Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN TN.

ES
DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN
Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa
Dosen Koordinator : Ns. Siti Kholifah S.Kep., M.Kep
Dosen Pembimbing Akademik : Ns. Anisa Ain S.Kep.,M.Kep
Dosen Pembimbing Klinik : Ns. Ika Tantie R.,S.Kep

NAMA : WIDYA ASHARIANA ISTIQOMAH


NIM : P1908131

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI ILMU KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada
keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai
realitas.(Sunaryo, 2004)
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang
tidak sesuai dengan kenyataan (Sheila L Vidheak, 2001 : 298).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan
dari luar (Maramis, 1998).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada
rangsangan dari luar ekternal.
2. Tanda dan Gejala
a. Bicara, senyum, tertawa sendiri
b. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup (mencium) dan
merasa suatu yang tidak nyata.
c. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
d. Sikap curiga dan saling bermusuhan.
e. Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal.
f. Menarik diri menghindar dari orang lain.
g. Sulit membuat keputusan.
h. Ketakutan.
i. Mudah tersinggung, jengkel, marah.
3. Rentang Respon

a. Respon adaptif
1) Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
2) Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa
secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.
3) Emosi konsisten berupa kemantapan perasaan jiwa sesuai dengan peristiwa
yang pernah dialami.
4) Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan
individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak
bertentangan dengan moral.
5) Hubungan sosial dapat diketahui melalui hubungan seseorang dengan orang
lain dalam pergaulan ditengah-tengah masyarakat (Stuart, 2007).
b. Respon maladaptive
1) Gangguan pikiran atau waham berupa keyakinan yang salah yang secara
kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realita sosial.
2) Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang salah
terhadap rangsangan.
3) Sulit berespon berupa ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk
mengalami kesenangan, kebahagiaan, keakraban dan kedekatan.
4) Perilaku disorganisasi berupa ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan
yang ditimbulkan.
5) Isolasi sosial merupakan suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Stuart,
2007).
4. Penyebab
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
 Faktor Predis posisi
1) BiologisAbnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan
oleh penelitian-penelitian yang berikut :
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh
otopsi (post-mortem).
2) Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien.Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya dan kehidupan yang
terisolasi disertai stress
 Faktor PrespitasiSecara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya.Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping
dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart
(2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1) Biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapistimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) StressLingkungan Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap
stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber KopingPerilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiology
termasuk :
a. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengurangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energy untuk aktivitas hidup
sehari-hari.
b. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi.
c. Menarik diri.

5. Sumber Koping
Sumber koping individu harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh
gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal, seperti intelegensi atau
kriativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anak dan dewasa
muda tentang ketrampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dari
pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial
yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan
dukungan secara berkesinambungan Fitria, (2012).

6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping klien Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran menurut
Stuart (2007), perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman
yang menakutkan berhubungan dengan respon neurologis maladaptive yaitu :
a. Regresi Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisahkan sedikit energi untuk aktifitas hidup sehari-
hari.
b. Proyeksi Sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
c. Menarik diri
C. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori perseptual:

Isolasi sosial : menarik diri

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :
1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
4) Klien merasa makan sesuatu
5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
6) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
7) Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :
1) Klien berbicara dan tertawa sendiri
2) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
3) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
4) Disorientasi

c. Isolasi sosial : menarik diri


Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih,
Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur,
Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

E. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri

F. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa I : Perubahan sensori persepsi halusinasI
Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
2.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
2.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa
tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman
bicara
2.3 Bantu klien mengenal halusinasinya
a. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
b. Apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat
sendiri tidak mendengarnya.
d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien
2.4 Diskusikan dengan klien :
a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
2.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya


Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (
tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
a. Katakan “ saya tidak mau dengar”
b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara
sendiri
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya


Tindakan :
4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
5.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
5.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum
obat yang dirasakan
5.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri


Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan
jelas tentang topik, tempat dan waktu.
1.2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
1.3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul
2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
3.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan social
Tindakan :
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain


Tindakan :
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang
lain
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
- Salam, perkenalan diri
- Jelaskan tujuan
- Buat kontrak
- Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
- Perilaku menarik diri
- Penyebab perilaku menarik diri
- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI. 1999
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000.
STRATEGI PELAKSANAAN : PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN

A. Kondisi Klien
Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak jelas
serta melihat bayangan-bayangan.

B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar

C. Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama: menghardik halusinasi

Orientasi:

”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan dari UKSW yang akan merawat

bapak Nama Saya Agung Nugroho, biasa dipanggil Agung. Nama bapak siapa?Bapak

Senang dipanggil apa?”

”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak

dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa

lama? Bagaimana kalau 30 menit”

Kerja:

”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”

” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering

bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut? Pada

keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat bersama dengan

orang lain?”

” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”

”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-

suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara

itu muncul?

” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan

menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap

dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke

empat minum obat dengan teratur.”

”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik membentak”.

”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi

saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-

ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus!

Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”


Terminasi:

”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu

muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya.

Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik

halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi

untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam

berapa pak?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana

tempatnya”

”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-


cakap dengan orang lain

Orientasi:

“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih

muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-

suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol

halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20

menit. Mau di mana? Di sini saja?

Kerja:

“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-

cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja

cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya

begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau

ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak
soalnya bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti

saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya

bapak!”

Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak

pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak

mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan

harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara

teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi.

Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau

jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya.

Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:


melaksanakan aktivitas terjadwal
Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-

suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ?

Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang

ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana

kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau

30 menit? Baiklah.”

Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam

berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak

sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus

sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara
tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam

ada kegiatan.

Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga

untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih

untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan

harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain

pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)

Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang

baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 ?Di ruang makan

ya! Sampai jumpa.”

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita
akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama
20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”

Kerja:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar
dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ?
(Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi,
jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih
(THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang
merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau
suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan
dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke
keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat
lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar,
artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan
keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum
pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat
jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup
minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara
yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban
benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan
lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah
makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah
suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai
jumpa.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah Keperawatan : Halusinasi Pendengaran


Hari/Tanggal : 25 November 2020
Pertemuan :1
SP 1 : BHSP
Inisial Klien : Tn. ES (40 thn)
A. Proses Keperawatan
a. Kondisi Klien
Data Subjektif : Ibu klien mengatakan klien mengamuk, suka bicara sendiri, dan
sudah 1 minggu tidak meminum obat, sulit tidur. Dan klien mengatakan saat malam
hari sering mendengar suara bisikan pada saat menyendiri.

Data Objektif : Klien sering melamun, berbicara sendiri, dan klien terlihat
mondar mandir.

b. Diagnosa : Halusinasi Pendengaran

c. Tujuan Khusus :

Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:


1. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
d. Tindakan :
(Rencana)
1. Membina hubungan saling percaya
2. Perkenakan diri dengan baik dan sopan
3. Menanyakan nama lengkap pasien serta nama panggilan sehari hari dirumah
4. Menjelaskan tujuan pertemuan
5. Mengidentifikasikan penyebab halusinasi pendengaran pasien
6. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Orientasi
- Salam Terapeutik
Selamat siang bapak, kalau boleh tau dengan bapak siapa ? biasanya dipanggi
bapak siapa ?
- Memperkenalkan diri
Perkenalkan nama saya Widya Ashariana Istiqomah, biasa di panggil Widya saya
seorang mahasiswa Ners Itkes Wiyata Husada Samarinda. Jadi disini saya ingin
merawat bapak 3 hari kedepan

- Membuka pembicaraan dengan topik umum


Baik bapak ini pertemuan pertama kita apa boleh bapak bercerita sedikit
kepada saya ? kenapa bapak bisa mengalami halusinasi ? setelah dirawat
bagai mana perasaan bapak ? jangan takut bapak untuk menceritakannya,
saya akan menjaga privasi bapak Percaya terhadap saya ibu ?

- Evaluasi/validasi
“bagaimana perasaan bapak hari ini ? oh baik pak ya, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang sedikit tentang bapak sekarang ?

- Kontrak (Waktu,Tempat,Topik)
a. Waktu : Berapa lama bapak punya waktu untuk berbicara dengan saya ?
bagaimana kalau 15 menit ?

b. Tempat : Dimana bapak mau berbincang-bincang dengan saya ? yaa sudah di


ruang tunggu saja kita berbincang-bincang.

c. Topic : Senang ya bisa berkenalan dengan bapak hari ini, bagai mana kalau
kita berbincang-bincang mengenai apa yang bapak rasakan ?

b. Kerja :
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara
itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara tersebut? Pada
keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat bersama
dengan orang lain?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara
itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke
empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik membentak”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi
saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, …
bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa”
c. Terminasi
„‟Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tadi ? Kalau suara-
suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut‟‟
- Rencana Tindak Lanjut
“Pak, Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua.

- Kontrak Yang Akan Datang (Waktu,Tempat, Topik)


 Waktu : Berapa lama bapak punya waktu untuk berbicara dengan orang sekitar
kita ? bagaimana kalau 15 menit ?

 Tempat : Dimana bapak mau berbincang-bincang dengan orang lain ? yaa


sudah di ruang santai saja kita berbincang-bincang.

 Topic : Bagaimana kalau besok kita mencoba untuk melakukan perkenalan dan
bercakap-cakap dengan teman sekitar. Apakah bapak bersedia ?

Anda mungkin juga menyukai