Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada
keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai
realitas.(Sunaryo, 2004)
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang
tidak sesuai dengan kenyataan (Sheila L Vidheak, 2001 : 298).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan
dari luar (Maramis, 1998).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada
rangsangan dari luar ekternal.
Tanda dan Gejala:
 Bicara, senyum, tertawa sendiri
 Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup (mencium) dan
merasa suatu yang tidak nyata.
 Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
 Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
 Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.
 Sikap curiga dan saling bermusuhan.
 Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal.
 Menarik diri menghindar dari orang lain.
 Sulit membuat keputusan.
 Ketakutan.
 Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian,
berhias yang rapi.
 Mudah tersinggung, jengkel, marah.
 Menyalahkan diri atau orang lain.
 Muka marah kadang pucat.
 Ekspresi wajah tegang.
 Tekanan darah meningkat.
 Nafas terengah-engah.
 Nadi cepat
 Banyak keringat.

2. Tanda dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atau tertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicara sendiri, pergerakan mata cepat,
diam, asyik dengan pengalaman sensori, kehilangan kemampuan membedakan
halusinasi dan realitas rentang perhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau
menit, kesukaran berhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,
perubahan berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (2015).
a. Pendengaran : Mendengar suara- suara / kebisingan, paling sering suara kata
yang jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan lengkap antara dua
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-
kadang dapat membahayakan.
b. Penglihatan : stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar giometris,
gambar karton dan atau panorama yang luas dan komplek. Penglihatan dapat
berupa sesuatu yang menyenangkan/ sesuatu yang menakutkan seperti monster.
c. Penciuman : membau bau- bau seperti bau darah, urine, feses umumnya bau-bau
yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya sering kibat stroke,
tumor, kejang/ dernentia.
d. Pengecapan : merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, feses.
e. Perabaan : mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Sinestetik : merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena (arteri),
pencernaan makanan.
g. Kinestetik : merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Rentang Respon
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon neurobiologis
sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat,
emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang meliputi
delusi, halusinasi, dan isolasi sosial.
 Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan asalah tersebut.
Respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan
 Respon psikosossial
Meliputi :
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
 Respon maladapttif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, ada pun respon
maladaptive antara lain :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakinioleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.Perilaku
tidak terorganisirmerupakan sesuatu yang tidak teratur.
4) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative
mengancam (Damaiyanti,2012).

4. P
e
n
y
e
b
a
b
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain klien
menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan
berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya
klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan
dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan
membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini memicu
terjadinya halusinasi.
Tanda dan gejala :
 Aspek fisik :

 Makan dan minum kurang


 Tidur kurang atau terganggu
 Penampilan diri kurang
 Keberanian kurang
o Aspek emosi :
 Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil
 Merasa malu, bersalah
 Mudah panik dan tiba-tiba marah
 Aspek sosial
 Duduk menyendiri
 Selalu tunduk
 Tampak melamun
 Tidak peduli lingkungan
 Menghindar dari orang lain
 Tergantung dari orang lain
 Aspek intelektual
 Putus asa
 Merasa sendiri, tidak ada sokongan
 Kurang percaya diri
 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
1) Faktor Biologis :
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (herediter),
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2) Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.Menjadi korban, pelaku maupun saksi
dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang dari orang-orang disekitar
atau overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan
Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi
rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia
perkembangan anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan
yang rendah serta pernah mengalami kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya
riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam
hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan di keluarga atau masyarakat yang
sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat

5. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stress
(Prabowo,2014).

6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi meliputi :
1) Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2) Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung
jawab kepada orang lain/ sesuatu benda
3) Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal
4) Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien
C. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan


(diri sendiri, orang lain,
lingkungan, dan verbal)

effect

Gangguan persepsi
sensori: halusinasi

Core Problem

Isolasi sosial

Causa

D. Masalah keperawatan yang mungkin muncul


1) Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal)
2) Gangguan persepsi sensori : halusinasi
3) Isolasi sosial
E. Data yang perlu dikaji
a. Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal)
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
b. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif :
- Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
- Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
- Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
- Klien merasa makan sesuatu
- Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
- Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
- Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :
- Klien berbicara dan tertawa sendiri
- Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
- Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
- Disorientasi
c. Isolasi sosial
Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi
verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak
berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan dibuktikan
dengan mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
2. Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber daya personal dibuktikan
dengan tidak berminat berinteraksi dengan orang lain atau lingungan
3. Risiko perilaku kekerasan dibuktikan dengan halusinasi

G. Rencana Tindakan Keperawatan


No. Diagnosa keperawatan SLKI SIKI
Dx
1. Gangguan persepsi Persepsi sensori (L. 13124)
Manajemen Halusinasi : (I.
sensori (D.0085) Setelah dilakukan tindakan keperawatan
sebanyak 4 x pertemuan diharapkan pasien mampu 09288)
berhubungan dengan memenuhi kriteria hasil:
a. Verbalisasi mendengar bisikan (5) Observasi :
gangguan penglihatan
b. Verbalisasi melihat bayangan (5)
1. Monitor prilaku yang
c. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui
mengindikasi halusinasi
indra perabaan (5) 2. Monitor an sesuaikan
d. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui tingkat aktivitas dan

indra penciuman (5) stimulasi lingkungan


3. Monitor isi halusinasi
e. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui
(misalnya : Kekerasan
indra pengecapan (5)
dan membahayakan diri)
f. Distorsi sensori (50

g. Perilaku halusinasi (5) Terapeutik :

1. Pertahankan lingkungan
Skala outcome:
yang aman
1 : menurun
2. Lakukan tindakan
2 : cukup Menurun
keselamatan ketika tidak
3 : sedang
dapat mengontrol
4 : cukup meningkat
prilaku
5 : meningkat
3. Diskusikan perasaan dan
respons terhadap
halusinasi
4. Hindari perdebatan
tentang validitas
halusinasi

Edukasi :

1. Anjurkan memonitor
sendiri situasi terjainya
halusinasi
2. Anjurkan bicara pada
orang yang dipercaya
untuk memberi dukungan
dan umpan balik korektif
terhadap halusinasi
3. Anjurkan melakukan
distraksi (misalnya;
mendengarkan musik,
melakukan aktivitas fisik
an teknik relaksasi)
4. Ajarkan pasien dan
keluarga cara mengontrol
halusinasi

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik dan
antiansietas, jika perlu.

2 Isolasi sosial (D. Keterlibatan sosial (L. 13115) Proosi sosialisasi ( I.13498)

0121) berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan sebanyak Observasi :


4 x pertemuan diharapkan pasien memenuhi
1. Identifikasi kemampuan
dengan kriteriahasil :
a. verbalisasi isolasi (5) melakukan interaksi
ketidakadekuatan b. verbalisasi ketidakamanan di tempat umum dengan orang lain
sumber daya personal (5) 2. Identifikasi hambaatan
c. perilaku menarik diri (5) melakukan interaksi
d. verbalisasi perasaan berbeda dengan orang degan orang lain
lain (5) 3. Memotivasi
meningkatkan
skala outcome: keterlibatan dalam suatu
1 : meningkat hubungan
2 : cukup meningkat 4. Motivasi berpartisipasi
3 : sedang dalam aktifitas baru dan
4 : cukup menurun kegiatan kelompok
5 : menurun 5. Berikan umpan balik
positif dalam perawatan
diri dan setiap
peningkatan kemampuan
Edukasi :
1. Anjurkan berinteraksi
ddengan orang lain secara
bertahap
2. Anjurkan berbagi
pengalaman dengan
orang lain
3. Latih bermain peran
untuk meningkatan
keterampilan komunikasi
4. Latih mengekspresikan
marah dengan tepat
3 Risiko perilaku kontrol diri (L. 09076) Pencegahan perilaku

kekerasan dibuktikan Setelah dilakukan tindakan keperawatan kekerasan (I. 14544)


sebanyak 4 x pertemuan diharapkan pasien
Observasi
dengan halusinasi mampu memenuhikriteria hasil:
a. verbalisasi ancaman kepada orang lain (5) 3.1 monitor adanya benda
b. verbalisasi umpatan (5) yang berpotensi
c. perilaku menyerang (5) membahayakan (mis. Benda
d. perilaku melukai diri sendiri/ orang lain (5) tajam, tali)
e. perilaku merusak lingkungan sekitar (5) 3.2 monitor keamanan barang
f. perilaku agresif/ amuk (5) yang dibawa oleh pengunjung
g. suara keras (5) 3.3 monitor selama
h. bicara ketus (5) penggunaan barang yang
dapat membahayakan (mis.
skala outcome: Pisau cukur)
1 : meningkat Teraupetik
2 : cukup meningkat 3.4 pertahankan lingkungan
3 : sedang bebas dari bahaya secara rutin
4 : cukup menurun 3.5 libatkan keluarga dalam
5 : menurun perawatan
Edukasi
3.6 anjurkan pengunjung dan
keluarga untuk mendukung
keselamatan pasien
3.7 latih cara mengungkapkan
perasaan secara asertif
3.8 latih mengurangi
kemarahan secara verbal dan
nonverbal ( mis. Relaksasi,
bercerita)
Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan
a) Proses Keperawatan
 Kondisi Klien
Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak
jelas serta melihat setan-setan.

 Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar

 Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

b) Strategi komunikasi dan pelaksanaan ( latihan fase orientasi, kerja dan


terminasi setiap SP)

ORIENTASI:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan dari UKSW yang akan merawat bapak
Nama Saya Agung Nugroho, biasa dipanggil Agung. Nama bapak siapa?Bapak Senang
dipanggil apa?”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak dengar
tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana
kalau 30 menit”

KERJA:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering bapak
dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut? Pada keadaan apa
suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat bersama dengan orang lain?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik membentak”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya
tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai
suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya
bagus bapak sudah bisa”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul
lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa
saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa pak?Bagaimana kalau dua
jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-


cakap dengan orang lain

Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya
Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini
saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman
untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; … tolong,
saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah
misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak soalnya bapak sedang
dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian
bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta
sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita
latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 08.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan


aktivitas terjadwal
Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ?
Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah
halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di
ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya
(terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya.
Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa
lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan
yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk
mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak
Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan
berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau
menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat.
Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 ?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya
sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit
sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”

Kerja:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat
menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang
dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu
(HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah
hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau
putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau
obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti
saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan
bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain.
Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar.
Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah
obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara
yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar).
Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada
waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah
datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI. 1999
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Saktian Yusuf. Laporan Pendahuluan Halusinasi.
https://www.academia.edu/28333404/LAPO RAN_PENDAHULUAN_HALUSINASI.
Diakses pada tanggal 14 Februari 2021.
Putri Lia. Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi Pendengaran. https://www.academi
a.edu/16870056/MAKALAH_ASUHAN_KEPERAWATAN_JIWA_HALUSINASI_P
ENDENGARAN_bonita. Diakses pada tanggal 14 Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai