HALUSINASI
A. Masalah utama
Halusinasi
2. Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi dapat terjadi pada klien dengan
gangguan jiwa seperti skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia dan
kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lainnya.
Halusinasi adapat juga terjadi dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan
gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami sebagai efek samping dari berbagai
pengobatan yang meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi dan antibiotik,
sedangkan obat-obatan halusinogenik dapat membuat terjadinya halusinasi sama
seperti pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi pada saat keadaan individu
normal yaitu pada individu yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti
kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya permasalahan pada pembicaraan.
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik tidak diketahui namun banyak
faktor yang mempengaruhinya seperti faktor biologis, psikologis, sosial budaya,dan
stressor pencetusnya adalah stress lingkungan, biologis, pemicu masalah sumber-
sumber koping dan mekanisme koping.
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf–syaraf
pusat dapat menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul
adalah: hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku
menarik diri.
2) Psikologis
1) Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons
2) Psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
3) Orientasi realitas adalah: penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
3) Sosiobudaya
1) Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
2) Kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam)
3) Kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelahadanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya
3. Patopsikologi
Menurut Janice Clok (1962) dalam (Yosep,2007) klien yang mengalami
gangguan jiwa sebagian besar disertai halusinasi yang meliputi beberapa tahap yaitu:
1) Tahap comforting
Timbul kecemasan ringan diserta gejala kesepian, perasaan berdosa, klien
biasanya mengekspresikan stresornya dengan koping imajinasi sehinga merasa
senang dan terhindar dari ancaman
2) Tahap condenting
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya
klien merasa mendengar sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut
mendengarkan apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku kenarik diri
3) Tahap controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi
suara tersebut terus menerus mengikuti sehingga menyebabkan klien susah
berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien akan merasa
sangat sedih
4) Tahap conguering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam. Apabila tidak
dikuti perilaku klien dapat bersifat merusakatau dapat timbul perilaku suicide.
5. Pohon Masalah
Ketidak Gangguan
efektifan perubahan pemeliha-
penatalaksanaan sensori/persepsi : raan
program halusinasi penglihatan kesehatan
terapeutik
Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. 2000 Keperawatan Jiwa. Teori
dan Tindakan Keperawatan Jiwa: Jakarta
Keliat Budi, Anna. 1995. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa.
EGC: Jakarta
Maramis, W.F. 1990. Ilmu Kedokteran Jiwa. Erlangga Universitas Press: Surabaya
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga. CV.
Sagung Seto: Jakarta.