Anda di halaman 1dari 23

DISCOVERY LEARNING

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR OTAK

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Ani Astuti, M.Kep, Sp. KMB

DISUSUN OLEH :

AYU NOPITA

(1714201005)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN HARAPAN IBU JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


FORMAT LAPORAN INDIVIDU

No Kriteria Penjelasan Bobot Nilai


1. Isi Laporan Isi harus memuat content yang telah 40%
ditentukan yaitu: pengertian, etiologi,
manifestasi klinik, patofisiologi yang
dilengkapi WOC, penatalaksanaan
medis, konsep asuhan keperawatan
(pengkajian, diagnosa keperawatan,
NCP, dan evaluasi)
2. Format Dan Tampilan Tulisan harus memenuhi format aturan 20%
yang ada, margin, sub baab isi, font,
spasi dll. Cara penulisan tabel dan
gambar harus memenuhi format.
3. Bahasa Bahasa harus memenuhi EYD dan 20%
kaidah penulisan. Penuturan harus
logis, bukan plagiasi dari tulisan lain.
4. Referensi Referensi harus berasal dari text book, 20%
jurnal ilmiah. Ada kesesuaian isi
dengan daftar referensi
TOTAL 100%

TUMOR OTAK
A. Deifinisi
Otak memiliki tiga bagian utama, otak besar, serebelum dan batang otak. Cerebrum
adalah komandan tubuh manusia. Ini terbagi menjadi dua belahan otak. Setiap belahan
otak berisi empat lobus, lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporal dan lobus
oksipital, yang mengendalikan fungsi tubuh tertentu. Tumor otak adalah pertumbuhan sel
abnormal di dalam otak. Bisa ganas atau jinak. Tumor ganas adalah kanker. Tumor jinak
relatif lambat tumbuh. Mereka tidak menyebar ke bagian lain tubuh Anda. Tumor ganas
tumbuh relatif cepat dan bisa menyerang atau menekan jaringan di sekitarnya,
mempengaruhi fungsi otak dan bisa mengancam nyawa. (
Penyakit Tumor Otak adalah pertumbuhan sel- sel abnormal di dalam atau di sekitar
otak secara tidak wajar dan tidak terkendali. Tumor otak merupakan salah satu bagian
dari tumor pada system saraf,disamping tumor spinal dan tumor saraf perifer.
Berdasarkan golongannya tumor dibedakan menjadi dua, yaitu tumor jinak dan tumor
ganas (Setiati,2009). Lokasi tumor terbanyak berada di cerebellum sedangkan tumor-
tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar,medulla spinalis,brainstem,
cerebellopontineangle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan. Patologi Anatomi (PA),
jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma, sisanya terdiri dari berbagai
jenis tumor dan lain- lain yang tak dapat ditentukan.
Tumor otak adalah pertumbuhan jaringan yang disebabkan oleh sel-sel tidak normal
pada otak atau di sekitar otak. Sampai saat ini belum diketahui pasti penyebab tumor otak,
tapi beberapa peneliti menduga bahwa kondisi ini disebabkan oleh otori genetik dan
paparan bahan kimia berbahaya. Tumor di otak tidak selalu menyebabkan kanker, namun
pada beberapa orang dapat menyebabkan kanker. Seseorang dapat mengalami tumor pada
beberapa sel di otak atau karena kanker dari bagian tubuh lainnya menyebar ke otak
(metastasis).
B. Etiologi

Etiologi tumor otak adalah perubahan genetik yang menyebabkan ketidakseimbangan


onkogen dan tumor suppressor genes. Etiologi pasti yang dapat menyebabkan perubahan
genetik ini belum diketahui secara pasti namun beberapa peneliti mengatakan bahwa
perubahan genetic dapat terjadi sebagai berikut;

a. Paparan radiasi; Orang yang sering terkena radiasi memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami tumor otak, terutama radiasi dari alat radioterapi untuk
pengobatan kanker.
b. Usia; Tergantung jenis tumor otak. Ada beberapa jenis tumor otak, seperti
medulloblastoma atau germ cell tumor, yang lebih sering diderita oleh anak-
anak.
c. Keturunan; Risiko terkena tumor otak lebih tinggi pada orang-orang yang
anggota keluarganya pernah mengalami tumor otak.
d. Kelainan genetic; Beberapa kelainan genetik bisa meningkatkan risiko
munculnya tumor otak, antara lain penyakit neurofibromatosis tipe 1 dan 2,
sindrom Turcot, sindrom von Hippel-Lindau, sindrom Gorlin, sindrom Li-
Fraumeni, dan tuberous sclerosis.

Sedangkan tumor otak sekunder, terjadi akibat adanya sel kanker dari bagian
tubuh lain yang menyebar (metastasis) ke jaringan otak. Berikut ini adalah
beberapa jenis kanker yang bisa menyebabkan tumor otak sekunder:

 Kanker paru-paru
 Kanker payudara
 Kanker usus
 Kanker ginjal

C. Patofisiologi

Patofisiologi tumor otak dimulai dari instabilitas genetik sel. Setelah itu terjadi
angiogenesis, metastasis, dan akhirnya dapat menimbulkan edema otak dan peningkatan
otoric sia .

a. Instabilitas Genetik Sel:


Perubahan yang terjadi antara lain aktivasi gen yang berperan dalam
proliferasi sel dan terganggunya fungsi gen yang mengendalikan stabilitas genetik.
Akibatnya, sel tersebut melakukan pembelahan yang tidak terkendali dan
menghasilkan mutasi. Perubahan genetik yang dapat ditemukan pada tumor otak
berupa mutasi, delesi, overekspresi, dan translokasi.

b. Angiogenesis;
Angiogenesis adalah proses pembentukan vaskular baru yang berfungsi
menunjang pertumbuhan tumor. Salah satu agen yang mencetuskan angiogenesis
adalah vascular endothelial growth factor (VEGF).
c. Metastasis;
Metastasis sebuah kanker primer, misalnya kanker payudara atau kanker paru,
didahului oleh masuknya sel kanker ke dalam vaskular atau saluran limfe. Hanya
sekitar 0,01% sel kanker yang dapat mencapai sirkulasi darah dan melakukan
metastasis.
Sel kanker masuk ke jantung sisi kanan melalui sirkulasi vena. Sel kanker
tersebut diteruskan melalui arteri pulmonalis ke kapiler paru. Di paru, sel-sel
tersebut dapat bermetastasis atau kembali lagi ke sisi kiri jantung dan masuk ke
sirkulasi arteri untuk mencapai sirkulasi otak. Tumor pada awalnya akan dorman
dalam sistem saraf pusat, namun setelah beberapa waktu, tumor akan bertumbuh
dan melakukan invasi bila jaringan mendukung.
d. Edema Otak dan Peningkatan Tekanan Intrakranial
Massa tumor dapat menghambat vaskularisasi otak sehingga menimbulkan
edema dan juga hipoksia jaringan. Ketika otak mengalami pembengkakan, terdapat
kranium yang membatasi volume otak sehingga lambat laun edema otak tersebut
menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial. Tumor yang terletak di ventrikel
tiga dan empat dapat mengobstruksi aliran cairan serebrospinal dan menyebabkan
hidrosefalus. Tekanan intrakranial juga dapat meningkat oleh karena hidrosefalus.
Akibat peningkatan tekanan intrakranial, akan timbul gejala-gejala klinis tumor
otak seperti nyeri kepala, mual, muntah, dan defisit neurologis. Peningkatan
tekanan intrakranial kemudian akan semakin mengganggu perfusi darah ke otak
dan juga dapat menimbulkan herniasi jaringan otak di bawah falx serebri melalui
tentorium serebelum atau foramen magnum.
WOC
Etiolog Pertumbuhan sel otak abnormal Tumor Otak
i
Massa dalam
Obstruksi sirkulasi cairan Penekanan jaringan otak terhadap otak bertambah
serebrospinal dari ventrikel sirkulasi darah dan O2
lateral ke sub arachnoid
Menggangu spesifik
bagian otak tempat tumor
Hidrochepalus Penurunan suplai O2 kejaringan
otak akibat obstruksi sirkulasi
otak Timbul manifestasi
Kerusakan aliran darah
klinik/gejala local sesuai
ke otak
fokal tumor
Hipoksia cerebral
Perpindahan cairan
Tumor di cerebellum,
intravaskuler
hipotalamus, fossaposterior
kejaringan serebral

Volume intrakranial MK : Resiko Tubuh melakukan kompensasi


ketidakefektifan perfusi dengan mempercepat pernapasan
jaringan otak
Peningkatan TIK
Kompensasi (butuh waktu berhari-hari MK :
sampai berbulan-bulan) dg cara : Ketidakefektifan
MK : pola nafas
Kelebihan - Menurunnya volme darah intracranial
volume cairan - Menurunnya vlime cairan cerebrospinal
- Menurunnya kandungan cairan intra sel
- Mengurangi sel-sell parenkim

Obstruksi system
cerebral, obstruksi
drainage vena retina, Tidak terkompensasi Nyeri (kepala)
tumor pada lobus
oksipital
Statis vena cerebral Kompresi subkortikal & batang otak

Papil edema
Subkortikal tertekan Kehilangan auto regulasi serebral

Kompresi saraf optikus (N.III/1V)


Suhu tubuh meningkat Iritasi pusat vegal dimedula oblongata

Gangguan penglihatan
Ketidakefektifan Muntah
termoregulasi
MK : Resiko Jatuh MK : Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
D. Gejala Klinis
Gejala yang timbul pada pasien dengan kanker otak tergantung dari lokasi dan tingkat
pertumbuhan tumor. Kombinasi gejala yang sering ditemukan adalah peningkatan
tekanan intrakranial (sakit kepala hebat disertai muntah proyektil), defisit neurologis yang
progresif, kejang, penurunan fungsi kognitif. Pada glioma derajat rendah gejala yang
biasa ditemui adalah kejang, sementara glioma derajat tinggi lebih sering menimbulkan
gejala defisit neurologis progresif dan tekanan intrakranial meningkat.
a. Kejang
Kejang adalah salah satu gejala kanker otak yang pertama kali muncul, terutama
jika Anda tidak pernah memiliki riwayat kejang sebelumnya. Hal ini disebabkan
oleh tumor kanker yang mengiritasi otak sehingga membuat sel saraf otak bekerja
tidak terkendali, dan menyebabkan anggota tubuh Anda bergerak menyentak tiba-
tiba.
b. Sakit kepala
Sakit kepala bisa jadi gejala kanker otak apabila hadir mendadak, terjadi terus-
menerus, dan cenderung memburuk karena tidak kunjung mempan diobati pakai
obat biasa. Sakit kepala tanda kanker otak juga seringnya terjadi saat Anda bangun
pagi, akibat adanya peningkatan tekanan otak selama berbaring di tempat tidur
dalam jangka waktu lama. Tingkat keparahan sakit kepala dapat sangat bervariasi,
tergantung dari besar-kecilnya ukuran tumor kanker atau seberapa cepat
pertumbuhan tumor tersebut.
c. Kelemahan Mati Rasa
Setiap gerak tubuh diatur dan dikendalikan oleh otak. Adanya tumor kanker bisa
mengganggu kerja otak ini, sehingga menyebabkan tubuh kehilangan fungsi
geraknya. Kelemahan tubuh bisa terjadi di satu sisi saja atau keduanya. Kanker
otak juga bisa menyebabkan tubuh mengalami mati rasa atau kesemutan di tangan
dan kaki. Mati rasa dan kesemutan terjadi karena tumor berkembang di batang
otak, tempat di mana otak terhubung dengan sumsum tulang belakang.
d. Pengurangan pengelihatan
Tumor otak yang menyerang atau berada di dekat saraf mata bisa
menyebabkan penglihatan ganda, penglihatan kabur, dan kehilangan penglihatan
bertahap.
e. Perubahan cara bicara
Bicara gagap atau terbata-bata, berbicara melantur, hingga kesulitan mengucap
nama benda padahal sudah di ujung lidah adalah gejala kunci dari kanker
otak lobus frontal atau temporal. Lobus adalah area otak yang terkait dengan fungsi
motorik dari pemahaman bahasa dan bicara.
f. Gangguan kognitif
Kanker otak bisa menyebabkan gangguan kognitif, seperti sulit mengingat,
konsentrasi buruk, mudah bingung atau linglung, kesulitan berpikir jernih,
kesulitan memproses informasi, dan kesulitan memahami apa yang orang lain
katakan.
g. Kehilangan keseimbangan
Fungsi motorik dan koordinasi tubuh dikendalikan oleh batang otak. Jika ada
tumor ganas di bagian otak ini, Anda cenderung mudah untuk kehilangan
keseimbangan yang bisa ditandai dengan merasa goyah ketika berdiri; berdiri
miring ke satu sisi tanpa disadari; sering jatuh; hingga sulit berjalan, terutama
dalam kegelapan.
E. Penatalaksanaan
a. Penurunan Tekanan Intrakranial
Pasien dengan kanker otak sering datang dalam keadaan neuroemergency
akibat peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini terutama diakibatkan oleh efek
desak ruang dari edema peritumoral atau edema difus, selain oleh ukuran massa
yang besar atau ventrikulomegali karena obstruksi oleh massa tersebut.
Pemberian kortikosteroid sangat efektif untuk mengurangi edema serebri dan
memperbaiki gejala yang disebabkan oleh edema serebri, yang efeknya sudah
dapat terlihat dalam 24-36 jam. Agen yang direkomendasikan adalah deksametason
dengan dosis bolus intravena 10 mg dilanjutkan dosis rumatan 16-20mg/hari
intravena lalu tappering off 2-16 mg (dalam dosis terbagi) bergantung pada klinis.
Mannitol tidak dianjurkan diberikan karena dapat memperburuk edema, kecuali
bersamaan dengan deksamethason pada situasi yang berat, seperti pascaoperasi.
Efek samping pemberian steroid yakni gangguan toleransi glukosa, stressulcer,
miopati, perubahan mood, peningkatan nafsu makan, Cushingoid dan sebagainya.
Sebagian besar dari efek samping tersebut bersifat reversibel apabila steroid
dihentikan.
b. Pembedahan
Operasi pada kanker otak dapat bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang
tepat, menurunkan tekanan intrakranial, mengurangi kecacatan, dan meningkatkan
efektifitas terapi lain. Reseksi tumor pada umumnya direkomendasikan untuk
hampir seluruh jenis kanker otak yang operabel. Kanker otak yang terletak jauh di
dalam dapat diterapi dengan tindakan bedah kecuali apabila tindakan bedah tidak
memungkinkan (keadaan umum buruk, toleransi operasi rendah). Teknik operasi
meliputi membuka sebagian tulang tengkorak dan selaput otak pada lokasi tumor.
Tumor diangkat sebanyak mungkin kemudian sampel jaringan dikirim ke ahli
patologi anatomi untuk diperiksa jenis tumor.
c. Radio terapi
Radioterapi memiliki banyak peranan pada berbagai jenis kanker otak.
Radioterapi diberikan pada pasien dengan keadaan inoperabel, sebagai adjuvan
pasca operasi, atau pada kasus rekuren yang sebelumnya telah dilakukan tindakan
operasi. Pada dasarnya teknik radioterapi yang dipakai adalah 3D conformal
radiotherapy, namun teknik lain dapat juga digunakan untuk pasien tertentu seperti
stereotactic radiosurgery/radiotherapy, dan IMRT.
Pada glioma derajat rendah (derajat I dan II), volume tumor ditentukan
dengan menggunakan pencitraan pre dan pasca operasi, menggunakan MRI (T2
dan FLAIR) untuk gross tumor volume (GTV). Clinical target volume (CTV) =
GTV ditambah margin 1-2 cm, mendapatkan dosis 45-54 Gy dengan 1,8 – 2
Gy/fraksi.
Pada glioma derajat tinggi (derajat III dan IV) volume tumor ditentukan
menggunakan pencitraan pra dan pasca operasi, menggunakan MRI (T1 dan
FLAIR/T2) untuk gross tumor volume (GTV). CTV ditentukan sebagai GTV
ditambah 2-3 cm untuk mencakup infiltrasi tumor yang sub diagnostik. Pada
glioma derajat tinggi, lapangan radiasi dibagi menjadi 2 fase. Dosis yang
direkomendasikan adalah 60 Gy dengan 2 Gy/fraksi atau 59.4 Gy dengan 1,8
Gy/fraksi, dosis yang sedikit lebih kecil seperti 55,8 – 59,4 Gy dengan 1,8
Gy/fraksi atau 57 Gy dengan 1,9 Gy/fraksi dapat dilakukan jika volume tumor
terlalu besar (gliomatosis) atau untuk astrositoma grade III. Pada pasien dengan
KPS yang buruk atau pada pasien usia tua, hipofraksinasi yang diakselerasi dapat
dilakukan dengan tujuan menyelesaikan terapi dalam 2-4 minggu. Fraksinasi yang
digunakan antara lain 34 Gy/10 fraksi, 40.5 Gy/15 fraksi, 50 Gy/20 fraksi.
d. Kemoterapi Sistemik dan Terapi Target (Targeted Therapy)
Kemoterapi pada kasus kanker otak saat ini sudah banyak digunakan karena
diketahui dapat memperpanjang angka kesintasan dari pasien terutama pada kasus
astrositoma derajat ganas. Glioblastoma merupakan tipe yang bersifat
kemoresisten, namun 2 tahun terakhir ini sedang berkembang penelitian mengenai
kegunaan temozolomid dan nimotuzumab pada glioblastoma.
e. Kemoterapi Intratekal
Pemberian kemoterapi intratekal merupakan salah satu upaya untuk memberikan
agen antikanker langsung pada susunan saraf pusat. Kemoterapi intratekal dapat
diberikan sebagai salah satu tatalaksana leptomeningeal metastasis pada
keganasan darah, seperti leukemia dan limfoma. Tindakan ini dilakukan melalui
prosedur lumbal pungsi atau menggunakan Omaya reservoir.
f. Tatalaksana Nyeri
Berdasarkan patofisiologinya, tatalaksana nyeri ini berbeda dengan nyeri kanker
pada umumnya. Nyeri kepala akibat kanker otak bisa disebabkan akibat traksi
langsung tumor terhadap reseptor nyeri di sekitarnya. Gejala klinis nyeri biasanya
bersifat lokal atau radikular ke sekitarnya, yang disebut nyeri neuropatik.
F. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis Tumor otak ditegakkan atas dasar gambaran klinis, tanda peninggian
tekanan intra kranial dan manifestasi neurologis fokal dan pemeriksaan penunjang.
Berikut langkah langkah yang dilakukan setelah anamnasis dan pemeriksaan umum
 Pemeriksaan neurologis meliputi kesadaran, pemeriksaan syaraf kranial, tonus otot,
kekuatan otot, pemeriksaan refleks tendon dalam dan superfisial baik yang fisiologis
maupun patologis, pemeriksaan sensibilitas, koordinasi, gangguan gerak (involunter
movement, ataxia).
 Computed Tomography Scan (CT-Scan)
 Magnetic resonance imaging (MRI)
 Ultrasonography kepala dilakukan jika ubun-ubun masih terbuka, atau jika tidak bisa
dilakukan CT-Scan Kepala atau MRI 2562
 Pemeriksaan Cairan serebrospinal, pungsi lumbal merupakan kontraindikasi bila
ditemukan peningkatan tekanan intrkranial. Namun jika diperlukan bisa dilakukan
dengan hati hat
 Pemeriksaan Patologi Anatomi, pemeriksaan ini dapat menentukan jenis tumor
dengan pasti namun tidak selalu dapat dilakukan biopsi atau operasi terhadap tumor
otak.
G. Komplikasi
 Reaksi alergi terhadap obat yang digunakan dalam perawatan tumor otak

 Depresi

 Sakit kepala

 Hilangnya pendengaran

 Peningkatan risiko pembentukan gumpalan darah

 Perubahan kepribadian

 Menopause dan infertilitas dini (akibat efek sampingradioterapi dan kemoterapi)

 Kejang-kejang, Rasa lemas pada satu bagian tubuh, jika tumor otak mempengaruhi
bagian otak yang memfungsikan pergerakan dan kekuatan lengan serta kaki

 Masalah penglihatan, jika tumor otak merusak saraf yang terhubung ke korteks visual
(bagian otak yang memproses informasi visual)
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER OTAK
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, usia, status, agama, alamat, pekerjaan, dan identitas
penanggung jawab.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
· Keluhan utama; Biasanya klien mengeluh nyeri kepala
· Riwayat penyakit saat ini; Klien mengeluh nyeri kepala, muntah, otoric sia,
penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau otoric sia), hilangnya ketajaman atau
diplopia.
· Riwayat penyakit dahulu; Klien pernah mengalami pembedahan kepala
· Riwayat penyakit keluarga; Adakah penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu
riwayat keluarga dengan tumor otak.
· Pengkajian psiko-sosio-spiritual; Perubahan kepribadian dan perilaku klien,
perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
3. Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan fisik
umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1
(breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
V Pernafasan B1 (breathing)
 Bentuk dada : normal
 Pola napas : tidak teratur
 Suara napas : normal
 Sesak napas : ya
 Batuk : tidak
 Retraksi otot bantu napas; ya
 Alat bantu pernapasan: ya (O2 2 lpm)
 v Kardiovaskular B2 (blooding)
 Irama jantung : irregular
 Nyeri dada : tidak
 Bunyi jantung ; normal
 Akral : hangat
 Nadi : Bradikardi
 Tekanan darah Meningkat
 v Persyarafan B3 (brain)
 Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
 Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
 Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
 Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau otoric sia)
4. Gangguan neurologi:
1. Afasia: Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif atau
kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata komprehensif, maupun
kombinasi dari keduanya.
2. Ekstremitas: Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak seimbang,
berkurangnya reflex tendon.
3. GCS: Skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah
pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap
rangsangan yang diberikan.

Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang angka 1– 6


tergantung responnya yaitu :
a. Eye (respon membuka mata)
(4) : Spontan
(3) : Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2) : Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku
jari)
(1) : Tidak ada respon
b. Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi
tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak
dalam satu kalimat. Misalnya “aduh…, bapak…”)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
c. Motor (respon otoric)
(6) : Mengikuti perintah
(5) : Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang
nyeri)
(4) : Withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus
saat diberi rangsang nyeri)
(3) : Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki
extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2) : Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan
jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : Tidak ada respon
d. Perkemihan B4 (bladder)
1. Kebersihan : bersih
2. Bentuk alat kelamin : normal
3. Uretra : normal
4. Produksi urin: normal
e. Pencernaan B5 (bowel)
1. Nafsu makan : menurun
2. Porsi makan : setengah
3. Mulut : bersih
4. Mukosa : lembap
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
1. Kemampuan pergerakan sendi : bebas
2. Kondisi tubuh: kelelahan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake makanan.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan di
otak
4. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor.
5. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
6. Ansietas berhubungan kurangnya pengetahuan.
C. intervensi keperawatan
N Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional
o
1. Nyeri Setelah diberikan intervensi Mandiri  Nyeri mempengaruhi
berhubungan selama ....x24 jam maka 1. Monitoring TTV pasien perubahan TTV
dengan pasien : 2. Minta pasien untuk  Skala menetukan
peningkatan 1.    Menunjukkan tehnik menilai nyeri/ dosis pemberian
tekanan intra relaksasi secara individual ketidaknyamanan pada skala analgesik
kranial. yang efektif untuk mencapai 0-10.  Penatalaksanaan
kenyamanan. 3. Pemberian analgesik medis dilakukan jika
2.    Mengenali faktor Pendidikan pasien dan non medis gagal.
penyebab dan menggunakan keluarga Pendidikan
tindakan untuk mencegah1. 1. Instruksikan pasien untuk  Perawat dapat
nyeri. menginformasikan kepada memberikan
perawat jika pengurangan penatalaksanaan
nyeri tidak dapat dicapai. yang lebih tepat atau
2.2. Berikan informasi tentang dengan modifikasi
nyeri. pengobatan
3.Ajarkan menggunakan  Pasien lebih rileks
tehnik non farmakologi. dan mengurangi
Kolaborasi antisietas.
4. laporkan kepada dokter Kolaborasi
jika tindakan tidak  Penatalaksanaan
berhasil atau jika yang tepat
keluhan saat ini dibutuhkan untuk
merupakan perubahan proses penyembuhan
yaang tidak bermakna pasien.
dari pengalaman nyeri
pasien dimasa lalu.
2. Ketidakseimban Setelah dilakukan intervensi Mandiri  Nutrisi penting untuk
gan nutrisi selama ....x24 jam pasien
1.  1. Monitoring pemenuhan proses penyembuhan
kurang dari akan : nutrisi tubuh.  Jika porsi tidak habis
kebutuhan tubuh 2. Monitoring porsi makan cari tahu
berhubungan pasien habis atau tidak penyebabnya dan
dengan Pendidikan pasien dan modifikasi dengan
penurunan keluarga ahli gizi
intake makanan. 1. 1. Beritahu pasien dan Pendidikan
keluarga tentang pentingnya  Motivasi pasien
nutrisi untuk proses untuk pemulihan
penyembuhan.  Pasien gastritis
2.  2. Beritahu pasien dan sangat rentan dengan
keluarga diet yang baik. makanan pedas dan
Kolaborasi asam.
1. Diskusikan dengan ahli
gizi tentang diet pada Kolaborasi
pasien dengan gastritis  Penggunaan metode
2. Diskusikan dengan diet tiap pasien
dokter tentag berbeda, perlu
penalaksanaan yang kolaborasi dengan
tepat ahli gizi
 Penatalaksanaan
yang tepat
memberikan respon
pemulihan yang
cepat
3 Kelebihan Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan catatan intake  Pengkajian merupakan
volume cairan keperawatan 2 x 24 jam dan output yang akurat data dasardan
berhubungan diharapkan kelebihan 2. Pasang urin kateter jika berkelanjutan untuk
dengan volume cairan dapat teratasi diperlukan memantau perubahan
gangguan dg KH: 3. Monitor vital sign dan mengevaluasi
mekanisme  Terbebas dari edema, efusi, 4. Monitor indikasi intervensi.
pengaturan di anaskara retensi/kelebihan cairan  Pasien memahami
otak (cracles, CVP, edema,
 Bunyi nafas bersih, tidak distensi vena leher, asites) tentang penyebab dan
ada dyspneu/ortopneu 5. Kaji lokasi dan luas dapat mencegah
 Terbebas dari distensi vena edema. peningkatkan cairan.
jugularis, reflek 6. Kolaborasi pemberian  Untuk mengurangi
hepatojugular (+) deuretik sesuai intruksi terjadinya edema
 Terbebas dari kelelahan,  Diuretik bertujuan
7. Kolaborasi dokter jika
kecemasan atau untukmenurunkan
ada tanda cairan berlebih
kebingungan volume plasma
muncul memburuk
 Menjelaskan indicator danmenurunkan
kelebihan cairan retensi
cairansehingga
menurunkan
resikoterjadinya
edema
4 Perubahan Setelah dilakukan tindakan  Pantau status neurologis  Mengkaji adanya
perfusi jaringan keperawatan diharapkan secara teratur dan perubahan pada
otak b/d peruabhan tingkat bandingkan dengan nilai tingkat kesadran dan
kerusakan kesadaran, kehilangan standar. potensial peningaktan
sirkulasi akibat memori, perubahan respon  Pantau tanda vital tiap 4 TIK dan bermanfaat
penekanan oleh sensorik/motorik, gelisah, jam. dalam menentukan
tumor. perubahan tanda vital.  Pertahankan posisi netral okasi, perluasan dan
Kriteria hasil: Tingkat atau posisi tengah, perkembangan
kesadaran stabil atau ada tinggikan kepala 20 0 kerusakan SSP.
perbaikan, tidak adan tanda -30 0 .  Normalnya
– tanda peningaktan TIK.  Pantau ketat pemasukan autoregulasi
dan pengeluaran cairan, mempertahankan
turgor kulit dan keadaan aliran darah ke otak
membran mukosa. yang stabil.
 Bantu pasien untuk Kehilanagn
menghindari/membatasi autoregulasi dapat
batuk, muntah, mengikuti kerusakan
pengeluaran feses yang vaskularisasi serebral
dipaksakan/mengejan. lokal dan menyeluruh.
 Kepala yang miring
 Perhatikan adanya pada salah satu sisi
gelisah yang meningkat, menekan vena
peningkatan keluhan dan jugularis dan
tingkah laku yang tidak menghambat aliran
sesuai lainnya darah vena yang
selanjutnya akan
meningkatkan TIK.
 Bermanfaat sebagai
indikator dari cairan
total tubuh yang
terintegrasi dengan
perfusi jaringan.
 Aktivitas ini akan
meningkatkan tekanan
intra toraks dan intra
abdomen yang dapat
meningkatkan TIK.
 Petunjuk non verbal
ini mengindikasikan
adanya penekanan
TIK atau mennadakan
adanya nyeri ketika
pasien tidak dapat
mengungkapkan
keluhannya secara
verbal.
5 Defisit Setelah dilakukan tindakan  Bantu ADL klien selagi  Tergentung, tidak
perawatan diri keperawatan selama 2x24 klien belum mampu ada partisipasi
b.d kelemahan jam, klien mampu mandiri  memerlukan
melakukan perawatan diri  Pahami semua bantuan orang
mandiri. Dengan kh: kebutuhan ADL klien dan alat2
Makan,Berpakaian,Toileting  Pahami bahasa-bahasa  memerlukan
mandi, hygiene, Kebersihan atau pengungkapan non bantuan orang
mulut,,ambulasi kursi roda verbal klien akan  Tidak tergantung,
ambulasi berjalan kebutuhan ADL dengan bantuan
berpindah  Libatkan klien dalam alat dan orang
pemenuhan ADLnya  Tidak tergantung
 Libatkan orang yang sempurna mandi
berarti dan layanan
pendukung bila
dibutuhkan
 Gunakan sumber-sumber
atau fasilitas yang ada
untuk mendukung self
care
 Ajari klien untuk
melakukan self care
secara bertahap
 Ajarkan penggunaan
modalitas terapi dan
bantuan mobilisasi
secara aman (lakukan
supervisi agar
keamnanannya terjamin)
 Evaluasi kemampuan
klien untuk melakukan
self care.
 Beri reinforcement atas
upaya dan keberhasilan
dalam melakukan self
care
6 Ansietas Seteah dilakukan tindakan  Diskusikan etiologi  Mempengaruhi
berhubungan keperawatan 2x24 individual dari sakit pemilihan terhadap
kurangnya diharapkan Klien dan kepala bila diketahui. penanganan dan
pengetahuan. keluarga meminta  Bantu pasien dalam berkembnag ke arah
informasi, ketidakakuratan mengidentifikasikan proses penyembuhan.
mengikuti instruksi, kemungkinan faktor  Menghindari/membata
perilaku yang tidak tepat.
Kriteria hasil: predisposisi. si faktor-faktor yang
Klien/keluarga  Diskusikan mengenai sering kali dapat
mengungkapkan pentingnya posisi/letak mencegah
pemahaman tentang kondisi tubuh yang normal. berulangnya serangan.
dan pengobatan, memulai  Diskusikan tentang obat  Menurunkan regangan
perubahan perilaku yang dan efek sampingnya. pada otot daerah leher
tepat. dan lengan dan dapat
menghilangkan
ketegangan dari tubuh
dengan sangat berarti.
 Pasien mungkin
menjadi sangat
ketergantungan
terhadap obat dan
tidak mengenali
bentuk terapi yang
lain.

D. Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Nyeri akut berhubungan 1. Melakukan pengkajian S : klien mengatakan nyeri
sedikit berkurang
dengan peningkatan nyeri secara komprehensif
O: klien masih tampak
tekanan intracranial termasuk lokasi, meringis, skala nyeri 6
A: masalah teratasi sebagian
karakteristik, durasi,
P: intervensi dilanjutkan
frekuensi, kualitas, dan
factor presipitasi.
2. Mengbservasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan.
3. Mengkaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri.
4. Mengevaluasi pengalaman
nyeri masa lampau.
5. Mengurangi factor
presipitasi nyeri.
6. Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri.
7. Meningkatkan istirahat.

2 ketidakseimbangan 1. Mengkaji adanya alergi S : klien mengatakan nafsu


makan sedikit bertambah
nutrisi kurang dari makanan
O: porsi makan klien
kebutuhan tubuh 2. Mengkolaborasi dengan bertambah 2 sendok
A: masalah teratasi sebagian
berhubungan dengan ahli gizi untuk
P : intervensi dilanjutkan
mual dan muntah. menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang
dibutuhkan
3. Menganjurkan pasien
untuk meningkatkan
intake Fe
4. Memonitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
5. Memberikan informasi
tentang kebutuhan nutrisi
6. Mengkaji kemampuan
pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
7. Memonitor adanya
penurunan berat badan
8. Memonitor turgor kulit
3 Kelebihan volume cairan 1. Mempertahankan catatan S : klien mengatakan masih
terterdapat bengkak
berhubungan dengan intake dan output yang
O: klien tampak mengalami
gangguan mekanisme akurat pembengkakan
A : masalah belum teratasi
pengaturan di otak 2. Memasang urin kateter
P :intervensi dilanjutkan
jika diperlukan
3. Memonitor vital sign
4. Memonitor indikasi
retensi/kelebihan cairan
(cracles, CVP, edema,
distensi vena leher, asites)
5. Mengkaji lokasi dan luas
edema.
6. Mengkolaborasi
pemberian deuretik sesuai
intruksi
7. Mengkolaborasi dokter
jika ada tanda cairan
berlebih muncul
memburuk

DAFTAR PUSTAKA
1. Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik
Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
2. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakart
3. Brunner, suddarth. 2010.  Buku ajar keperawtan medical bedah, edisi 8 vol3. Egc.
Jakarta
4. Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik
Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
5. Wilkinson, J., & Ahern, n. R. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan edisi 9
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai