …., saya mahasiswi dari Poltekkes Tanjung Karang. Betul ini ibu ….?
Kalau boleh tahu nama lengkapnya siapa? Senang dipanggil apa?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan ibu? Ada keluhan yang ibu rasakan hari ini?”
c. Kontrak
Topik :“Baiklah, saya dengar ibu sering mendengar suara - suara yang tak tampak
wujudnya, benar begitu? bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara tersebut.”
Waktu :“Berapa lama?? Bagaimana kalau 20 menit. Baiklah ibu, bagaimana kalau
sekarang kita berbincang-bincang mengenai jenis halusinasi, respon terhadap halusinasi,
dan kita akan belajar menghardik halusinasi, dan kita masukkan ke dalam jadwal
kegiatan sehari - hari pasien.”
Tempat :“Dimana kita bisa bercakap-cakap?? Disini,di depan??”

2. Fase Kerja
“Apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakan suara tersebut?
Apakah terus terdengar atau sewaktu - waktu? Kapan yang paling sering ibu dengar?
Berapa kali sehari? Biasanya pada keadaan apa suara itu muncul? Ibu suci, saya punya
beberapa cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.
1. Dengan menghardik suara tersebut.
2. Dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
3. Melakukan aktivitas yang sudah terjadwal,
4. Dengan minum obat yang teratur.
Iya.. Bagaimana kalau kita belajar cara yang pertama dulu, yaitu dengan menghardik. Mau
tidak bu??
Caranya begini : saat suara itu muncul, langsung tutup telinga ibu Ibu bilang ,”Saya tidak
mau dengar. Pergi..!! Kamu suara palsu.” Begitu di ulang-ulang terus sampai suara itu
tidak terdengar lagi. Mengerti bu? Coba Ibu peragakan. Nah begitu, bagus. Coba lagi. Ya
bagus, Ibu sudah bisa.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan Ibu ...setelah latihan tadi??”
b. Evaluasi obyektif
“Kalau suara itu muncul lagi, coba latihan yang tadi di terapkan. Coba ibu jelaskan jenis
halusinasi, isi halusinasi, waktu berhalusinasi, frekuensi, situasi yang menimbulkan
halusinasi, respon dan cara menghardik halusinasi, Apakah ibu masih ingat??”

4. Rencana Tindak Lanjut


“Jika hal tersebut (mendengar,melihat,mencium,merasa,mengecap) itu muncul?? tolong
Ibu praktekkan cara yang sudah saya ajarkan , dan masukkan dalam jadwal harian Ibu.”

5. Kontrak
Topik : “Baikalah ibu nanti kita akan bercakap - cakap lagi, kita akan diskusikan dan
latihan mengendalikan dengan bercakap - cakap dengan orang lain.”
Waktu : “Mau jam berapa bu? Ya baiklah jam 10.00 saja.”
Tempat: “Tempatnya disini saja lagi ya bu. Sampai ketemu nanti bu. Assalamualaikum.”
STRATEGI PELAKSANAAN II
HALUSINASI

Pertemuan : ke 2
Hari/Tanggal : 19 Februari 2020
Waktu : 10.00 WIB

A. Proses Keperwatan
1. Kondisi Klien
 DS : Klien mengatakan sudah menghardik halusinasinya
 DO : Klien tampak respon saat berkomunikasi dengan perawat
2. Diagnosa keperawatan : Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
3. Tujuan
a). Tujuan Umum : Resiko mencederai diri sendiri , orang lain dan lingkungan tidak
terjadi.
b). Tujuan Khusus
 Mengevaluasi jadwal harian pasien
 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
 Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam kegiatan harian.
4. Tindakan keperawatan
 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.
 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Srategi Pelaksanaan Halusinasi


1. Kontrak
Topik : “seperti janji saya kemarin, hari ini kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara
mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap - cakap dengan orang lain dan kita
masuk dalam jadwal kegiatan”.
Waktu : “waktunya 15 menit cukup kan?”
Tempat : “Tempatnya disini saja ya mas?”

2. Fase Kerja
“Sekarang ibu kita akan belajar cara kedua untuk mencegah halusinasi yang lain dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain jadi kalau ibu mulai mendengar suara-suara
langsung saja cari teman untuk ngobrol dengan ibu. Contohnya begini bu : tolong saya
mulai mendengar suara-suara, ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang di rumah
misalnya adik ibu, katakan : dik, ayo ngobrol dengan kakak, coba ibu lakukan seperti saya
tadi lakukan . Ya begitu bagus! Nah, sekarang kita masukan ke dalam jadwal harian ibu
ya?”

3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan ibu setelah latihan ini?”.
b. Evaluasi obyektif : “Jadi sudah ada berapa cara yang ibu pelajari untuk mencegah
suara-suara itu?, ya bagus sekali”.

4. Rencana tindak lanjut


“Nah, kalau halusinasi itu datang lagi ibu bias coba kedua cara itu ya bu!”

5. Kontrak
Topik : “Baiklah bu besok saya akan datang lagi kita akan bahas cara mengendalikan
halusinasi dengan melakukan kegiatan”.
Waktu : “Mau jam berapa kita ketemu bu? Ya baiklah jam 09.00 saja”.
Tempat : “Tempatnya mau dimana bu? Di sini saja bu? Ya baiklah sampai ketemu besok
lagi ya bu!”.
STRATEGI PELAKSANAAN III
HALUSINASI

Pertemuan : Ke 3
Hari/tanggal : 20 februari 2020
Waktu :-
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan sudah menghardikhalusinasinya dan klien mengatakan dengan
berbincang-bincang halusinasinya tidak datang.
DO : klien tampak respon saat berkomunikasi dengan perawat.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
3. Tujuan
a. Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya.
b. Tujuan Khusus
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengenal halusinasinya
- Klien dapat mengontrol halusinasinya
- Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
- Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
c. Keperawatan
- Melatih tindakan pasien beraktifitas secara terjadwal
- Menjelaskan aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasinya
- Mendiskusikan aktifitas yang biasa dilakukan oleh pasien
- Melatih pasien melakukan aktifitas
- Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah dilatih
- Memantau pelaksanaan jadwal : memberikan kegiatan terhadap perilaku pasien yang
positif
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamuallaikum bu”.
b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah suara-suara itu masih muncul? Apakah sudah
dipakai 2 cara yang telah kita latih? Bagaimana hasilnya?
c. Kontrak
Topik : Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berdiskusi tentang cara mengendalikan
halusinasi dengan melakukan kegiatan dan kita masukan kedalam kegiatan harian.
Waktu : mau berapa lama kita berbincang-bincang? Apa 15 menit cukup?
Tempat : Tempatnya mau dimana ibu? Baiklah disini saja.
Tujuan : agar ibu… dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan.
2. Fase Kerja
“Kegiatan apa saja yang masih mas bisa lakukan? Pagi-pagi apa kegiatan bu? Terus jam
berikutnya apa kegiatan bu? Banyak sekali kegiatan ibu setiap harinya. Mari kita latih 2
kegiatan hari ini. Bagus sekali ibu bisa melakukannya. Kegiatan ini dapat ibu lakukan untuk
mencegah suara-suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih agar dari pagi
sampai sore ibu ada kegiatan. bu, bagaimana kalau kegiatan yang tadi kita latih dimasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian ibu?”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan tadi?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba ibu sebutkan kembali 3 cara yang telah saya latih apabila halusinasi itu datang? Ya
bagus sekali.”
4. Rencana Tindak Lanjut
“Nanti ibu lakukan latihan secara mandiri sesuai jadwal yang kita buat agar suara-suara itu
tidak muncul lagi.”
5. Kontrak
Topik : Baiklah ibu besok saya akan datang kembali untuk membahas cara mengontrol
halusinasi dengan cara minum obat.
Waktu : mau jam berapa ibu… kita berbincang-bincang? Ya baiklah jam 10.00-10.15 WIB.
Tempat: Mau dimana kita ketemunya? Ya baiklah disini saja.

STRATEGI PELAKSANAAN IV
HALUSINASI

Pertemuan : Ke-4
Hari/Tanggal : 21 februari 2020
Waktu :-
A. Proses Keperawatan
1. Kodisi Klien
DS : Klien mengatakan dengan bercakap-cakap halusinasinya tidak datang dan klien
mengatakan senang bercakap-cakap dengan perawat.
DO : Dengan melakukan kegiatan bercakap-cakap dengan teman / perawat, klien tidak
melamun lagi.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran
3. Tujuan
a. Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasinya.
b. Tujuan Khusus:
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengenal halusinasinya
- Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
- Klien dapat mengontrol halusinasinya
- Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan Keperawatan
- Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
- Jelaskan pentingnya menggunakan obat secara teratur
- Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
- Jelaskan bila putus obat
- Jelaskan cara mendapatkan obat
- Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,benar pasien,benar
cara,benar dosis,benar waktu)

B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupeutik
“Asalammualaikum bu? Sesuai dengan janji saya kemarin,saya datang lagi ketempat ini.”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?Apa ibu masih ingat 3 cara yang sudah saya latih kemarin,
cara untuk mengusir suara-suara? Apakah ketiga cara tersebut sudah dimasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian ibu?”
c. Kontrak
Topik : Sesuai janji kita kemarin,hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang
ibu minum dan kita akan memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian mas.
Waktu : Mau berapa lama kita bercakap-cakap? Ya baiklah disini saja.
Tujuan : Dari diskusi ini agar ibu… minum obat dengan prinsip 5 benar /agar ibu…
mematuhi cara minum obat.
2. Fase Kerja
Begini bu, obat ini berguna untuk mengurangi atau menghilangkan suara-suara yang selama
ini ibu dengar. Berapa macam yang ibu minum?? (perawat menyiapkan obat pasien). Ini
yang berwarna orange (CPZ) diminum 3 kali sehari ya, jam 7 pagi, jam 1 siang dan 7 malam
yaa gunanya untuk menghilangkan suara-suara yang ibu dengar. (Pasien mengangguk-
ngangguk). Ini yang putih (THP) diminum 3 kali sehari juga, gunanya agar ibu rileks dan
tidak kaku. Kalau yang merah jambu ini (HP) 3 kali sehari juga sama minumnya dengan
yang putih dan orange, gunanya yang merah jambu ini untuk menenangkan pikiran ibu biar
tenang. Kalau suaranya sudah hilang, minum obatnya tidak boleh dihentikan yaa, harus
diminum sampai benar-benar habis, biar suara-suaranya tidak muncul lagi. Kalau obatnya
habis bisa minta ke dokter lagi. Bisa juga dikonsultasikan kalau berhenti minum obat, apa
akibatnya pada ibu. Begitu yaa.. Pastikan juga kalau obat yang diminum benar punya ibu,
jangan sampai keliru dengan orang lain. ibu juga harus banyak minum air yaa..”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif :
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang obat tadi”
b. Evaluasi Objektif
“Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba ibu sebutkan
kembali?”
4. Rencana Tindak Lanjut
“Nanti ibu jangan lupa minum obat agar suara-suara itu tidak datang lagi,kemudian ibu bisa
memasukkannya ke dalam jadwal kegiatan harian ibu.”
5. Kontrak
Topik : Baiklah ibu pertemuan kita cukup sampai disini,besok ibu datang lagi untuk
memastikan ibu masih dengar suara-suara atau tidak kita akan berdiskusi tentang jadwal
kegiatan harian ibu.
Waktu : Waktunya mau jam berapa ibu? Jam 09.00-09.15,apa ibu bersedia?
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa kepoerawatan Aplikasi pada praktis klinis (terjemahan).
Edisi 6. Jakarta : EGC.

Maramis, W.F, 1990. Ilmu Kedokteran Jiwa, Erlangga Universitas Press, Surabaya.

Rasmun, 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga, Jakarta
: CV. Sagung Seto.

Stuart & Sunden, 1998. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai