Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL

Di susun oleh:

ACHMAD SYAIBANSAH ALFANURROFIQIH

(191121)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN


KESEHATAN RS DR. SOEPRAOEN MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/20222021
2021
I. KASUS (MASALAH UTAMA)
ISOLASI SOSIAL

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan saat seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
(Nurhalimah, 2016)

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan


atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Isolasi sosial merupakan keadaan ketika individu atau kelompok
memiliki kebutuhan atau hasrat untuk memiliki keterlibatan kontak dengan
orang, tetapi tidak mampu membuat kontak tersebut (Carpenito-Moyet, dalam
Sutejo, 2017)

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Keliat, 2011)

Isolasi sosial juga didefinisikan sebagai suatu keadaan kesepian yang


dialami oleh seseorang karena orang lain mengatakan sikap yang negatif
dan mengancam. Seringkali orang yang mengalami isolasi sosial juga akan
mengalami gangguan/hambatan komunikasi verbal seperti penurunan,
perlambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses pesan
(stimulus) yang diterima, dan tidak mampu memberi respon yang sesuai
karena kerusakan sistem di otak (Kusumawati & hartono, 2011)

klien mengalami kesulitan dalam


berhubungan secara spontan dengan orang lain yang di manifestasikan
dengan mengisolasi diri, tidak perhatian dan tidak sanggup berbagi
pengalaman (Direja, 2011).

2. Rentang Respon
Gambar 2.1 Rentang Respons Sosial (Stuart, 2016)
Stuart (2016), respon individu menyelesaikan suatu hal dengan cara yang dapat
diterima oleh norma-norma masyarakat. Respon ini meliputi:
a. Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan
setelah melakukan kegiatan.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan (Mutualisme)
Mutualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana
individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling ketergantungan (intedependen)
Intedependen merupakan kondisi saling ketergantungan antar individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
e. Kesepian
Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya.
f. Isolasi sosial
Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
g. Ketergantungan (Dependen)
Dependen terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada gangguan
hubungan sosial jenis ini orang lain diperlukan sebagai objek, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
3. Penyebab
Proses terjadinya Isolasi sosial pada pasienakan dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan
presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya isolasi sosial, meliputi:
1. Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor herediter
dimana ada riwayata anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa. Adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau trauma kepala,
dan riwayat penggunaan NAPZA. Selain itu ditemukan adanya
kondisi patologis otak, yang dapat diketahui dari hasil pemeriksaan
struktur otak melalui pemeriksaan CT Scan dan hasil pemeriksaan
MRI untuk melihat gangguan struktur dan fungsi otak (Thomb,
2000).
2. Faktor Psikologis
Pasien dengan masalah isolasi sosial, seringkali mengalami
kegagalan yang berulang dalam mencapai keinginan/harapan, hal ini
mengakibatkan terganggunya konsep diri, yang pada akhirnya akan
berdampak dalam membina hubungan dengan orang lain.
3. Faktor Sosial Budaya
Faktor predisposisi sosial budaya pada pasiendengan isolasi sosial,
sesringkali diakibatkan karena pasienberasal dari golongan sosial
ekonomi rendah hal ini mengakibatkan ketidakmampuan pasiendalam
memenuhi kebutuhan. Kondisi tersebut memicu timbulnya stres yang
terus menerus, sehingga fokus pasienhanya pada pemenuhan
kebutuhannya dan mengabaikan hubungan sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
b. Faktor Presipitasi
Ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau
kelainan struktur otak.Faktor lainnya pengalaman abuse dalam keluarga.
Penerapan aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering
tidak sesuai dengan pasien dan konflik antar masyarakat.Selain itu Pada
pasienyang mengalami isolasi sosial, dapat ditemukan adanya
pengalaman negatif pasienyang tidak menyenangkan terhadap gambaran
dirinya, ketidakjelasan atau berlebihnya peran yang dimiliki serta
mengalami krisis identitas.Pengalaman kegagalan yang berulang dalam
mencapai harapan atau cita-cita, serta kurangnya penghargaan baik dari
diri sendiri maupun lingkungan. Faktor-faktor diatas, menyebabkan
gangguan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain, yang pada
akhirnya menjadi masalah isolasi sosial.

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasienyang
menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan didukung dengan
data hasil observasi.
a. Data subjektif
Pasienmengungkapkan tentang
1) Perasaan sepi
2) Perasaan tidak aman
3) Perasan bosan dan waktu terasa lambat
4) Ketidakmampun berkonsentrasi
5) Perasaan ditolak
b. Data objektif
1) Banyak diam
2) Tidak mau bicara
3) Menyendiri
4) Tidak mau berinteraksi
5) Tampak sedih
6) Ekspresi datar dan dangkal
7) Kontak mata kurang
B. POHON MASALAH/DIAGNOSA

.......................................................................................................

C. MASALAH PERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


Melalui wawancara bentuk pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana perasaan saudara saat berinteaksi dengan orang lain?
b. Bagaimana perasaan saudara ketika berhubungan dengan orang lain?
Apa yang saudara rasakan? Apakah saudara merasa nyaman?
c. Bagaimana penilain saudara terhadap orang-orang di sekeliling saudaraa
(keluarga atau tetangga)?
d. Apakah saudara mempunyai anggota keluarga atau teman terdekat? Bila
punya siapa anggota keluarga dan teman dekatnya ibu?
e. Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak dengan saudara?
Bila punya siapa anggota keluarga dan teman yang tidak dekatnya itu?
f. Apa yang membuat saudara tidak dekat dengan orang tersebut?
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan melalui observasi adalah sebagai
berikut:

a) Pasien banyak diam dan tidak mau bicara


b) Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
c) Pasien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
d) Kontak mata kurang
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
ISOLASI SOSIAL

IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien Defisit Perawatan Diri
1. Membina hubungan saling percayadengan cara:
a. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
b. Berkenalan dengan klien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai
pasien
c. Menanyakan perasaan dan keluhan pasiensaat ini
d. Buat kontrak asuhan: apa yang Perawat akan lakukan bersama klien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
e. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
f. Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien
g. Penuhi kebutuhan dasar pasienbila memungkinkan
2. Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial
a. Tanyakan pendapat pasiententang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
b. Tanyakan apa yang menyebabkan pasientidak ingin berinteraksi dengan
orang lain
c. Diskusikan keuntungan bila pasienmemiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka
d. Diskusikan kerugian bila pasienhanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
e. Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
3. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
a. Jelaskan kepada pasiencara berinteraksi dengan orang lain
b. Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
c. Beri kesempatan pasienmempraktekkan cara berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan di hadapan Perawat
d. Bantu pasienberinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga
e. Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya
f. Beripujianuntuksetiapkemajuaninteraksi yang telahdilakukanolehklien
g. Latih pasien bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat melakukan
kegiatan harian dan kegiatan rumah tangga
h. Latih pasien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sosial misalnya :
berbelanja, kekantor pos, kebank dan lain-lain
i. Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasiensetelah berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin pasienakan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasientetap semangat
meningkatkan interaksinya.
V. EVALUASI

Evaluasi kemampuan pasien isolasi sosial berhasil apabila pasien dapat:


a. Menjelaskan kebiasaan keluarga berinteraksi dengan pasien
b. Menjelaskan penyebab pasien tidak mau berinteraksi dengan orang lain
c. Menyebutkankeuntungan bergaul dengan orang lain
d. Menyebutkan kerugian tidak bergaul dengan orang lain
e. Memperagakan cara berkenalan dengan orang lain, dengan perawat,
keluarga, tetangga
f. Berkomunikasi dengan keluarga saat melakukan kegiatan sehari-hari
g. Berkomunikasi saat melakukan kegiatan sosial
h. Menyampaikan perasaan setelah interkasi dengan orang tua
i. Mempunyai jadwal bercakap-cakap dengan orang lain
j. Merasakan manfaat latihan berinteraksi dalam mengatasi isolasi sosial

Evaluasi kemampuan keluarga dengan pasien isolasi sosial berhasil apabila


keluarga dapat:
1. Mengenal isolasi sosial (pengertian, tanda dan gejala dan proses terjadinya
isolasi sosial) dan mengambil keputusan untuk merawat pasien
2. Membantu pasien berinteraksi dengan orang lain
3. Mendampingi pasien saat melakukan aktiviatas rumah tangga dan kegiatan
sosial sambil berkomunikasi
4. Melibatkan pasien melakukan kegiatan harian dirumah dan kegiatan
sosialisasi di lingkungan
5. Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi isolasi sosial
REFERENSI

Henry Dhany Saputra, M. U. H. A. M. M. A. D. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA


PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL Di RSJD Dr.
ARIF ZAINUDIN SURAKARTA (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).

Keliat, B. A., dan akemat. (2014) Model Praktik Peperawatan Professional Jiwa. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kusamawati, F dan Hartono Y. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Hawari, D. 2012. Pendekatan Holistik pada Klien Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: UI.

Nurhalimah (2016) Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan


Contoh SPTK
Isolasi Sosial
Latihan 1
Orientasi :
“Selamat pagi Ibu, Saya Primasari Mahardhika Rahmawati, Ibu dapat memanggil saya
Prima, saya perawat dari puskesmas. Nama ibu siapa ? senang dipanggil apa ?
Bagaimana perasaan ibu Rina hari ini ? Baiklah, sekarang kita akan diskusi tentang
bagaimana hubungan Ibu dengan orang sekitar sini. Berapa lama kita mau berdiskusi ?
Mau dimana ibu ?”.

Kerja :
“Dengan siapa ibu tinggal serumah ? siapa yang paling dekat ? apa yang menyebabkan
ibu dekat dengan orang tersebut ? Siapa anggota keluar dan teman yang bapak/ibu merasa
tidak dekat? Apa yang membuat ibu tidak dekat dengan orang lain ?”.
“Apa saja kegiatan yang biasa Ibu lakukan saat bersama keluarga ? Bagaimana dengan
teman-teman yang lain ?”.
“Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul deangan orang lain?”.
Menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah
kalau kerugiannya tidak mempunyai teman apa ya bu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah
Ibu belajar bergaul dengan orang lain ? Nah untuk memulainya sekarang ibu latihan
berkenalan dengan saya dahulu. “Begina lho bu, untuk berkenalan dengan orang lain kita
sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita sukai. Contoh: Nama Saya Bu
Rontanti, senang dipanggil Tanti”.
“Selanjutnya Ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini :
Nama Bapak/Ibu siapa ? Senang dipanggil ?”
“Ayo bu dicoba ! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba berkenalan dengan
saya”.
“Ya bagus sekali ! Coba sekali lagi. Bagus sekali”. Setelah ibu berkenalan dengan orang
tersebut Ibu bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan Ibu
bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan
sebagainya. Nah, bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan suami
ibu? (dampingi pasien saat bercakap-cakap).

Terminasi :
“Bagaimana perasaan Ibu setelah latihan perkenalan ini ?”.
“Coba ibu peragakan lagi cara berkenalan dengan orang lain!”.
“Baik bu, dalam satu hari mau berapa kali bapak berlatih bercakap-cakap dengan anggota
keluarga? 2 kali? Baiklah jam berapa ibu akan latihan. Ini ada jadwal kegiatan, kita isi
jam 11.00 dan 15.00 kegiatan ibu adalah bercakap-cakap dengan anak dan menantu. Jika
ibu malakukannya sendiri tanpa diingatkan ibu tulis M (mandiri), jika masih diingatkan
tulis B (Bantuan), dan jika ibu tidak melakukan ditulis T (tergantung). Kita mulai dari
besok ya bu........ tanggal 25 juni 2012.
“Minggu depan saya kemari lagi. Kita akan berbincang-bincang tentang pengalaman ibu
bercakap-cakap dengan teman baru dan latihan bercakap-cakap dengan topik tertentu.
Waktunya seperti sekarang ini. Tempatnya disini ya. Selamt pagi bu”.

Anda mungkin juga menyukai