Di susun oleh:
(191121)
2. Penyebab
Menurut Yosep (2014) terdapat dua factor penyebab halusinasi, yaitu:
a. Faktor presdisposisi
1. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih
rentan terhadap stress
2. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya
3. Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat
stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter
otak,misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.
4. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien lebih suka
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam
hayal.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakekatnya
seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-
psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi,yaitu:
1. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan
menakutkan. Klien tida sanggup menentang sehingga klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan
fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan,namun menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan
tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien
4. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal
dan comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan
halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
5. Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah.
Klien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak
jelas tujuan hidupnya
a. Data subjektif
1. Mendengar suara menyuruh
2. Mendengar suara mengajak bercakap-cakap
3. Melihat bayangan, hantu, atau sesuatu yang menakutkan
4. Mencium bau darah, feses, masakan dan parfum yang menyenangkan
5. Merasakan sesuatu dipermukaan kulit, merasakan sangat panas atau dingin
6. Merasakan makanan tertentu, rasa tertentu, atau mengunyah sesuatu
b. Data objektif
1. Mengarahkan telinga pada sumber suara
2. Bicara atau tertawa sendiri
3. Marah-marah tanpa sebab
4. Tatapan mata pada tempat tertentu
5. Menunjuk-nujuk arah tertentu
6. Mengusap atau meraba-raba permukaan kulit tertentu
B. POHON MASALAH/DIAGNOSA
Pardede, J. A., Irwan, F., Hulu, E. P., Manalu, L. W., Sitanggang, R., & Waruwu, J. F. A. P.
(2021). Asuhan keperawatan Jiwa Dengan Masalah Halusinasi.
Contoh SPTK
Orientasi
Assalaualaikum wr.wb. ibu saya......... perawat yang akan merawat ibu. Nama saya ...
senang dipanggi..... saya perawat di .... “Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang mengganggu dan cara
mengontrol suara-suara tersebut? Diaan kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit?
Kerja
Apakah tina mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya tina dengar dan saya
sendiri tidak mendengarnya. Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu?
Kapan yang paling sering tina dengar suara? Berapa kali sehari tina alami? Pada keadaan
apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri? Apa yang tina rasaakn pada saat
mendenagr suaraa itu? Bagaimana perasaan tina saat mendengar suara itu? Kemudian .....
apa yang tina lakukan? Apakah dengan cara it suara-suara itu hilang? Apa yang tina
alami itu dinaakan halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu
menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas. Bagimana kalau kita
latihan satu cara dulu? Yaitu dengan menghardik? Bagaimana kalau kita mulai ya?
Begini suster akan mempraktekkan dahulu baru nanti tina mempraktekkan kembali apa
yang suster telah lakukan. Begini tina! Jiak suara itu muncul katakan dengan kerasa pergi
kau... pergi .... saya tidak mau dengar kau suara palsu sabil menutup kedua telinga tina.
Seperti ini ya tina! Coba sekarang tina ulangi lagi seperti yang suster lakukan dan
peragakan tadi. Bagus sekali tina hebat.
Terminasi
“bagaimana perasaan tina setelah kita bercakap-cakap?” jadi suara-suara itu mengejek
tina, terus-menerus terjadi dan terutama kalau sendiri dan tina meraasa kesal. “seeprti
yang telah kita pelajari bila suara-suara itu muncul tina katakaan “pergi.... pergi... saya
tidak mau dengar itu suara palsu” lakukan itu selaa tiga kali sehari yaitu jam 09.00, 14.00
dan 20.00. sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang telah kita buat tadi ya? Baik tina
kita nanti ketemu lagi, mengontrol halusinasi dengan menghardik. Dan tina perhatikan
apakah suara-suaraitu aish terjadi! besok kita akan bertemu lagi untuk melatih caraa ke
dua yaitu minum obat untuk mencegah suara-suara itu muncu. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau seprrti saat ini, jam 10.00? sapai jumpa. Wassalaualaikum wr.wb.