Di susun oleh:
(191121)
Stuart (2013) menyatakan harga diri rendah adalah evaluasi diri negatif yang
berhubungan dengan perasaan yang lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan,
rentan, rapuh, tidak berharga, dan tidak memadai
Harga diri rendah dapat disebabkan karena penilaian internal maupun penilaian
eksternal yang negatif.Penilaian internal adalah penilaian dari individu itu
sendiri, sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian dari luar
individu (orang tua, saudara dan lingkungan) yang sangat mempengaruhi
penilaian individu terhadap dirinya (Nurhalimah, 2016)
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri.Harga diri rendah dibagi menjadi harga diri rendah situasional dan
harga diri rendah kronik. Harga diri rendah situasional yaitu munculnya
persepsi negatif tentang makna diri sebagai respons terhadap situasi saat
ini.Sedangkan, harga diri rendah kronik merupakan evaluasi diri atau
perasaan negatif tentang diri sendiri atau kemampuan diri dalam waktu
lama yang dapat mengganggu kesehatan (Herdman, 2015).
2. Rentang Respon
3. Penyebab
Proses terjadinya harga diri rendah dijelaskan oleh Stuarat dan Laraia (2008)
dalam konsep stress adapatasi yang teridiri dari faktor predisposisi dan
presipitasi.
1. Faktor Predisposisi yang menyebabkan timbulnya harga diri rendah meliputi:
1. Biologis
Faktor heriditer (keturunan) seperti adanya riwayat anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa Selain itu adanya riwayat penyakit kronis atau
trauma kepala merupakan merupakan salah satu faktor penyebab
gangguan jiwa,
2. Psikologis
Masalah psikologis yang dapat menyebabkan timbulnya harga diri rendah
adalah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, penolakan dari
lingkungan dan orang terdekat serta harapan yang tidak realistis.
Kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggungjawab personal dan
memiliki ketergantungan yang tinggi pada orang lain merupakan faktor
lain yang menyebabkan gangguan jiwa. Selain itu pasiendengan harga diri
rendah memiliki penilaian yang negatif terhadap gambaran dirinya,
mengalami krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak
realistis.
3. Faktor Sosial Budaya
Pengaruh sosial budaya yang dapat menimbulkan harga diri rendah adalah
adanya penilaian negatif dari lingkungan terhadap klien, sosial ekonomi
rendah, pendidikan yang rendah serta adanya riwayat penolakan
lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang menimbulkan harga diri rendah antara lain:
1. Riwayat trauma seperti adanya penganiayaan seksual dan pengalaman
psikologis yang tidak menyenangkan, menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan, menjadi pelaku, korban maupun saksi dari
perilaku kekerasan.
2. Ketegangan peran: Ketegangan peran dapat disebabkan karena
a. Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan seperti transisi dari masa kanak-kanak ke
remaja.
b. Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit: merupakan akibat pergeseran dari kondisi
sehat kesakit. Transisi ini dapat dicetuskan antara lain karena
kehilangansebahagian anggota tuhuh, perubahan ukuran, bentuk,
penampilan atau fungsi tubuh.Atau perubahan fisik yang berhubungan
dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis dan keperawatan.
B. POHON MASALAH/DIAGNOSA
. ......................................................................................................
V. EVALUASI
Pramujiwati, D., Keliat, B. A., & Wardani, I. Y. (2013). Pemberdayaan Keluarga Dan Kader
Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Pasien Harga Diri Rendah Kronik Dengan Pendekatan
Model Precede L. Green Di Rw 06, 07 Dan 10 Tanah Baru Bogor Utara. Jurnal Keperawatan
Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 1(2).
Keliat, B.A. dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN Basic
Course. Jakarta: EGC
Stuart, Gail W. (2013). Principles & Practice of Psychiatric Nursing (9th ed)
Philadelphia: Elsevier Mosby.
Orientasi
Selamat pagi mbak, perkenalkan..... saya perawat senang dipanggi;.... nama mbak siapa?
“baiklah mabk sita, saya perawat puskesmas Gragal yang saat ini sedang melakukan
tugass kunjungan rumah. Tadi saya telah menemui ibunya dan sekarang saya ingin
bercakap-cakap dengan mbak sita. Bagaimana perasaan mabk sita saat ini?
“O... mbak sita merasa bosan.... apa yang membuat mbak sita merassa bosan?”
“jadi.... mbak sita merasa bosan karena merasa tidak berarti. Bagaimana kalau sekarang
kita membicarakan tenatng perasaan mbak dan kemapuan yang mbak sita miliki?”
“bagaimana jika 30 menit? Tujuan kita bercakap-cakap adalah agar mabk sita dapat
menilai kembali kemapuan yang dimiliki selama ini dan kegiatan yang biasa mbak sita
lakukan”.
Kerja
“sebelumnya saya ingin menanyakan tentang penilaian mbak sita terhadap diri mabk
sendiri. Tadi mbak sita mengataakan merasa bosan karena tidak berarti. Apa yang
menyebabkan mbak sita merasa demikian?
“jadi, mbak sita merasa telah gagal memenuhi keinginan orang tua.... ada lagi hal lain
yang tidak menyenangkan yang mbak sita rasakan?”
“bagaimana hubungan mbak sita dengan keluarga dan teman-teman setelah mabk sita
merasaakan hidup yang tdiak berarti dan tidak berguna?”
“tadi mabk sita juga mengatakan telah gagal memenuhi keinginan orangtua, sebenarnya
apa saja harapan atau cita-cita mabk sita?”
“yang mana ssaja dari harapan mbak sita yang telah mbak capai?”
“bagaimana usaha mbak sita untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi?”
“agar dapat mencapai harapan-harapan mbak sita, marikita sama-sama menilai kemapuan
yang dimiliki mabk sita untuk dilatih dan dikembangkan. Coba mbaksita sebutkan
kemampuan apa saja yang mbak sita pernah miliki?”
“bagus. Apalagi ? mari kita buat daftarnya ya.! Kegiatan rumah tangga yang biasa mbak
sita lakukan? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci baju...ds”.
“wah, bagus sekali ada tujuh kemapuan dan kegiatan yang mbak sita miliki. Nah
sekarang... dari tujuh kemampuan/kegiatan ini, yang mana yang masih dapat kedua....”
(hingga tujuh kemampuan/kegiatan (misalnya akhirnya ada lima yang masih dapat
dilakukan).
“bagus sekali, ternyata ada lima kegiataan yang masih dapat diekrjakan di rumah.
Menurut mabk Sita adakah bantuan yang diperlukan untuk mabk sita melakukan kegiatan
ini?”
“mari kita lihat kembali dafatar kegiatan yang telah kita buat tadi”
“coba mbak sita pilih yang mana yang akan dikerjakan sesuai kemampuan. Yang nomor
satu.... main terus. Wah, saat ini belum bisa dilakukan ya” “ yang nomor dua merapikan
tempat tdiur, bagaimana mbak sita? Wah, tentu bisa dilakukan ya. Bagus sekali”.
“baik..... nomor tiga mencuci piring, bisa ya? (dan seterusnya hingga kelimanya
didiskusikan, misalnya akhirnya ada empat kerjaakn yang dipilih untuk dikerjakan di
rumah).
“nah, dari keempat kegiatan yang telah dipilih untuk dikerjakan di rumah.... mana yang
mau dilatih hari ini?”
“baik, mari kita latihan merapikan tempat tidur. Tujuannya agar mbak sita dapat
meningkatkan kemampaun merapikan tempat tidur dan merassakan manfaatnya. Dimana
kamarnya?”
“nah, kalau kita akan merapikan temapt tidru, kita pindahkan terlebih dahulu bantal dan
selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang
kita pasanag lagi spreinya, kita mulai dari arah atas yaa.... bagus! Sekarang bagian kaki,
tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir dimasukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan dan
letakkan di bagian atas/kepala. Mari kita lipat selimut. Nah, letakkan di bagian
bawah/kaki. Bagus!”
“bagus sekali, mbak sita dapat mengikuti langkah-langkahnya. Sekarang, mari kita
masukkan pada jadwal harian mabk sita ya... mau berapa kali sehari merapikan tempat
tidur? Bagus! Dua kali sehari.... pagi-pagi bangun tidur, lalu setelah istirahat siang jam 4.
Jika sudah dikerjakan, beri tanda ya... M artinya mandiri, diisi jika merapiakn tempat
tidur dilakukan mbak sita tanpa diingatkan keluarga, B artinya bantuan, diisi jika kegiatan
merapikan tempat tidur dilakukan dengan bantuan keluarga atau harus diingatkan
keluarga terlebih dahulu, dan T artinya tergantung, diisi jika mbak tidak melakukannya”.
Terminasi
“bagus sekali!” jangan lupa merapikan tempat tidur sesuai jadwal yang telah dibuat tadi
ya... yaitu setelah bangun tidur hari pada pagi hari dan setelah istirahat siang hari”.
“nah, minggu depan saay akan datang kembali, kita latihan kegiatan yang kedua. Mau
jam berapa?”
“baiklah, kalau begitu minggu depan saya akan datang pada jam 10. Sapai jumpa...”