Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN HALUSINASI

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Isti Harkomah, M.kep.

DISUSUN OLEH:

Era Rahayu
1714201009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN HARAPAN IBU JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respons panca indra yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan terhadap sumber
yang tidak nyata (keliat, 2019).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang
yang berbicara (Iyus, 2007).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghidu (surya ade, 2017).
2. Penyebab
1. Kurang tidur
2. Isolasi sosial
3. Meengurung diri
4. Kurang kegiatan sosial
3. Tanda dan gejala
Mayor
Subjektif:
1. Mendengarkan suara orang berbicara tanpa ada orangnya.
2. Melihat benda, orang, atau sinar tanpa ada objeknya.
3. Menghidu bau-bauan yang tidak sedap, seperti bau badan padahal tidak
4. Merasakan pengecapan yang tidak neka.
5. Merasakan rabaan atau gerakan badan.

Objektif:

1. Berbicara sendiri
2. Tertawa sendiri
3. Melihat kesatu arah
4. Mengarah telinga ke arah tertentu
5. Tidak dapat memfokuskan pikiran
6. Diam sambil menikmati halusinasinya
Minor

Subjektif:

1. Sulit tidur
2. Khawatir
3. Takut

Objektif

1. Konsentrasi buruk
2. Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
3. Afek datar
4. Curiga
5. Menyendiri, melamun
6. Mondar-madir
7. Kurang mampu merawat diri
4. Proses terjadinya halusinasi
Halusinasi berkembang melalui 4 fase, yaitu:
a. Fase pertama
Disebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang menyenangkan. Pada
tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami
sterss, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan
tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang
menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
Perilaku klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan
bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang
asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
b. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi
menjadi menjijikkan, termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman
sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan
berfikir sendiri menjadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas.
Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda sistem syaraf otonom seperti
peningkatan deyut jantung dan tekanan darah. Klien aasyik dengan halusinasinya
dan tidak bisa membedakan realitas.
c. Fase ketiga
Disebut dengan fase contolling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik: bisikan,
suara, isi halusinasi semakin menonjol, meguasai dan mengontrol klien. Klien
menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan
tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase keempat
Disebut fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya,
Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi
mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya,
hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain
dilingkungan.
Perilaku klien: perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, manarik diri atau kakatonik, tidak mampu merespons trehadap
perintah kompleks dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang.
5. Jenis dan tanda halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Ditandai dengan bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga, mendengar suara atau
kegaduhan, mendengar suara mengajak bercakap-cakap dan mendengarkan suara
yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
b. Halusinasi penglihatan
Ditandai dengan menunjuk kearah tertentu, ketakutan terhadap sesuatu yang tidak
jelas, dan melihat bayangan, sinar atau melihat hantu.
c. Halusinasi penghidu
Ditandai dengan menghidu seperti bau-bauan tertentu, menutup hidung.
d. Halusinasi pengecap
Ditandai dengan sering meludah atau muntah, merasakan rsa seperti darah, urine
atau feses.
e. Halusinasi perabaan
Ditandai dengan menggaruk-garuk permukaan kulit dan menyatakan ada serangga
dipermukaan kulit, merasa tersengat listrik.
6. Pohon masalah

effect
Resiko mencederai diri, orang
lain dan lingkungan

Core Perubahan persepsi sensori:


problem halusinasi

causa Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga


diri rendah

Koping individu tidak efektif

7. Diagnosa awal
1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Halusinasi
4. Koping individu tidak efektif
5. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
8. Tindakan keperawatan
1. Kaji tanda dan gejala halusinasi, penyebab dan kemampuan klien mengatasinya.
Jika ada halusinasi katakan anda percaya, tetapi anda sendiri tidak
mendengar/melihat/menghidu/merasakan.
2. Jelaskan proses terjadinya halusinasi.
3. Tindakan keperawatan
a. Tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi klien
b. Latih klien melawan halusinasi dengan menghardik
c. Latih klien mengabaikna halusinasi dengan bersikap cuek
d. Laatih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan secara teratur
e. Latih klien dengan minum obat dengajn 8 benar, yaitu benar obat, benar
pasien, benar manfaat obaat, benar dosis, benar frekuensi, benar cara, benar
tanggal kadaluawarsa dan benar dokumentasi
f. Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan
mengendalikan halusinasi
g. Berikan pujian padaa klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan
halusinasi
B. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Nama : Ny. k
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Jln. Tp.Sriwijaya, 16 Mayang

RM No. : 15432
Informan : orangtua
Tgl Masuk Dirawat : 04 juni 2020
Tgl Pengkajian : 04 juni 2020

II. ALASAN MASUK


Klien masuk Rumah sakit jiwa pada tanggal 04 juni 2020, dengan keluhan keluarga
klien mengatakan klien tampak bicara dan tertawa sendiri, kadang melamun,
menyendiri, mondar-mandir, klien juga mengatakan mendengar suara orang berbicara
namun keluarga tidak melihat ada orang lain.
Diagnosis Medis:
halusinasi
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Saat dilakukan pengkajian, keluarga klien mengatakan klien banyak diam,
mengarahkan telinga ke arah tertentu seperti mendengar sesuatu, kadang klien klien
suka membanting baraang yang ada disekitarnya, klien sulit tidur dan sering
ketakutan.

IV. FAKTOR PRESIPITASI (PENCETUS)


Biologis : Klien menderita hipertensi
Psikologis : Klien depresi karena suaminya selingkuh
Sosial : Klien merasa kecewa dan malu

V. FAKTOR PREDISPOSISI (PENDUKUNG)


Biologis : Klien pernah mengalami kecelakaan motor pada usia 20 tahun dan
membuatnya trauma untuk naik motor.
Psikologis : Klien diselingkuhi oleh suaminya pada saat klien sedang hamil.
Sosial : klien merasa kecewa dan malu pada orang lain karena rumah tangganya
berantakan.
VI. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA
1. Pernah mengalami masalah gangguan jiwa di masa lalu ? Tidak
Jelaskan:
Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya.
2. Riwayat Pengobatan sebelumnya dan keberhasilannya:
Tidak ada
VII. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
Tidak
Jelaskan:
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa
2. Genogram (minimal 3 generasi, termasuk keterangan siapa yang tinggal serumah,
yang meninggal, mengidap penyakit keturunan, dan sebagainya)

Ket:

= perempuan

= tinggal dalam rumah

= laki-laki

VIII. PENILAIAN TERHADAP STRESOR (Kognitif, fisiologis, afektif, perilaku,


sosial)

Kognitif : klien tidak mengetahui tentang penyakitnya dan bagaimana cara


mengatasinya.
Fisiologis : fisik klien baik hanya saja penampilanya yang lusuh dan tidak
terurus.
Afektif : menyendiri dan suka melamun.
Prilaku :banyak diam, terkadang tertawa daan bicara sendiri, kadang ketakutan.
Sosial : hubungan sosial dengan keluarga kurang baik, klien tidak mau
berbicara dengan orang lain.

IX. SUMBER KOPING (Kemampuan personal, aset/ material, sumber dukungan,


keyakinan positif)

Kemampuan personal : klien tidak bisa mengatasi masalah yang ada pada
diri klien, sehingga membutuhkan bantuan orang
lain.
Aset / material :keluarga klien sangat mendukung pengobatan klien

Sumber dukungan :klien mendapatkan dukungan dari keluarganya


maupun tetangga , agar klien bisa seperti dulu lagi.

Keyakinan positif : keluarga berkeyakinan bahwa pasien akan sembuh


dan bisa kembali normal.

X. MEKANISME KOPING
a. Jenis Mekanisme Koping:
Negosiasi/ Kompromi/ Displacement/Tehnik relaksasi/ Regresi/Aktivitas
konstruktif /Menghindar/Mencederai diri
Lainnya, sebutkan: negosiasi

b. Sumber Mekanisme Koping:


Jelaskan: klien tidak bisa menyelesaikan masalah, klien menyendiri dan melamun.
XI. PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik /Sedang /Lemah: sedang
2. Tingkat kesadaran : Composmetis
3. Tanda vital : TD : 150/80 mmHg N : 85 x/i S : 37 C P : 22 x/i
4. Ukur : TB : 150 Cm BB : 55 Kg
5. Keluhan fisik : Ya /Tidak: tidak
Bila Ya, jelaskan : -
6. Pemeriksaan fisik :

1. kepala, leher :
Kepala : Rambut klien kusam, acak-acakan dan kusut, berwarna hitam, pada
saat dipalpasi tidak terdapat benjolan
Leher : tidak terdapat nyeri tekan.
2. Mata :
Bentuk mata simetris, penglihatan baik.

3. Telinga

Bentuk simetris , pendengaran baik, telinga bersih.

4. Hidung

Hidung klien simetris, fungsi penciuman baik , tidak terdapat polip.


5. Mulut
Bibir klien simetris tampak kering, gigi kotor.
6. Integumen
Warna kulit kuning langsat, tampak kotor.
7. Dada
Simetris , tidak ada kelainan bentuk , tidak ada sesak nafas.
8. Abdomen
Tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak ada luka memar
9. Ekstemitas
a. Ekstremitas atas : baik
b. Ekstremitas bawah : baik
10. Genetalia : bersih.

7. Riwayat Pengobatan Penyakit Fisik :


Tidak ada
XII.PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri
a. Gambaran diri : klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya terutama
rambutnya.
b. Identitas diri : Klien mengatakan tidak mampu menjadi seorang istri.
c. Peran : Klien mengatakan tidak bisa mengurus suaminay dengan baik.
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin menjadi sitri dan ibu yang baik dengan
menyayangi keluarganya
2. Harga diri : selama dirumah klien merasa tidak berguna, tidak dihargai, dan suka
berdiam diri di kamar
3. Hubungan dengan Keluarga dan Masyarakat :
a. Di rumah ( Keluarga dan Masyarakat) : Hubungan dengan keluarga kurang
dan selama klien sakit tidak ikut kegiatan di masyarakat.
b. Di rumah Sakit/ Lingkungan tempat tinggal saat ini : Di rumah sakit klien
jarang berkomunikasi dengan temannya dan perawat, klien suka diam dan
menyendiri.
c. Hasil Observasi perilaku terkait dalam hubungan sosial : Orang yang dekat
dengan klien yaitu Ibu nya.
4. spiritual / Keagamaan
a. Nilai dan keyakinan : Klien berkeyakinan beragama islam.
b. Kegiatan Ibadah : Klien selama di Rumah sakit jiwa tidak pernah melakukan
ibadah.
XIII. PENGKAJIAN STATUS MENTAL
1. Penampilan fisik
Tidak rapi /Rambut kotor /dan kusam/Penggunaan pakaian tidak sesuai /Gigi
kotor/
Cara berpakaian tidak seperti biasanya/Badan bau/ Kuku panjang dan kotor
Jelaskan : Klien terlihat tidak rapi
Klien tidak berhias, tidak memotong kuku dan jarang menggosok gigi harus
disuruh terlebih dahulu, pakaian kusut, rambutnya kotor dan tidak di sisir.

2. Pembicaraan
Cepat /Keras/ Gagap /Inkoheren/Apatis/ Lambat /Membisu /Tidak mampu
memulai pembicaraan

Jelaskan : Klien tampak lambat


3. Aktivitas Motorik:
Lesu /Tegang /Gelisah /Agitasi/Tik /Grimasen /Tremor /Kompulsif

Jelaskan : Klien tampak lesu.


4. Alam perasaaan
Sedih /Takut /Putus asa /Khawatir /Gembira berlebihan
Jelaskan : Klien mengatakan sedih.
5. Afek
Appropiate /tepat/Inappropiate/ tidak tepat/Datar/ Tumpul /Labil /Tidak sesuai

Jelaskan : tidak sesuai

Saat dilakukan wawancara klien menunjukkan perubahan ekspresi wajah


6. lnteraksi selama wawancara
Bermusuhan /Tidak kooperatif /Mudah tersinggung
Curiga /Defensif /Kontak mata tidak ada /Kontak mata mudah beralih

Jelaskan : Defensif

Selama wawancara tidak ada kontak mata


7. Persepsi Sensori
Jenis : halusinasi pendengaran
Isi : mendengar suara yang menyuruh mengakhiri hidup
Waktu munculnya halusinasi : siang dan malam
Frekuensi halusinasi muncul : sering, sehari bisa 8 kali
Stressor Pencetus :-
Respons/perasaan saat halusinasi muncul : marah
Tindakan yang telah dilakukan untuk menghilangkan halusinasui : menutup
telinga dan membanting barang
Keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan : hilang sesaat
8. Proses Pikir
Sirkumtansial/ Tangensial /Kehilangan asosiasi /Flight of idea/Blocking /Reeming
/Pengulangan pembicaraan/perseverasi

Jelaskan : Sirkumtansial

Klien tampak berbicara berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan.


9. Isi Pikir
Obsesi /Fobia /Depersonalisasi/ Ide yang terkait
Waham:
Hipokondria /Magic /mistik /Agama/ Kebesaran/Somatik /Nihilistik
/Curiga/Waham bizar/Sisip pikir /Siar pikir /Kontrol pikir

Jelaskan: fobia

10. Tingkat kesadaran ( secara kualitatif )


Bingung /Sedasi /Stupor/Disorientasi Waktu Tempat Orang

Jelaskan : disorientasi waktu, tempat dan orang


11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang /Gangguan daya ingat jangka pendek/
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi

Jelaskan : Gangguan daya ingat jangka pendek


12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih /Tidak mampu konsentrasi /Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan : Mudah beralih


Perhatian klien mudah berganti dari satu objek ke objek yang lain.
13. Kemampuan penilaian
Gangguan penilaian ringan /Gangguan penilaian bermakna

Jelaskan : Gangguan penilaian bermakna


Klien selalu mendominasi pembicaraan.
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita /Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : Klien biasanya tidak menyadari dirinya di rumah sakit, tidak menyadari
penyakitnya atau menyalahkan orang lain karena telah membawa dirinya di rumah
sakit jiwa.
XIV. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

Tingkat
NO Aspek yang dinilai kemampuan
0 1 2
1 Makan 

a. Kemampuan menyiapkan makanan 

b. Kemampuan membersihkan alat makan 

c. Kemampuan menempatkan alat makan dan 


minum di tempatnya
a. Kemampuan menyiapkan makanan 

b. Kemampuan membersihkan alat makan 

c. Kemampuan menempatkan alat makan dan 


minum di tempatnya
a. Kemampuan menyiapkan makanan 

b. Kemampuan membersihkan alat makan 

c. Kemampuan menempatkan alat makan dan 


minum di tempatnya
2 BAB/BAK 

a. Kemampuan mengontrol BAK/BAB di WC 

b. Kemampuan membersihkan WC 

c. Kemampuan membersihkan diri 

d. Kemampuan memakai pakaian/celana 

3 Mandi 

a. Kemampuan dalam mandi 

b. Kemampuan dalam menggosok gigi 

c. Kemampuan dalam keramas 

d. Kemampuan dalam potong kuku dan rambut 

4 Berpakaian/berdandan 

a. Kemampuan memilih pakaian 


b. Kemampuan memakai pakaian 

c. Kemampuan mengatur frekuensi ganti pakaian 

d. Kemampuan mencukur jenggot (laki-laki)


e. Kemampuan berhias (perempuan) 

f. Kemampuan menyisir rambut 

5 Istirahat dan tidur 


a. Kemampuan untuk mengatur waktu tidur 

b. Kemampuan merapikan sprei dan selimut 

c. Kemampuan untuk tidur dengan bantuan obat 

6 Penggunaan obat 

Kemampuan pengaturan penggunaan obat 

7 Pemeliharaan kesehatan 

a. Perawatan lanjutan ( Puskesmas, RS, RSJ, 


Perawat, dokter)
b. Perawatan pendukung (keluarga, pengawas 
minum obat)
8 Kegiatan di dalam rumah 

a. Kemampuan mempersiapkan makanan 

b. Kemampuan menjaga kerapihan rumah 

c. Kemampuan mencuci pakaian 

d. Kemampuan pengaturan keuangan 

9 Kegiatan di luar rumah 

a. Kemampuan berbelanja 

b. Kemampuan transportasi 

Lain-lain, Jelaskan : 
Kesimpulan dari tingkat kemampuan klien
menunjukkan kebanyakan (0) atau bantuan total

Ket:
0: Bantuan Total
1: Bantuan Minimal
2: Mandiri

XV.PENGETAHUAN KURANG TENTANG:


Penyakit Jiwa /System pendukung

Pencegahan Kekambuhan /Obat – obatan yang diminum/Sumber koping /Sembuh


sosial/Manajemen hidup sehat

Jelaskan :

Klien kurang memahami tentang penyakit gangguan jiwa yang di deritanya, klien juga
mengatakan sudah di ajarkan cara minum obat tapi sering lupa, keluarga klien juga
bingung bagaimana mengatasi klien saat klien mengalami halusinasi.

XVI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium: -

Tanggal Test :-

Hasil Nilai :-
Normal Keterangan :-

b. Data Diagnostik: Foto Radiologi/ EEG/ MRI/CT Scan dll


Hasil:
-

XVIII PENILAIAN SKOR KATEGORI PASIEN

Skrening awal: Apakah (Tidak) punya keinginan/ide bunuh diri/ide pulang paksa dari
pasien ? Ya (jika Ya, berarti pasien langsung masuk kategori IV/Krisis)
Variabel:
a. Menciderai diri/orang lain : 30
b. Komunikasi : 35
c. Interaksi Sosial : 15
d. ADL
- Makan : 8
- Mandi : 9
- Berpakaian : 9
e. Tidur Istirahat : 3
f. Pengobatan oral/injeksi : 7
g. Aktifitas terjadwal
- Makan : 8
- Mandi : 8
- Berpakaian : 8
Hasil: 140
Skor Total Pasien : III akut
Kategori : ........
a. Tahap Penanganan : …………………………………………
b. Tujuan Perawatan : …………………………………………
c. Fokus Pengkajian : …………………………........................
d. Prinsip Intervensi : …………………………………………
e. Hasil Yang Diharapkan :…………………………………....

Jika pasien masuk dalam tahap krisis:


a. Nilai Resiko Prilaku Kekerasan:
b. Nlai Resiko Bunuh Diri:

XIX. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan Efek

Gangguan persepsi sensori:


Core Problem
halusinasi

Isolasi sosial
Causa

Harga diri rendah kronis

Koping individu tiidak


efektif

XX. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

6. Harga diri rendah


7. Isolasi sosial
8. Halusinasi
9. Koping individu tidak efektif
10. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

XXI. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Halusinasi
4. Koping individu tidak efektif
5. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Analisa data

No Data Masalah
Ds: Gangguan persepsi sensori:
- Klien mengatakan mendengar suara halusinasi
bisikan untuk mengakhiri hidup
- Klien mengatakan sering merasa
ketakutan karena suara bisikan itu terus
muncul
- Klien mengatakan sulit tidur
- Klien mengatakan meraasa terganggu
adanya suara suara
Do:
- Klien tampak berbicara sendiri
- Mengarahkan telinga ke arah tertentu
- Klien tampak menutup telinga saat
sedang halusinasi
- Klien tampak suka menyendiri dan
melamun
- Klien tampak kotor

Diagnosa keperawatan: halusinasi

Perencanaan

No Dx Tujuan & kh Intervensi Rasional


Halusina 1. Kognitif: 1. Kaji tanda dan gejala 1. Untuk
si a. Menyebutkan halusinasi, penyebab dan mengetahui
penyebab kemampuan klien tanda dan
halusinasi mengatasinya. Jika ada gejala,
b. Menyebutkan halusinasi katakan anda penyebab dan
karakteristik percaya, tetapi anda sendiri cara mengatasi
halusinasi tidak halusinasi.
yang mendengar/melihat/menghid 2. Untuk
dirasakan: u/merasakan. mengetahui
jenis, isi, 2. Jelaskan proses terjadinya proses
frekuensi, halusinasi. terjadinya
durasi, waktu, 3. Tindakan keperawatan halusinasi.
situasi, yang a. Tidak mendukung dan 3. Tindakan
menyebabkan tidak membantah keperawatan
dan respons. halusinasi klien. dilakukan
c. Menyebutkan b. Latih klien melawan untuk melatih
akibat yang halusinasi dengan agar mampu
ditimbulkan menghardik. mengatasi
dari halusinasi. c. Latih klien mengabaikna halusinasinya.
d. Menyebutkan halusinasi dengan
cara yang bersikap cuek.
selama ini d. Laatih klien mengalihkan
digunakan halusinasi dengan
untuk bercakap-cakap dan
mengendalikan melakukan kegiatan
halusinasi. secara teratur.
e. Menyebutkan e. Latih klien dengan
cara minum obat dengajn 8
mengendalikan benar, yaitu benar obat,
halusinasi benar pasien, benar
yang tepat. manfaat obaat, benar
2. Psikomotor: dosis, benar frekuensi,
a. Melawan benar cara, benar tanggal
halusinasi kadaluawarsa dan benar
dengan dokumentasi.
menghardik. f. Diskusikan manfaat yang
b. Mengabaikan didapatkan setelah
halusinasi mempraktikkan latihan
dengan mengendalikan
bersikap cuek. halusinasi.
c. Mengalihkan g. Berikan pujian padaa
halusinasi klien saat mampu
dengan cara mempraktikkan latihan
distraksi yaitu mengendalikan
bercakap- halusinasi
cakap dan
melakukan
aktivitas.
d. Minum obat
dengan prinsip
8 benar.
3. Afektif:
a. Merasakan
manfaat cara-
cara mengatasi
halusinasi.
b. Membedakan
perasaan
sebelum dan
sesudah latihan.

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI

1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Perawat :” selamat pagi buk, perkenalkan nama saya Era rahayu, saya mahasiswa
keperawatan dari STIKES Harapan Ibu Jambi buk, kalau boleh tau nama
ibuk siapa ya??”
Ny. K:” kurnia sus” (dengan nada sedih)
Perawat:” biasa dipanggil apa buk?”
Ny. K:” nia sus.”
Perawat : “salam kenal ya buk?”
Ny. A:” iya.”
b. Tahap validasi
Perawat:” bagaimana keadaan ibuk hari ini?”
Ny. K:” ya begitulah sus.”
Perawat:” apa yang ibu rasakan?”
Ny. K:” saya mendengar suara-suara seperti ada yang bisikin ke saya tapi tidak ada
orang nya.”
Perawat:”sejak kapan ibu merasakan begitu?”
Ny. K:”sejak 1 bulan terakhir sus.”
Perawat:” bagaimana cara ibu untuk mengatasi apabila suara-suara itu datang?”
Ny. K:” saya menutup telinga dengan kedua tangan bahkan bantal sus.”
Perawat:” bagaimana hasilnya buk?”
Ny. K:” suaranya hilang sesaat sus.”
c. Kontrak
Perawat:” baiklah kalau begitu saya meminta waktunya ± 10 menit untuk melakukan
pengkajian kepada ibuk, apakah ibuk bersedia?”
Ny. K:” bersedia sus.”
2. Fase kerja
Pengkajian
Perawat:” apakah ibu nia sering mendengar suara-suara tanpa ada orangnya?”
Ny. K:” lumayan sus.”
Perawat:”apa yang dikatakan suara itu.”
Ny. K:” untuk apa hidup jika hanya sakit hati, sedangkan suamimu bersenang-senang
dengan orang lain, begitu sus.”
Perawat:” kapan/ jam berapa saja yang paling sering muncul suara-suara itu buk?”
Ny. K:” terkadang tengah malam dan pagi jam jam 09.00 ke atas sus.”
Perawat:”berapa sering suara itu muncul buk?”
Ny. K:” mungkin sehari bisa sampai 8 kali sus.”
Perawat:” pada situasi apa yang paling sering muncul buk?”
Ny. K:” malam hari menjelang tidur sus.”
Perawat:” apa yang buk nia rasakan saat suara-suara itu muncul?”
Ny. K:” saya sangat terganggu dan tertekan sus, saya marah dan sedih.”
Perawat:” apa yang ibu lakukan untuk menghilangkan suara-suara itu?”
Ny. K:” saya menutup dengan kedua tangan bahkan bantal, saya terkadang membanting
sesuatu yanga ada didekat saya apabila suara-suaara itu masih ada.”
Perawat:” apakah yang ibuk lakukan itu berhasil untuk menghilangkan ssuara-suara itu?”
Ny. K:” suara itu hilang sebentar sus.”
Perawat:” baiklah, sesuai yang buk nia katakan, ibu mendengar suara-suara tanpa ada
orang yang berbicara dan merasa terganggu. Ini yang kita sebut dengan
halusinasi buk.”
Perawat:”bagus ya buk, ibuk sudah menjawab pertanyaan saya dengan baik.”
3. Tahap terminasi

a. evaluasi subjektif

perawat:” bagaimana perasaannya buk setelah kita melakukan perbincangan untuk


pengkajian buk?”

Ny. K:” Sedikit lega.”

Perawat:” alhamdulillah kalau begitu buk.”

b. evaluasi objektif

perawat:” apakah ibuk masih ingat tentang hal yang saya tanyakan tadi?”

Ny. K:” masih sus.”

Perawat:” baguslah kalau begitu buk.”

d. Rencana tindak lanjut

perawat:” baik buk, kan kita sudah melakukan pengkajian, besok akan kita lanjutan
untuk tindakan selanjutnya mengenai halusinasi.”

Ny. K:” baik sus.”

e. Kontrak yang akan datang


Perawat:” baik buk terimakasih atas waktunya hari ini, besok kita akan bertemu lagi
untuk melakukan tindakan mengenai tidak mendukung dan tidak membantah
halusinasi klien dan melawan halusinasi dengan menghardik, pada pukul 10.00
wib. Ditempat ini juga, Apakah ibu bersedia?”
Ny. K:” sama-sama sus, iya saya bersedia.”
Perawat:” saya permisi dulu ya buk.”
Ny. K:” iya sus.”
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI

1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Perawat:” selamat pagi buk, masih ingat dengan saya kan?”
Ny. S:” pagi sus, masih ingat kok sus.”
Ny. S:” perawat Era kan?”
Perawat:” iya buk.”
a. Tahap validasi
Perawat:” bagaimana keadaan ibuk hari ini?”
Ny. S:” masih sama sus.”
Perawat:” yang sabar ya buk.”
b. Kontrak
Perawat:” baiklah kalau begitu buk, sesuai kesepakatan kita kemarin ya, hari ini kita
akan melakukan tindakan tentang tidak mendukung dan tidak membantah
halusinasi klien dan melawan halusinasi dengan menghardik, waktunya
sekitar 10 menit, apakah ibu bersedia?”
Ny. S:” bersedia sus.”
2. Fase kerja
Sp 1 tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi klien
Perawat:”coba ibu ceritakan suara-suara apa saja yang ibu dengar.”
Ny. k:” suara itu bilang saya seharusnya tidak tinggal diam dengan keadaaan seperti ini,
paling tidak harus balas dendam. Lalu ada juga untuk apa hidup kalau sakit hati
begini. Terkadang juga bilang untuk apa mempertahankan anak itu, suami kamu
saja tidak peduli. Begitu sus dan masih banyak lagi yang dikatakannya, saya sangat
tidak nyaman sekali sus.”
Perawat:” ow begitu ya buk.”
Perawat:” sudah bagus ya, ibuk sudah mau menceritakan suara-suara yang ibu dengar.”
Perawat:” kalau begitu mari kita lanjutkan ketindakan selanjutnya buk.”
Sp 2 melawan halusinasi dengan menghardik
Perawat:”baiklah ibuk langsung saja kita ke tindakan ya.”
Perawat :” ikuti apa yang saya katakan dan kerjakan ya buk.”
Ny. k:”baik sus.”
Perawat:” cara pertama yaitu, tanggapi dengan rileks, duduk rileks, kedua pejamkan mata,
konsentrasi dan ambil napas dalam hirup udara lewat hidung dan keluarkan lewat
mulut, ketiga tutup telinga dengan kedua tangan mencembung, keempat yakinkan
dalam hati atau katakan dengan pelan “pergi pergi kamu, kamu suaar palsu, aku
tidak mau dengar, aku ingin bahagia”. Lakukan teknik menghardik sampai suara
berkurang atau hilang.”
Ny. k:” baik sus.”
Perawat:” baiklah kalau begitu, ayo ibuk coba melakukannya dengan yakin.”
Ny. k:” baik sus.”
(klien pun melakukan tindakan teknik menghardik)
Perawat:” wah bagus sekali ya buk, ibu sudah dapat melakukan melawan halusinasi
dengan menghardik.”
3. Fase terminasi
a. evaluasi subjektif

perawat:” bagaimana buk, perasaannya setelah kita melakukan tindakan?”

Ny. k: “ senang sus, saya menjadi lebih mengerti dan dapat mengatasi halusinasi.”

Perawat:” bagus kalau begitu ya buk.”

b. evaluasi objektif

perawat:” apakah ibu masih ingat tindakan yang kita lakukan tadi?”

Ny. k:” masih sus.”

Perawat:” alhamdulillah ya buk.”

c. Rencana tindak lanjut

perawat:”baiklah kalau begitu buk, mari kita masukkan kegiatan tadi dalam jadwal
kegiataa harian ibuk, agar ibuk lakukan setiap hari .”

N y. k: “ iya sus.”

d. Kontrak yang akan datang


Perawat:” baik buk terimakasih atas waktunya hari ini, semoga kegiatan tadi bermanfaat
ya, besok jam 10.00 kita akan ketemu lagi untuk mengulang kegiatan hari ini,
dan melanjutkan ke tindakan selanjutnya yaitu tentang mengabaikan halusinasi
dengan bersikap cuek?”
Ny. kk: “bersedia sus.”
Perawat:” saya permisi dulu ya buk. Selamat pagi, semoga cepat pulih.”
Ny. k:” iya sus, terimakasih”

Implementasi

Dx Implementasi Evaluasi
Halusinasi Sp 1 tidak mendukung dan tidak S: klien mengatakan cara
membantah halusinasi klien mengendalikan halusinasi dengan
Perawat:”coba ibu ceritakan suara- baik.
suara apa saja yang ibu O: klien tampak mampu
dengar.” mempraktikkan teknik
Ny. k:” suara itu bilang saya menghardik.
seharusnya tidak tinggal diam A: masalah teratasi
dengan keadaaan seperti ini, P: intervensi dilanjutkan.
paling tidak harus balas
dendam. Lalu ada juga untuk
apa hidup kalau sakit hati
begini. Terkadang juga bilang
untuk apa mempertahankan
anak itu, suami kamu saja
tidak peduli. Begitu sus dan
masih banyak lagi yang
dikatakannya, saya sangat
tidak nyaman sekali sus.”
Perawat:” ow begitu ya buk.”
Perawat:” sudah bagus ya, ibuk sudah
mau menceritakan suara-suara
yang ibu dengar.”
Perawat:” kalau begitu mari kita
lanjutkan ketindakan
selanjutnya buk.”
Sp 2 melawan halusinasi dengan
menghardik
Perawat:”baiklah ibuk langsung saja
kita ke tindakan ya.”
Perawat :” ikuti apa yang saya katakan
dan kerjakan ya buk.”
Ny. k:”baik sus.”
Perawat:” cara pertama yaitu,
tanggapi dengan rileks, duduk
rileks, kedua pejamkan mata,
konsentrasi dan ambil napas
dalam hirup udara lewat
hidung dan keluarkan lewat
mulut, ketiga tutup telinga
dengan kedua tangan
mencembung, keempat
yakinkan dalam hati atau
katakan dengan pelan “pergi
pergi kamu, kamu suaar palsu,
aku tidak mau dengar, aku
ingin bahagia”. Lakukan
teknik menghardik sampai
suara berkurangatau hilang.”
Ny. k:” baik sus.”
Perawat:” baiklah kalau begitu, ayo
ibuk coba melakukannya
dengan yakin.”
Ny. k:” baik sus.”
(klien pun melakukan tindakan
teknik menghardik)
Perawat:” wah bagus sekali ya buk,
ibu sudah dapat melakukan
melawan halusinasi dengan
menghardik.”

DAFTAR PUSTAKA

1. Keliat budi anna. 2019. Asuhan keperawatan jiwa. Jakarta: EGC


2. Fitria, Nita. 2009. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan
strategi pelaksanaan tindakan. Jakarta: salemba medika
3. Surya ade herman. 2017. Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
4. Iyus, Yosep. 2007. Keperawatan jiwa. Bandung: Refika aditama

Anda mungkin juga menyukai