c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negatif mengancam.
3. Etiologi
Faktor-faktor penyebab halusinasi dibagi dua (Yosep, 2010) yaitu :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya
rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilangnya kepercayaan
diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor sosiokultural
Seseorang yang tidak diterima oleh lingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3) Faktor biokimia
Stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferse (DMP). Akibat
stress berkepanjangan menyebabkan terakitvasinya neurotrasmitter
otak. Misalnya tejadi ketidakseimbangan acetylcholin dan dopamin.
4) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor genetik dan pola asuh
Anak sehat yang di asuh oleh orang tua yang mengalami
gangguan jiwa cenderung mangalami gangguan jiwa dan faktor
keluarga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini.
b. Faktor presipitasi
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam
hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan dalam waktu lama.
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari
halusinai dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan penurunan fungsi ego
seseorang yang pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego itu
sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien
4) Dimensi sosial
Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi
sosial dan menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahayakan.
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien dengan halusinasi dimulai dengan
kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya keinginan
untuk beribadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri. Klien sering memaki takdir tetapi lemah dalam
upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain
yang menyebabkan memburuk.
4. Tanda dan Gejala
Perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Bicara sendiri.
b. Senyum sendiri.
c. Ketawa sendiri.
d. Menggerakkan bibir tanpa suara.
e. Pergerakan mata yang cepat
f. Respon verbal yang lambat.
g. Menarik diri dari orang lain.
h. Berusaha untuk menghindari orang lain.
i. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
j. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
k. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
l. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
m. Sulit berhubungan dengan orang lain.
n. Ekspresi muka tegang.
o. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
p. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
q. Tampak tremor dan berkeringat.
r. Perilaku panik.
s. Agitasi dan kataton.
t. Curiga dan bermusuhan.
u. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
v. Ketakutan.
w. Tidak dapat mengurus diri.
x. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
5. Fase-fase Halusinasi
Tahap halusinasi ada lima fase yaitu:
Tahap halusinasi Karakteristik
Stage I: Slep disorder Klien merasa banyak masalah, ingin menghindari
Fase awal seeprang sebelum lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa
muncul halusinasi dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa
sulit karena berbagai stressor terakumulasi,
minsalnya kekasih hamil, terlibat narkoba,
dihianati kekasih, masalah kekampus, drop out,
dst. Masalah terasa menekan karena
teraakumulasi sedangkan support sistem kurang
dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit
idur berlngsung terus menerus sehingga terbiasa
menghayal. Klien menganggap lamunan-lamunan
awal tersebut sebagai pemecahan masalah.
Stage II: Comforting Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti
Halusinasi secara umum dia adanya perasaaan yang cemas, kesepian, perasaan
terima sebagai sesuatu yang berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan
alami pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia
beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan
sensorinya dapat dia control bila kecemasannya
diatur, dalam tahap ini ada kecendrungan klien
merasa nyaman dengan halusinasinya.
Stage III: Condemning Pengalaman sensori klien menjadi sering adatang
Secara umum halusinasi dan mengalami biasa. Klien mulai merasa tidak
mendatanngi klien mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya
menjaga jarak antara dirinya gengan objek yng
dipersepsikan klien mulai menarik diri dari oang
lain, dengn intensitas waktu yang lama.
Stage IV: Controling Severa Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori
Level Of Anxiety abnormalyang datang. Klien dapat merasakan
Fugsi sensori menjadi tidak kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah
releven dengan kenyataan mulai fase gangguan pisikotik.
Stage V: Conquering Panic Level Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai
Of Anxiety terasa terancamengan datangnya suara-suara
Klien mengalami gangguan terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman
dalam menilai lingkungannya atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya.
Halusinasi dapat berlangsung selama minimal
empat jam atau seharian bila klien tidak
mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi
gangguan psikotik berat.
6. Jenis-jenis Halusinasi
Halusinasi terdiri dari delapan jenis. Penjelasan secara detail mengenai
karakteristik dari setiap jenis halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Halusinasi pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara
bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai
sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut
ditujukan kepada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar
atau berdebat dengan suara-suara tersebut.
b. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik).
Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,
menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada halusinasi di bagi menjadi dua yaitu
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan, yaitu :
a. Penatalaksanaan Medis
1) Psikofarmakoterapi
Gejala halusinasi sebagai salah satu gejala psikotik/ skizofrenia
biasanya diatasi dengan menggunakan obat-obatan anti psikotik
antara lain :
- Golongan butirefenon : Haldol, Serenace, Ludomer. Pada
kondisi akut biasanya diberikan dalam bentuk injeksi 3x5 mg,
im. Pemberian injeksi biasanya cukup 3x24 jam. Setelahnya
klien bisa diberikan obat per oral 3x1,5 mg atau 3x5 mg.
- Golongan Fenotiazine :Chlorpramizine/ Largactile/ Promactile.
Biasanya diberikan per oral. Kondisi akut biasanya diberikan 3x
100mg. Apabila kondisi sudah stabil dosis dapat dikurangi
1x100 mg pada malam hari saja.
2) Psikoterapi
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui
electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang
listrik dapat diberikan pada skizoprenia yang tidak mempan dengan
terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5
joule/detik.
3) Rehabilitasi
Terapi kerja baik untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia
tidak mengasingkan diri lagi karena bila menarik diri dia dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan penderita untuk
mengadakan permainan atau pelatihan bersama.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Aktivitas Kelompok yang diberikan pada pasien dengan
Halusinasi yaitu:
1) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif/Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien
dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sessi. Dengan proses ini,
diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam
kehidupan menjadi adatif. Aktivitas berupa stimulus dan persepsi.
Stimulus yang disediakan : baca artikel/majalah/buku/puisi,
menonton acara TV (ini merupakan stimulus yang disediakan),
stimulus dari pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses
persepsi klien yang maladaptive atau distruktif, misalnya
kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negative pada
orang lain dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap
stimulus.
2) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Sensori
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien. Kemudian
diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan,
berupa ekspresi perasaan secara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan
tubuh). Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi
verbal akan testimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan
respons. Aktivitas yang digunakan sebagai stimulus adalah : musik,
seni menyanyi, menari. Jika hobby klien diketahui sebelumnya,
dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya lagu kesukaan klien, dapat
digunakan sebagai stimulus.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Klien yang mengalami halusinasi sukar mengontrol diri dan susah
berhubungan dengan orang lain. Untuk itu, perawat harus mempunyai kesadaran
yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi perasaan sensitif
sehingga dapat memakai dirinya secara terapeutik dalam merawat klien. Dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien, perawat harus jujur, empati, terbuka
dan penuh penghargaan, tidak larut dalam halusinasi klien dan tidak menyangkal.
1. Pengkajian
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umumnya,
dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar
memudahkan dalam pengkajian. Isi pengkajian meliputi:
a. Identitas klien
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medik
2. Masalah Keperawatan
a. Resiko Perilaku Kekerasan (Pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan
verbal).
b. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
c. Isolasi Sosial
3. Pohon Masalah
Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri,
orang lain, lingkungan, dan verbal
Effect
Core Problem
Isolasi sosial
Causa
4. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan klien yang muncul klien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal)
5. Intervensi Keperawatan klien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Tuk 3: 1. Klien dapat menyebutkan 1. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang
Klien dapat tindakan yang biasa dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah,
mengontrol dilakukan untuk menyibukkan diri dll).
halusinasinya mengendalikan 2. Diskusikan manfaat cara yang dilakukan klien,
halusinasinya. jika bermanfaat beri pujian.
2. Klien dapat menyebutkan 3. Diskusikan cara baru untuk memutus atau
cara baru mengontrol halusinasi:
3. Klien dapat memilih cara a. Katakan “Saya tidak mau dengar kamu”
mengatasi halusinasi seperti (pada saat halusinasi terjadi)
yang telah didiskusikan b. Menemui orang lain (perawat/teman/anggota
dengan klien keluarga) untuk bercakap-cakap atau
No Diagnosa Perencanaan Intervensi
Tgl Diagnosa Keperawatan
Kep Pasien Tujuan Kriteria Evaluasi
mengatakan halusinasi yang terdengar.
a. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar
halusinasi tidak muncul
b. Minta keluarga/teman/ perawat jika nampak
bicara sendiri.
4. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap.
Tuk 4: 1. klien dapat membina 1. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga jika
Klien dapat hubungan saling percaya mengalami halusinasi
dukungan dari dengan perawat. 2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat
keluarga dalam 2. Keluarga dapat berkunjungan/pada saat kunjungan rumah).
mengontrol menyebutkan pengertian a. Gejala halusinasi yang dialami klien
halusinasi untuk mengendalikan b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga
halusinasi untuk memutus halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga untuk
memutus halusinasi di rumah, beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama,
berpergian bersama.
STRATEGI PELAKSANAAN
SP1P SP1K
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi kliem 1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2) Mengidentifikasi isi halusinasi klien keluarga dalam perawatan klien
3) Mengidentifikasin waktu halusinasi klien 2) Mmemberikan pendidikan kesehatan
4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi tentang pengertian halusinasi, jenis
klien halusinasi yang dalam klien, tanda dan
5) Mengidentifikasi situasi yang dapat gejala halusinasi
menimbulkan halusinasi klien 3) Menjelaskan cara merawat klien dengan
6) Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi
halusinasi klien
7) Mengajarkan klien menghardik
halusinasi
8) Menganjurkan klien memasukan cara
menghardik ke dalam kegiatan harian.
SP2P SP2K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1) Melatih keluarga memperaktikkan cara
klien merawat klien dengan halusinasi
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi 2) Melatih keluarga memperaktikkan cara
dengan cara bercakap-cakap dengan merawat klien dengan halusinasi
orang lain
3) Menganjurkan klien memasukan
kedalam jadwal kegiatan harian
SP3P SP3K
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1) Membantu keluarga membuat jadwal
klien aktivitas dirumah termasuk minum obat
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi (discharge planning)
dengan cara melakukan kegiatan 2) Menjelaskan pollow up klien setelah
3) Menganjurkan klien memasukan dalam pulang
jadwal kegiatan harian
SP4P
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2) Memasukan penkes tentang
penggunakan obat secara teratur
3) Menganjurkan klien memasukan
kedalam jadwal kegiatan harian
A: SP1P tercapai
P:
Perawat:
Lakukan SP2P gangguan
persepsi sensori:
Halusinasi pendengaran
pada pertemuan ke-2
pada hari senin, 09 juli
20122, pukul 11.00
diruang perawatan pasien
Klien:
Memotivasi klien
mengontrol halusinasi
dengan cara menghardis
dan melatih sesuai jadwal
Hari/ Dx Diagnosa Rencana Impelementasi Evaluasi Keperawatan
kep
Tgl Keperawatan Keperawatan Keperawatan
11.0 1 Gangguan SP2P gangguan Melaksanakan S: “Selamat pagi, baik
0 persepsi persepsi sensori: SP2P gangguan pak” saya bangun jam 6
sensori: halusinasi persepsi sensori: pagi, mandi dan
halusinasi pendengaran halusinasi merapikan tempat tidur,
pendengaran pendengaran: latihan menghardik jam
1) Mengevaluasi 11 dan 3 sore”. “pergi-
jadwal kegiatan pergi, saya tidak mau
harian klien dengar kamu, kamu suara
2) Melatih klien palsu” “ pak perawat
mengendalikan tolong ajak saya ngobrol
halusinasi supaya halusinasi saya
dengan cara hilang”.” Masukan jam
bercakap-cakap 10 pagi saya pak”
dengan orang O:
lain Klien mampu
3) Menganjurkan menyebutkan kegiatan
klien harianya
memasukan Kontak mata ada
kedalam jadwal Klien kooperatif
kegiatan harian Klien dapat melakukan
cara mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardiks
Klien dapat melakukan
cara mengontrol
halusinasi dengan cara
bercakap
Klien dapat dapat
memasukan latihan
menghardik kedalam
jadwal harianya yaitu
pada pukul 10.00
A: SP3P tercapai
P:
Perawat:
Lamnjutkan SP4P
budaya gangguan
persepsi sensori:
halusinasi Pendengaran
pada pertemuan ke-4
pada hari selasa 10 juli
2012, pukul 11.00 di
ruang perawatan klien
Klien:
Memotivasi klien
mengontrol halusinasi
dengan cara
melaksanakan kegiatan
sesuai dengan jadwal
harian.
11.0 1 Gangguan SP4P Melakukan SP4P S: “selamat pagi, baik
0 persepsi Gangguan Gangguan persepsi pak,” saya, latihan
sensori: persepsi sensori: sensori: halusinasi menghardik jam 11
halusinasi halusinasi pendengaran sudah saya lakukan pak,
pendengaran pendengaran 1) Mengevaluasi dan jam 10 saya latihan
jadwal kegiatan bercakap-cakap dengan
harian klien bapak”
2) Memasukan “masukan jam 8, 12 dan
Hari/ Dx Diagnosa Rencana Impelementasi Evaluasi Keperawatan
Tgl kep Keperawatan Keperawatan Keperawatan
3) penkes tentang 6 sore saja pak”
penggunakan “ untuk mengontrol
obat secara halusinasi saya pak”
teratur Saya mau minum oabat
4) Menganjurkan CPZ dan haldol pak”
klien “warna oare namanya
memasukan CPZ minumnya 1 kali
kedalam jadwal sehari yaitu malam hari
kegiatan harian dan warna merah muda
namanya haldol
minumnya 2 kali sehari,
yaitu pagi dan siang”
O:
Klien mampu
melakukan jadwal
harian yang sudah
dibuat
Klien memasukan
minum obat kedalam
jadwal harian klien
pada pukul 08.00,
12.00 dan 18.00
Kontak mata ada
Klien mampu
menunjukan dan
menyebutkan jenis
obat
Afek sesuai
Klien kooperatif
A: SP4P tercapai
P:
Perawat:
Lnjutkan SP budaya
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, M. Iskandar. 2018. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
Keliat, Budi Anna. 2017. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Trimelia. 2020. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta : Trans Info
Medika.