Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI

Di susun oleh:

ACHMAD SYAIBANSAH ALFANURROFIQIH

(191121)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN


KESEHATAN RS DR. SOEPRAOEN MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/20222021
2021
I. KASUS (MASALAH UTAMA)
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan, klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada (Muhith, 2011).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien


mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).

Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan


rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012).

Halusinasi merupakan keadaan seseorang mengalami perubahan dalam pola dan


jumlah stimulasi yang diprakarsai secara internal atau eksternal disekitar dengan
pengurangan,berlebihan, distorsi, atau kelainan berespon terhadap setiap
stimulus(Keliat, & Yulia, 2015)

Halusinasi pendengaran paling sering terjadi ketika klien mendengar suarasuara,


suara tersebut dianggap terpisah dari pikiran klien sendiri. Isi suarasuara
tersebut mengancam dan menghina, sering kali suara tersebut
memerintah klien untuk melakukan tindakan yang akan melukai klien atau
orang lain (Nyumirah, 2015)

2. Penyebab
Menurut Yosep (2014) terdapat dua factor penyebab halusinasi, yaitu:
a. Faktor presdisposisi

1. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan lebih
rentan terhadap stress
2. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya

3. Faktor Biokimia
Hal ini berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang bersifat halusiogenik neurokimia. Akibat
stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter
otak,misalnya terjadi ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine.

4. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien mengambil keputusan tegas, klien lebih suka
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam
hayal.

5. Faktor Genetik dan Pola Asuh


Penelitian Menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangatberpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakekatnya
seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-
psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi,yaitu:
1. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.

2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memasa dan
menakutkan. Klien tida sanggup menentang sehingga klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

3. Dimensi Intelektual
Dalam hal ini klien dengan halusinasi mengalami penurunan
fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan,namun menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan
tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien

4. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosialdi dalam fase awal
dan comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat
membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan
halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.

5. Dimensi Spiritual
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah.
Klien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak
jelas tujuan hidupnya

3. Tanda dan Gejala


Menurut (Azizah, 2016) tanda dan gejala perlu diketahui agar
dapat menetapkan masalah halusinasi, antara lain:
a. Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri
b. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
c. Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
d. Disorientasie.
e. Tidak mampu atau kurang konsentrasi
f. Cepat berubah pikiran
g. Alur pikiran kacau
h. Respon yang tidak sesuai
i. Menarik diri
j. Sering melamun

a. Data subjektif
1. Mendengar suara menyuruh
2. Mendengar suara mengajak bercakap-cakap
3. Melihat bayangan, hantu, atau sesuatu yang menakutkan
4. Mencium bau darah, feses, masakan dan parfum yang menyenangkan
5. Merasakan sesuatu dipermukaan kulit, merasakan sangat panas atau dingin
6. Merasakan makanan tertentu, rasa tertentu, atau mengunyah sesuatu
b. Data objektif
1. Mengarahkan telinga pada sumber suara
2. Bicara atau tertawa sendiri
3. Marah-marah tanpa sebab
4. Tatapan mata pada tempat tertentu
5. Menunjuk-nujuk arah tertentu
6. Mengusap atau meraba-raba permukaan kulit tertentu

B. POHON MASALAH/DIAGNOSA

Resiko Perilaku Kekerasan Resiko Perilaku


Kekerasan

Perubahan sensori persepsi : Cor Problem


Halusinasi

Isolasi sosial : Menarik diri Causa

C. MASALAH PERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


Masalah Keperawatan yang mungkin terjadi :
1.Risiko tinggi Perilaku Kekerasan.
2.Perubahansensori persepsi halusinasi.
3.Harga diri rendah kronis.
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan
keluarga :
a. Apakah mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan?
b. Apakah melihat bayangan-bayangan yang menakutkan?
c. Apakah mencium bau tertentu yang menjijikkan?
d. Apakah merasakan sesuatu yang menjalar di tubuhnya?
e. Apakah merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak mengenakkan?
f. Seberapa sering mendengar suara-suara atau melihat bayangan tersebut?
g. Kapan mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
h. Pada situasi apa mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
i. Bagaimana perasaan mendengar suara atu melihat bayangan tersebut?
j. Apa yang telah dilakukan, ketika mendengar suara dan melihat bayangan
tersebut?

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Halusinasi
1. Membantu klien mengenali halusinasi. Diskusi adalah salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk membantu klien mengenali halusinasinya. Perawat
dapat berdiskusi dengan klien terkait isi halusinasi (apa yang didengar atau
dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabakan halusinasi muncul, dan
perasaan klien saat halusinasi muncul (komunikasinya sama dengan yang
diatas)
2. Melatih klien mengontrol halusinasi. Perawat dapat melatih empat cara dalam
mengendalikan halusinasi pada klien. Keempat cara tersebut sudah terbukti
mampu mengontrol halusinasi seseorang. Keempat cara tersebut adalah
menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan
aktivitas yang terjadwal, dan patuh minum obat dengan enam benar secara
teratur
b. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Pasien Halusinasi
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2. Menjelaskan tentang halusinasi: pengertian, tanda dan gejala, penyebab
terjadinya halusinasi, dan akibat jika halusinasi tidak diatasi.
3. Membantu keluarga mengambil keputusan merawat pasien
4. Melatih keluarga cara merawat halusinasi
5. Membimbing keluarga merawat halusinasi
6. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang
mendukung pasien mengatasi halusinasi
7. Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera
ke fasilitas pelayanan kesehatan
8. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.
V. EVALUASI
1. Klien mampu menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:
a. Menghardik halusinasi
b. Mematuhi program pengobatan
c. Mengajak orang lain bercakap-cakap dengan bila timbul halusinasi.
d. Menyusun jadwal kegiatan harian untuk mengurangi waktu luang dan
melaksanakan jadwal kegiatan tersebut secara mandiri.
e. Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dalam mengendalikan halusinasi
2. Evaluasi keperawatan untuk keluarga
Keluarga dapat:
a. Menjelaskan halusinasi yang dialami oleh pasien
b. Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi
c. Mendemonstrasikan cara merawat pasien halusinasi
d. Memodifikasi lingkungan untuk membantu pasien mengatasi masalahnya
e. Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah halusinasi.
REFERENSI

Muhith,A.(2015). PendidikanKeperawatanJiwa(TeoridanAplikasi).Yogyakarta: Andi.

Damayanti, M., & Iskandar.(2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung : Refika


Aditama

Kusumawati, F &Hartono, 2012.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika

Pardede, J. A., Irwan, F., Hulu, E. P., Manalu, L. W., Sitanggang, R., & Waruwu, J. F. A. P.
(2021). Asuhan keperawatan Jiwa Dengan Masalah Halusinasi.
Contoh SPTK

GANGGUAN SENSORI PERSEPSSI HALUSINASI

Orientasi

Assalaualaikum wr.wb. ibu saya......... perawat yang akan merawat ibu. Nama saya ...
senang dipanggi..... saya perawat di .... “Bagaimana perasaan ibu hari ini?”

“baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang mengganggu dan cara
mengontrol suara-suara tersebut? Diaan kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit?

Kerja

Apakah tina mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya tina dengar dan saya
sendiri tidak mendengarnya. Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu?
Kapan yang paling sering tina dengar suara? Berapa kali sehari tina alami? Pada keadaan
apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri? Apa yang tina rasaakn pada saat
mendenagr suaraa itu? Bagaimana perasaan tina saat mendengar suara itu? Kemudian .....
apa yang tina lakukan? Apakah dengan cara it suara-suara itu hilang? Apa yang tina
alami itu dinaakan halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu
menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas. Bagimana kalau kita
latihan satu cara dulu? Yaitu dengan menghardik? Bagaimana kalau kita mulai ya?
Begini suster akan mempraktekkan dahulu baru nanti tina mempraktekkan kembali apa
yang suster telah lakukan. Begini tina! Jiak suara itu muncul katakan dengan kerasa pergi
kau... pergi .... saya tidak mau dengar kau suara palsu sabil menutup kedua telinga tina.
Seperti ini ya tina! Coba sekarang tina ulangi lagi seperti yang suster lakukan dan
peragakan tadi. Bagus sekali tina hebat.

Terminasi

“bagaimana perasaan tina setelah kita bercakap-cakap?” jadi suara-suara itu mengejek
tina, terus-menerus terjadi dan terutama kalau sendiri dan tina meraasa kesal. “seeprti
yang telah kita pelajari bila suara-suara itu muncul tina katakaan “pergi.... pergi... saya
tidak mau dengar itu suara palsu” lakukan itu selaa tiga kali sehari yaitu jam 09.00, 14.00
dan 20.00. sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang telah kita buat tadi ya? Baik tina
kita nanti ketemu lagi, mengontrol halusinasi dengan menghardik. Dan tina perhatikan
apakah suara-suaraitu aish terjadi! besok kita akan bertemu lagi untuk melatih caraa ke
dua yaitu minum obat untuk mencegah suara-suara itu muncu. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau seprrti saat ini, jam 10.00? sapai jumpa. Wassalaualaikum wr.wb.

Anda mungkin juga menyukai