Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI


Disusun untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh

KELOMPOK 3

1. AHMAD KHASAN
2. ELISA RINDA FITRIANA
3. ELLY APRILIA TRI U.
4. OKKY MELATI H. P.
5. FRISCA GEA FILDINA
6. TITIK PRABAWATI

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
A. MASALAH UTAMA
Ganguan persepsi sensori : halusinasi

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu.
(Prabowo, 2014).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang berbicara.(Kusumawati & Hartono, 2012).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (Damaiyanti, 2014).

2. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi pada halusinasi yaitu (Prabowo, 2014) :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sehjak
kecil, mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabakan teraktivasinya neutransmitter otak.
d. Faktor Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyataa menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.

3. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi pada halusinasi yaitu (Prabowo, 2014) :
a. Biologis Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterprestasikan.
b. Stress Lingkungan Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi
terhadap stresosor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
c. Sumber Koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menamggapi stress. Perilaku Respons klien terhadap halusinasi dapat
berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung,
perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan tidak.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Yosep (2011):
a. Halusinasi Pendengaran
1) Data Subjektif
a) Mendengar sesuatu menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
b) Mendengar suara atau bunyi
c) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
d) Mendengar seorang yang sudah meninggal
e) Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau
yang membahayakan
2) Data Objektif
a) Mengarahkan telinga pada sumber suara
b) Bicara atau tertawa sendiri
c) Marah-marah tanpa sebab
d) Menutup telinga mulut komat-kamit
e) Ada gerakan tangan
b. Halusinasi Penglihatan
1) Data Subjektif
a) Melihat orang yang sudah meninggal
b) Melihat makhluk tertentu
c) Melihat bayangan
d) Melihat sesuatu yang menakutkan
e) Melihat cajaya yang sangat terang
2) Data Objektif
a) Tatapan mata pada tempat tertentu
b) Menunjuk kea rah tertentu
c) Ketakutan pada objek yang dilihat
c. Halusinasi Penghidu
1) Data Subjektif
a) Mencium sesuatu seperti bau mayat, darah, bayi, feses, bau
masakan, dan parfum yang menyengat
b) Kllien mengatakan sering mencium bau sesuatu
2) Data Objektif
a) Ekspresi wajah seperti sedang mencium
b) Adanya gerakan cuping hidung
c) Mengarahkan hidung pada tempat tertentu
d. Halusinasi Peraba
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan seperti ada sesuatu ditubuhnya
b) Merasakan ada sesuatu ditubuhnya
c) Merasakan ada sesuatu dibawah kulitnya
d) Merasakan sangat panas, atau dingin
e) Merasakan tersengat aliran listrik
2) Data Objektif
a) Menghisap dan menggaruk kulit
b) Meraba permukaan kulit
c) Menggerak gerakkan badannya
d) Memegangi terus area tertentu
e. Halusinasi Pengecap
1) Data Subjektif
a) Merasakan seperti sedang makan sesuatu
b) Merasakan ada yang dikunyah mulutnya
2) Data Objektif
a) Seperti mengecap sesuatu
b) Mulutnya seperti mengunyah
c) Meludah atau muntah
f. Halusinasi Chenesthic dan kinestetik
1) Data Subjektif
a) Klien mengatakan tubuhnya tidak ada fungsinya
b) Merasakan tidak ada denyut jantung
c) Perasaan tubuhnya melayang layang
2) Data Objektif
a) Klien menatap dan melihati tubuhnya sendiri
b) Klien memegangi tubuhnya sendiri
5. Akibat terjadinya masalah
Akibat dari hausinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan
ingkungan. Ini diakibatkan karena pasien berada di bawah halusinasinya
yang meminta dia untuk melakuka sesuatu hal diluar kesadarannya.
(Prabowo, 2014)

6. Pohon masalah
Pohon masalah yang muncul nenurut Yosep (2011) :
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Gangguan perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Core Problem

Isolasi Sosial

C. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Risiko Perilaku kekerasan
a. Data Subjektif
1) Kli en mengatakan benci atau kesal pada seseorang
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
b. Data Objektif
1) Mata merah, wajah agak merah
2) Nada suara tinggi dank eras, bicara mengusai, berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam
4) Merusak dan melempar barang-barang

2. Gangguan sensori persepsi: Halusinasi


a. Data Subjektif
1) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
2) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
3) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
4) Klien merasa makan sesuatu
5) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
6) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
7) Klien ingin memukul/melempar barang-barang
b. Data Objektif
1) Klien berbicara dan tertawa sendiri
2) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
3) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengar sesuatu
4) disorientasi
3. Isolasi Sosial
a. Data Subjektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat “tidak”, “ya”
b. Data Objektif
1) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindar orang
lain, berdiam diri di kamar, komunikasi kurang atau tidak ada (banyak
diam), kontak mata kurang, menolak berhubungan dengan orang lain,
perawatan diri kurang, posisi tidur seperti janin (menekur).

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko Perilaku kekerasan
2. Gangguan sensori persepsi: Halusinasi

E. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Rencana tindakan keperawatan klien dengan gangguan sensori persepsi:
Halusinasi (Yosep, 2011):
1. Risiko Perilaku Kekerasan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu, klien dapat
mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan baik secara fisik, social,
verbal, spiritual
b. Tujuan Khusus I
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien mampu
membina hubungan saling percaya, dengan
1) Kriteria hasil:
Klien menunjukkan tanda tanda percaya kepada perawat:
a) Wajah cerah, tersenyum
b) Mau berkenalan
c) Ada kontak
d) Bersedia menceritakan perasaan
2) Intervensi:
a) Bina hubungan saling percaya dengan:
 Beri salam setiap interaksi
 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan
 Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
 Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan penuh perhatian, uangkapan perasaan klien
3) Rasional:
Kepercayaan dari klien merupakan hal yang mutlak serta akan
memudahkan dalam melakukan pendekatan keperawatan terhadap
klien

c. Tujuan Khusus II
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya,
dengan
1) Kriteria hasil
a) Klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang
dilakukannya
b) Menceritakan penyebab perasaan jengkel/kesal baik dari diri sediri
maupun lingkungannya.
2) Intervensi
a) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
b) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel/kesal
Rasional:
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat
membantu mengurangi stress dan perasaan jengkel/kesal dapat
diketahui
d. Tujuan Khusu III
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien dapat
mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, dengan
1) Kriteria hasil
a) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal
b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
2) Intervensi
a) Anjurkan klien untuk mengatakan apa yang dialaminya saat
kesal/marah
Rasional:
Untuk mengetahui hal yang dialami saat marah/jengkel
b) Observasi tanda perilaku kekerasan
Rasional:
Untuk mengetahui tanda-tanda klien marah/kesal
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/marah yang dialami
klien
Rasional:
Menarik kesimpulan bersama klien supaya klien mengetahui secara
garis besar tanda-tanda marah/kesal
e. Tujuan Khusus IV
Setelah dilakukan tindkaan keperawatan selama 2x24 jam, pasien dapat
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, dengan
1) Kriteria hasil
a) Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
b) Klien dapat mengetahui cara yang dapat menyelesaikan masalah
atau tidak
2) Intervensi:
a) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan klien
Rasional:
Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
b) Bicarakan dengan klien apakah cara yang dilakukan maslahnya
selesai
Rasional:
Dapat menemukan cara menyelesaikan masalah
f. Tujuan Khusus V
Setelah dilakukan tindkaan keperawatan selama 2x24 jam, pasien dapat
mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, dengan
1) Kriteria Hasil
Klien mengejalakan akibat dari cara yang digunakan klien:
2) Intervensi
a) Bicarakan dari akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien
Rasional:
Membantu klien melihat dampak yang ditimbulkan akibat perilaku
kekerasan yang dilakukan klien
b) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh
klien
Rasional:
Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan merubah
perilaku
g. Tujuan Khusus VI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien dapat
mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
1) Kriteria hasil
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan:
a) Fisik: Tarik nafas dalam, olah raga, menyiram tanaman
b) Verbal: mengatakannya secara langsung dan tidak menyakiti
c) Spiritual: sembahyang berdoa atau ibadah lainnya
2) Intervensi
a) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien
Rasional:
Membantu klien dalam membuat keputusan terhadap cara yang
dipilihnya dengan melihat manfaatnya
b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
Rasional:
Agar klien dapat melaksanakan cara yang dipilihnya jika ia sedang
kesal
h. Tujuan Khusus VII
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien dapat
menggunakan obat-obat yang diminum dan kegunaanya (jenis, waktu,
dosis, dan efek)
1) Kriteria hasil
a) Klien dapat menyebutkan obat-oabat yang diminum dan
kegunaanya
b) Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan
2) Intervensi
a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dan
keluarga
Rasional:
Klien dan keluarga mengetahui nama-nama obat yang diminum
klien.
b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat
tanpa izin dokter
Rasional:
Klien dapat mengetahui kegunaan obat yang dikonsumsi
c) Beri pujian jika klien minum obat dengan benar
Rasional:
Memberikan pujian dapat meningkatkan semangat pasien
2. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
Tujuan umum :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu, pasien mampu
mengontrol halusinasi yang dialaminya.
a. Tujuan khusus 1 :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien mampu
membina hubungan saling percaya.
1) Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada perawat :
a) Ekspresi wajah bersabat
b) Menunjukan rasa senang
c) Ada kontak mata
d) Mau berjabat tangan
e) Mau menyebutkan nama
f) Mau menjawab salam
g) Mau duduk berdampingan dengan perawat
h) Bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi
2) Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik :
 Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
 Perkenalakan nama, nama panggilan dan tujuan perawat
berkenalan
 Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
pasien
 Buat kontrak yang jelas
 Tunjukan sikap jujur dan menempati janji setiap kali interaksi
 Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya
 Beri perhatian kepada pasien dan perhatian kebutuhan dasar
pasien
 Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi pasien
 Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan pasien.
3) Rasional:
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya.
b. Tujuan khusus 2 :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien dapat
mengenal halusinasinya, dengan
1) Kriteria hasil :
a) Pasien dapat menyebutkan :
 Isi
 Waktu
 Frekuensi
 Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi
b) Pasien dapat menyatakan perasaan dan responnya saat mengalami
halusinasinya : marah, takut, sedih, senang, cemas, jengkel.
2) Intervensi
a) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
Rasional:
Dengan kontak yang sering pasien yang terhindar dari
halusinasinya.
b) Observasi tingkah laku pasien terkait dengan halusinasinya, jika
menemukan pasien yang sedang halusinasi :
 Tanyakan apakah pasien mengalami sesuatu (halusinasi dengar/
lihat/ penghidu/ raba/ kecap).
 Jika pasien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialaminya.
 Katakan bahwa perawat percaya pasien mengalami hal tersebut,
namun perawat sendiri tidak mengalami (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi).
Rasional:
Dengan mengobservasi pasien akan memudahkan dalam mencari
data tentang halusinasi yang terjadi pada pasien.
c) Jika pasien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya
pengalaman halusinasi, diskusikan dengan pasien :
 Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,
malam atau sering dan kadang-kadang).
 Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan
halusinasi.
Rasional:
Untuk mengurangi waktu kosong, bagi klien sehingga klien dapat
mengurangi frekuensi halusinasi
d) Diskusikan dengan pasien apa yang disarankan jika terjadi
halusinasi dan beri kesempatan untuk mengungkapkan
perasaannya.
Rasional:
Memfasilitasi pasien untuk mengungkapkan apa yang dirasakan
saat terjadi halusinasi.
e) Diskusikan dengan pasien apa yang dilakukan untuk mengatasi
perasaan tersebut.
Rasional:
Memfasilitasi pasien untuk mengungkapkan apa yang dilakukan
saat terjadi halusinasi.
f) Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila pasien
menikmati halusinasinya.
Rasional:
Dengan memberitahu dampak diharapkan pasien terhindar dari
dampak halusinasi.
c. Tujuan khusus 3 :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien dapat
mengontrol halusinasinya, dengan
1) Kriteria hasil :
a) Pasien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk
mengendalikan halusinasinya.
b) Pasien dapat menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi.
c) Pasien dapat memilih dan memperagakan cara menghadapi
halusinasi.
d) Pasien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk
mengendalikan halusinasinya.
e) Pasien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok.
2) Intervensi :
a) Identifikasi bersama pasien cara atau tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi.
Rasional:
Merupakan upaya untuk memutuskan siklus halusinasi
b) Diskusikan cara yang digunakan pasien :
 Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.
 Jika cara yanga digunaan maladaptif diskusikan kerugian cara
tersebut
Rasional:
Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri klien
c) Diskusikan cara baru untuk memutuskan/ mengontrol timbulnya
halusinasi :
 Katakan pada diri sendiri bahwa itu tidk nyata.
 Menemui orang lain (perawat/ teman/ anggota keluarga) untuk
menceritakan tentang halusinasinya.
 Membuat dan melaksanakan jadwal yang telah disusun.
 Meminta keluarga/ teman/ perawat menyapa jika sedang
berhalusinasi
Rasional:
Memberi alternative pikiran bagi klien
d) Bantu pasien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya.
Rasional:
Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba
memilih salah satu cara pengendalian halusinasi
e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih.
Rasional:
Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah
dipilih.
f) Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri
pujian.
Rasional:
Mengobservasi klien apakah sudah sesuai cara yang telah dipilih
dan dilatih.
g) Anjurkan pasien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi
realita, stimulasi persepsi.
Rasional:
Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interpretasi realita
klien
d. Tujuan khusus 4 :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Selma 2x24 jam, pasien dapat
dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
1) Kriteria hasil :
a) Keluarga dapat menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan
dengan perawat.
b) Keluarga menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi
2) Intervensi :
a) Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan
topik).
Rasional:
Mendapatkan bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasi
b) Diskusikn dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga/
kunjungan rumah):
 Pengertian halusinasi.
 Tanda dan gejala halusinasi.
 Proses terjadinya halusinasi.
 Cara yang dapat dilakukan pasien dan keluarga untuk
memutuskan halusinasi.
 Obat-obatan halusinasi.
 Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah (beri
kegiatan, bepergian bersama, memantau obat-obatan dan cara
pemberiannya untuk mengatasi halusinasi)
 Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan bagaiman cara
mencari bantuan jika halusinasi tidak dapat diatasi dirumah.
Rasional:
Dengan berdiskusi akan meningkatkan pengetahuan tentang
halusinasi kepada keluarga
e. Tujuan khusus 5 :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, pasien dapat
menfaatkan obat dengan baik.
1) Kriteria hasil :
a) Pasien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
b) Pasien dapat menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter.

2) Intervensi :
a) Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak
minum obat, nama, waran, dosis, cara, efak samping dan efek
terapi penggunaan obat.
Rasional:
Dengan menyebutkan dosis frekuensi dan manfaat obat diharapkan
pasien melaksanakan program pengobatan
b) Pantau pasien saat penggunaan obat.
Rasional:
Dengan memantau klien saat penggunaan obat maka perawat dapat
mengetahui apakah pasien sudah menggunakan obat dengan benar.
c) Beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar.
Rasional:
Reinforcement positif dapat meningkatkan motivasi klien untuk
meminum obat dengan benar.
d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter. Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter/ perawat
jika terjadi hal-hali yang tidak diinginkan.
Rasional:
Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian
klien untuk pengobatan dapat diingatkan secara bertahap

STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI PENDENGARAN

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) HALUSINASI PENDENGARAN


A. Kondisi
Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
mendekatkan telinga kea rah tertentu, dan menutup telinga. Klien mengatakan
mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajaknya
bercakap-cakap, dan mendengar suara menyuruh melakukan sesuatau yang
berbahaya.

B. Diagnosis Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

C. Tujuan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai
berikut.
a. Ekspresi wajah bersahabat
b. Menunjukkkan rasa senang
c. Klien bersedia diajak berjabat tangan
d. Klien bersedia menyebutkan nama
e. Ada kontak mata
f. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
g. Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
2. Membantu klien mengenal halusinasinya
3. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi

D. Intervensi Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien.
2. Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi
halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
3. Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan
tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Jelaskan cara menghardik halusinasi
b. Peragakan cara menghardik halusinasi
c. Minta klien memperagakan ulang
d. Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang
sesuai
e. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan dengan
Ibu? Nama Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya Mahasiswa
……………….., Saya sedang praktik di sini dari pukul 07.00 WIB
sampai dengan pukul 14.00 WIB siang. Kalau boleh Saya tahu nama
……… siapa dan senang dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada
keluhan tidak?”
c. Kontrak
1) Topik
“Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut ibu
sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang
suara dan sesuatu yang selama ini Ibu dengar dan lihat tetapi tidak
tampak wujudnya?”
2) Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
3) Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang ???
Bagaimana kalau di ruang tamu saya ???

2. Kerja
“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah Ibu melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”
“Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu
saja?”
“Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”
“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau
bayangan agar tidak muncul?”
“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
“Caranya seperti ini:
a. Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi Saya
tidak mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan!
Nah begitu………….. bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
b. Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi Saya tidak
mau lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu
diulang-ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu peragakan!
Nah begitu……….. bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”

3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang
tidak dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar
tidak muncul lagi.”
c. Rencana tindak lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu coba cara
tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa
saja latihannya?”
(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian klien, Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu
menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh
keluarga atau teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak melakukanya maka
ibu tulis T. apakah ibu mengerti?).
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya
berbicara dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara itu
muncul?”
2) Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam kira-kira
jam berapa …..? bagaimana jika jam 10.00, ……..bisa?”
3) Tempat
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya?
Sampai jumpa besok.
Wassalamualaikum,……………

STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2) HALUSINASI PENDENGARAN


A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak jelas

B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi

C. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.

D. Intervensi Keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.

E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi :
a. Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Bagaimana kabarnya hari ini?
mas masih ingat dong dengan saya? Ibu sudah mandi belum? Apakah
massudah makan?
b. Evaluasi validasi : ”bagaimana perasaan mas hari ini? Kemarin kita
sudah berdiskusi tentang halusinasi, apakah mas bisa menjelaskan kepada
saya tntang isi suara-suara yang mas dengar dan apakah mas bisa
mempraktekkan cara mengontrol halusinasi yang pertama yaitu dengan
menghardik?”
c. Kontrak :
1) Topik :
”sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan berbincang-bincang di
ruamg tamu mengenai cara-cara mengontrol suara yang sering mas
dengar dulu agar suara itu tidak muncul lagi dengan cara yang kedua
yaitu bercakap-cakap dengan orang lain.
2) Waktu :
Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit
saja, bagaimana mas setuju?”
3) Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? mas setuju?”

2. Fase kerja
”kalau mas mendengar suara yang kata mas kemarin mengganggu dan
membuat mas jengkel. Apa yang mas lakukan pada saat itu? Apa yang telah
saya ajarkan kemarin apakah sudah dilakukan?”
”cara yang kedua adalah mas langsung pergi ke perawat. Katakan pada
perawat bahwa mas mendengar suara. Nanti perawat akan mengajak mas
mengobrol sehingga suara itu hilang dengan sendirinya.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama.
Saya senag sekali mas mau berbincang-bincang denagan saya.
Bagaimana perasaan mas setelah kita berbincang-bincang?”
b. Evaluasi obyektif : ”jadi seperti yang mas katakan tadi, cara yang mas
pilih untuk mengontrol halusinasinya adalah......
c. Tindak lanjut : ”nanti kalau suara itu terdengar lagi, mas terus praktekkan
cara yang telah saya ajarkan agar suara tersebut tidak menguasai pikiran
mas.”
d. Kontrak yang akan datang :
1) Topik :
”bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara
mengontrol halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu menyibukkan
diri dengan kegiatan yang bermanfaat.”
2) waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau besok jam .....? mas setuju?”
3) tempat :
”besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Termakasih
mas sudah berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok
pagi.”

STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3) HALUSINASI PENDENGARAN

A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas

B. Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi

C. Tujuan
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktifitas / kegiatan harian.

D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian
klien.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi :
a. Salam terapeutik : ” Selamat pagi, bu? Masih ingat saya ?
b. Evaluasi validasi : ”ibu tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya
hari ini ? sudah siap kita berbincang bincang ? masih ingat dengan
kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah mas masih mendengar suara-
suara yang kita bicarakan kemarin
c. Kontrak
1) Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang
tentang suara- suara yang sering mas dengar agar bisa dikendalikan
engan cara melakukan aktifitas / kegiatan harian.”
2) Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Ibu setuju?”
3) Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana mas
setuju?”
2. Fase Kerja
”cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi
tentang cara pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu
caar ketiga adalah mas menyibukkan diri dengan berbagi kegiatan yang
bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk melamun saja.”
”jika mas mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan
kegiatan seperti menyapa, mengepel, atau menyibukkan dengan kegiatan
lain.”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif :
”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag sekali mas
mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah
berbincang-bincang?”
b. Evaluasi obyektif :
”coba mas jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ketiga?
c. Tindak lanjut :
”tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti yang
sudah diajarkan tadi?
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik:
”bagaimana mas kalau kita berbincang-bincang lagi tentang cara
mengontrol halusinasi dengan cara yang keempat yaitu dengan patuh
obat.”
2) Waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam 08.00? ibu setuju?”
3) Tempat :
”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Terimakasih
mas sudah mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu
besok pagi.”

STRATEGI PELAKSANAAN 4 (SP 4) HALUSINASI PENDENGARAN

A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas

B. Diagnosa Keperawatan :
Halusinasi

C. Tujuan:
Agar klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh obat.

D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu penggunaan
obat secara teratur (jenis, dosis, waktu, manfaat, dan efek samping)

E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Fase Orientasi :
a. Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Masih ingat saya ???
b. Evaluasi validasi : ”mas tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya
hari ini ? sudah siap kita berbincang bincang ? masih ingat dengan
kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah mas masih mendengar suara-
suara yang kita bicarakan kemarin.
c. Kontrak
1) Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang
tentang obat-obatgan yang mas minum.”
2) Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalu di ruang tamu? mas setuju?”
3) Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih ..... menit, bagaimana mas
setuju?”
2. Fase Kerja
”ini obat yang harus diminum oleh mas setiap hari. Obat yang
warnanya....ini namanya....dosisnya.....mg dan yang
warna.....dosisnya.....mg. kedua obat ini diminum....sehari siang dan malam,
kalau yang warna...minumnya....kali sehari. Obat yang warnanya....ini
berfungsi untuk mengendalikan suara yang sering mas dengar sedangkan
yang warnanya putih agar mas tidak merasa gelisah. Kedua obat ini
mempunyai efek samping diantaranya mulut kering, mual, mengantuk, ingin
meludah terus, kencing tidak lancar. Sudah jelas mas? Tolong nanati mas
sampaikan ke dokter apa yang mas rasakan setelah minum obat ini. Obat ini
harus diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Kemudian mas jangan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter,
gejala seperti yang mas alami sekarang akan muncul lagi, jadi ada lima hal
yang harus diperhatikan oleh mas pada saat mionum obat yaitu beanr obat,
benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar frekuensi. Ingat ya mas..?!!”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama,
saya senag sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana
perasaan mas setelah berbincang-bincang?”
b. Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi obat apa yang diminum tadi?
Kemudian berapa dosisnya?
c. Tindak lanjut : ”tolong nanti mas minta obat ke perawat kalau saatnya
minum obat.”
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik: ”bagaimana mas kalau kita akan mengikuti kegiatan TAK
(Terapi Aktifitas Kelompok) yaitu menggambar sambil mendengarkan
musik.”
2) Waktu :”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam .....? mas
setuju?”
3) Tempat :”Besok kita akan melakukan kegiatan di ruang makan.
Terimakasih mas sudah mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai
ketemu besok pagi.”

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti dan Iskandar (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika


Aditama
Keliat, Budi Anna. dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.
Jakarta: EGC

Kusumawati, Farad, Hartono Y (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika

Prabowo E (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Nuha Medika

Wijayaningsih, Kartika, Sari. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik


Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV.Trans Info Media

Yosep, Iyus (2011). Keperawatan Jiwa. Edisi 4. Jakarta: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai