Tinjuan Teori
A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghidu. Klien merasa stimulus yang sebetul-betulnya
tidak ada (Damaiyanti,2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan interna (pikiran) dan rangsangan eksterna (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal padahal tidak ada
orang yang berbicara (Direja, 2011).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca
indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya mungkin
organik, fungsional, psikotik atapun histerik (Trimelia, 2011).
B. Penyebab
Faktor-faktor penyebab halusinasi dibagi dua (Yosep, 2010 )yaitu :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu mislanya rendahnya
control dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilangnya kepercayaan diri dan lebih
rentan terhadap stress.
b. Faktor Susiokultur
Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti
Buffofenon dan Dymetytranferse (DMP). Akibat stress bekepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetylcholine dan dopamine.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adaktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam hayal.
2. Faktor presipitasi
a. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat timbul oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan dalam waktu lama.
b. Dimensi Emosional
Perasaaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
c. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan penurunan fungsi ego seseorang yang
pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego itu sendiri untuk
melawan implus yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial
Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi sosial
dan menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat
membahayakan.
e. Dimensi Spriritual
Secara spriritual klien dengan halusinasi dimulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan untuk beribadah
dan jarang berupaya secara spriritual untuk menyucikan diri. Klien
sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki,
menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan memburuk.
Pada kasus Nn. S klien mengatakan klien masuk di RSJ Soeharto
Heerjan diatar oleh ibu karena dirumah klien sering bicara sendiri ,klien
sering mendengar suara-suara yang menyuru klien merokok.
2. Tahap 2 (Condeming)
a. Cemas
b. Kosentrasi menurun
c. Ketidakmampuan membedakan realita
1. Tahap 3
a. Pasien cenderung mengikuti halusinasi
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Perhatian dan konsentrasi menurun
d. Efek labil
e. Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
2. Tahap 4 (Controlling)
a. Pasien mengikuti halusinasi
b. Pasien tidak mampu mengendalikan diri
c. Berisiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
D. Rentang Respon
A. Mekanisme Koping
Kaji mekanisme koping yang sering digunakan klien, meliputi :
1. Regresi : Menjadi malas beraktifitas sehari-hari
2. Proyeksi : Mengalihkantanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
3. Menarik diri : Sulit mempercayai orang lain dan dengan stimulus internal
4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
B. Akibat
Akibat dari perubahan sensori persepsi halusinasi adalah resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan adalah suatu perilaku mal adaktive dalam dalam
memanifestasikan perasaan marah yang dialami seseorang. Perilaku tersebut dapat
berupa mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Marah sendiri merupakan
perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan
yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Perasaan marah sendiri
merupakan hal yang wajar sepanjang perilaku yang dimanifestasikan berada pada
rentang adaptif.
C. Pohon Masalah
Objektif:
1. Klien terlihat bicara atau tertawa
sendiri saat dikaji.
2. Bersikap seperti mendengarkan
sesuatu.
3. Berhenti bicara di tengah- tengah
kalimat untuk mendengarkan
sesuatu.
4. Disorientasi.
5. Kosentrasi rendah.
6. Pikiran cepat berubah-ubah.
7. Kekacauan alur pikiran.
Identitas klien
Nama : Nn. S (P)
Umur : 38 tahun
Tanggal pengkajian : 12 Januari 2017
Klien masuk di IGD diantar oleh ibu, klien mengatakan dirumah klien sering
bicara sendiri dan kadang marah-marah, klien mengatakan kadang mendengar
suara menyuruh klien untuk merokok.
Klien pernah mengalami gangguang jiwa dimasa lalu tahun 2015 dan dirawat di
RSJ soeharto heerjan, tetapi pengobatan sebelumnya dinyatakan kurang berhasil
dan pasien kambuh lagi setelah satu tahun lebih pengobatan, anggota keluarga
tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Pengalaman masa lalu klien pernah
kehilangan pacar saat SMA pacar klien meninggal, klien sangat sedih tidak mau
keluar rumah hanya berbicara dengan orang tua dan saudara saja.
TTV : TD 110/70mmHg, N: 80x/menit, S: 36’C, RR: 20x/menit
TB: 153 cm, BB : 56 Kg, keluhan fisik tidak ada
Psikososial
Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: sudah meninggal
: tinggal serumah
Penjelasan :
Pola asuh dalam keluarga, antara ibu dan ayah klien berbeda, misalnya ayah kurang
dekat dengan anak-anaknya, sedangkan ibu lebih dekat dan perhatian dengan anak-
anaknya, pola komunikasi dalam keluarga tidak terlalu sering, klien sering menyendiri
dikamar dan berdiam diri karena sering mendengar suara bisikan. Klien sering diatur
oleh keluarga setiap keputusan tergantung oleh orang tua. Dalam keluarga tidak ada
penyakit keturunan.
Konsep diri
Klien merasa dirinya tampan dan tertarik pada perempuan, klien adalah anak ke 3 dari
4 bersaudara, klien mengatakan klien kadang membantu orang tua cuci piring, klien
ingin sembuh dan pulang ke rumah, klien mempunyai hubungan yang baik dengan
orang lain.
Orang yang paling berarti adalah Ibu, klien tidak pernah mengikuti kegiatan
kelompok, karena klien mengatakan klien malas bergaul dengan orang lain. Klien
beragama islam, klien mengatakan klien kadang-kadang sholat.
Klien beragama islam, klien mengatakan kadang-kadang sholat. Klien memakai baju
sesuai dengan seragam RSJ .
Kien tampak sedih dan terdiam menunduk saat membicarakan masa lalu, klien hanya
bereaksi jika ada stimulus emosi yang kuat dan kadang-kadang klien melakukan
kontak mata saat berbincang-bincang dengan orang lain.
Kebutuhan persipan pulang klien, klien diberi bantuan minimal saat makan,
BAB/BAK, mandi , berpakaian, kebersihan diri dan diharapkan keluarga dapat turut
ikut mendukung dan membantu dalam memenuhi kebutuhan yang lainnya.
Aspek medik
ANALISA DATA
Inisial nama : Nn. S
Ruangan : PICU Kutilang
POHON MASALAH
Resiko Perilaku Kekerasan
Daftar diagnosa
Nama Perawat
TTD
BAB IV
PEMBAHASAN
Halusinasi Adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan persepsi sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penglihatan. Klien merasakan stimulasi yang sebetul
betulnya tidak ada.
Pada kasus kali ini akan membahas mengenai halusinasi pendengaran yang
terjadi pada Nn. S umur 38 tahun, berjenis kelamin perempuan dan dirawat diruang
(PICU) kutilang. Klien diantar ibunya ke RSJ Soeharto Heerdjan jakarta barat
karena sering ngomong sendiri, marah - marah bahkan sering pergi dari rumah.
Klien pernah dirawat 2 kali di RSJ Soeharto Heerdjan dengan kasus yang sama yaitu
halusinasi pendengaran.
Dari hasil pengkajian yang didapat klien mengatakan bahwa klien sering
mendengar suara- suara bisikan seperti menyuruhnya merokok, menyuruhnya untuk
tidak melakukan pekerjaan rumah, menyuruhnya untuk pergi dari rumah dan klien
sering menyendiri dan berdiam diri dikamar.
Hambatan yang di temukan pada klien Nn. S saat pengkajian adalah disaat ditanya
klien kadang males untuk menjawab pertanyaan. Dia lebih banyak diam.
Solusi yang akan kita lakukan adalah dengan membina hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik, mengajarkan klien cara
menghardik, menyarankan kepada klien agar mengajak teman-temannya bercakap-
cakap apabila suara itu datang lagi, melibatkan klien dalam kegiatan yang terjadwal
dan menjelaskan kepada klien mengenai obat-obatan yang harus klien minum secara
rutin.
Saat pengkajian pada Nn. S, Klien mengatakan bahwa dia sudah 3 kali dirawat di
RSJ Soeharto Heerdjan dengan kasus yang sama. Selama dirumah klien malas untuk
minum obat secara teratur, sehingga terapi yang seharusnya diminum akhirnya
berhenti.
Hambatan yang ditemukan pada Nn. S bahwa Nn. S paling malas minum obat
karena Nn. S mengatakan bahwa obatnya pahit dan klien juga tidak tau manfaat obat
bagi dirinya.
Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menjelaskan kepada klien
mengenai; manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis,
efek terapi dan efek samping obat serta buat kontrak dan mendiskusikannya dengan
keluarga mengenai cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
dirumah seperti libatkan klien dalam kegiatan, jangan biarkan sendiri,ajak makan
bersama,berpergian bersama, memantau obat-obatan dan cara pemberiannya untuk
mengatasi hak
Lusinasi.
Masalah interaksi soaial menarik diri juga terjadi pada Nn S karena Nn. S suka
diam dan menyendiri dikamar, jarang bergaul dan bercakap-cakap dengan temannya,
klien kadang aktif menjawab pertanyaan perawat, namun sesekali klien malas untuk
menjawab pertanyaannya.
Hambatan yang dialami pada Nn. S saat melakukan pengkajian adalah Nn. S
orangnya diam dan suka menyendiri.
Saran-saran