KEPERAWATAN JIWA II
DISUSUN OLEH:
DWINTA KINANTI
DOSEN PEMBIMBING:
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau
penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan
mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012).
Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran mencapai lebih kurang
70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki peringkat kedua dengan rata-rata 20%.
Sementara jenis halusinasi yang lain yaitu halusinasi pengucapan, penghidu, perabaan,
kinesthetic, dan cenesthetic hanya meliputi 10% (Muhith, 2015).
Menurut Videbeck tanda pasien mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak
berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga karena pasien
menganggap ada yang berbicara dengannya. Dampak yang dirasakan oleh keluarga dengan
adanya anggota keluarga mengalami halusinasi adalah tingginya beban ekonomi, beban emosi
keluarga, stress terhadap perilaku pasien yang terganggu, gangguan dalam melaksanakan
kegiatan rumah tangga sehari-hari dan keterbatasan melakukan aktifitas. Beban sosial ekonomi
diantaranya adalah gangguan dalam hubungan keluarga , keterbatasan melakukan aktifitas
sosial, pekerjaan, dan hobi , kesulitan finansial, dan dampak negatif terhadap kesehatan fisik
keluarga. Beban psikologis menggambarkan reaksi psikologis seperti perasaan kehilangan,
sedih, cemas dan malu terhadap masyarakat sekitar, stress menghadapi gangguan perilaku dan
frustasi akibat perubahan pola interaksi dalam keluarga (Ngadiran, 2010).
A. Definisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek rangsangan dari
luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan
salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa
mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas (Yusuf, PK, & Nihayati, 2015).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata terlihat (2011) dalam Zelika,
(2015).
B. Klasifikasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik
tertentu, diantaranya :
1. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara - suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penciuman
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang tercium bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
5. Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
C. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda halusinasi menurut Yosep (2010) & Fajariyah (2012) meliputi sebagai
berikut :
1. Halusinasi Pendengaran (Auditory-hearing voices or sounds)
Data Subjektif :
a. Klien mengatakan mendengar suara atau kegaduhan.
b. Klien mengatakan mendengar suara yang mengajaknya untuk bercakap-cakap.
c. Klien mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya untuk melakukan sesuatu
yang berbahaya.
d. Klien mengatakan mendengar suara yang mengancam diri nya
Data Objektif
a. Klien tampak bicara sendiri.
b. Klien tampak tertawa sendiri.
c. Klien tampak marah marah tanpa sebab.
d. Klien tampak mengarahkan telinga ke arah tertentu.
e. Klien tampak menutup telinga.
f. Klien tampak menunjuk-nunjuk kearah tertentu.
g. Klien tampak mulutnya komat kamit sendiri.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual-seeing persons or things)
Data Subjektif
a. Klien mengatakan melihat seseorang yang sudah meninggal, melihat makhluk
tertentu, melihat bayangan hantu atau sesuatu yang menakutkan.
Data Objektif
a. Klien mengatakan melihat seseorang yang sudah meninggal,
b. melihat makhluk tertentu,
c. melihat bayangan hantu atau sesuatu yang menakutkan.
3. Halusinasi Penghidungc(Olfactory-smeeling odors)
Data Subjektif
a. Klien mengatakan mencium sesuatu seperti : bau mayat, bau darah, bau bayi, bau
feses, atau bau masakan, parfum yang menyenangkan.
b. Klien mengatakan sering mencium bau sesuatu.
Data Objektif
a. Klien tampak mengarahkan hidung pada tempat tertentu.
b. Ekspresi wajah klien tampak seperti mencium sesuatu dengan gerakan cuping
hidung.
4. Halusinasi Perabaan (Tactile-feelingbodily sensations)
Data Subjektif
a. Klien mengatakan ada sesuatu yang menggerayangi tubuh seperti tangan,
binatang kecil, atau makhluk halus.
b. Klien mengatakan merasakan sesuatu di permukaan kulitnya seperti merasakan
sangat panas atau dingin, merasakan tersengat aliran listrik, dan sebagainya.
Data Objektif
a. Klien tampak mengusap, menggaruk garuk, meraba-raba permukaan kulitnya.
b. Klien tampak menggerak-gerakkan tubuhnya seperti merasakan sesuatu
merabanya.
5. Halusinasi Pengecapan(Gustatory experiencing tastes)
Data Subjektif
a. Klien mengatakan merasakan makanan tertentu, rasa tertentu, tau mengunyah
tertentu padahal tidak ada yang sedang dimakannya.
b. Klien mengatakan merasakan minum darah, nanah.
Data Objektif
a. Klien tampak seperti mengecap sesuatu.
b. Klien tampak sering meludah.
c. Klien tampak mual atau muntah
D. Etiologi
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi menurut Yosep ( 2011 ) :
a. Faktor pengembangan
c. Faktor biokimia
Adanya stres yang berlebihan yang dialami oleh seseorang maka di dalam tubuhnya
akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia dan
metytranferase sehingga terjadi ketidaksembangan asetil kolin dan dopamin.
d. Faktor psikologis
Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah terjerumus pada
penyelah gunaan zat adaptif. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari
alam nyata menuju alam khayal.
Hasil studi menujukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit ini.
Faktor Presipitasi
Penyebab halusiansi dapat dilihat dari lima dimensi menurut (Rawlins,1993 dalam
Yosep, 2011).
a. Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan
kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah
memaksa dan manakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
sehingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini merangsang bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan
usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan tidak jarang akan mengobrol semua perilaku klien.
d. Dimensi social
Klien mengganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan,
klien asik dengan halusinasinya, seolah- olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan
dalam dunia nyata. Isi halusinasi di jadikan sistem kontrol oleh individu tersebut,
sehingga jika perintah halusinasi berupa ancama, dirinya ataupun orang lain individu
cenderung untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi
keperawatan klien dengan menupayakan suatu prosesinteraksi yang menimbulkan
pengalam interpersonal yang memuaskan, serta menguasakan klien tidak menyediri
sehingga klien selalu berinteraksi dengan lingkungan dan halusinasi tidak lagsung.
e. Dimensi spiritual
Klien mulai dengan kemampuan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas
ibadah dan jarang berupanya secara spiritual untuk menyucikan diri. Ia sering
memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, memyalahkan
lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.
Menurut Stuart dan Laraia (2001), halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif
individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.
1. Pikiran logis: yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
2. Persepsi akurat: yaitu proses diterimanya rangsang melalui panca indra yang didahului
oleh perhatian (attention) sehingga individu sadar tentang sesuatu yang ada di dalam
maupun di luar dirinya.
3. Emosi konsisten: yaitu manifestasi perasaan yang konsisten atau afek keluar disertai
banyak komponen fisiologik dan biasanya berlangsung tidak lama.
4. Perilaku sesuai: perilaku individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian masalah
masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya umum yang berlaku.
5. Hubungan social harmonis: yaitu hubungan yang dinamis menyangkut hubungan antar
individu dan individu, individu dan kelompok dalam bentuk kerjasama.
6. Proses pikir kadang terganggu (ilusi): yaitu menifestasi dari persepsi impuls eksternal
melalui alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik pada area tertentu di
otak kemudian diinterpretasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
a. Tahap I (Comforting)
Memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang, secara umum halusinasi merupakan
suatu kesenangan dengan karakteristik klien mengalami ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan ketakutan, mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangan
ansietas, pikiran dan pengalaman masih dalam kontrol kesadaran. Perilaku klien yang
mencirikan dari tahap I (Comforting) yaitu tersenyum atau tertawa sendiri,
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang
lambat, diam dan berkonsentrasi.
b. Tahap II (Condeming)
b. Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat di toleransi, mencurahkan emosi pada orang lain karena
kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan
identitas).
c. Menarik diri
Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis.
Reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor, sedangkan
reaksi psikologis yaitu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat,
sering disertai rasa takut dan bermusuhan.
H. Pohon Masalah
A. Strategi Pelaksanaan
SP 1 Pasien
Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol
halusinasi,mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama:
menghardik halusinasi
Fase Orientasi
“Selamat pagi bu.. perkenalkan nama saya Dwinta kinanti, saya senang dipanggil
suster Dwinta, Saya adalah perawat pendamping ibu, perawat penanggungjawab ibu
adalah suster Safra. Nama ibu siapa? Senang dipanggil siapa? Berapa tanggal lahir
ibu saat ini?” “Bagaimana keadaan ibu pagi ini ? Apa yang terjadi dirumah sehingga
ibu dibawa kemari? Kapan kejadiannya? Oh, jadi ibuk masih mendengar suara-
suara? Apa yang ibuk lakukan ketika mendengar suara-suara? Baiklah, bagaimana
kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang suara-suara yang sering ibu dengar,
tujuannya supaya ibu bisa mengendalikan suara-suara tersebut sehingga ibu cepat
sembuh dan segera pulang ke rumah. “Berapa lama kita mau berbincang-bincang
bu?. Bagaimana jika 20 menit? dimana?, baiklah ibu mau berdiskusi di ruang tamu”
Fase Kerja
Baiklah, tadi ibu mengatakan sering mendengar suara-suara, Apa yang di dengar dari
suarasuara itu? Kapan suara-suara itu muncul? Berapa kali/seberapa sering? Apa yang
dirasakan saat suara-suara itu muncul? Apakah suara-suara itu mengganggu?
Bagaimana perasaan ibu ketika mendengar suara tersebut? Apa yang dilakukan saat
suara-suara itu muncul? Oh, jadi sudah pernah diajarkan tapi lupa, ada tidak
keinginan untuk mengatasi suara-suara itu? Baiklah kalau ibu punya keinginan untuk
mengatasi suara-suara itu, mari kita latihan untuk mengendalikan suara-suara itu.
Ada 4 cara untuk mengontrol suara-suara yang muncul, yaitu dengan cara
menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan melakukan aktivitas. Kita mau melatih
cara yang mana dulu? Cara yang pertama ya? Baiklah, Cara yang pertama untuk
mengendalikan halusinasi yaitu menghardik, caranya yaitu jika suara-suara itu
muncul katakan didalam hati pergi....kamu suara palsu, saya tidak ingin
mendengarmu” sekarang saya contohkan ya pak/bu. Baik sekarang kita latihan
bersama-sama... dan sekarang coba bapak/ibu praktekkan…bagus sekali pak/bu…
Fase Terminasi
”Bagaimana perasaan setelah percakapan kita ini? Apakah bermanfaat buat
ibu?”“Coba bapak lakukan kembali cara menghardik halusinasi”. “Bagus sekali ibu
dapat melakukan menghardik dengan baik. Nah setiap kali suara-suara itu datang,
lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.” Tadi kita sudah membicarakan
cara mengusir halusinasi, nanti jika halusinasi atau suara itu muncul lagi coba bu
lakukan menghardik seperti cara yang sudah kita latih tadi. Kita buat jadwal latihan
untuk mengingatnya dan latihan sesuai dengan jadwal ya bu. Jadi ibu latihannya tiga
kali sehari pagi jam 07.00, siang jam 13.00 dan malam jam 19.00 ya. Selain itu ibu
praktekkan juga latihannya ketika suara itu muncul. Kontrak yang akan datang
“Besok kita ketemu lagi untuk belajar cara yang kedua untuk mengendalikan
halusinasi cara yang ke dua, yaitu minum obat, bagaimana kalo jam 9.00 wib
waktunya 20 menit, tempatnya disini saja atau dimana? Baiklah disini saja. Baiklah
ibu, sudah selesai pertemuan kita. Selamat pagi…”
SP 2 Pasien
Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Fase Orientasi
“Assalamu’alaikum !”selamat pagi bu ....,”“Bagaimana keadaannya pagi ini ? Apa
yang ibu rasakan? Oh, jadi ibu... masih mendengar suara-suara? Bagaimana dengan
latihan menghardiknya, apakah sudah dilakukan? Bagaimana hasilnya?” coba suster
cek di jadwal kegiatan hariannya “Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap
tentang suara-suara yang sering ibu dengar, supaya bpk/ibu... bisa mengendalikan
suar-suara tersebut. Baiklah kita berbicara selama 20 menit ya? Baik, mari duduk di
ruangan menonton!”
Fase Kerja
Baiklah, tadi ibu...mengatakan masih sering mendengar suara-suara, Apa yang di
dengar dari suara-suara itu? Kapan suara-suara itu terakhir muncul? ya, baiklah,
kemaren kita sudah latihan menghardik halusinasi, sekarang cara yang kedua adalah
dengan minum obat secara teratur. Selama ini bpk/ibu... minum obatnya berapa kali
sehari? Apa saja nama dan warna obatnya? Ya, benar sekali. Jadi obatnya harus
selalu diminum ya. Cara berikutnya adalah dengan bercakap cakap. Ketika suara-
suara itu muncul, ibu... bisa panggil teman atau perawat untuk bercakap cakap
dengan bpk/ibu..supaya suara-suara itu pergi. Caranya seperti ini kalau ingin
mengajak teman atau perawat bercakap-cakap ketika suara itu datang......coba ulangi
lagi. Ya, bagus sekali sudah bisa melakukannya.
Fase Terminasi :
”Bagaimana perasaan setelah percakapan kita ini? Apakah bermanfaat buat ibu...?”
“Coba ibu ceritakan kembali hal apa saja yang sudah kita bicarakan pada pertemuan
kali ini. Bagus sekali” “Bagus sekali ibuk dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap
kali suara-suara itu datang, lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.” Tadi
kita sudah membicarakan cara mengusir halusinasi, nanti jika halusinasi atau suara itu
muncul lagi coba ibu...lakukan mengajak teman atau perawat bercakap-cakap dan
minum obat secara teratur. Kita buat jadwal latihan untuk mengingatnya dan latihan
sesuai dengan jadwal ya.“Besok kita ketemu lagi untuk belajar cara yang lain untuk
mengendalikan halusinasi, bagaimana kalo jam 9.00 wib waktunya 20 menit,
tempatnya disini saja atau dimana? Baiklah disini saja. Sampai jumpa
Wassalamu’alaikum wr.wb.”
Kerja:
“Apa saja yang biasa ibuk lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya
(terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus
sekali ibuk bisa lakukan. Kegiatan ini dapat ibuk lakukan untuk mencegah suara
tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam
ada kegiatan.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibuk setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suarasuara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk
mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian ibuk Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain
pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat
yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi? Di
ruang makan ya! Sampai jumpa
KASUS
A. Contoh Kasus
Pada Tn.M berusia 61 dirawat di ruang P.14 di RSJ Dr. Soeroyo Magelang. Klien
masuk rumah sakit dengan alasan marah-marah, mengamuk, ceramah sendiri di
mushola dengan pengeras suara sejak 1 minggu yang lalu. Klien mengatakan sering
melihat sosok kyai/wali yang kadang menghampirinya dan menyuruh untuk
menyiarkan agama.
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran dan pengelihatan
C. Tujuan
Pasien dapat mengontrol halusinasinya
D. Tindakan Keperawatan
1. Membantu pasien mengenali halusinasi.
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi dapat melakukannya dengan cara
berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu
terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi muncul
2. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:
a. Menghardik halusinasi
Tahapan tindakan meliputi:
1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi
2) Memperagakan cara menghardik
3) Meminta pasien memperagakan ulang
4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
b. Bercakap-cakap dengan orang lain
c. Melakukan aktivitas yang terjadwal
Tahapan intervensinya sebagai berikut:
1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
3) Melatih pasien melakukan aktivitas
4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai
tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif.
d. Menggunakan obat secara teratur
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:
1) Jelaskan guna obat
2) Jelaskan akibat bila putus obat
3) Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
4) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
E. Analisa Data
NO DATA FOKUS MASALAH
1. DS : Halusinasi
1. Keluarga mengatakan klien sering melamun sendiri pendengaran dan
dan suka ngomong sendiri penglihatan
2. pasien mengatakan sering mendengar suara-suara
yang belum tentu ada orangnya.
3. Klien mengatakan sering melihat sesosok kyai/wali
yang kadang-kadang menghapirinya dan menyuruh
untuk menyiarkan agama
DO :
1. Klien tampak gelisah dan berbicara sendiri.
2. Kontak mata tidak fokus
DO:
1. Ekspresi klien tampak tegang
2. Kontak mata tajam
DS :
3. Menarik Diri
1. klien mengatakan pengen
sendiri dan tidak mau bergabung dengan teman-
temannya
DO :
1. Klien tidak memperdulikan lingkungan sekitar
2. Klien jarang bersemangat saat mengikuti kegiatan
yang diadakan oleh perawat setempat.
A. Pengkajian
a) Faktor predisposisi
1. Diagnosis Keperawatan
Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran dan pengelihatan
2. Sifat Kepribadian
Tn.M kadang sulit untung bergaul dengan orang lain, klien kadang menyendiri,
dan suka melamun, klien sering marah-marah dan mengamuk. Pasien
mengatakan sering melihat sosok kyai/wali yang kadang menghampirinya dan
menyuruh untuk menyiarkan agama.
3. Lingkungan psikososial
4. Biologis :
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya sejak umur 20 tahun dan
dirawat di RSJ Solo dan Magelang. Klien pernah jatuh dari pohon kelapa dan
patah tulang punggung. Ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
yaitu ayah klien.
5. Psikologis :
Perilaku yang ditunjukkan oleh Tn.M selalu sedih dan malu. Pasien merasa
sedih dan malu karena patah tulang.
6. Sosiokultural
Tn.M kadang sulit untuk bergaul dengan orang lain, suka melamun dan sering
menyendiri. Pasien merasa malu kepada siapapun karena dirinya mengalami
patah tulang, Pasien mengatakan sering melihat sosok kyai/wali yang kadang
menghampirinya dan menyuruh untuk menyiarkan agama.
b) Faktor Prepitasi
Klien dibawa oleh keluarga ke RSJ Dr. Soeroyo Magelang karena klien marah-
marah, mengamuk, ceramah sendiri di mushola dengan pengeras suara sejak 1
minggu yang lalu. Klien mengatakan sering melihat sosok kyai/wali yang kaadang
menghampirinya dan menyuruh untuk menyiarkan agama.
c) Status Mental
a. Penampilan
Kebersihan dan kondisi klien dari rambut sampai kuku dan kulit baik tapi cara
berpakaian klien kurang rapi.
b. Pembicaraan
Klien nyambung jika diajak bicara, tidak bicara sendiri, fokus pada topik
pembicaraan.klien berbicara lambat
c. Aktivitas motoric
Klien tidak mondar-mandir, klien tenang, tidak gelisah, tangan klien tremor.
d. Alam perasaan
Klien merasa sedih ketika teringat keluaga dirumah.
Klien terlihat murung.
e. Afek
Apropiate : klien dapat mengungkapkan ekspresi perasaannya dengan tepat
f. Persepsi
Klien mengatakan sering melihat sesosok kyai/wali yang kadang-kadang
menghapirinya dan menyuruh untuk menyiarkan agama.muncul kadang-kadang,
respon pasien takut dan mengikuti perintah.
g. Proses piker
Klien saat diwawancarai pembicaraan berbelit-belit tapi sampai pada tujuan.
h. Isi Pikir
Klien tidak mengalami gangguan isi pikir
i. Tingkat kesadaran
Pasien tampak bingung dan kacau, pasien mengerti orientasi waktu,tempat dan
orang.
j. Memori
Ingatan jangka panjang klien daan jangka pendek klien masih baik karena klien
dapat menceritakan masa lalunya dan mengingat kenapa dia bias masuk di RSJ.
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi klien masih cukup baik dan mampu berhitung dengan hitung-
hitungan sederhana mengguanakan mata uang.
l. Daya tilik diri
Klien mengetahui bahwa sekarang dia berada di RSJ untuk perwatan pengobatan
dirinya yang sedang mengalami gangguan jiwa.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan (mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkunan berhubungan dengan halusinasi pendengaran.
O KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : Tujuan Umum : SP 1 Pasien :
1) Mengidentifikasi halusinasi :
halusinasi pendengaran dan Klien dapata mengenali,
isi, frekuensi, waktu terjadi,
pengelihatan mengontrol dan memutuskan
situasi pencetus, perasaan
halusinasi. respon
2) Menjelaskan cara
Tujuan Khusus :
mengontrol halusinasi :
1. Klien dapat membina
menghardik, minum obat,
hubungan saling percaya bercakap-cakap, melakukan
kegiatan
dengan perawat.
3) Melatih klien cara
2. Klien dapat mengenal
mengontrol halusinasi
halusinasinya. dengan menghardik
4) Melatih klien memasukkan
3. Klien dapat mengendalikan
latihan menghardik dalam
halusinasinya.
jadwal kegiatan harian klien
4. Klien dapat mengkonsumsi SP 2 Pasien :
1) Mengevaluasi SP 1
obat untuk mengendalikan
2) Menjelaskan pentingnya
halusinasinya.
penggunaan obat pada
5. Klien mendapatkan gangguan jiwa
3) Menjelaskan akibat bila obat
dukungan keluarga untuk
tidak digunakan sesuai
mengendalikan
program
halusinasinya. 4) Menjelaskan akibat bila
putus obat
5) Menjelaskan cara
mendapatkan obat
6) Menjelaskan cara
menggunakan obat dengan
prinsip 6 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara,
benar waktu, benar dosis dan
kontinuitas.
SP 3 Pasien :
1) Mengevaluasi SP 1 dan SP 2
2) Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
3) Menganjurkan kepada kllien
agar memasukan kegiatan ke
jadwal kegiatan harian klien.
SP 4 Pasien :
1) Mengevaluasi SP 1, SP 2,
dan SP 3.
2) Melatih pasien
mengendalikan halusinasi
dengan cara melakukan
kegiatan yang mampu klien
lakukan
3) Menganjurkan kepada kllien
agar memasukan kegiatan ke
jadwal kegiatan sehari-hari.
D. Catatan Perkembangan
Nama
Hari/Tgl/
Implementasi Keperawatan Evaluasi &
Jam
Paraf
Selasa Diagnosa Keperawatan : Gangguan S: Klien menjawab salam dan
16/02/21 Persepsi Ssensori : Halusinasi perkenalan, klien mengatakan
11.20 Pendengaran dan Pengelihatan senang ketika diajak ngobrol
perawat, pasien mengatakan
Data Subjektif : mendengar bisikan dan melihat
1. Keluarga mengatakan klien sering bayangan seperti kyai, dan
melamun sendiri dan suka mengatakan mengerti tentang cara
ngomong sendiri menghardik.
2. pasien mengatakan sering O: Klien tampak kooperatif, mau
mendengar suara-suara yang belum diajak interaksi, ekspresi wajah
tentu ada orangnya. sedikit tegang. klien dapat
3. Klien mengatakan sering melihat mempraktekkan cara mengontrol
sesosok kyai/wali yang kadang- halusinasi dengan menghardik.
kadang menghapirinya dan A: SP 1 dapat tercapai
menyuruh untuk menyiarkan P: Lanjutkan dengan SP 2.
agama
Data Objektif :
1. Klien tampak gelisah dan berbicara
sendiri.
2. Kontak mata tidak fokus
Tindakan :
SP 1
5) Mengidentifikasi halusinasi : isi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan respon
6) Menjelaskan cara mengontrol
halusinasi : menghardik, minum
obat, bercakap-cakap, melakukan
kegiatan
7) Melatih klien cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik
8) Melatih klien memasukkan latihan
menghardik dalam jadwal kegiatan
harian klien
RTL :
SP 2
7) Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
8) Menjelaskan pentingnya
penggunaan obat pada gangguan
jiwa
9) Menjelaskan akibat bila obat tidak
digunakan sesuai program
10) Menjelaskan akibat bila putus obat
11) Menjelaskan cara mendapatkan
obat
12) Menjelaskan cara menggunakan
obat dengan prinsip 6 benar (benar
obat, benar pasien, benar cara,
benar waktu, benar dosis dan
kontinuitas.
Rabu Tindakan : S: pasien mengatakan masih
17/02/21 SP 2 mendengar suara-suara, dan melihat
09.00 1) Mengevaluasi jadwal kegiatan bayangan, dan mengatakan
harian pasien mengerti tentang minum obat
2) Menjelaskan pentingnya secara teratur
penggunaan obat pada gangguan O: Klien tampak kooperatif, mau
jiwa diajak interaksi, klien tampak lebih
3) Menjelaskan akibat bila obat tidak tenang, kontak mata baik. klien
digunakan sesuai program tampak mengerti tentang minum
4) Menjelaskan akibat bila putus obat obat secara teratur
5) Menjelaskan cara mendapatkan A: SP 2 tercapai
obat P: lanjutkan dengan SP 3
6) Menjelaskan cara menggunakan
obat dengan prinsip 6 benar (benar
obat, benar pasien, benar cara,
benar waktu, benar dosis dan
kontinuitas.
RTL :
SP 3
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2) Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
3) Menganjurkan kepada kllien agar
memasukan kegiatan ke jadwal
kegiatan harian klien.
Kamis Tindakan : S: pasien mengatakan sudah mulai
18/02/21 SP 3 berkurang mendengar suara-suara,
09.00 4) Mengevaluasi jadwal kegiatan dan melihat bayangan, dan
harian pasien mengatakan mengerti tentang cara
5) Melatih pasien mengendalikan bercakap-cakap.
halusinasi dengan bercakap-cakap O: klien tampak lebih tenang, klien
dengan orang lain tampak mengerti tentang cara
6) Menganjurkan kepada kllien agar latihan bercakap-cakap dan mampu
memasukan kegiatan ke jadwal melakukannya.
kegiatan harian klien. A: SP 3 tercapai
RTL : P: lanjutkan dengan SP 4
SP 4
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2) Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan yang mampu klien lakukan
3) Menganjurkan kepada kllien agar
memasukan kegiatan ke jadwal
kegiatan sehari-hari.
Jumat Tindakan S : pasien mengatakan sudah mulai
19/02/21 1) Mengevaluasi jadwal kegiatan berkurang mendengar suara-suara,
10.00 harian pasien dan melihat bayangan, dan
2) Melatih pasien mengendalikan mengatakan mengerti tentang cara
halusinasi dengan cara melakukan melakukan kegiatan sehari-hari.
kegiatan yang mampu klien lakukan O : Pasien kooperatif, klien tampak
3) Menganjurkan kepada kllien agar mengerti tentang cara latihan
memasukan kegiatan ke jadwal melakukan kegiatan sehari-hari dan
kegiatan sehari-hari. mampu melakukannya
A : SP 4 berhasil
P : Evaluasi semua kegiatan yang
sudah dilakukan.
Keliat, Budi A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course).
Jakarta:EGC
Keliat, Budi A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course).
Jakarta:EGC
Surya, Ade Herman. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika