Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN HALUSINASI PENGLIHATAN

DI RUANG CEMPAKA I RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi
seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan
jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan
perabaan, atau penciuman.pasien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada ( Damaiyanti, 2014 ). Halusinasi adalah suatu gejala
gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori
persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
perabaan pengecapan dan penghiduan ( Depkes RI, 2018 ).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsanag eksternal
(dunia luar). Klien memberi resepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidaka ada orang yang
berbicara ( Dermawan & Rusdi, 2013 ). Pasien gangguan jiwa
mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas. Salah satu
manifestasi yang muncul adalah halusinasi yang membuat pasien
tidak dapat menjalankan pemenuhan dalam kehidupan sehari-hari.

B. ETIOLOGI
Penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain klien
menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya
keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari
lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada
dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan dibandingkan
stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan
membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini
memicu terjadinya halusinasi. Menurut Nursalam (2016) tanda
dan gejalanya dilihat dari beberapa aspek, yaitu :
1. Aspek fisik
a) Makan dan minum kurang

b) Tidur kurang atau terganggu

c) Penampilan diri kurang

d) Keberanian kurang

2. Aspek emosi :

a) Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil

b) Merasa malu, bersalah

c) Mudah panik dan tiba-tiba marah

3. Aspek sosial

a) Duduk menyendiri

b) Tampak melamun

c) Tidak peduli lingkungan

d) Menghindar dari orang lain

e) Tergantung dari orang lain

4. Aspek intelektual

a) Putus asa

b) Merasa sendiri, tidak ada sokongan

c) Kurang percaya diri

C. TANDA GEJALA
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap
pasien serta ungkapan pasien. Tanda dan gejala pasien halusinasi
adalah sebagai berikut:
1. Data Obyektif
a) Bicara atau tertawa sendiri.
b) Marah-marah tanpa sebab.
c) Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
d) Menutup telinga.
e) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
f) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
g) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
h) Menutup hidung.
i) Sering meludah.
j) Menggaruk-garuk permukaan kulit.
2. Data Subyektif
a) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
b) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
c) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya.
d) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster.
e) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan.
f) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
g) Merasa takut atau senang
h) Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu
saat sedang sendirian.
i) Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi

D. MACAM-MACAM HALUSINASI
1. Halusinasi pendengaran
Menurut stuart (2013) pada klien halusinasi dengar, tanda dan
gejala dapat dikateristik dengar bunyi atau suara, paling sering
dalam bentuk suara. Rentang dari suara sederhana atau suara yang
jelas, suara tersebut membicarakan tentang pasien,sampai
percakapan yang komplet antara dua orang atau lebih seperti
orang yang berhalusinasi.
2. Halusinasi penglihatan
Pada halusinasi penglihatan, isi halusinasi berupa melihat
bayangan yang sebenarnaya tidak ada sama sekali, misalnya
cahaya atau orang yang telah meninggal atau mungkin sesuatu
yang bentuknya menakutkan (cancro & lehman, 2011 dalam
videbeck, 2018). Isi halusinasi penglihatan klien adalah klien
melihat cahaya, bentuk geometris, kartun atau campuran antara
gambaran bayangan yang komplek dan bayangan tersebut dapat
menyenangkan klien atau juga sebaliknya yaitu mengerikan
(Struat,2016).
3. Halusinasi penciuman
Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa mencium
aroma atau bau tertentu sperti urine atau feces atau bau yang
bersifat lebih umum atau bau busuk atau bau yang tidak sedap (
cancro dan lehman, 2011 dalam videbeck, 2018 ). Pendapat yang
sama juga dikemukakan oleh struat (2016) pada halusinasi
penciuman, klien dapat mencium busuk,jorok,dan bau tengik
seperti darah,urin, atau tinja, kadang-kadang bau bias
menyenangkan, halusinasi penciuman biasanya berhubungan
dengan stroke, kejang dan demens.
4. Halusinasi pengecapan
Sementara itu pada halusnasi pengecapan, isi berupa klien
mengecap rasa yang tetap ada dalam mulut, atau perasaan bahwa
makanan terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut dapat
berupa rasa logam atau pahit atau mungkin seperti rasa tertentu.
Atau berupa rasa busuk, tak sedap dan anyir seperti darah, urine
atau feces (Stuart, 2016).
5. Halusinasi perabaan
Isi halusinasi perabaan adalah klien merasakan sensasi seperti
aliran listrik yang menjalar keseluruh tubuh aatu binatang kecil
yang merayap di kulit ( cancro & lehman, 2011 dalam videbeck,
2018). Klien juga dapat mengalami nyeri atau tidak nyaman tanpa
adanya situmulus yang nyata, seperti sensasi listrik dan bumi,
benda mati ataupun dan orang lain (Stuart,2013).
6. Halusinasi kinestik
Terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensai tubuh,
gerakan tubuh yang tidak lazim seperti melayang di atas tanah.
Sensasi gerakan sambil berdiri tak bergeraak (stuart, 2016).

E. DIMENSI HALUSINASI
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Masalah halusinasi
berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang individu sebagai
mahkluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio
spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu:
1. Dimensi Fisik,
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang
eksternal yang diberikan oleh lingkungannya. Halusinasi dapat
ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang
luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klienberbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu
hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
prilaku klien
4. Dimensi sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan
adanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang
tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem
kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi
berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk
itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan,
serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu
berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
5. Dimensi spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga
interaksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang
mendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri hingga
proses diatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan
keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam
individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu
kehilangan kontrol kehidupan dirinya.

F. RENTANG RESPON HALUSINASI


Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham
merupakan gangguan pada isi pikiran. Keduanya merupakan
gangguan dari respons neorobiologi. Oleh karenanya secara
keseluruhan, rentang respons halusinasi mengikuti kaidah rentang
respons neorobiologi. Rentang respons neorobiologi yang paling
adaptif adalah adanya pikiran logis dan terciptanya hubungan sosial
yang harmonis. Rentang respons yang paling maladaptifadalah adanya
waham, halusinasi, termasuk isolasi sosial menarik diri. Berikut
adalah gambaran rentang respons neorobiologi.
Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Pikiran logis  Kadang  Gangguan


 Persepsi akurat proses proses berpikir.
 Emosi konsisten berpikir tidak  Halusinasi.
dengan terganggu  Perilaku
pengalaman  Ilusi. tidak
 Perilaku sesuai  Emosi tidak stabil. terorganisasi.
hubungan  Perilaku tidak biasa.  Isolasi sosial
sosial  Menarik diri.

Keterangan:
1. Respon adaptif respon adaptif adalah respon yang dapat diterima
norma-norma sosial budaya yang berlaku.
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan.
Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
b. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbuldari pengalaman asli.
c. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalambatas kewajaran.
d. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan
orang laindan lingkungan.
2. Respon psikososial Respon psikososial meliputi:

a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang


menimbulkangangguan
b. Ilusi adalah miss interprestasi yang salah
penerapan yang benar- benar terjadi (objek
nyata) karena rangsangan panca indera.
c. Emosi berlebihan atau berkurang.

d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah


laku yang melebihibatas kewajaran.
3. Respon maladaptif Respon maladaptif adalah respon
individu dalam menyelesaikan maslah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara
kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensoru yang
salah atau persepsu eksternal yang tidak realita
atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan
sesuatu yang timbul dari hati.
d. Perilaku tidak teroganisir merupakan suatu yang tidak
teratur.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam

G. FASE HALUSINASI
Fase halusinasi menurut Indriatin, Irma (2017) sebagai berikut:
1. Comforting ( halusinasi menyenangkan,cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intens seperti
cemas, kesepian, merasa bersalah dan takut dan mencoba untuk
berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk menghilangkan
kecemasan.seseorang mengenal bahwa pikiran pengalaman
sensori berada dalam kesadaran control jika kecemasan tersebut
bisa dikelola. Perilaku yang dapat diobservasi:
a) Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tanpak tidak tepat
b) Menggerakan bibir tanpa membuat suara
c) Pergerkan mata yang tepat
d) Respon verbal yang lambat
e) Diam dan tampak asik
2. Comdeming ( halusinasi, cemas sedang )
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien yang
berhalusinasi yang mulai merasa kehilangan control dan mungkin
berusaha menjauh diri, sertra merasa malu karna adanya
pengalaman sensori tersebut dan menarik dari diri orang lain.
Perilaku yang dapat diobservasi:
a) Rentang perhatian menjadi sempit
b) Asik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realias
3. Controlling ( pengalaman sensori berkuasa, cemas berat )
Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan
pengalaman halusinasinya. Isi halusinasi bisa menjadi menarik/
memikat. Seseorang mungkin mengalami kesepian jika
pengalaman sensori berakhir:
a) Arahan yang disertai halusinasi tidak hanya dijadikan obyek
saja oleh klien tetapi mungkin diikuti/dituruti
b) Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain
c) Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit
d) Tampak tanda kecemasan berat seperti berkeringtat,teremor,
tidak mampu mengikuti perintah.
4. Conquering ( melebur dalam pengaruh halusinasi, panic )
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti
perintah dari halusinasi. Halusinasi mungkin berakhir dalam
waktu empat jam atau sehari bila tidak ada itrvensi traupetik.
Perilaku yang dapat di observasi:
a) Perilaku klien taMpak seperti dihantui tremor dan panic
b) Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain
c) Aktifitas fisik yang menggambarkan klien menunjukan isi dari
halusinasi misalnya klien melakukan kekerasan, igatasi,
menarik diri.
d) Klien tidak dapat berespon pada arah kompleks
e) Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang
H. AKIBAT

Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya


sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak
lingkungan (risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Hal
ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien
mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya.
Klien benar-benarkehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap
lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri,
membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan. Tanda dan
gejalanya adalah sebagai berikut:
1. muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat
6. sering pula tampak klien memaksakan kehendak seperti
merampas makanan dan memukul jika tidak senang.

I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis

a. Psikofarmakologis

Dengan pemberian obat-obatan yang lazim digunakan


pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan
gejala pada klien skizoprenia adalah obat-obatan anti
psikosis, karena merupakan salah satu jenis gangguan
psikotis. Pada pasien halusinasi terapi medis seperti
haloperidol (HLP), Clapromazine (CPZ),
Trihexyphenidyl (THP) (Azizah, 2016).
b. Terapi kejang listrik (ECT)
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang
melalui aliran listrik electrode yang dipasang pasa satu atau dua
temples, terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
2. Penatalaksanaan keperawatan

Menurut Keliat (2014) cara yang dapat dilakukan untuk


mengendalikan halusinasi yaitu
a. Menghardik
Halusinasi merupakan stimulus internal untuk mengatsinya
klien harus mengendalikan halusinasi yang muncul dengan
cara menolaknya. Klien akan diajari untuk mengucapkan
“tidak mau dengar, tidak mau lihat” ini disarankan bilamana
halusinasi itu datang kembali.
b.Terapi okupasi
c.Terapi lingkungan
d.Terapi kelompok
1) Terapi group (kelompok terapeutik)
2) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity
therapy)
3) TAK stimulus persepsi: halusinasi
a) Sesi 1 : mengenal halusinasi
b) Sesi 2 : mengontrol halusinasi dengan
menghardik
c) Sesi 3 : mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan
d) Sesi 4 : mencegah halusinasi dengan bercakap-
cakap
e) Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat
J. POHON MASALAH

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Perubahan persepsi sensosi: halusinasi.

Isolasi sosial: menarik diri.

Harga diri rendah

(Yusuf, 2015, hlm.123)

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon


masalah tersebut adalah :

1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi


2. Isolasi sosial: Menarik Diri.
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari
proes keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui
data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokkan
data pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi,
penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan yang
dimiliki (Afnuhazi, 2015) :
2. Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara
sendiri, mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa
tujuan, membanting peralatan dirumah, menarik diri.
3. Faktor predisposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang
berhasil dalam pengobatan
b. Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan
dalam keluarga
c. Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
4. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan adanya
riwayat penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur otak,
kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan
dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dalam
keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien
serta konflik antar masyarakat.
5. Fisik tidak mengalami keluhan fisik
6. Psikososial
a. Genogram Pada genogram biasanya terlihat ada anggota
keluarga yang mengalami kelainan jiwa, pola komunikasi
klien terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan dan
pola asuh.
b. Konsep diri Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan
keadaan tubuhnya, ada bagian tubuh yang disukai dan tidak
disukai, identifikasi diri klien biasanya mampu menilai
identitasnya, peran diri klien menyadari peran sebelum sakit,
saat dirawat peran klien terganggu, ideal diri tidak menilai
diri, harga diri klien memilki harga diri yang rendah
sehubungan dengan sakitnya.
c. Hubungan sosial : Klien kurang dihargai di lingkungan dan
keluarga. d) Spiritual Nilai dan keyakinan biasanya klien
dengan sakit jiwa dipandang tidak sesuai dengan agama dan
budaya, kegiatan ibadah klien biasanyamenjalankan ibadah di
rumah sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat
berlebihan.
7. Mental
a. Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau
cocok danberubah dari biasanya

b. Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti
kehilangan, tidaklogis, berbelit-belit
c. Aktivitas motoric
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan beberapa
gerakan yangabnormal.
d. Alam perasaan
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari faktor
presipitasimisalnya sedih dan putus asa disertai apatis.
e. Afek
Afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.
f. Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang tampak
komat-kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan
pembicaraan
g. Persepsi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait
tentang halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan tertawa
sendiri, menarik diri dan menghindar dari orang lain, tidak
dapat membedakan nyata atau tidak nyata, tidak dapat
memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak, takut,
ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung
h. Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan menyusun
pembicaraan logis dan koheren, tidak berhubungan, berbelit.
Ketidakmampuan klien ini sering membuat lingkungan takut
dan merasa aneh terhadap klien.
i. Isi pikir Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual danlatar belakang budaya klien. Ketidakmampuan
memproses stimulus internal dan eksternal melalui proses
informasi dapat menimbulkan waham.
j. Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang,
tempat dan waktu.
k. Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang maupun jangka
pendek, mudah lupa, klien kurang mampu menjalankan
peraturan yang telah disepakati tidak mudah tertarik. Klien
berulang kali menanyakan waktu, menanyakan apakah
tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk satu
hal.

8. Kebutuhan persiapan pasien pulang


a. Makan Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan
cenderung tidak memperhatikan diri termasuk tidak peduli
makanan karena tidak memiliki minat dan kepedulian.
b. BAB atau BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAK serta
kemampuan klienuntuk membersihkan diri.
c. Mandi : biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi
sama sekali.
d. Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak
diganti.
e. Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam :
biasanyaistirahat klien terganggu bila halusinasinya datang.
f. Pemeliharaan kesehatan Pemeliharaan kesehatan klien
selanjutnya, peran keluarga dan sistem pendukung sangat
menentukan. Aktifitas dalam rumah Klien tidak mampu
melakukan aktivitas di dalamrumah seperti menyapu
9. Aspek medis
a. Diagnosa medis : Skizofrenia
b. Terapi yang diberikan Obat yang diberikan pada klien dengan
halusinasi biasanya diberikan antipsikotik seperti haloperidol
(HLP), chlorpromazine (CPZ), Triflnu perazin (TFZ), dan anti
parkinson trihenski phenidol (THP), triplofrazine arkine.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi (D.0085).

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil Keperawatan
Gangguan Setelah dilakukan SP 1
persepsi tindakan keperawatan 2. Bina hubungan
sensori : selama 3x7 jam masalah saling percaya
Halusinasi gangguan persepsi 3. Bantu pasien
sensori halusinasi teratasi mengenal
dengan kriteria hasil: halusinasi (isi,
1. Membalas sapaan waktu, terjadinya,
2. Ekspresi wajah frekuensi, situasi
bersahabat dan pencetus,
senang perasaan saat
3. Ada kontak mata terjadi halusinasi)
4. Mampu 4. Latih mengontrol
menyebutkan halusinasi dengan
nama cara menghardik
5. Klien mau duduk SP 2
berdampingan 1. Evaluasi kegiatan
dengan perawat yang lalu SP 1
6. Klien mampu 2. Latih
mengutarakan bicara/bercakap
masalah yang dengan orang lain
dihadapi 3. Masukkan dalam
7. Klien mampu jadwal kegiatan
mengidentifikasi pasien
kapan frekuensi SP 3
situasi saat terjadi 1. Evaluasi kegiatan
halusinasi yang lalu SP 2
8. Klien mampu 2. Latih pasien
mengungkapkan dalam membuat
perasaannya jadwal harian
9. Klien mampu 3. Masukkan setiap
menunjuk cara kegiatan pasien
untuk mengontrol dalam jadwal
halusinasi kegiatan dari
mulai bangun
tidur sampai tidur
malam hari
SP 4
1. Evaluasi kegiatan
yang lalu SP 3
2. Tanyakan
program
pengobatan
3. Jelaskan
pentingnya
penggunaan obat
pada gangguan
jiwa
4. Jelaskan akibat
bila tidak
digunakan sesuai
program
5. Latih pasien
minum obat
6. Masukkan dalam
jadwal harian
pasien

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pada taha pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana
keperawatan yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal, pelaksanaan adalah wujud dari tujuan
keperawatan pada tahap perencanaan (Wahid, 2013).

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data objektif dan subjektif yang dapat menunjukkan
masalah apa yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan
direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan
telat tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru
(Wahid, 2013).
1. Apakah klien dapat mengenal halusinasinya meliputi isi
halusinasi, frekuensi munculnya halusinasi, waktu, respon klien
dari halusinasi.
2. Apakah klien dapat mengungkapkan perasaan ketika halusinasi
muncul
3. Apakah klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya
mempraktikkan empat cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, melaksanakan
aktifitas terjadwal dan patuh minum obat.
DAFTAR PUSTAKA

Anung, Kurniawan,.2018. Laporan Pendahuluan diakses dari


https://www.academia.edu/7603066/LAPORAN_PENDAHULUAN_
I._MASALAH_UTAMA_Perubahan_persepsi_sensori_halusinasi_II.
_PROSES_TERJADINYA_MASALAH pada 13 Juni 2016

Indriatin, Irma,.2017. LP SP Halusinasi Pendengaran diakses dari


https://id.scribd.com/document/349625745/LP-SP-HALUSINASI-
PENDENGARAN
pada 13 Juni 2018

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:


CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC

Keliat, B.A & Akemat. 2016. Model Praktik Keperawatan Profesional


jiwa.Jakarta: EGC.

Pratama, Anggi,.2017. Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial Lengkap


diakses dari http://www.lpkeperawatanku.cf/2017/03/laporan-
pendahuluan-isolasi-sosial.html pada 13 Juni 2018

Rahada,.2016. Bab 1 Pendahuluan diakses dari


http://repository.wima.ac.id/7701/2/BAB%201.pdf pada 13 Juni 2018

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore:


Elsevier

Wijanarko, Wahyu,.2016. LP dan Askep Halusinasi diakses dari


https://www.academia.edu/30128967/LP_dan_ASKEP_Halusinasi
pada 13 Juni 2018
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015).
Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Inonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNi. 2018. Standar Keperawatan


Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia. Jakartaselatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Inonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
NasionalIndonesia

Yusuf, Fitryasari Rizky, Endang Hanik. 2015. Buku Ajar


Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. Salemba Medik

Anda mungkin juga menyukai