LANDASAN TEORI
2.1 Teori Halusinasi
2.1.1 Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar.
Walaupun tampak sebagai sesuatu yang “khayal”, halusinasi sebenarnya
merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang “teresepsi” (Yosep,
2010 dalam Buku Asuhan Keperawatan Jiwa, 2014).
Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang dating
disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap
stimulus tersebut (Nanda, I, 2012 dalam Buku Asuhan Keperawatan Jiwa,
2014).
B. Faktor Presipitasi
1) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku
menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan
tidak nyata.
Menurut Rawlis 2010 dalam Buku Asuhan Keperawatan Jiwa, 2014.
Mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat
keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar
unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual. Sehingga halusinasi dapat dilihat dari
lima dimensi yaitu :
a) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam, hingga
delirium, intoksikasi alcohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
lama.
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi dari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup
lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi intelektual
Dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya
halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan
yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
d) Dimensi social
Klien mengalami gangguan interaksi social dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata
sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi social,
control diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan control oleh individu tersebut, sehingga jika perintah
halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung
keperawatan klien ingin mengupayakan suatu proses interaksi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyediri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
e) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara
spiritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu, karena ia
sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun merasa
hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.
Isolasi Sosial
Core Problem
Sering kali klien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuasif tapi intruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul ditelan, serta reaksi obat
yang diberikan.
klien dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data klien agar ada kesatuan
pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari
percakapan dengan klien di ketahui bila sedang sendirian dia sering mendengar
suara yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak
terdengar jelas. Perawat menyarankan agar klien jangan menyendiri dan
menyibukan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini
hendaknya di beritahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar tidak
membiarkanklien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.
a. Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal).
2. Isolasi social
3. Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan verbal).
(Dermawan, D., & Rusdi. 2013).
a. Tujuan Keperawatan :
b.Tindakan keperawatan
yaitu :
4. Minum obat secara teratur. Minum obat secara teratur dapat mengontrol
halusinasi. Pasien harus dilatih untuk meminum obat secara teratur sesuai
dengan progam terapi dokter.
a.Anti psikotik
Efek samping :
1). Gejala ekstra piramidal seperti berjalan menyeret kaki, postur condong
kedepan, banyak keluar air liur, wajah seperti topeng, sakit kepala dankejang.
b. Anti Ansietas
Jenis: Atarax,Diazepam
Efek samping:
Efek samping:
2. Gejala Negatif
Klien skizofrenia kehilangan motovasi dan apatis berate kehilangan
energi dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang
malas, karena klien skizofrenia hanya memiliki energi yang sedikit,
mereka tidak bisa melakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan.
Perasaan yang tumpul membuat emosi klien skizofrenia menjadi datar,
klien skizofrenia tidak memiliki ekspresi baik dari raut muka maupun
Gerakan tangannya.
Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap selalu
menjadi bagian dari hidup klien skizofrenia. Mereka tidak merasa
memiliki perilaku yang menyimpang, tidak bisa membina hubungan
relasi dengan orang lain dan tidak mengenal cinta. Perasaan depresi
adalah sesuatu yang menyakitkan.
Depresi yang berkelanjutan akan membuat klien skizofrenia menarik diri
dari lingkungannya.
Kimia darah Elektrolit, tes fungsi ginjal, tes fungsi Setiap satu tahun sekali atau
Liver, dan tes fungsi tiroid. saat diindikasikan.
Mengontrol
halusinasi
Faktor predisposisi :
1. Faktor
Isolasi sosial Faktor presipitasi :
perkembangan
2. Faktor sosio 1. Perilaku
kultural 2. Sumber koping
3. Faktor biokimia
4. Faktor psikologis
5. Faktor genetic dan
pola asuh
Gambar 2.7.1 Kerangka Teori Sumber : Keliat, dkk (2015), Stuart (2013), Yusuf,
dkk, (2015).
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.