Anda di halaman 1dari 23

LPSP HALUSINASI

Disusun Oleh:
Tonny Wijaya
202231018

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES SANTA ELISABETH SEMARANG
2022/2023
A. Pengertian Dan Jenis

1. Defenisi

Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien


mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus ekstren atau persepsi palsu (Prabowo,
2014). Halusinasi adalah kesalahan sensori persepsi yang menyerang pancaindera,
hal umum yang terjadi yaitu halusinasi pendengaran dan pengelihatan walaupun
halusinasi pencium, peraba, dan pengecap dapat terjadi (Townsend, 2010).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Sutejo, 2017).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata,
sehingga klien menginterpretasikan sesuatu yang tidak nyata tanpa stimulus atau
rangsangan dari luar (Stuart dalam Azizah, 2016). Berdasarkan pengertian
halusnasi itu dapat diartikan bahwa, halusinasi adalah gangguan respon yang
diakibatkan oleh stimulus atau rangsangan yang membuat klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
2. Jenis – jenis gangguan jiwa

a. Halusinasi pendengaran (audio)

b. Halusinasi penglihatan (visual)

c. Halusinasi penciuman (olfaktorik)

d. Halusinasi pengecapan (gustatorik)

B. Etiologi

Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain klien
menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan
berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya
klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan
dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama-kelamaan kehilangan kemampuan
membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini memicu
terjadinya halusinasi. Tanda dan gejalanya dilihat dari beberapa aspek (Tim Direktorat
Keswa),yaitu :
1) Aspek fisik :

a) Makan dan minum kurang

b) Tidur kurang atau terganggu

c) Penampilan diri kurang

d) Keberanian kurang

2) Aspek emosi :

a) Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil

b) Merasa malu, bersalah

c) Mudah panik dan tiba-tiba marah

3) Aspek sosial

a) Duduk menyendiri

b) Selalu tunduk

c) Tampak melamun

d) Tidak peduli lingkungan

e) Menghindar dari orang lain

f) Tergantung dari orang lain

4) Aspek intelektual

a) Putus asa

b) Merasa sendiri, tidak ada sokongan

c) Kurang percaya diri

C. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati sebagai
berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :
a. Halusinasi penglihatan

1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa saja yang
sedang dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak
berbicara atau pada benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak
tampak.
4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab
suara.
b. Halusinasi pendengaran

Adapun perilaku yang dapat teramati

1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain, benda
mati atau stimulus yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari keruangan lain

c. Halusinasi penciuman

Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman


adalah :
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.

2) Mencium bau tubuh

3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.

4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
d. Halusinasi pengecapan

Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan halusinasi
pengecapan adalah :
1) Meludahkan makanan atau minuman.

2) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.

3) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.


e. Halusinasi perabaan

Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan adalah :
1) Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit. Menurut Pusdiklatnakes (2012),
tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap klien serta
ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah sebagai
berikut:
a. Data Subjektif Klien mengatakan :

1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan

2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya


1) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu
dan monster
2) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang- kadang bau
itu menyenangkan
3) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses

4) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya

b. Data Objektif

1) Bicara atau tertawa sendiri

2) Marah marah tanpa sebab

3) Mengarahkan telinga kearah tertentu

4) Menutup telinga

5) Menunjuk kearah tertentu

6) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas

7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu

8) Menutup hidung

9) Sering meludah

10) Menggaruk garuk permukaan kulit


D. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri, orang lain dan Effect


lingkungan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi Care problem

Isolasi sosial : menarik diri


Causa

E. Penatalaksanaan

1. Psikoterapi

Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena klien


kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien
bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien
tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik,
dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti terapi
modalitas yang terdiri dari :
1) Terapi aktivitas Meliputi : terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi
relaksasi, terapi sosial, terapi kelompok , terapi lingkungan.
2. Psikofarmaka

1) Obat

obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang


merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat anti psikosis.
Adapun kelompok yang umum digunakan adalah : Trihexilpenidyl (THP)
1x1mg, Clorpromazin 1x50mg.
3. Psikosomatik

1) Terapi kejang listrik

Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall


secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang
dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.

F. Pengkajian Fokus
a. Masalah keperawatan

1) Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2) Perubahan sensori perseptual : halusinasi

3) Isolasi sosial : menarik diri

b. Data yang perlu dikaji

1) Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data Subyektif :

a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jikasedang


kesal atau marah.
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

a) Mata merah, wajah agak merah.

b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri
sendiri/orang lain.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

d) Merusak dan melempar barang-barang.

2) Perubahan sensori perseptual : halusinasi

Data Subjektif :

a) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus


nyata
b) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata

c) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus


d) Klien merasa makan sesuatu

e) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

f) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar

g) Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif :

a) Klienberbicara dan tertawa sendiri

b) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu

c) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

d) Disorientasi
3) Isolasi sosial : menarik diri

Data Subyektif :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi
verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak
berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan.

G. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi

2. Isolasi sosial : menarik diri

H. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi

Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya.
Tindakan :

Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi


terapeutik dengan cara :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b) Perkenalkan diri dengan sopan

c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai


d) Jelaskan tujuan pertemuan

e) Jujur dan menepati janji

f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien


2) Klien dapat mengenal halusinasinya Tindakan :
a) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan


tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-
olah ada teman bicara
c) Bantu klien mengenal halusinasinya

 Tanyakan apakah ada suara yang didengar

 Apa yang dikatakan halusinasinya

 Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun


perawat sendiri tidak mendengarnya.
 Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu

 Katakan bahwa perawat akan membantu klien

d) Diskusikan dengan klien :

 Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan


halusinasi
 Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,
malam)
e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan
perasaannya.
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya Tindakan :
a) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat ber pujian
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
 Katakan “ saya tidak mau dengar”

 Menemui orang lain

 Membuat jadwal kegiatan sehari-hari

 Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien


tampak bicara sendiri
d) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus
halusinasinya secara bertahap
e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih

f) Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil

g) Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi


4) Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
Tindakan :

a) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika


mengalami halusinasi
b) Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat
kunjungan rumah):
 Gejala halusinasi yang dialami klien

 Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus


halusinasi
 Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian
bersama
 Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat
bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri
atau orang lain
5) Klien memanfaatkan obat dengan baik Tindakan :
a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat minum obat
b) Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
c) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek
samping minum obat yang dirasakan
d) Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi

e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

b. Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri

Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi


Tujuan khusus :

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan :


a) Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
b) Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
c) Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Tindakan :
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul.
c) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda
serta penyebab yang muncul.
d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Tindakan :
a) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
 Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
 Berireinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
b) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain

 Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan


dengan orang lain
 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4) Klien dapat melaksanakan hubungan social Tindakan :
a) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
b) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
 K–P

 K – P – P lain

 K – P – P lain – K lain

 K – Kel/Klp/Masy

c) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.


d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.

e) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi


waktu.
f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.

g) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan.


5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain
Tindakan :

a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan


dengan orang lain.
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat
berhubungan dengan orang lain.

c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan


perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
6) Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

 Salam, perkenalan diri

 Jelaskan tujuan

 Buat kontrak

 Eksplorasi perasaan klien

b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

 Perilaku menarik diri

 Penyebab perilaku menarik diri

 Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi


 Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

c) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan


kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain
d) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
e) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga.
A. Strategi Pelaksanaan

Masalah Utama : Halusinasi pendengaran

1. Proses Keperawatan

a. Kondisi klien:

1) Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar

2) Klien sering tertawa dan tersenyum sendiri

3) Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang


membisiki dan isinya tidak jelas serta melihat setan-setan.
b. Diagnosa keperawatan:

Perubahan persepsi sensori: halusinasi dengar

2. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

a. Tindakan Keperawatan untuk Pasien

Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:

1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya

2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya

3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

SP 1 Pasien: Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara


mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama: menghardik halusinasi
ORIENTASI:

”Selamat pagi bu, Saya Mahasiswa praktek keperawatan STIKes St.Elisabeth yang
akan merawat Bpk/Ibu/Mas/Mba. Nama Saya Tonny Wijaya, biasa dipanggil Tonny.
Nama Bpk/Ibu/Mas/Mba siapa? Bpk/Ibu/Mas/Mba Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba hari ini? Apa keluhan Bpk/Ibu/Mas/Mba
saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu?
Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:

”Apakah Bpk/Ibu/Mas/Mba mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang


dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu
terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”

”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?

” Bpk/Ibu/Mas/Mba , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.


Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap- cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke
empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung
Bpk/Ibu/Mas/Mba bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar.
Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi.
Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus
Bpk/Ibu/Mas/Mba R sudah bisa”
TERMINASI:

”Bagaimana perasaan Mba setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita
bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara
yang kedua? Jam berapa Bpk/Ibu/Mas/Mba ? Bagaimana kalau dua jam lagi?
Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
SP 2 Pasien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:
bercakap-cakap dengan orang lain
ORIENTASI:

“Selamat pagi Bpk/Ibu/Mas/Mba Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba hari ini?


Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita
latih? Berkurangkan suara-suaranya Bagus! Sesuai janji kita tadi saya akan latih
cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
KERJA:

“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan


bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-

suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol
dengan bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo
ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak
katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak
Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi!
Bagus! Nah, latih terus ya Bpk/Ibu/Mas/Mba!”
TERMINASI:

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
Bpk/Ibu/Mas/Mba pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua
cara ini kalau Bpk/Ibu/Mas/Mba mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita
masukkan dalam jadwal kegiatan harian Bpk/Ibu/Mas/Mba. Mau jam berapa
latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu
suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih
cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat
pagi”

SP 3 Pasien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:


melaksanakan aktivitas terjadwal
ORIENTASI:

“Selamat pagi Bpk/Ibu/Mas/Mba Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba hari


ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang
telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan
belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan
terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama
kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
KERJA:

“Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak
sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut).
Bagus sekali Bpk/Ibu/Mas/Mba bisa lakukan. Kegiatan ini dapat
Bpk/Ibu/Mas/Mba lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang
lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
TERMINASI:

“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba setelah kita bercakap-cakap cara yang


ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang
telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan
dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat
melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh
aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti,
kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 12.00 pagi? Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


ORIENTASI:
“Selamat pagi Bpk/Ibu/Mas/Mba Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba hari

ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang
telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini
sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat- obatan
yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan
siang. Di sini saja ya Bpk/Ibu/Mas/Mba?”
KERJA:

“ Bpk/Ibu/Mas/Mba adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah


suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara
yang Bpk/Ibu/Mas/Mba dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi.
Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini
yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam
gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP) 3 kali sehari jam
nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP)
3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara- suara
sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter,
sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk

mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis Bpk/Ibu/Mas/Mba bisa


minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat
menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya Bpk/Ibu/Mas/Mba
harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya Bpk/Ibu/Mas/Mba
Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat
diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan
dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum,
dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
TERMINASI:

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah


berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus!
(jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal
kegiatan Bpk/Ibu/Mas/Mba Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat
atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita
ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”

3. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga

1) Tujuan:

a) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit


maupun di rumah.
b) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
2) Tindakan Keperawatan

Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan


asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga
selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien
termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat
di rumah sakit (dirawat di rumah).Keluarga yang mendukung pasien
secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program
pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu
merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi
akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung
yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit
maupun di rumah.

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien


halusinasi adalah:
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
d. Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien.

SP 1 Keluarga: Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis


halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara
merawat pasien halusinasi.

ORIENTASI:

“Selamat pagi Bpk/Ibu/Mas/Mba !”“Saya Tonny Wijaya perawat yang merawat


Bpk/Ibu/Mas/Mba ”
“BagaimanaperasaanMbahariini?ApapendapatIbutentang Bpk/Ibu/Mas/Mba?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bpk/Ibu/Mas/Mba alami
dan bantuan apa yang anda bisa berikan.”

Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara.

“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama
waktu Bpk/Ibu/Mas/Mba? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
“Apa yang Bpk/Ibu/Mas/Mba rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak
Apa yang Bpk/Ibu/Mas/Mba lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Bpk/Ibu/Mas/Mba itu dinamakan halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bpk/Ibu/Mas/Mba mengatakan mendengar suara-suara,
sebenarnya suara itu tidak ada.”
“Kalau Bpk/Ibu/Mas/Mba mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya
bayangan itu tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada
beberapa cara untuk membantu Bpk/Ibu/Mas/Mba agar bisa mengendalikan
halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan Bpk/Ibu/Mas/Mba,
jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Bpk/Ibu/Mas/Mba
percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan,
tetapi Bpk/Ibu/Mas/Mba sendiri tidak mendengar atau melihatnya”. ”Kedua,
jangan biarkan Bpk/Ibu/Mas/Mba melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya.
Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang
kegiatan, saya telah melatih Bapak untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
Tolong Bpk/Ibu/Mas/Mba pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia
lakukan!”. ”Ketiga, bantu Bpk/Ibu/Mas/Mba minum obat secara teratur. Jangan
menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah
melatih Bapak untuk minum obat secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan
kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk
menghilangkan suara- suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi,
jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks,
jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu
diminum untuk mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi
Bpk/Ibu/Mas/Mba dengan cara menepuk punggung Bpk/Ibu/Mas/Mba. Kemudian
suruhlah Bpk/Ibu/Mas/Mba menghardik suara tersebut. Bapak sudah saya ajarkan
cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bpk/Ibu/Mas/Mba. Sambil
menepuk punggung Bpk/Ibu/Mas/Mba, katakan: Bpk/Ibu/Mas/Mba, sedang apa
kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara itu datang?
Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya
tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Bpk/Ibu/Mas/Mba praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Bpk/Ibu/Mas/Mba”
TERMINASI:

“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba setelah kita berdiskusi dan latihan


memutuskan halusinasi Bpk/Ibu/Mas/Mba?”
“Sekarang coba Bpk/Ibu/Mas/Mba sebutkan kembali tiga cara merawat
Bpk/Ibu/Mas/Mba?”
”Bagus sekali Bpk/Ibu/Mas/Mba. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bpk/Ibu/Mas/Mba ?”
”Jam berapa kita bertemu?” Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi

SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan


pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien
dengan halusinasi langsung dihadapan pasien.
ORIENTASI:
“Selamat pagi”
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba pagi ini?”

”Apakah Bpk/Ibu/Mas/Mba masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi


Bpk/Ibu/Mas/Mba yang sedang mengalami halusinasi?Bagus!”
” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan
cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bpk/Ibu/Mas/Mba”.
”mari kita datangi Bpk/Ibu/Mas/Mba”

KERJA:

”Selamat pagi Bpk/Ibu/Mas/Mba”. ”Bpk/Ibu/Mas/Mba sangat ingin membantu


Bpk/Ibu/Mas/Mba mengendalikan suara-suara yang sering bapak dengar. Untuk itu
pagi ini Bpk/Ibu/Mas/Mba bapak datang untuk mempraktekkan cara memutus
suara-suara yang Bpk/Ibu/Mas/Mba dengar. pak nanti kalau sedang dengar suara-
suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Bpk/Ibu/Mas/Mba akan
mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba Bpk/Ibu/Mas/Mba peragakan cara
memutus halusinasi yang sedang bapak alami seperti yang sudah kita pelajari
sebelumnya. Tepuk punggung Bpk/Ibu/Mas/Mba lalu suruh bapak mengusir suara
dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (saudara mengobservasi
apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien) Bagus sekali!Bagaimana
Bpk/Ibu/Mas/Mba? Senang dibantu Bpk/Ibu/Mas/Mba? Nah Bpk/Ibu/Mas/Mba
ingin melihat jadwal harian Bpk/Ibu/Mas/Mba. (Pasien memperlihatkan dan dorong
istri/keluarga memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan istri bapak ke ruang
perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan
terminasi dengan keluarga.
TERMINASI:

“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba setelah mempraktekkan cara memutus


halusinasi langsung dihadapan Bpk/Ibu/Mas/Mba?”
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bpk/Ibu/Mas/Mba. Bpk/Ibu/Mas/Mba
dapat melakukan cara itu bila Bpk/Ibu/Mas/Mba mengalami halusinas”.
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal
kegiatan harian Bpk/Ibu/Mas/Mba. Jam berapa Bpk/Ibu/Mas/Mba bisa datang ?
Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”

SP 3 Keluarga: Menjelaskan perawatan lanjutan


ORIENTASI

“Selamat pagi Bpk/Ibu/Mas/Mba, sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang
ketemu untuk membicarakan jadual Bpk/Ibu/Mas/Mba selama dirumah”
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang
tamu!”
“Berapa lama Bpk/Ibu/Mas/Mba ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”

KERJA

“Ini jadwal kegiatan Bpk/Ibu/Mas/Mba yang telah disusun. Jadwal ini dapat
dilanjutkan. Coba Bpk/Ibu/Mas/Mba lihat mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-
kira akan memotivasi dan mengingatkan?” Bu jadwal yang telah dibuat tolong
dilanjutkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh bapak selama di rumah.Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar
suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan ulang dan di berikan tindakan”
TERMINASI
“Bagaimana Bpk/Ibu/Mas/Mba? Ada yang ingin ditanyakan? Coba
Bpk/Ibu/Mas/Mba sebutkan cara-cara merawat Bpk/Ibu/Mas/Mba Bagus(jika ada
yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya. Sampai jumpa”

I. Daftar Pustaka

1. Nurya Kumala. (2019) Jenis Halusinasi Yang Dominan Pada Klien Dengan
Skizofrenia Hebefrenik Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya. Vol.XXI No.1
April 2019
2. Livana,PH,Rihadini,dkk. (2020) Peningkatan Kemampuan Mengontrol
Halusinasi Melalui Terapi Generalis Halusina. Tahun 2020 Semarang, Jawa
Tengah. Vol.2 No.1 2020

3. Doni,dkk. Penerapan Startegi pelaksanaan SP 1-4 Dengan Masalah Halusinasi


Pada Penderita Skrizofenia. Studi Kasus: 2022

Anda mungkin juga menyukai