HILEDEGARD PEPLAU
DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya hanturkan kepada Allah SWT karna atas berkat, rahmat, serta izinNYA lah
saya dapat menyelesaikan makalah sains keperawatan dengan topik Analisis Teori keperawatan
menurut teori Helgerd Peplau ini. Perlu saya sadari bahwa teori ini bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari suatu propesi, tidak terkecuali perawar. Masyarakat yang semakin sadar hukum,
globalisasi tenaga kesehatan, dan semakin bervariasinya masalah kesehatan di masyarakat semakin
menekankan urgensi dari pemahaman dan terapan falsafah keperawatan bagi setiap praktisi maupun
institusi kesehatan.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang sifatnya
membangun akan sangat saya apresiasi. Meskipun demikian, saya sangat berharap semoga dengan
adanya makalah ini akan memberikan wawasan baru serta dapat membawa manfaat bagi siapapun
Ttd
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................. 1
Biografi............................................................................................ 1
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................. 3
Latar Belakang Teoris................................................................. 3
BAB 3 PARADIGMA DALAM KEPERAWATAN .................. 4
Paradigma.................................................................................... 4
BAB 4 ANALISA KASUS............................................................ 6
Pembahasan Kasus..................................................................... 6
Analisis Teori............................................................................ 6
BAB 5 KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN........................ 10
BAB 6 DAFTAR PUSTAKA........................................................ 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 BIOGRAFI
imigran dari jerman. Dia merupakan anak kedua dari 6 bersaudara. Ayahnya seorang pekerja
keras sedangkan ibunya sangat perfeklsionis. Orangtuanya bernama gustav dan otilie peplau.
Meskipun dalam keluarga tidak pernah mendiskusikan tentang pendidikan tinggi, Hilda
mempunyai motivasi dan visi yang kuat untuk merubah wanita dari berpikiran tradisional
menjadi yang lebih modern. Dia mengiginkan kehidupan yang lebih baik dan mengenalkan
keperawatan sebagai karier wanita di masa datang. Peplau memulai karir keperawatan pada
tahun 1931 sebagai lulusan dari sekolah perawat Pottstown, PA school. Beliau kemudian
bekerja sebagai staff nurse di Pennsylvania dan New York city.Di Bennington college
vermant ia mendapat gelar bachelor degree jurusan psikologi interpersonal pada tahun 1943.
Peplau mendapatkan gelar master dan doctor dari universitas kolumbia jurusan ilmu
pengajaran. Dia juga mendapatkan sertifikat psikoanalisis di wiliam Alanson white institute
4
new York. Awal tahun 1950 mulai mengajar kelas pertamanya pada psikiatri keperawatan di
Rutgers dari 1954 – 1974. Peplau juga bekerja sebagai konsultan pada WHO, US air force,
US general surgeon. Setelah pensiun dari Universitas Rutgers ia bekerja sebagai professor
5
BAB II
PEMBAHASAN
pada perawatan yang bersifat terapeutik. Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada
saat klien mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis
pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dan klien bersama-
sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian masalahnya. Dari hubungan ini
memenuhi kebutuhannya dan perawat membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan
mendorong kemandirian pasien. Tujuan Teori Peplau Untuk melatih dan mendidik pasien /
klien beserta keluarganya dan membantu pasien untuk mencapai kematangan kepribadian
Pelplau adalah seorang perawat yang sangat berpengalaman di rumah sakit dan pernah
bekerja di berbagai macam setting tempat perawatan di rumah sakit. Di samping itu Patricia
Benner juga seorang peneliti yang aktif dan telah mempublikasikan banyak sekali hasil
penelitiannya. Oleh karena kinerjanya yang baik dan kontribusinya yang signifikan terhadap
prosesyang signifikan dan interpersonal. Konsep utama dalam proses interpersonal adalah
perawat, klien, tujuan kebutuhan manusia, kecemasan, ketegangan, dan frustasi. Peplau
6
kemudian membentuk model inter personal yang menekankan perlunya kemitraan antara
perawat dan klien sebagai lawan dari klien secara pasif menerima perawatan dan perawatan
secara pasif menjalankan perintah dari dokter. Tiga komponen teori tersebut adalah sebagai
berikut.
2. Lingkungan : terdiri dari kekuatan yang ada diluar orang tersebut dan dimasukkan
Asumsi Teori Hildegard E. Peplau Menurut peplau, keperawatan adalah terapeutik yang
mempunyai seni penyembuhan dalam membantu orang yang sakit atau orang yang
sebab melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih individu dengan tujuan tertentu. Peplau
1. Fase orientasi Fokusnya adalah fase menentukan atau menemukan masalah. Pertama
kali perawat dan pasien bertemu masih sebagai orang yang asing satu sama lain,
kebutuhannya ini kadang-kadang tidak dapat dikenali atau dimengerti oleh mereka.
Pada fase ini paling penting adalah perawat bekerja sama secara kolaborasi dengan
diketahui, diambil keputusan bersama untuk menentukan tipe/jenis bantuan apa yang
7
diperlukan. Perawat sebagai fasilitator dapat merujuk klien keahli yang lain sesuai
dengan kebutuhannya.
2. Fase identifikasi Fase ini fokusnya memilih bantuan profesional yang sesuai. Pada
fase ini pasien merespon secara selektif ke orang-orang yang dapat memenuhi
kebutuhannya, setiap pasien mempunyai respon berbeda-beda pada fase ini. Seperti:
secara objektif dengan melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital. Selain itu perawat
memperoleh data subjektif melalui apa yang dikeluhkan pasien. Respon pasien
3. Fase eksploitasi Fase ini fokusnya adalah menggunakan bantuan professional untuk
kebutuhan dari pasien, pasien mulai merasa sebagai bagian integral dari lingkungan
pelayanan. Pada fase ini pasien mulai menerima informasi- informasi yang diberikan
4. Fase resolusi Fokusnya adalah mengakhiri hubungan profesional. Pasien dan perawat
8
BAB III
Aplikasi Teori Hildegard E. Peplau Hildegard Peplau, seorang perawat psikiatri menerapkan
konsep interpersonalnya pada tahun 1952 dan melandaskan pada teorinya pada waktu itu :
teori psikoanalisis, prinsip pembelajaran social, dan konsep motivasi manusia serta
prilaku sendiri untuk membantu orang lain mengidentifikasi kesulitan yang dirasakan dan
menerapkan prinsip hubungan manusia pada masalah yang muncul selama pengalaman
tersebut. Selama hubungan perawat – klien, perawat memiliki banyak peran . Peran – peran
tersebut adalah :
1. Peran orang asing (role of the stranger) Peplau mengatakan bahwa perawat dan klien
adalah orang asing satu sama lain, maka klien harus diperlakukan secara sopan, penuh
perasaan, dengan kata lain perawat tidak boleh melakukan penilaian terlebih dahulu,
untuk klien. Perawat harus menentukan jawaban atas pertanyaan klien apakah jenis
3. Peran pengajaran (teaching role) Peran pengajaran adalah kombinasi dari seluruh
peran dan selalu berasal dari apa yang diketahui klien dan dikembangkan dari
9
minatnya dalam menginginkan dan kemampuannya dalam menggunakan informasi.
5. Peran wali (surrogate role) Klien mengannggap perawat sebagai walinya, sikap dan
tingkah laku perawat menciptakan perasaan tertentu dalam diri klien yang bersifat
6. Peran penasehat (counseling role) Penasehat berfungsi dalam hubungan perawat klien
Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan
tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan
dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu: klien, perawat
masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit (sumber kesulitan), dan proses interpersonal.
kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah yang dialami Yang pada dasarnya
hubungan interpersonal terapeutik sampai saat ini masih digunakan dalam dunia
bersifat terapeutik (significant therapeutic interpersonal process). Aplikasi dari teori ini
dapat di buktikan dengan diterapkannya komunikasi terapeutik. dan sampai saat ini
10
komunikasi terapeutik ini masih digunakan dan di aplikasikan direncanakan secara sadar,
11
BAB IV
Kasus :
Pasien JA, 27 tahun dibawa oleh kakaknya ke unit gawat darurat Rumah Sakit
Rujukan Kabupaten Kakamega dengan dugaan kekerasan terhadap anggota keluarga. Dia
baik-baik saja sampai presentasinya di rumah sakit dan selanjutnya masuk rumah sakit. Dia
memiliki riwayat positif penyalahgunaan alkohol sejak usia 17 tahun. Ia berasal dari
keluarga poligami dengan dugaan ayahnya bunuh diri karena tidak mampu menafkahi kedua
keluarga. Dia memiliki tonggak perkembangan yang baik tanpa riwayat kesehatan yang
signifikan. Dia berprestasi baik di sekolah dan melanjutkan studinya di Universitas Negeri.
Dia adalah orang yang ramah dan suka berteman dan berpesta dengan sikap positif terhadap
kehidupan. Dia mudah tersinggung dan marah selama interaksi normal dengan teman dan
keluarga. Ia pernah ditangkap polisi karena berkelahi dengan siswa lain saat mabuk. Pada
penilaian mental, pasien mengalami halusinasi sentuhan yaitu ia melaporkan bahwa ia
merasakan laba-laba berjalan di tubuhnya. Dia tidak memiliki khayalan atau ilusi. Suasana
hatinya eutimik dengan pengaruh yang sesuai. Pada pemeriksaan fisik, terdapat bekas luka
di lengan kiri akibat perkelahian dengan orang tak dikenal saat dalam pengaruh alkohol.
Tidak ada temuan signifikan yang dicatat pada sistem lain. Kesan klinis psikosis akibat zat
dibuat dan pasien dirawat di unit psikiatri. Farmakoterapi dimulai dengan Klorpromazin
200mg, 12 jam per oral dan Karbamazepin 600mg sekali sehari per oral.
12
Pembahasan :
Penerapan Teori dalam Penatalaksanaan Pasien Psikosis Akibat Zat Kasus yang disajikan di
atas adalah seorang pasien yang mengalami gejala psikotik akibat penyalahgunaan zat psikoaktif saat
ini atau baru-baru ini. Dia memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol yang efek fisiologis
langsungnya terlihat dari gejala yang dia alami. Pengobatan jangka pendek dengan antipsikotik
dimulai, meskipun fokus utama pengobatannya adalah pada manajemen penyalahgunaan zat. Kami
kemudian menyoroti penggunaan teori hubungan interpersonal Peplau sebagai kerangka dalam
1. Pada fase orientasi, peran asing perawat terjadi di bangsal psikiatri saat pertama kali bertemu
dengan pasien pada sesi terapi individu. Perawat memanggil nama pasien, memperkenalkan diri
sebagai perawat profesional yang berkualifikasi dan berpengalaman membantu pasien. Perawat
menyambut pasien ke tempat duduk dan duduk di sebelahnya. Mereka ramah satu sama lain
yang menandakan penerimaan. Dalam interaksi awal ini, perawat yang merasa prihatin bertanya
kepada pasien mengapa dia dirawat di unit tersebut. Pasien melaporkan telah melakukan
kekerasan terhadap beberapa anggota keluarga setelah meminum alkohol. Perawat diam-diam
mendengarkan narasi pasien dengan empati. Hal ini memfasilitasi kepercayaan awal dalam
hubungan perawat-pasien. Tujuan perawat dalam peran orang asing adalah untuk menciptakan
hubungan baik, membangun kepercayaan dan keyakinan dengan pasien. Menjalin hubungan
baik dengan pasien memungkinkan dia untuk bebas mengekspresikan perasaan, emosi, dan
pikirannya. Komunikasi verbal dan non-verbal yang penuh kasih sayang, pendekatan penuh
hormat dan perilaku tidak menghakimi diperlukan dalam peran orang asing .
13
2. Fase Identifikasi, Perawat kemudian bertanya kepada pasien apakah dia dapat mengizinkannya
mendiskusikan lebih lanjut masalah alkoholismenya. Hal ini memungkinkan terjadinya diskusi
timbal balik mengenai masalah alkoholisme baik oleh perawat maupun pasien. Ini juga
merupakan kesempatan bagi perawat untuk memahami pengalaman hidup pasien dan dampak
alkoholisme terhadap hidupnya. Pasien wajib dan menceritakan pengalamannya dengan
alkoholisme sementara perawat mendengarkan secara aktif. Berfokus pada hubungan
interpersonal cenderung mengarahkan perawat dari fokus reduksionis pada penyakit dan
pengobatan menuju pandangan yang lebih inklusif tentang pengalaman penyakit pada individu,
keluarga dan sistem kesehatan di mana mereka menemukan ekspresi perasaan dan
keyakinannya sendiri ketika berhadapan dengan pasien. Dari dialog tersebut, baik perawat
maupun pasien sepakat dan mendefinisikan masalah pasien sebagai alkoholisme. Pasien merasa
menyesal dan meminta bantuan untuk berhenti menyalahgunakan alkohol. Dia melaporkan
bahwa penyalahgunaan alkoholnya disebabkan oleh pengaruh teman sebaya karena teman
dekatnya juga menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan lainnya. Pengaruh teman sebaya telah
didokumentasikan dalam beberapa penelitian sebagai kontributor utama penyalahgunaan zat.
Pengembangan hubungan saling percaya dengan pasien meningkatkan kemampuan perawat
untuk menawarkan pendidikan, dukungan dan keahlian profesional. Perawat memberi tahu
pasien bahwa dia telah memahami kekhawatirannya dan bersedia memberikan bantuan
profesional karena mereka juga mencari sumber bantuan lain yang tersedia untuknya. Perawat
dan pasien pada titik ini akrab, percaya dan menghormati satu sama lain. Setelah menyepakati
tujuan bersama dengan pasien, pertemuan berikutnya membuat perawat berperan sebagai guru,
pemimpin, dan narasumber dalam fase kerja. Perawat menjelaskan kepada pasien efek fisiologis
alkohol dan pengobatan apa yang ada untuk mengatasi masalah alkoholisme. Informasi tentang
dampak negatif penyalahgunaan zat dapat memberdayakan pasien untuk membuat keputusan
yang tepat mengenai perubahan perilaku mereka. Tujuan utama dari peran guru dan narasumber
adalah untuk membantu pasien memperoleh pengetahuan dan informasi untuk membantunya
lebih memahami status kesehatannya. Perawat selanjutnya mengklarifikasi harapannya dari
pasien sehubungan dengan pantangan alkoholnya. Pasien menyatakan memahami dampak
alkoholisme dan bersedia mematuhi bimbingan perawat untuk menyelesaikan masalahnya.
3. Tahap Selanjutnya Eksploitasi, Dia sekarang menjadi peserta aktif dalam sesi terapi kelompok
dan kegiatan rekreasi lainnya di rumah sakit tanpa perawat. Pasien juga menerima anggota
keluarga untuk diikutsertakan dalam proses terapi sesuai permintaan perawat. Dia lebih optimis
dalam menyelesaikan masalah kecanduan alkoholnya dan menyatakan keinginannya untuk
melanjutkan studinya di universitas untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik. Perawat
14
dalam menjalankan peran kepemimpinannya berdiskusi dengan pasien dan anggota keluarga
tentang perlunya melibatkan profesional lain yang akan berharga dalam proses terapeutik.
Setelah menyetujui saran perawat, seorang konselor dan pekerja sosial diperkenalkan kepada
pasien saat masih di rumah sakit. Konselor membantu pasien mengidentifikasi aktivitas
produktif yang akan dia lakukan selama waktu luangnya untuk mengurangi tekanan dari teman-
temannya. Pasien menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan tim sepak bola
lingkungan setelah keluar dari rumah sakit. Konselor juga akan membantu pasien dalam
memilih dan mempertahankan teman yang tidak menyalahgunakan zat. Hal ini akan
membantunya menjauh dari teman-temannya yang menyalahgunakan narkoba dan
meminimalkan peluang untuk terpengaruh lagi. Pekerja sosial mengunjungi rumah pasien dan
berdiskusi dengan anggota keluarga lainnya mengenai dukungan yang dibutuhkan pasien dalam
perawatannya. Dia juga menghubungkan pasien tersebut dengan kelompok pendukung pecandu
alkohol yang bertemu setiap bulan. Pasien membuat janji sendiri dengan konselor sebelum dia
keluar dari unit. Hal ini terjadi setelah konselor setuju untuk melanjutkan sesi konseling
mingguan dengan pasien sebagai pasien rawat jalan setelah pulang.
4. Fase Resolution Perawat dan pasien meninjau rencana pemulangan mereka termasuk
menghadiri pertemuan dukungan bulanan dan sesi konseling rawat jalan mingguan, melanjutkan
studi di universitas, dan identifikasi dua teman yang tidak menyalahgunakan alkohol. Ia
mengucapkan terima kasih kepada perawat, konselor, dan pekerja sosial dengan keyakinan
bahwa ia akan mendapatkan manfaat yang sangat besar dari dukungan mereka. Perawat
menghargai hubungan mereka dan kerja samanya dalam perawatan. Perawat mengakhiri
hubungan. Pasien keluar dari rumah sakit setelah 12 hari rawat inap.
Teori hubungan interpersonal Peplau memberikan proses terapeutik di mana perawat dalam
kemitraan dengan pasien dapat secara mutual dan kolaboratif menyelesaikan masalah kesehatan
yang disepakati. Masalah kesehatan sebagian besar pasien tidak hanya bersifat fisik tetapi juga
psikologis, sosial dan spiritual. Penerapan teori ini di bangsal psikiatri tepat dalam memfasilitasi
bebas mengekspresikan emosi, perasaan dan pikirannya mengenai suatu masalah kesehatan yang
15
diberikan. Hal ini meningkatkan pemahaman tentang masalah kesehatan dan membimbing perawat
untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan individu mereka. Praktik keperawatan harus fokus
pada penguatan hubungan interpersonal dengan pasien untuk meningkatkan hasil kesehatan.
16
BAB V
17
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Tomey, A.M., Alligood, M.R. (2006). Nursing Theorists and Their Work. Six
edition. Missouri Mosby Elsevie
Whiteford, H. A., et al. (2013). Global burden of disease attributable to mental and
substance use disorders: Findings from the Global Burden of Disease Study
2010. The Lancet, 382(9904), 1575–1586. http://doi.org/10.1016/S0140-6736
(13)61611-6.
18