Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

SAINS KEPERAWATAN
“PENERAPAN TEORI PEPLAU”

OLEH KELOMPOK 3
Ns.Lilis Silaban,S.Kep
Ns.RiskaSubhianti,S.Kep
Ns.Era Neltia,S.Kep
Ns.Rasymi Delvi,S.Kep
Ns.Rahmiwati, S.Kep

Dosen Pembimbing: Dewi Eka Putri M.Kep spKep. Jiwa

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang “Penerapan Teori Peplau” dalam kelompok sebagai landasan
utama bahan pembelajaran pada mata kuliah sains keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan ini bisa teratasi. Oleh karena itu, kelompok
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah
ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Terutama
bagi teman-teman yang ingin membahas secara rinci tentang isi makalah ini sehingga menjadi
lebih baik lagi.

Padang, November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................4


1.1 Latar Belakang.............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4

1.3 Tujuan...........................................................................................................4

BAB II PENERAPAN TEORI PEPLAU................................................................6

2.1 Pengertian teori peplau.................................................................................6

2.2 Paradigma keperawatan Hildegard E. Peplau..............................................7

2.3 Teori keperawatan Hildegard E. Peplau ......................................................7

2.4 Skema dan Tahap Proses Hubungan Interpersonal Peplau .......................10

2.5 Hubungan antara fase peplau dan proses keperawatan..............................11

2.6 Konsep model keperawatan jiwa ...............................................................13

2.7 Teori peplau interpersonal jiwa .................................................................13

2.8 Permasalahan Yang Mengakibatkan Gangguan Interpersonal...................14

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................................20

3.1 Aplikasi dalam praktek keperawatan jiwa.................................................20

3.2 Jurnal terkait :.............................................................................................21

BAB IV Kesimpulan .................................................................................................22

4.1 Saran...........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keperawatan merupakan kebutuhan pokok manusia sebagaimana halnya dengan
semua usaha untuk memajukan kesejahteraan. Uraian tentang keperawatanyang baik harus
dilakukan oleh seseorang perawat dengan sendirinya harus dimulai perawat itu sendiri.
Model keperawatan yang dijelaskan oleh Hildegard peplau mencakup segala
sesuatu tentang diri individu itu sendiri yang tepatnya didalam dirinya, yaitu interpersonal,
dan ini mengarah pada kejiwaan seseorang.ini lah model konsep teori yang dijadikan acuan
perawat untuk melakukan tindakan keperawatan.
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Mampu menghadapi kecemasan didalam diri
individu. Jika seseorang tidak sanggup untuk mengatasi permasalahn didalam hidup
mereka, terutama pada dalam diri mereka sendiri, akan timbul permasalahan permasalahan
yang akan berakibat fatal yang tentunya akan mengganggu kehidupan orang yang
mengalami permasalahan interpersonal ini. untuk itu diperlukan peran perawat dalam
mengatasi masalah ini, untuk membantu pasien mengatasi masalah yang mungkin tidak
bisa diselesaikan sendiri oleh seseorang. perawat juga harus tau apa saja yang harus
dilakukan, untuk inilah kami kelompok mengangkat model konseputual jiwa interpersonal
yang dimana model konsep ini erat sekali dengan teori Hildegard E. Peplau. sehingga
perawat memiliki gambaran untuk melakukan tindakan keperawatan yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah


Dari pembahasan latar belakang masalah di atas dapat diambil rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana Penerapan teori peplau dalam keperawatan beserta mengaplikasikan dalam
praktek keperawatan jiwa.

4
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Perawat dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengaplikasikan model
keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan Jiwa
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Memahami secara mendalam tentang konsep, teori, dan model Hildegard E. Peplau
dalam proses keperawatan.
b. Memahami secara mendalam tentang paradigma keperawatan model Hildegard E.
Peplau dalam proses keperawatan
c. Memahami Hubungan Antara fase-fase Peplau dan Proses Keperawatan
d. Memahami secara mendalam tentang model Hildegard E. Peplau dalam konsep
keperawatan jiwa
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan mengenai Penerapan teori peplau dalam keperawatan
beserta mengaplikasikan dalam praktek keperawatan jiwa.
1.4.2 Bagi Pembaca
Memberikan wawasan tentang Penerapan teori peplau dalam keperawatan beserta
mengaplikasikan dalam praktek keperawatan jiwa.

5
BAB II
TINJAUAN PENERAPAN TEORI PEPLAU

2.1 Teori Biografi Hildegard E. Peplau


2.1.1 Pengertian teori Peplau
Hildegard E. Peplau adalah seorang perawat psikiatri yang mengenalkan konsep
interpersonalnya pada tahun 1952 dan melandaskannya pada teori yang ada pada waktu
itu. Ia lahir pada tanggal 1 september 1909 di Reading, Pennsylvania. Pada tahun 1931
Peplau lulus dari Hospital School of Nursing di Pottstown, Pennsylvania.
Dari Benningston University ia memperoleh gelar B.A dalam bidang psikologi
interpersonal, Vermont pada tahun 1943.  Kemudian pada tahun 1947  ia meraih gelar
M.A dalam bidang keperawatan psikiatri dari Teacher’s College, Colombia, New York,
tidak hanya sampai disitu dia juga meraih gelar Ed.D. dalam bidang pengembangan
kurikulum pada tahun 1953.
Dalam bidang keperawatan, khususnya keperawatan psikiatri konstribusi Peplau
sangatlah banyak. Tahun 1952, Peplau menerbitkan bukunya yang berjudul
"Interpersonal Relations in Nursing". Peplau membuat model keperawatan dengan istilah
keperawatan psikodinamika. Menurut Peplau, keperawatan psikodinamik merupakan
kemampuan seorang perawat untuk memahami tingkah lakunya guna membantu orang
lain, mengidentifikasi kesulitan yang dirasakan, dan untuk menerapkan prinsip hubungan
manusia pada permasalahan yang timbul di semua level pengalaman.

6
2.2 Paradigma Keperawatan Hildegard E. Peplau
2.2.1 Keperawatan 
Keperawatan adalah suatu istrumen pendidikan yang memfasilitasi kedisiplinan.
Tujuan keperawatan adalah untuk memfasilitasi kesehatan individu berdasarkan prinsip-
prinsip keilmuan. Dan keperawatan diaplikasikan agar dapat membantu klien dalam
memenuhi kebutuhan dirinya dan memulihkan penyakitnya.
2.2.2 Manusia 
Manusia memiliki karakteristik biokimiawi, fisiologis, interpersonal, dan
kebutuhan dasar hidup yang selalu berkembang. Perkembangan tersebut terjadi melalui
interaksi dengan orang lain yang mampu memenuhi kebutuhan dirinya dan membagi
pengalamannya.
2.2.3 Lingkungan 
Lingkungan adalah faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan manusia
dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status ekonomi, dan kesehatan. Terapi
lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahan tubuh terhadap
penyakit dan meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien.
2.2.2.4 Kesehatan 
Sehat merupakan simbol perkembangan kepribadian dan proses kehidupan
manusia yang berlangsung secara terus menerus menuju kehidupan yang kreatif dan
konstruktif. Sedangkan perilaku sehat adalah perilaku yang memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan, kepuasan, kesadaran diri, dan intergrasi pengalaman yang berarti, misalnya
pengalaman sakit. 

2.3 Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau


Teori yang dikembangkan oleh Hildegard E. Peplau adalah keperawatan psikodinamik
(psykodynamyc Nursing). Teori yang dikembangkan ini dipengaruhi oleh model hubungan
interpersonal yang bersifat terapeutik (significant therapeutic interpersonal process). Peplau
mendefinisikan teori keperawatan psikodinamikanya sebagai berikut:
Perawatan psikodinamik merupakan kemampuan untuk memahami perilaku seseorang
untuk membantu mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dirasakan dan untuk

7
mengaplikasikan prinsip-prinsip kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah-masalah
yang muncul dari semua hal atau kejadian yang telah dialami.
Model konsep dan teori keperawatan ini menjelaskan tentang kemampuan dalam
memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia
yang mencakup 4 komponen sentral, yaitu:
1. Pasien 
Pasien adalah subjek yang langsung dipengaruhi oleh adanya proses interpersonal. Sistem
yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis, interpersonal, dan
kebutuhan serta selalu berupaya agar dapat memenuhi kebutuhannya.
2. Perawat 
Berdasararkan teori yang dikembangkan oleh Peplau perawat memiliki peranan untuk
mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan klien yang bersifat partisipatif,
sedangkan klien mengendalikan isi yang menjadi tujuan. Dalam pelaksanaan model
Peplau, perawat berperan sebagai berikut:

 Sebagai mitra kerja: hubungan perawat klien merupakan hubungan yang memerlukan


kerja sama yang harmonis atas dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa saling
percaya, mengasihi, dan manghargai.
 Sebagai sumber informasi: perawat harus mampu memberikan informasi yang akurat,
jelas, dan rasional kepada klien dalam suasana yang bersahabat dan akrab.
 Sebagai pendidik: perawat harus berupaya memberikan pendidikan, pelatihan, dan
bimbingan pada klien/keluarganya terutama dalam mengatasi masalah kesehatan.
 Sebagai pemimpin: perawat harus mampu untuk memecahkan masalah kesehatan
melalui proses kerjasama dan partisipasi aktif klien.
 Sebagai wali/pengganti: perawat merupakan individu yang dipercaya pasien untuk
berperan sebagai orang tua, tokoh masyarakat, atau rohaniawan guna membantu
memenuhi kebutuhannya.
 Sebagai konselor: perawat harus dapat memberi bimbingan terhadap masalah klien
sehingga pemecahan masalah akan lebih mudah dilakukan.

8
3. Ansietas
Dalam model Hidegard E. Peplau, ansietas adalah konsep yang memiliki peranan
penting karena berkaitan langsung dengan kondisi sakit. Dalam keadaan sakit biasanya
tingkat ansietas meningkat. Oleh karena itu, perawat pada saat ini harus mengkaji
tingkat ansietas pasien. Berkurangnya ansietas menunjukkan bahwa kondisi pasien
semakin baik. 
4. Proses Interpersonal
Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dengan klien ini menggambarkan
metode transformasi energi atau ansietas klien oleh perawat yang terdiri dari 4 fase,
yaitu:
 Fase orientasi: dalam fase ini terjadi proses pengumpulan data dan proses membina
hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
 Fase identifikasi: dalam fase ini perawat berupaya dapat memfasilitasi ekspresi
perasaan klien dan melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan kebutuhan
kliennya.
 Fase eksplorasi: dalam fase ini perawat membantu klien dalam memberikan gambaran
kondisi klien dan seluruh aspek yang terlibat didalamnya.
 Fase resolusi: dalam fase ini klien secara bertahap membebaskan diri dari
ketergantungan dengan tenaga professional. Ini berarti klien diberi kesempatan untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri berdasarkan kemampuan yang dimiliki.

9
2.4 Skema dan Tahap Proses Hubungan Interpersonal Peplau

Seperti yang telah digambarkan melalui skema di atas, terdapat beberapa tahap proses
Interpersonal saat perawat sedang berhubungan dengan klien, yaitu:
2.4.1 Fase Orientasi
Pada fase Orientasi, perawat dan klien masih sebagai orang yang asing. Pertemuan
diawali pasien yang mengekspresikan perasaan butuh, kemudian perawat dan klien
malakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi sebuah proses
pengumpulan data.
Hal paling penting adalah perawat bekerja sama secara kolaborasi dengan pasien
dan keluarganya dalam menganalisis situasi. Perawat dan klien saling mengenali,
memperjelas dan menentukan masalah, Setelah itu, mengambil keputusan bersama untuk
menentukan  tipe bantuan apa yang diperlukan. Perawat sebagai fasilitator dapat merujuk
klien ke ahli lain sesuai dengan kebutuhannya.
2.4.2 Fase Identifikasi
Fase identifikasi berfokus memilih bantuan profesional yang tepat. Pada fase ini, pasien
merespons orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhannya secara selektif. Respons
pasien terhadap perawat:
 Berpartisipasi dan interpendent dengan perawat: Partisipan mandiri dalam
hubungannya dengan perawat.
 Anatomy dan independent: Individu mandiri terpisah dari perawat.

10
 Pasif dan dependent: Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung pada
perawat.
2.4.3 Fase Eksploitasi
Fase Eksploitasi berfokus menggunakan bantuan profesional untuk alternatif
pemecahan masalah. Pelayanan yang diberikan berdasarkan minat dan kebutuhan
pasien. Pasien mulai menerima informasi tentang penyembuhannya, mungkin
berdiskusi atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada perawat, mendengarkan
penjelasan-penjelasan dari perawat dan sebagainya. Hingga akhirnya pasien mulai
merasa sebagai bagian integral dari lingkungan pelayanan.
2.4.4 Fase Resolusi
Fase resolusi terjadi setelah fase orientasi, identifikasi dan eksploitasi berjalan
dengan sukses. Fase resolusi berfokus mengakhiri hubungan profesional pasien dan
perawat. Pasien berusaha untuk melepaskan rasa ketergantungan kepada tim medis
dan menggunakan kemampuannya untuk menjalankan segala sesuatu secara sendiri.

Fase-Fase Peplau dengan Fokusnya

Fase Fokus
Orientasi perawat bekerja sama dengan pasien dalam menganalisis masalah
Identifikasi Pemilihan bantuan profesional yang tepat
Eksploitasi Penggunaan bantuan profesional untuk pemecahan masalah
Resolusi Pemutusan hubungan profesional pasien dengan perawat

2.5 Hubungan Antara Fase-Fase Peplau dan Proses Keperawatan


Kontinum Peplau pada empat fase orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi dapat
dibandingkan dengan proses keperawatan seperti yang dibahas dalam (Tabel 2.1). Proses
keperawatan didefinisikan sebagai "aktivitas intelektual’’ yang disengaja dimana praktek
keperawatan didekati secara tertib, sistematis.
Ada banyak kesamaan antara proses keperawatan dan fase interpersonal Peplau. Fase
Peplau dan proses keperawatan berurutan dan fokus pada interaksi terapeutik. Keduanya bila
menemui “stress” harus menggunakan tehnik problem solving secara kolaboratif, dengan

11
tujuan akhir adalah menemukan kebutuhan pasien.. Keduanya menggunakan observasi,
komunikasi, dan recording sebagai alat dasar untuk praktek perawat.
Ada perbedaan juga antara fase Peplau dan proses keperawatan. Keperawatan profesional
saat ini memiliki pengertian tujuan yang lebih jelas dan memiliki area praktek yang
spesifik. Keperawatan beranjak dari peran physician’s helper ke arah consumer advocay.
Hubungan Fase-Fase Peplau dengan Proses Keperawatan

PROSES KEPERAWATAN FASE-FASE PEPLAU


Pengkajian Orientasi
Pengumpulan data dan analisis Perawat dan pasien sebagai orang yang asing,
Tidak perlu selalu berarti "kebutuhan pertemuan diawali oleh pasien yang
yang dirasakan" mungkin perawat mengekspresikan perasaan butuh, bekerja
dimulai. sama mengenali dan menentukan masalah
DiaDiagnosa keperawatan (Catatan: pengumpulan data kontinu.)
Ringkasan pernyataan berdasarkan Pasien menjelaskan "kebutuhan yang
analisis. dirasakan."
Perencanaan Identifikasi.
Saling menetapkan tujuan. Meletakkan tujuan yang sama, pasien
mempunyai perasaan memiliki dan
merespons secara selektif untuk memenuhi
kebutuhannya.
Pelaksanaan Eksploitasi
Rencana memulai ke arah pencapaian Pelayanan yang diberikan berdasarkan minat
tujuan yang saling ditetapkan.Dapat dan kebutuhan dari pasien. Pada fase ini
dicapai dengan perawatan pasien, pasien mulai menerima informasi-informasi
kesehatan profesional, atau keluarga yang diberikan padanya tentang
pasien. penyembuhannya
Evaluasi Resolusi
Berdasarkan perilaku akhir yang Terjadi setelah fase-fase yang lain sukses
diharapkan.Dapat menyebabkan secara lengkap kemudian dilakukan
penghentian atau inisiasi rencana baru. pengakhiran hubungan pasien dengan perawat

12
2.6 Konsep Model Keperawatan Jiwa
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi,
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. (Brockopp, 1999)
Konsep model keperawatan jiwa tentunya mengarah pada kesehatan jiwa seseorang, yaitu
perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang
lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif pada diri sendiri, dan orang
lain.kesehatan jiwa seseorang meliputi, perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang lain,
mengatasi persoalan hidup sehari hari.
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam lingkungan atau
stresor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan perubahan yang adaptif baik
secara mandiri maupun bantuan perawat. Model konseptual keperawatan jiwa merupakan
upaya yang dilakukan baik oleh perawat untuk  menolong seseorang dalam mempertahankan
keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stresor yang
dialaminya (Videbeck, 2008)
Model konsep keperawatan jiwa terbagi menjadi enam bagian salah satunya adalah
masalah interpersonal.(Suliswati,2005).

2.7 Teori peplau interpersonal jiwa


Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu,perawat, dan proses interaktif
(Peplau,1952) yang menghasikan hubungan antara perawat dan klien ( Torres,1986
Marriner-Tomey,1994).
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisamuncul akibat adanya ancaman.
Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang
akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep
ini perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
sekitarnya.
Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan
adalah proses interpersonal dan terapeutik. Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien
dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai kematangan perkembangan kepribadian
( Chinn dan Jacobs,1995 ). Oleh sebab itu perawat berupaya mengembangkan hubungan
anatara perawat dan klien dimana perawat bertugas sebagai sumber daya

13
manusia, narasumber, konseler atau konsultan, dan wali/wakil bagian klien.
Pada saat klien mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan
menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia.sebagai contoh,ketika klien mencari
pertolongan,langkah pertama perawat dan klien membahas pokok masalah dan perawat
menjelaskan fasilitas yang ada.  Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dan klien,
perawat dan klien bersama-sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian
masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan
pelayanan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan perawat membantu klien dalam
hal menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan masalah kesehatannya.
Teori peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan kolaborasi perawat-klien
membentuk suatu “kekuatan mendewasakan “atau “dorongan pertumbuhan” melalui
hubungan interpersonal yang efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien
( Beeber ,anderson dan sills,1990 ).
Ketika kebutuhan dasar telah diatasi kebutuhan yang baru mungkin muncul. Hubungan
interpersonal perawat-klien di gambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih
seperti berikut : orientasi, indentifikasi, penjelasan, dan resolusi (chin dan Jacobs,1995).
Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau ini menjelaskan tentang
kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar
hubungan antar manusia yang mencakup proses interpersonal,perawat-klien,dan masalah
kecemasan yang terjadi akibat sakit.
2.8 Permasalahan Yang Mengakibatkan Gangguan Interpersonal
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman
interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi dengan
orang lain mengancam keamanan psikologik dan biologic individu. Teori dan gagasan peplau
dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan psikiatri. Penelitian
keperawatan tentang kecemasan, empati, instrumen perilaku, dan instrumen untuk
mengevaluasi respons verbal dihasilkan dari model konseptual peplau ( Marriner-
Tomey,1994). Dalam permasalahan interpersonal, seorang individu akan menampakan
perilaku, diantaranya individu merasa terasingi, merasakan kecemasan yang berlebihan,
senang menyendiri dan enggan utuk membicarakan permasalahan yang dialaminya.
2.8.1 Terapi interpersonal

14
Kontribusi Peplau dalam bidang keperawatan, khususnya keperawatan Psikiatri,
sangat banyak. Tahun 1952, ia meluncurkan bukunya yang berjudul Interpersonal
Relations In Nursing.
Dalam ilmu komunikasi, proses interpersonal didefinisikan sebagai proses interaksi
secara simultan dengan orang lain dan saling pengaruh-mempengaruhi satu dengan
lainnya, biasanya dengan tujuan untuk membina suatu hubungan.
Pada awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai bentuk keprihatinannya terhadap
praktik keperawatan “Custodial Care”, sehingga sebagai perawat jiwa, melalui tulisannya
ia kemudian mempublikasikan teorinya mengenai hubungan interpersonal dalam
keperawatan. Dimana dalam memberikan asuhan keperawatan ditekankan pada
perawatan yang bersifat terapeutik.
Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien mencari bantuan, pertama
perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia. Dengan
berkembangnya hubungan antara perawat dan klien bersama-sama mendefinisikan
masalah dan kemungkinan penyelesaian masalahnya. Dari hubungan ini klien
mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhannya dan perawat membantu klien dalam hal menurunkan kecemasan
yang berhubungan dengan masalah kesehatannya.
Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan
jiwa. Penelitian keperawatan tentang kecemasan, empati, instrument perilaku, dan
instrument untuk mengevaluasi respon verbal dihasilkan dari model konseptual Peplau.
Peplau mengembangkan modelnya dengan memerinci konsep struktural dari proses
antar-personal-disinilah letak fase hubungan perawat-klien (nurse-patient
relationship). Keempat fase tersebut saling berkaitan. Di setap fase diperlukan peran yang
berbeda sesuai dengan kebutuhan klien. fase antara lain:
1.      Fase Orientasi
Fase ini, perawat dan klien bertindak sebagai 2 individu yang belum saling
mengenal. Selama fase orientasi, klien merupakan seseorang yang memerlukan bantuan
profesional dan perawat berperan membantu klien mengenali dan memahami masalahnya
serta menentukan apa yang klien perlukan saat itu. Jadi, fase orientasi ini merupakan fase
untuk menentukan adanya masalah,dimana perawat dan klien melakukan kontrak awal

15
untuk membangun kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data.
Fase orientasi dipengaruhi langsung oleh sikap perawat dan klien dalam memberi
atau menerima pertolongan. Selain itu fase  ini juga dipengaruhi oleh ras, budaya, agama,
pengalaman, latar belakang, dan harapan klien maupun perawat. Akhir dari fase ini
adalah perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi adanya masalah serta
menumbuhkan rasa saling percaya sehingga keduanya siap untuk melangkah ke fase
berikutnya.
2.      Fase Identifikasi
Pada fase ini klien memberikean respon atau mengidentifikasi persoalan yang ia
hadap bersama orang yang dianggap memahami masalahnya. Respon setiap klien
berbeda satu sama lain. Disini perawat melakukan eksplorasi perasaan dan membantu
klien menghadapi penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman yang
mengorientasi ulang perasaannya dan menguatkan kekuatan positif pada pribadi kklien
serta memberi kepuasan yang diperlukan.
Fase identifikasi peran perawat apakah  sudah melakukan atau tindakan sebagai
fasiliatator yang memfasitaskan ekspresi perasaan klien serta melaksanakan asujhan
keperawatan.
Selama fase identifikasi klien diharapkan mulai memiliki perasaan terlibat dan
mulai memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya dengan mengurangi perasaan
tidak berdaya dan putus asa. Upaya ini akan menumbuhkan sikap positif pada diri klien
guna melaju ke fase selanjutnya. Jadi, fase identifikasi merupakan fase penentu bantuan
apa yang diperlukan oleh klien. Fase ini, perawat juga memberi beberapa alternatif untuk
mengatasi masalah klien.
3.      Fase Eksploitasi
Pada fase ini, perawat memberi layanan keperawatan berdasarkan kebutuhan
klien. Disini, masing-masing pihak mulai merasa menjadi bagian integral dari proses
interpersonal. Selama fase eksploitasi, klien mengambil secara penuh nilai yang
ditawarkan kepadanya melalui sebuah hubungan.
Prinsip tindakan pada fase ini adalah eksplorasi atau menggali, memahami
keadaan klien dan mencegah meluasnya masalah. Perawat mendorong klien untuk
menggali dan mengungkapkan, perasaan, emosi, pikiran, serta sikapnya tanpa paksaan

16
dan mempertahankan suasana terapeutik yang mendukung.
Fase eksploitasi dimana perawat telah membantu kalien dalam membereikan
gambaran kondisi klien.
Pada fase ini perawat juga dituntut untuk menguasai keterampilan berkomunikasi
secara terapeutik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa fase eksplorasi merupakan
fase pemberian bantuan pada klien sebagai langkah pemecahan masalh. Jika fase ini
berhasil, proses interpersonal akan berlanjut ke fase akhir, yaitu fase resolusi.
4.      Fase Resolusi/Terminasi
Pada fase resolusi, tujuan bersama antara perawat dan klien sudah sampai pada
tahap akhir dan keduanya siap mengakhiri hubunga terapeutik yang selama ini terjalin.
Fase resolusi terkadang menjadi fase yang sulit bagi kedua belah pihak sebab disini dapat
terjadi peningkatan kecemasan dan ketegangan jika ada hal-hal yang belum terselesaikan
pada masin-masing fase. Indikator keberhasilan untuk fase ini adalah jika klien sudah
mampu mandiri dan  lepas dari bantuan perawat. Selanjutnya, baik perawat maupan klien
akan menjadoi individu yang matang dan lebih berpengalaman.
Dalam hubungan perawat-klien, ada enam peran perawat yang harus dilakukan.
Peran tersebut berbeda pada stiap fasenya. Keenam peran tersebut adalah peran sebagai
orang asing (role of the stranger), peran sebagai narasumber (role of resource person),
peran sebagai pengajar (teaching role), peran sebagai kepemimpinan (leadership role),
peran sebagai wali (surrogate role), dan peran sebagai penasihat (counseling role).
Role of the stranger merupakan peran awal dalam hubungan perawat-klien. Di
sini,kedua belah pihak merupakan orang asing bagi pihak lain. Sebgai orang asing,
perawat harus memperlakukan klien secara sopan, tidak  boleh memberi penilaian
sepihak, menerima klien apa adanya, serta memperlakukan klien dengan penuh
perasaan. Dalam perannya sebagai narasumber (role of resource person), perawat
memberi jawaban yang spesifik dari setiap pertanyaan klien, terutama mengenai
informasi kesehatan. Selain itu, perawat juga menginterpretasiakan kepada klien rencana
perawatan dan rencana medis untuk hal tersebut.
Teaching role merupakan kombinasi dari seluruh peran dalam menggunakan
informasi. Teaching role menurut peplau terdiri atas dua kategori yaitu intruksional, dan
eksperimental. Penyuluhan intruksional adalah pemberian informasi secara luas dan

17
merupakan bentuk yang di pakai dalam literatur pendidikan. Menyuluhan eksperimental
adalah penyeluhan dengan menggunakan pengalaman dalam pengembangan pengajaran.
Leadership role merupakan peran yang berkaitan dengan kepemimpinan,
terutama mengenai proses demokratis dalam asuahan keperawatan. Perawat membantu
klien dalam mengerjakan tugas-tugasnya melalui hubungan yang sifatnya kooperatif dan
melibatkan partisipasi aktif klien. Dalam surrogate role, klien menggap perawat sebagai
walinya. Oleh sebab itu, sikap perawat dan perilakunya harus menciptakan perasaan
tertentu dalam diri klien yang bersifat reaktif yang muncul dari hubungan sebelumnya.
Funsi perawat disini adalah membimbing klien mengenali dirinya sendiri dan sosok yang
ia bayangkan lalu membantunya melihat perbedaan antara dirinya dan sosok yang ia
bayangkan tersebut.
Fase resolusi dimana perawat berusaha untuk secara bertahan klien untuk
membebaskan diridari kertegantungan kepada tenaga kesehatan dan menggunakan
kemampuan yang dimliki agar mampu menjalankan secara sendiri.
Peplau mempercayai bahwa counseling role memiliki peranan yang besar dalam
keperawatan psikiatri. Dalam hubungan perawat-klien peran ini sangant penting sebab
tujuan dari teknik hubungan antar-personal adalah membantu klien mengingat dan
memahami sepenuhnya peristiwa yang terjadi pada dirinya saat ini. Dengan demikian,
satu pengalaman dapat diintegrasikan dengan pengalaman lainnya dalam hidupnya,
bukannya justru dipisahkann
2.9 Model  Hubungan Interpersonal  Peplau
Hildegard Peplau, seorang perawat psikiatri menerapkan konsep interpersonalnya pada
tahun 1952 dan melandaskan pada teorinya pada waktu itu : teori psikoanalisis, prinsip
pembelajaran social, dan konsep motivasi manusia serta perkembangan kepribadian.
Keperawatan psikodinamik didefenisikan sebagai pemahaman prilaku sendiri  untuk
membantu orang lain mengidentifikasi kesulitan yang dirasakan dan menerapkan prinsip
hubungan manusia pada masalah yang muncul selama pengalaman tersebut.

Selama hubungan perawat – klien, perawat memiliki banyak peran . Peran – peran
tersebut adalah :
1. Peran orang asing (role of the stranger)

18
Peplau mengatakan bahwa perawat dan klien adalah orang asing satu sama lain, maka
klien harus diperlakukan secara sopan, penuh perasaan, dengan kata lain perawat tidak
boleh melakukan penilaian terlebih dahulu, namun harus menerima klien apa adanya.
2. Peran dari seorang narasumber (role of resource person)
Perawat memberikan jawaban-jawaban spesifik dari tiap pertanyaan klien, terutama
mengenai informasi kesehatan  dan menginterpretasikan ke klien bagaimana perawatan
dan rencana medis untuk klien. Perawat harus menentukan jawaban atas pertanyaan klien
apakah jenis jawabannya untuk pembelajaran atau hanya sekedar saran-saran saja.
3. Peran pengajaran (teaching role)
Peran pengajaran adalah kombinasi dari seluruh peran dan selalu berasal dari apa yang
diketahui klien dan dikembangkan dari minatnya dalam menginginkan dan
kemampuannya dalam menggunakan informasi.peplau memisahkan dua kategori
intruksional yaitu pemberian informasi secara luas dan menggunakan pengalaman dari
pelajar sebagai pijakan dimana produk (harapan yang dibuat klien tentang
pengalamannya) harapan pengajaran dikembangkan .
4. Peran kepemimpinan (leadership role)
Perawat membantu klien dalam mengerjakan tugas-tugas yang diembannya melalui
hubungan yang bersifat kooperatif  partisipatif
5. Peran wali (surrogate role)
Klien mengannggap perawat sebagai walinya, sikap dan tingkah laku perawat
menciptakan perasaan tertentu dalam diri klien yang  bersifat reaktif yang munculdari
hubungan sebelumnya. Fungsi perawat adalah membimbing klien dalam mengenali
dirinya sendiri. 
6. Peran penasehat (counseling role)
Penasehat berfungsi dalam hubungan perawat klien melalui cara perawat merespon
kebutuhan klien.

BAB III
PEMBAHASAN

19
3.1 Aplikasi dalam praktek keperawatan jiwa
3.1.1 Jurnal Terkait
Penerapan terapi latihan keterampilan sosiak pada klien isolasi sosial dgn pendekatan model
keperawatan peplau di rs Marzoeki mahdi Bogor
Skizofrenia adalah gangguan, multifaktorial perkembangan saraf dipengaruhi oleh faktor
genetik dan lingkungan serta ditandai dengan gejala positif, negatif dan kognitif (Andreasen
1995; Nuechterlein et al 2004;. Muda et al. 2009 dalam Jones et al, 2011). Gejala kognitif sering
mendahului terjadinya psikosis, dan pengobatan yang segera dilakukan diyakini sebagai
prediktor yang lebih baik dari hasil terapi (Green, 2006; Mintz dan Kopelowicz, 2007 dalam
Jones et al, 2011).
Tindakan keperawatan ini adalah salah satu teori model keperawatan yang sesuai dengan
kondisi klien isolasi sosial yaitu teori keperawatan Hildegard Peplau’s. Teori Peplau sangat tepat
diaplikasikan pada klien yang mengalami isolasi sosial dan harga diri rendah karena menjelaskan
proses hubungan antara perawat dan klien dimulai dari tahap orientasi dimana perawat
merupakan orang asing yang baru dikenal oleh klien, selanjutnya masuk kedalam tahap
identifikasi dan eksploitasi dimana terjadi proses hubungan terapeutik.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan kepada klien isolasi sosial dan harga diri
rendah adalah terapi generalis dan terapi spesialis (terapi psikososial/psikoterapi) yang ditujukan
kepada klien sebagai individu, kelompok klien, dan keluarga klien, serta komunitas disekitar
klien (Carson, 2000; Chen, et, al., 2006; Eiken, 2012). Tindakan keperawatan spesialis diberikan
kepada pasien yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan latihan
ketrampilan sosial (Cacioppo, et, al, 2002). Terapi ini merupakan metode yang didasarkan
prinsip-prinsip sosial dan menggunakan teknik perilaku bermain peran, praktek dan umpan balik
guna meningkatkan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah (Kneisl, 2004 &
Varcarolis, 2006).
untuk membantu menyelesaikan perasalahan yang dihadapi oleh klien dan diakhiri
dengan tahap resolusi dimana klien diupayakan untuk tidak tergantung kepada perawat karena
telah dilakukan latihan mengatasi masalah oleh perawat.
Ketepatan Penerapan Manajemen Terapi Latihan Ketrampilan Sosial pada Klien Isolasi
Sosial dan Harga Diri Rendah Kronis dengan Menggunakan Pendekatan Model Hubungan
Interpersonal Peplau Penurunan respon tersebut menunjukkan bahwa terapi latihan ketrampilan

20
sosial memiliki pengaruh yang signifikan setelah dilakukan pada klien yang mengalami masalah
isolasi sosial. Pada klien isolasi sosial, latihan ketrampilan sosial diberikan berdasarkan hasil
identifikasi masalah klien yang didapatkan adanya ketidaktahuan dan ketidakmampuan klien
dalam membina dan melakukan
Pelaksanaan terapi latihan ketrampilan sosial yang dilakukan dengan menggunakan
pendekatan model hubungan interpersonal Peplau pada klien dengan masalah isolasi sosial dan
harga diri rendah. Model interpersonal dapat dilakukan secara efektif karena proses tahap
pertama dalam hubungan perawat dengan klien yang disebut tahap orientasi diawali dengan
membina hubungan saling percaya dimana perawat dan klien belum saling mengenal dan
perawat merupakan orang asing bagi klien.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

21
Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan proses
interaktif (Peplau, 1952) yang menghasilkan hubungan antara perawat dan klien (Torres,
1986). Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan
keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Menurut konsep model ini, kelainan
jiwa seseorang bisamuncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan
kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat
berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan ditolak atau
tidak diterima oleh orang sekitarnya. Dalam permasalahan interpersonal, seorang individu
akan menampakan perilaku, diantaranya individu merasa terasingi, merasakan kecemasan
yang berlebihan, senang menyendiri dan enggan utuk membicarakan permasalahan yang
dialaminya.
Dapat disimpulkan bahwa teori Hildegard E. Peplau berfokus pada individu, perawat,
dan proses interaktif.Hildegard E. Peplau yang menghasilkan hubungan antara perawat dan
klien. Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan
keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Tujuan keperawatan adalah untuk
mendidik klien dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai kemantapan
pengembangan kepribadian. Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan
bentuk praktik keperawatan jiwa. Oleh sebab itu perawat berupaya mengembangkan
hubungan antara perawat dan klien dimana perawat bertugas sebagai narasumber, konselor
dan wali.
4.2 Saran
Secara umum perawat hendaknya meningkatkan keingintahuan untuk belajar
memahami berbagai teori keperawatan sehingga memiliki dasar teori yang kuat yang
berguna sebagai landasan dalam melaksanakan praktek keperawatan. Dalam hal penerapan
teori Hildegard E. Peplau tidak ada salahnya untuk diterapkan pada kasus-kasus yang
memungkinkan untuk tujuan pembelajaran dan pengembangan teori keperawatan lebih
lanjut. Untuk penerapan teori Hildegard E. Peplau di lapangan perlu studi lebih lanjut
keefektifan dan perumusan tujuan, kriteria, dan intervensi keperawatan yang lebih
operasional sehingga dapat lebih mudah diaplikasikan pada klien.

22
DAFTAR PUSTAKA
Deden Dermawan. (2013). Pengantar Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Hidayat,A.Aziz Alimul.(2004). Pengantar Konsep dasar Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

23
Kozier. (2006). Praktik Keperawatan Profesional: Konsep & Perspektif, Ed.4. Jakarta: EGC,
2006
Lego, S. (1998). The application of Peplau’s theory to group psychotherapy. Journal of
Psychiatric and Mental Health Nursing 5, 193-196
Ns. Asmadi, s. kep (2005).konsep dasar keperawatan.jakarta:Buku Kedokteran EGC
Potter, Patricia Ann et al. 2011. Basic Nursing. Missouri. Mosby Elsevier
Potter&Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 1. Jakarta: Salemba Medika
Potter&Perry. (2005). Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 1. Jakarta: Salemba Medika
Sumijatun. (2010). Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: TIM
Stuart, gail & Sandra J, 1998. keperawatan jiwa. EGC : jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai