Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI

PELAKSANAAN HALUSINASI

Disusun oleh :
Evry ayu wandini
22.14901.15.16

Dosen pengampu :
Abu Bakar Sidik, S. Kp, M.Kes

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHTAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
HALUSINASI

I. Masalahkeperawatan
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
II. Proses terjadinyamasalah
A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan.Klien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada.(Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan dari
luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang ‘’khayal’’, halusinasi sebenarnya
merupakan bagian dari kehidupan mental penderita ang ‘’teresepsi’’ (Yosep,
2010).

B. Faktorpredisposisi
Menurut Yosep (2014) faktor predisposisi pada pasien halusinasi adalah
sebagai berikut.
1) FaktorPerkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasientidak mampu mandiri sehjak
kecil, mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap
stress.
2) FaktorSosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) FaktorBiokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan
Dimetytranfesae (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabakan
teraktivasinya neutransmitter otak. Misalnya pada ketidakseimbangan
acetylcholin dan dopamin.
4) FaktorPsikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
padapenyalahgunaan zat adiktif.Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya.Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
nyataa menuju alamhayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia.Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
padapenyakit ini.(Prabowo, 2014).

D. Faktorpresipitasi
Adapun faktor presipitasi pada halusinasi adalah sebagai berikut.
a) StressLingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap
stresosor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
b) SumberKoping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menamggapi stress (Prabowo, 2014).
c) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan nyata dan tidak. Berikut dapat dilihat lima
dimensi yaitu:
1. Dimensi fisik
Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalamwaktu
yang lama.
2. Dimensiemosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi.
3. Dimensiintelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego.
4. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan dengan
halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang
tidak didapatkan dalam dunia nyata
5. Dimensispiritual
Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang
berupaya secaraspiritual untuk menyucikan diri.(Damaiyanti, 2012).

E. Tanda dangejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap
pasien serta ungkapan pasie, Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah
sebagai berikut:
a. DataObyektif
1. Bicara atau tertawasendiri.
2. Marah-marah tanpa sebab
3. Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengarsesuatu
4. Menutuptelinga
5. Menunjuk-nunjuk ke arahtertentu
6. Ketakutan pada sesuatu yang tidakjelas
7. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauantertentu.
8. Menutuphidung
9. Seringmeludah
10.Muntah
11.Menggaruk-garuk permukaankulit.
b. Data Subyektif: pasien mengatakan:
1. Mendengar suara-suara ataukegaduhan
2. Mendengar suara yang mengajakbercakap-cakap
3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yangberbahaya.
4. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu ataumonster.
5. Mencium bau-baukan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau
itumenyenangkan
6. Merasakan rasa seperti darah, urin ataufases
7. Merasa takut atau senang denganhalusinasinya
8. Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu
saat sedangsendirian
9. Mengatakan sering mengikuti isi perintahhalusinasi.

F. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik klien dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi
menurut Nanda-I (2012) yaitu:
1. Perubahan daam polaperilaku
2. Perubahan dalam kemampuan menyelesaikanmasalah
3. Perubahan dalam ketajamansensori Perubahan dalam respon yang
biasa terhadap stimulus.
4. Disorientasi
5. Halusinasi
6. Hambatankomunikasi
7. Iritabilitas
8. Konsentrasiburuk
9. Gelisah
10. Distorsisensori

G. Jenis – Jenis Halusinasi


Stuar dan Laraia (2005) membagi halusinasi menjadi 7 jenis halusinasi yang
meliputi:
1. Halusinasi pendengaran(auditory),
2. Halusinasi penglihatan(visual),
3. Halusinasi penghidu(olfactory),
4. Halusinasi pengecapan(gustatory),
5. Halusinasiperabaan(tactile),
6. Halusinasicenesthetic,
7. Halusinasikinesthetic.
Halusinasi yang paling banyak di derita adalah halusinasi pendengaran
yang mencapai lebih kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki
peringkat kedua dengan rata-rata 20%. Sementara jenis halusinasi yang lain
yaitu halusinasi pengecapan, penghidu, perabaan, kinesthetic, dan cenesthetic
hanya meliputi 10%. Tabel dibawah ini menjelaskan karakteristik tiap
halusinasi.
Tabel Karakteristik Halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005)
Jenis Halusinasi Karakteristik
Pendengaran Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara
orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang keras sampai
kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang atau lebih. Pikiran yang
didengar klien dimana pasien disuruh untuk melakukan
sesuatu yang kadang-kadangmembahayakan.
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahay, gambaran
geometris, gambaran kartun, bayangan yang rumit dan
kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan
seperti melihat monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin atau feses,
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.
Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang atau
dimensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti darah, urin atau feses.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.
Cenesthetic Meraskan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan urine.
Klinesthetic Merasakan pergerakan saat berdiri tanpa bergerak.

H. Akibat Halusinasi
1) Risiko perilaku kekerasan (Pada diri sendiri, orang
lain, lingkungan danverbal)
2) Gangguan persepsi sensori:Halusinasi
3) Isolasisosial.
I. Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologist (Stuart dan Laraia, 2005). Ini merupakan
respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pegecap, dan

peraba), klien dengan halusinasi mempersepsikansuatu stimulus pancaindra


walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Respon individu (yang karena
suatu hal mengalami kelainan persepsi) yaitu salah mempersepsikan stimulus
yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika
interpretasi yang dilakukan terhadap stimulus pancaindra tidak akurat sesuai
dengan stimulus yangditerima.
Rentang respon tersebut digambarkan seperti pada gambar dibawah ini :
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Adaptif Mal Adaptif


Pikiran LogisPikiran kadang menyipang Gangguan proses piker, makan
Persepsi Akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Emosi tidak stabil Ketidakmampuan mengalami
dengan Pengalaman Perilaku aneh emosi
Perilaku sesuai hubungan Menarik Diri Ketidakteraturan isolasi sosial
Social
(Sumber, Stuart 2013)

a. Responadaptif
Respon adaptif adalah responyang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut, respon adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat padakenyataan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalamanahli.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain
dan lingkungan.

b. Responpsikososial
Respon psikososial meliputi:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkangangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan pancaindera.
3) Emosi berlebihan atauberkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran.

5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan


orang lain.

c. Responmaladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul darihati.
4) Perilaku tidak terorganisasi merupakan suatu yang tidakteratur.
5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negatif mengancam.

i. SumberKoping
1. Personal ablity :ketidak mampuan memecahkan masalah, ada gangguan diri
kesehatan fisiknya, ketidak mampuan berhubungan dengan orang lain,
pengetahuan tentang penyakit dan intelegensi yang rendah, identitas ego yang
tidakadekuat.
2. Social support : hubungan antara individu, keluarga, kelompok, masyarakat
tidak adekuat, komitmen dengan jaringan social tidakadekuat
3. Material asset :ketidakmampuan mengelola kekayaan, misalnya boros tidak
punya uang untuk berobat, tidak ada tabungan, tidak memiliki kekayaan dalam
bentuk barang, tidak ada pelayanan kesehatan dekat tempattinggal.
4. Pasitif belief :distress spritual tidak memiliki motivasi, penilaian negatife
terhadap pelayanan kesehatan, tidak menggap itu suatugangguan.

J. MekanismeKoping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan
halusinasi (Stuart, Laraia, 2005) meliputi :
a. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
b. Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatubenda
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik
dengan stimulusinternal
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien
K. PohonMasalah

Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain,


lingkungan, dan verbal)

effect

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

Core problem

Isolasi sosial

Causa

I. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji:


No Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
1 Halusinasi Pendengaran DS :
Mendengarkan suara atau kegaduhan
Mendengar suara yang mengajak bercakap-
cakap
Mendengarkan suara yang menyurug
melakukan sesuatu yangberbahaya

DO :
Bicara atau ketawa sendiri
Marah-marah tanpa sebab
Mengarahkan telinga ke arah tertentu
Menutup telinga

Halusinasi Penglihatan DS : Melihat bayangan, sinar bentuk


geometris, bentuk karton, melihat hantu atau
monster
DO :
Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
Halusinasi Penghidu DS :Membaui bau-bauan seperti bau
darah,urine, fases kadang-kadang bau itu
menyenangkan
DO :
Menghidu seperti sedang membaui bau-
bauan tertentu
. Menutup hidung
4 Halusinasi Pengecapan DS :Merasakan rasa seperti darah, urine,
ataufases.
DO :
Sering meludah
. Muntah
5 Halusinasi Peraba DS :Menyatakanadaseranggadi
permukaan kulit merasa tersengatlistrik
DO :Menggaruk-garuk permukaankulit

Perbaikan:
Keterangan rentang respon. Respon adatif: Respon yang dapat diterima
norma-norma budaya yang berlaku:
a. Pikiran logis: Pandangan yang mengarah pada kenyataan.
b. Respon akurat: Pandangan yang tepat pada kenyataan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman: Perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli.
d. Perilaku sesuai: Sikap dan perilaku dalam batas kewajaran.
e. Hubungan sosial harmonis: Proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
f. Gangguan terhadap persepsi: Proses pikir dan emosional terhadap objek
perubahan.
g. Perubahan motorik: Gangguan orientasi realita dan dan manifestasi secara
internal.
h. Perubahan sosial: Jika berhubungan sosial tidak sehat dan menimbulkan
kecemasan yang meningkat maka individu akan merasa kekosongan internal.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Gangguan Tum: Klien 1.Ekspresi wajah 1.1 bina hubungan Hubungan saling
perubahan mencederai bersahabat, saling percaya percaya merupakan
sensori diri sendiri, menunjukkan dengan dasar untuk
persepsi dan rasa senang, ada mengemukakan memperlancar
halusinasi lingkungan. kontak mata, mau prinsip komunikasi Interaksi yang
berjabat tangan, terapeutik selanjutnya akan
Tuk 1 mau a. Sapa klien dilakukan.
Klien dapat menyebutkan dengan ramah
membina nama mau baik verbal
hubungan menjawab salam, ataupun non
saling klien mau duduk verbal.
percaya. berdampingan b. Perkenalkan diri
dengan perawat. dengan sopan.
c. Tanyakan nama
lengkap dan
nama panggilan.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan.
e. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya.
f. Beri Perhatian
Kepada klien
dan perhatikan
kebutuhan dasar
klien.

Tuk 2 1. Klien dapat 1.1 Adakan kontak Selain untuk


Klien dapat menyebutkan sering dan membina hubungan
mengenal waktu, isi dan singkat secara saling percaya,
halusinasinya frekuensi bertahap. kontak sering dan
timbulnya 1.2 Observasi singkat akan
halusinasi. tingkah laku memutus halusinasi,
klien yang mengenal perilaku
terkait dengan pelayan pada saat
halusinasi. halusinasi terjadi
Bicara dan dapat memudahkan
tertawa tanpa perawat dalam
stimulus dan melakukan
memandang ke intervensi.
kiri atau ke
kanan ke
depan.

3.Klien dapat 3.1 beri contoh cara Meningkatkan


mendemonstrasikan menghargai pengetahuan klien
cara menghardik/ halusinasi" pergi! dalam memutus
mengusir tidak Saya tidak mau halusinasi
memperdulikan mendengarmu, saya
halusinasinya mau mencuci piring
/ bercakap dengan
suster ".
3.2 beri pujian atas Harga diri klien
keberhasilan pasien. meningkat memberi
3.3 minta klien klienkesempatan
mengikuti contoh untuk mencoba cara
yang diberikan dan yang dipilih
minta klien memudahkan klien
mengulanginya. dalam
3.4 jadwal latihan mengendalikan
pelayan dan halusinasi.
meminta pelayan
untuk mengisi
jadwal kegiatan.
4.Dapat mengikuti 4.1 anjurkan klien Stimulasi persepsi
aktivitas kelompok. untuk mengikuti dapat mengurangi
terapi aktivitas perubahan
kelompok, orientasi interprestasi realitas
realita, stimulasi akibat halusinasi.
persepsi.

5. Klien dapat 5.1 klien dapat Dengan mengetahui


mendemonstrasikan menyebutkan jenis prinsip pengetahuan
kepatuhan minum obat dosis dan waktu obat, maka
untuk mencegah minum obat serta kemandirian klien
halusinasi. manfaat obat dalam hal
tersebut.(prinsip 5 pengobatan dapat
benar: Benar orang, ditingkatkan.
benar obat, dosis,
benar waktu dan
benar cara
pemberian)

5.2 diskusikan Dengan


tentang jenis obat menyebutkan dosis
yang diminum frekuensi, dan
(nama, warna dan caranya, klien
besarnya) waktu melaksanakan
minum obat (3x1 : program
Pukul jam 7.00, pengobatan.
13.00, dan 19.00)
dosis cara.
5.3 diskusikan frasa Menilai kemampuan
minum obat. klien dalam
a. klien minum obat pengobatannya
kepada perawat sendiri.
(jika di rumah
sakit), kepada
keluarga (jika di
rumah).
b.Selain memeriksa
obat sesuai
dosisnya.
Klien meminum
obat pada waktu
yang tepat.

5.4 anjurkan klien Meningkatkan


untuk bicara dengan pengetahuan seputar
dokter mengenai halusinasi dengan
manfaat dan efek perawatannya pada
samping obat yang pihak keluarga
dirasakan.
VI.STRATEGI HALUSINASI: DENGAR
Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (sp) pasien.
1. SP1 pasien: Membantu pasien mengenali halusinasi, menjelaskan cara-cara
halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama,
menghardik halusinasi.

1.) fase orientasi

a. Salam terapeutik: Assalamualaikum, saya perawat yang akan


merawat fani, nama saya Vika bisa dipanggilVika, nama
panggilannya yang disenangi apa?"

b. Evaluasi / validasi : Bagaimana perasaan fani hari ini? Apa keluhan


fani saat ini?

c. Kontak

1) topik: Baiklah Bagaimana kalau kita bercakap-cakap suara yang


selama ini Fani dengar tapi tanpa wujudnya?

2) tempat: Di mana kita akan bercakap-cakap fani? Dimana kita


duduk? Di ruang tamu?"

3) waktu: Berapa lama? Bagaimana kau 30 menit?

2) fase kerja
Apakah Fani mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang akan
dilakukan suara itu? Berapa kali sehari yang fani alami?Apa keadaan apa
suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?Apa yang dirasakan
ketika mendengar suara itu? Apa yang dilakukan ketika mendengar suara
itu? Fani, ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul, pertama
dengan menghardik suara tersebut, kedua dengan cara bercakap-cakap
yang lain, ketiga melakukan kegiatan yang sudah terjadwal dan yang
keempat minum obat yang teratur Bagaimana kalau kita belajar satu cara
dulu yaitu dengan menghardik.
" caranya sebagai berikut: Saat suara-suara itu, langsung pergi sana
saya tidak mau dengar Saya tidak mau dengar suara palsu begitu diulang-
ulang suara itu tidak terdengar lagi coba Fani peragakan! Nah begitu...
Coba lagi! Ya bagus fani sudah bisa.
3) fase kerja.
a. Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan fani setelah peragakan latihan
tadi? Kalau muncul suara itu lagi.

b. Evaluasi objektif: Jadi apa yang fani dengar adalah muncul saat..dan
yang dilakukan saat suara-suara. Muncul...

c. Rencana tidak lanjut: " baiklah fani, nanti diingat lagi yang suara-
suara, jangan lupa kalau suara-suara itu beritahu perawat biar saya
bantu ya?

d. Kontrak

1. Topik: Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang cara


mengendalikan suara-suara tersebut? Setuju!

2. Tempat: Baiklah kalau begitu di mana kita akan bercakap-cakap


lagi?

3. Waktu: Berapa lama kita akan melanjutkan bercakap-cakap fani?


Jam berapa? Berapa menit? 20 menit, baiklah Fani sampai jumpa.

2. SP 2 pasien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua

1) Fase orientasi

a. Salam teraupetik: Assalamualaikum fani Bagaimana perasaan Fani


hari ini? Sudah dipakai cara yang telah kita latih? Bagus!

b. Evaluasi / validasi: Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara yang
kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap dengan orang
lain.
c. Kontak

1. Topik: Baiklah Fani kita akan melakukan latihan cara kedua

2. Tempat: Kita lakukan di sini saja? Mau di mana?

3. Waktu: Kita akan latihan selama 20 menit.

2) Fase kerja

Cara kerja untuk mencegah atau mengontrol halusinasi yang lain


adalah dengan bercakap-cakap orang lain. Jadi kalau Fani mau mendengar
suara-suara langsung saja mencari teman untuk diajak ngobrol meminta
teman untuk mengobrol dengan fani.
3) Fase terminasi

a. Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan fani setelah latihan lama?


Jadi Sudah ngapeada berapa cara yang sudah dipelajari untuk
mencegah suara-suara itu? Cobalah kedua cara ini kalau Fani
mengalami halusinasi.

3. SP 3 pasien: Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ke-3

1) Fase orientasi

a. Salam terapeutik: Assalamualaikum Fani Bagaimana keadaan fani


hari ini? Apakah suara-suara masih?

b. Evaluasi dan validasi: Apakah sudah pakai dua cara yang telah kita
latih? Bagaimana hasilnya? Bagus!

c. Kontak

1. Topik: Sesuai janji kita hari ini, jika akan belajar cara yang ke-3
untuk mencegah halusinasi yang melakukan kegiatan terjadwal.

2. Tempat: Mau dimana kita berbicara? Baik kita duduk di ruang


tamu.
3. Waktu: Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit?
Baiklah

2) Fase kerja:

Apa saja yang bisa fani lakukan? Pagi-pagi yang kegiatannya terus
jam berikutnya. Wah banyak sekali kegiatannya Mari kita latih dua kegiatan
kita hari ini.Bagus fani kita lakukan kegiatan dapat dilakukan untuk
mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan lain akan kita latih agar lebih
besar dari pagi sampai malam ada kesulitan.
3) Fase terminasi

a. Evaluasi subjek: Bagaimana perasaan fani setelah kita lakukan


bercakap-cakap tiga untuk mencegah suara-suara itu? Bagus sekali!

b. Evaluasi objektif: Coba sebutkan tiga cara yang telah kalian latih
untuk mencegah suara-suara! Bagus sekali, mari kita masukkan ke
dalam jadwal kegiatan fani.

c. Rencana tidak berlanjut: Coba kita lakukan sesuai jadwalnya.

d. Kontak

1. Topik: Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti kita


membahas cara minum obat yang baik serta guna obat!

2. Tempat: Di ruang mana ya nanti?

3. Waktu: Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 siang


sampai jumpa

4. SP 4 : Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


1) Fase orientasi

a. Salam teraupetik: Assalamualaikum Fani?


b. Evaluasi / validitas: Bagaimana perasaan Devi hari ini? Ada yang ingin
disampaikan? Apakah suara-suara masih? Apakah sudah dipakai tiga
cara yang telah kita lakukan?

2) fase kerja

Fani apakah bedanya setelah minum obat secara teratur?Apakah suara-


suara berkurang hilang?Minum obat sangat penting supaya suara suara yang
Fani dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi?
3) fase terminasi

" bagaimana perasaan fani setelah kita bercakap-cakap tentang obat?"


" sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara?"

SP 1 keluarga
1) fase orientasi

Assalamualaikum bapak/Ibu, saya vika perawat yang merawat anak


bapak atau ibu" bagaimana perasaan bapak atau Ibu hari ini? Hari ini kita akan
berdiskusi tentang masalah yang akan bapak Ibu ketahui tentang anak bapak
ibu, kita diskusikan dimana? Bagaimana di ruang wawancara?Berapa lama
waktu?Bagaimana kalau 20 menit?
2) fase kerja

" apa yang bapak atau Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat
fani. Apa yang Bapak Ibu lakukan? Ya gejala yang dialami oleh anak bapak
atau ibu dinamakan halusinasi.
3) fase terminasi

Bagaimana perasaan Bapak atau Ibu setelah kita diskusi dan latihan
memutuskan halusinasi anak?Sekarang Coba bapak-ibu sebutkan tanda-tanda?
Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk memperoleh cara
memutuskan halusinasi jam berapa bertemu dan di mana?
SP 2 keluarga
1) fase orientasi

Assalamualaikum, bagaimana perasaan Bapak atau Ibu? Masih ingat


Bagaimana cara memutuskan halusinasi anak yang sedang dialami fani sesuai
perjanjian kita selama 20 menit ini kita langsung dihadapkan Bapak atau Ibu Mari
kita datangi anak bapak ibu.
2) fase kerja

Assalamualaikum fani,bapak / ibu sangat ingin membantu fani


mengendalikan suara-suara yang Fani dengar untuk itu ini Bapak/Ibu fani datang
untuk membantu.
3) fase terminasi

Bagaimana perasaan Ibu dan Bapak setelah mempraktekannya?Bagaimana


kalau kita bertemu lagi untuk memberikan tentang jadwal kegiatan harian anak
bapak atau ibu? Jam berapa Ibu bisa di mana?
SP 3 keluarga
1) fase orientasi

Assalamualaikum Bapak atau Ibu karena fani sudah boleh pulang maka
sesuai janji kita sering ketemu.Bagaimana selama membesuk, apakah sudah
dilatih dan dirawat sekarang kita bicarakan jadwal fani di rumah mari duduk dan
berapa lama bapak ibu?Bagaimana 15 menit?
2) fase kerja

Ini jadwal kegiatan fani selama di rumah sakit.Ini jadwal dilakukan di


rumah ya Bapak atau Ibu Coba lihat mungkinkah bisa dilakukan di rumah?
3) fase terminasi

Bagaimana bapak dan ibu ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu Sebutkan
cara merawat Fani di rumah? Bagus selanjutnya menyelesaikan administrasi yang
dibutuhkan kami akan siapkan Fani untuk pulang?
DAFTAR PUSTAKA

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi.


Yogjakarta : Andi
RS Jiwa Daerah Surakarta, Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa (Askep Jiwa
Terkini), 25-27 Maret 2014
Iskandar&Damaiyanti, Mukhripah. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa.
ISBN 978-602-8650-91-5
Direja Surya H.A. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta:Desember 2011
Wijayaningsih S.K.Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan
Jiwa.Jakarta: D2015

Anda mungkin juga menyukai