DOSEN PEMBIMBING:
DISUSUN OLEH :
AYU NOPITA
(1714201005)
TUMOR OTAK
A. Deifinisi
Otak memiliki tiga bagian utama, otak besar, serebelum dan batang otak. Cerebrum
adalah komandan tubuh manusia. Ini terbagi menjadi dua belahan otak. Setiap belahan
otak berisi empat lobus, lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporal dan lobus
oksipital, yang mengendalikan fungsi tubuh tertentu. Tumor otak adalah pertumbuhan sel
abnormal di dalam otak. Bisa ganas atau jinak. Tumor ganas adalah kanker. Tumor jinak
relatif lambat tumbuh. Mereka tidak menyebar ke bagian lain tubuh Anda. Tumor ganas
tumbuh relatif cepat dan bisa menyerang atau menekan jaringan di sekitarnya,
mempengaruhi fungsi otak dan bisa mengancam nyawa. (
Penyakit Tumor Otak adalah pertumbuhan sel- sel abnormal di dalam atau di sekitar
otak secara tidak wajar dan tidak terkendali. Tumor otak merupakan salah satu bagian
dari tumor pada system saraf,disamping tumor spinal dan tumor saraf perifer.
Berdasarkan golongannya tumor dibedakan menjadi dua, yaitu tumor jinak dan tumor
ganas (Setiati,2009). Lokasi tumor terbanyak berada di cerebellum sedangkan tumor-
tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar,medulla spinalis,brainstem,
cerebellopontineangle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan. Patologi Anatomi (PA),
jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma, sisanya terdiri dari berbagai
jenis tumor dan lain- lain yang tak dapat ditentukan.
Tumor otak adalah pertumbuhan jaringan yang disebabkan oleh sel-sel tidak normal
pada otak atau di sekitar otak. Sampai saat ini belum diketahui pasti penyebab tumor otak,
tapi beberapa peneliti menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh otori genetik dan
paparan bahan kimia berbahaya. Tumor di otak tidak selalu menyebabkan kanker, namun
pada beberapa orang dapat menyebabkan kanker. Seseorang dapat mengalami tumor pada
beberapa sel di otak atau karena kanker dari bagian tubuh lainnya menyebar ke otak
(metastasis).
B. Etiologi
a. Paparan radiasi; Orang yang sering terkena radiasi memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami tumor otak, terutama radiasi dari alat radioterapi untuk
pengobatan kanker.
b. Usia; Tergantung jenis tumor otak. Ada beberapa jenis tumor otak, seperti
medulloblastoma atau germ cell tumor, yang lebih sering diderita oleh anak-
anak.
c. Keturunan; Risiko terkena tumor otak lebih tinggi pada orang-orang yang
anggota keluarganya pernah mengalami tumor otak.
d. Kelainan genetic; Beberapa kelainan genetik bisa meningkatkan risiko
munculnya tumor otak, antara lain penyakit neurofibromatosis tipe 1 dan 2,
sindrom Turcot, sindrom von Hippel-Lindau, sindrom Gorlin, sindrom Li-
Fraumeni, dan tuberous sclerosis.
Sedangkan tumor otak sekunder, terjadi akibat adanya sel kanker dari bagian
tubuh lain yang menyebar (metastasis) ke jaringan otak. Berikut ini adalah
beberapa jenis kanker yang bisa menyebabkan tumor otak sekunder:
Kanker paru-paru
Kanker payudara
Kanker usus
Kanker ginjal
C. Patofisiologi
Patofisiologi tumor otak dimulai dari instabilitas genetik sel. Setelah itu terjadi
angiogenesis, metastasis, dan akhirnya dapat menimbulkan edema otak dan peningkatan
otoric sia .
b. Angiogenesis;
Angiogenesis adalah proses pembentukan vaskular baru yang berfungsi
menunjang pertumbuhan tumor. Salah satu agen yang mencetuskan angiogenesis
adalah vascular endothelial growth factor (VEGF).
c. Metastasis;
Metastasis sebuah kanker primer, misalnya kanker payudara atau kanker paru,
didahului oleh masuknya sel kanker ke dalam vaskular atau saluran limfe. Hanya
sekitar 0,01% sel kanker yang dapat mencapai sirkulasi darah dan melakukan
metastasis.
Sel kanker masuk ke jantung sisi kanan melalui sirkulasi vena. Sel kanker
tersebut diteruskan melalui arteri pulmonalis ke kapiler paru. Di paru, sel-sel
tersebut dapat bermetastasis atau kembali lagi ke sisi kiri jantung dan masuk ke
sirkulasi arteri untuk mencapai sirkulasi otak. Tumor pada awalnya akan dorman
dalam sistem saraf pusat, namun setelah beberapa waktu, tumor akan bertumbuh
dan melakukan invasi bila jaringan mendukung.
d. Edema Otak dan Peningkatan Tekanan Intrakranial
Massa tumor dapat menghambat vaskularisasi otak sehingga menimbulkan
edema dan juga hipoksia jaringan. Ketika otak mengalami pembengkakan, terdapat
kranium yang membatasi volume otak sehingga lambat laun edema otak tersebut
menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial. Tumor yang terletak di ventrikel
tiga dan empat dapat mengobstruksi aliran cairan serebrospinal dan menyebabkan
hidrosefalus. Tekanan intrakranial juga dapat meningkat oleh karena hidrosefalus.
Akibat peningkatan tekanan intrakranial, akan timbul gejala-gejala klinis tumor
otak seperti nyeri kepala, mual, muntah, dan defisit neurologis. Peningkatan
tekanan intrakranial kemudian akan semakin mengganggu perfusi darah ke otak
dan juga dapat menimbulkan herniasi jaringan otak di bawah falx serebri melalui
tentorium serebelum atau foramen magnum.
WOC
Etiolog Pertumbuhan sel otak abnormal Tumor Otak
i
Massa dalam
Obstruksi sirkulasi cairan Penekanan jaringan otak terhadap otak bertambah
serebrospinal dari ventrikel sirkulasi darah dan O2
lateral ke sub arachnoid
Menggangu spesifik
bagian otak tempat tumor
Hidrochepalus Penurunan suplai O2 kejaringan
otak akibat obstruksi sirkulasi
otak Timbul manifestasi
Kerusakan aliran darah
klinik/gejala local sesuai
ke otak
fokal tumor
Hipoksia cerebral
Perpindahan cairan
Tumor di cerebellum,
intravaskuler
hipotalamus, fossaposterior
kejaringan serebral
Obstruksi system
cerebral, obstruksi
drainage vena retina, Tidak terkompensasi Nyeri (kepala)
tumor pada lobus
oksipital
Statis vena cerebral Kompresi subkortikal & batang otak
Papil edema
Subkortikal tertekan Kehilangan auto regulasi serebral
Gangguan penglihatan
Ketidakefektifan Muntah
termoregulasi
MK : Resiko Jatuh MK : Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
D. Gejala Klinis
Gejala yang timbul pada pasien dengan kanker otak tergantung dari lokasi dan tingkat
pertumbuhan tumor. Kombinasi gejala yang sering ditemukan adalah peningkatan
tekanan intrakranial (sakit kepala hebat disertai muntah proyektil), defisit neurologis yang
progresif, kejang, penurunan fungsi kognitif. Pada glioma derajat rendah gejala yang
biasa ditemui adalah kejang, sementara glioma derajat tinggi lebih sering menimbulkan
gejala defisit neurologis progresif dan tekanan intrakranial meningkat.
a. Kejang
Kejang adalah salah satu gejala kanker otak yang pertama kali muncul, terutama
jika Anda tidak pernah memiliki riwayat kejang sebelumnya. Hal ini disebabkan
oleh tumor kanker yang mengiritasi otak sehingga membuat sel saraf otak bekerja
tidak terkendali, dan menyebabkan anggota tubuh Anda bergerak menyentak tiba-
tiba.
b. Sakit kepala
Sakit kepala bisa jadi gejala kanker otak apabila hadir mendadak, terjadi terus-
menerus, dan cenderung memburuk karena tidak kunjung mempan diobati pakai
obat biasa. Sakit kepala tanda kanker otak juga seringnya terjadi saat Anda bangun
pagi, akibat adanya peningkatan tekanan otak selama berbaring di tempat tidur
dalam jangka waktu lama. Tingkat keparahan sakit kepala dapat sangat bervariasi,
tergantung dari besar-kecilnya ukuran tumor kanker atau seberapa cepat
pertumbuhan tumor tersebut.
c. Kelemahan Mati Rasa
Setiap gerak tubuh diatur dan dikendalikan oleh otak. Adanya tumor kanker bisa
mengganggu kerja otak ini, sehingga menyebabkan tubuh kehilangan fungsi
geraknya. Kelemahan tubuh bisa terjadi di satu sisi saja atau keduanya. Kanker
otak juga bisa menyebabkan tubuh mengalami mati rasa atau kesemutan di tangan
dan kaki. Mati rasa dan kesemutan terjadi karena tumor berkembang di batang
otak, tempat di mana otak terhubung dengan sumsum tulang belakang.
d. Pengurangan pengelihatan
Tumor otak yang menyerang atau berada di dekat saraf mata bisa
menyebabkan penglihatan ganda, penglihatan kabur, dan kehilangan penglihatan
bertahap.
e. Perubahan cara bicara
Bicara gagap atau terbata-bata, berbicara melantur, hingga kesulitan mengucap
nama benda padahal sudah di ujung lidah adalah gejala kunci dari kanker
otak lobus frontal atau temporal. Lobus adalah area otak yang terkait dengan fungsi
motorik dari pemahaman bahasa dan bicara.
f. Gangguan kognitif
Kanker otak bisa menyebabkan gangguan kognitif, seperti sulit mengingat,
konsentrasi buruk, mudah bingung atau linglung, kesulitan berpikir jernih,
kesulitan memproses informasi, dan kesulitan memahami apa yang orang lain
katakan.
g. Kehilangan keseimbangan
Fungsi motorik dan koordinasi tubuh dikendalikan oleh batang otak. Jika ada
tumor ganas di bagian otak ini, Anda cenderung mudah untuk kehilangan
keseimbangan yang bisa ditandai dengan merasa goyah ketika berdiri; berdiri
miring ke satu sisi tanpa disadari; sering jatuh; hingga sulit berjalan, terutama
dalam kegelapan.
E. Penatalaksanaan
a. Penurunan Tekanan Intrakranial
Pasien dengan kanker otak sering datang dalam keadaan neuroemergency
akibat peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini terutama diakibatkan oleh efek
desak ruang dari edema peritumoral atau edema difus, selain oleh ukuran massa
yang besar atau ventrikulomegali karena obstruksi oleh massa tersebut.
Pemberian kortikosteroid sangat efektif untuk mengurangi edema serebri dan
memperbaiki gejala yang disebabkan oleh edema serebri, yang efeknya sudah
dapat terlihat dalam 24-36 jam. Agen yang direkomendasikan adalah deksametason
dengan dosis bolus intravena 10 mg dilanjutkan dosis rumatan 16-20mg/hari
intravena lalu tappering off 2-16 mg (dalam dosis terbagi) bergantung pada klinis.
Mannitol tidak dianjurkan diberikan karena dapat memperburuk edema, kecuali
bersamaan dengan deksamethason pada situasi yang berat, seperti pascaoperasi.
Efek samping pemberian steroid yakni gangguan toleransi glukosa, stressulcer,
miopati, perubahan mood, peningkatan nafsu makan, Cushingoid dan sebagainya.
Sebagian besar dari efek samping tersebut bersifat reversibel apabila steroid
dihentikan.
b. Pembedahan
Operasi pada kanker otak dapat bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang
tepat, menurunkan tekanan intrakranial, mengurangi kecacatan, dan meningkatkan
efektifitas terapi lain. Reseksi tumor pada umumnya direkomendasikan untuk
hampir seluruh jenis kanker otak yang operabel. Kanker otak yang terletak jauh di
dalam dapat diterapi dengan tindakan bedah kecuali apabila tindakan bedah tidak
memungkinkan (keadaan umum buruk, toleransi operasi rendah). Teknik operasi
meliputi membuka sebagian tulang tengkorak dan selaput otak pada lokasi tumor.
Tumor diangkat sebanyak mungkin kemudian sampel jaringan dikirim ke ahli
patologi anatomi untuk diperiksa jenis tumor.
c. Radio terapi
Radioterapi memiliki banyak peranan pada berbagai jenis kanker otak.
Radioterapi diberikan pada pasien dengan keadaan inoperabel, sebagai adjuvan
pasca operasi, atau pada kasus rekuren yang sebelumnya telah dilakukan tindakan
operasi. Pada dasarnya teknik radioterapi yang dipakai adalah 3D conformal
radiotherapy, namun teknik lain dapat juga digunakan untuk pasien tertentu seperti
stereotactic radiosurgery/radiotherapy, dan IMRT.
Pada glioma derajat rendah (derajat I dan II), volume tumor ditentukan
dengan menggunakan pencitraan pre dan pasca operasi, menggunakan MRI (T2
dan FLAIR) untuk gross tumor volume (GTV). Clinical target volume (CTV) =
GTV ditambah margin 1-2 cm, mendapatkan dosis 45-54 Gy dengan 1,8 – 2
Gy/fraksi.
Pada glioma derajat tinggi (derajat III dan IV) volume tumor ditentukan
menggunakan pencitraan pra dan pasca operasi, menggunakan MRI (T1 dan
FLAIR/T2) untuk gross tumor volume (GTV). CTV ditentukan sebagai GTV
ditambah 2-3 cm untuk mencakup infiltrasi tumor yang sub diagnostik. Pada
glioma derajat tinggi, lapangan radiasi dibagi menjadi 2 fase. Dosis yang
direkomendasikan adalah 60 Gy dengan 2 Gy/fraksi atau 59.4 Gy dengan 1,8
Gy/fraksi, dosis yang sedikit lebih kecil seperti 55,8 – 59,4 Gy dengan 1,8
Gy/fraksi atau 57 Gy dengan 1,9 Gy/fraksi dapat dilakukan jika volume tumor
terlalu besar (gliomatosis) atau untuk astrositoma grade III. Pada pasien dengan
KPS yang buruk atau pada pasien usia tua, hipofraksinasi yang diakselerasi dapat
dilakukan dengan tujuan menyelesaikan terapi dalam 2-4 minggu. Fraksinasi yang
digunakan antara lain 34 Gy/10 fraksi, 40.5 Gy/15 fraksi, 50 Gy/20 fraksi.
d. Kemoterapi Sistemik dan Terapi Target (Targeted Therapy)
Kemoterapi pada kasus kanker otak saat ini sudah banyak digunakan karena
diketahui dapat memperpanjang angka kesintasan dari pasien terutama pada kasus
astrositoma derajat ganas. Glioblastoma merupakan tipe yang bersifat
kemoresisten, namun 2 tahun terakhir ini sedang berkembang penelitian mengenai
kegunaan temozolomid dan nimotuzumab pada glioblastoma.
e. Kemoterapi Intratekal
Pemberian kemoterapi intratekal merupakan salah satu upaya untuk memberikan
agen antikanker langsung pada susunan saraf pusat. Kemoterapi intratekal dapat
diberikan sebagai salah satu tatalaksana leptomeningeal metastasis pada
keganasan darah, seperti leukemia dan limfoma. Tindakan ini dilakukan melalui
prosedur lumbal pungsi atau menggunakan Omaya reservoir.
f. Tatalaksana Nyeri
Berdasarkan patofisiologinya, tatalaksana nyeri ini berbeda dengan nyeri kanker
pada umumnya. Nyeri kepala akibat kanker otak bisa disebabkan akibat traksi
langsung tumor terhadap reseptor nyeri di sekitarnya. Gejala klinis nyeri biasanya
bersifat lokal atau radikular ke sekitarnya, yang disebut nyeri neuropatik.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis Tumor otak ditegakkan atas dasar gambaran klinis, tanda peninggian
tekanan intra kranial dan manifestasi neurologis fokal dan pemeriksaan penunjang.
Berikut langkah langkah yang dilakukan setelah anamnasis dan pemeriksaan umum
Pemeriksaan neurologis meliputi kesadaran, pemeriksaan syaraf kranial, tonus otot,
kekuatan otot, pemeriksaan refleks tendon dalam dan superfisial baik yang fisiologis
maupun patologis, pemeriksaan sensibilitas, koordinasi, gangguan gerak (involunter
movement, ataxia).
Computed Tomography Scan (CT-Scan)
Magnetic resonance imaging (MRI)
Ultrasonography kepala dilakukan jika ubun-ubun masih terbuka, atau jika tidak bisa
dilakukan CT-Scan Kepala atau MRI 2562
Pemeriksaan Cairan serebrospinal, pungsi lumbal merupakan kontraindikasi bila
ditemukan peningkatan tekanan intrkranial. Namun jika diperlukan bisa dilakukan
dengan hati hat
Pemeriksaan Patologi Anatomi, pemeriksaan ini dapat menentukan jenis tumor
dengan pasti namun tidak selalu dapat dilakukan biopsi atau operasi terhadap tumor
otak.
G. Komplikasi
Reaksi alergi terhadap obat yang digunakan dalam perawatan tumor otak
Depresi
Sakit kepala
Hilangnya pendengaran
Perubahan kepribadian
Kejang-kejang, Rasa lemas pada satu bagian tubuh, jika tumor otak mempengaruhi
bagian otak yang memfungsikan pergerakan dan kekuatan lengan serta kaki
Masalah penglihatan, jika tumor otak merusak saraf yang terhubung ke korteks visual
(bagian otak yang memproses informasi visual)
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER OTAK
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, usia, status, agama, alamat, pekerjaan, dan identitas
penanggung jawab.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
· Keluhan utama; Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
· Riwayat penyakit saat ini; Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, otoric sia,
penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau otoric sia), hilangnya ketajaman atau
diplopia.
· Riwayat penyakit dahulu; Klien pernah mengalami pembedahan kepala
· Riwayat penyakit keluarga; Adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu
riwayat keluarga dengan tumor otak.
· Pengkajian psiko-sosio-spiritual; Perubahan kepribadian dan perilaku klien,
perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
3. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1
(breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
V Pernafasan B1 (breathing)
Bentuk dada : normal
Pola napas : tidak teratur
Suara napas : normal
Sesak napas : ya
Batuk : tidak
Retraksi otot bantu napas; ya
Alat bantu pernapasan: ya (O2 2 lpm)
v Kardiovaskular B2 (blooding)
Irama jantung : irregular
Nyeri dada : tidak
Bunyi jantung ; normal
Akral : hangat
Nadi : Bradikardi
Tekanan darah Meningkat
v Persyarafan B3 (brain)
Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau otoric sia)
4. Gangguan neurologi:
1. Afasia: Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau
kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun
kombinasi dari keduanya.
2. Ekstremitas: Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang,
berkurangnya reflex tendon.
3. GCS: Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah
pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diberikan.
D. Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Nyeri akut berhubungan 1. Melakukan pengkajian S : klien mengatakan nyeri
sedikit berkurang
dengan peningkatan nyeri secara komprehensif
O: klien masih tampak
tekanan intracranial termasuk lokasi, meringis, skala nyeri 6
A: masalah teratasi sebagian
karakteristik, durasi,
P: intervensi dilanjutkan
frekuensi, kualitas, dan
factor presipitasi.
2. Mengbservasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan.
3. Mengkaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri.
4. Mengevaluasi pengalaman
nyeri masa lampau.
5. Mengurangi factor
presipitasi nyeri.
6. Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri.
7. Meningkatkan istirahat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik
Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakart
3. Brunner, suddarth. 2010. Buku ajar keperawtan medical bedah, edisi 8 vol3. Egc.
Jakarta
4. Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik
Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
5. Wilkinson, J., & Ahern, n. R. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan edisi 9
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.