Anda di halaman 1dari 12

RENCANA PENINGKATAN LAYANAN RUMAH SAKIT

BERDASARKAN SKIL PERAWAT, KOMPETENSI


DAN KOMUNIKASI EFEKTIF
COLUA

OLEH:
LILIS SILABAN

RUMAH SAKIT SURYA INSANI


PASIR PANGARAIAN
2023
Setiap institusi baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat (UU tentang pelayanan publik pada tahun
2009). Tidak terkecuali instansi rumah sakit, sebagai pusat pelayanan kesehatan
bagi masyarakat dan harus memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-
baiknya. Untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang sinergis dari berbagai
komponen. Dengan demikian, menjadi suatu keharusan bagi rumah sakit yakni
membuat suatu sistem manajemen pelayanan kesehatan rumah sakit yang
mencakup semua aspek yang diperlukan untuk terlaksananya sistem pelayanan
yang efisien dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, perlunya memiliki perawat
dengan skil dan berkompetensi serta mampu berkomunikasi efektif hal ini
mendukung tercapainya pelayanan kesehatan yang baik bagi rumah sakit.
Dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit membutuhkan perawat yang
memiliki keterampilan atau skil, hal ini dapat mendukung kesejahteraan rumah
sakit dan meningkatkan mutu layanan rumah sakit. Perawat yang memiliki skil
atau keterampilah adalah perawat yang mampu memberikan asuhan keperawatan
diantaranya mampu menjadi penyuluh dan konselor bagi pasien, melaksanakan
tugas yang dilimpahkan kepadanya, mampu melayani dalam keadaan terbatas,
memberikan pertolongan pertama dalam kondisi gawat darurat. Namun
berdasarkan peraturan setiap rumah sakit dimana perawat dapat dikatakan
memiliki skil jika perawat tersebut sudah diasessmen maka dilakukan supervisi
begitu juga sebaliknya skil perawat juga akan meningkat jika supervisi
ditingkatkan.
Perawat merupakan bagian internal dalam sistem pelayanan, sehingga
memiliki daya ungkit dalam mutu pelayanan kesehatan. Perawat merupakan satu
tenaga kesehatan yang mempunyai tugas utama memberikan pelayanan
keperawatan dan kebidanan kepada pasien dan keluarga difasilitas kesehatan yaitu
rumah sakit dan puskesmas. Untuk memberikan pelayanan keperawatan, seorang
perawat memerlukan kompetensi dan kewenangan klinik yang diakui agar dapat
menjamin keselamatan bagi pasien dan keluarga. Dengan kompetensi dam
kewenangan klinik yang jelas, seorang perawat akan merasa aman dan yakin
dapat memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

2
Assesmen kompetensi perawat adalah proses pengumpulan bukti-bukti kinerja
perawat untuk menyatakan bahwa perawat tersebut kompeten melaksanakan tugas
tertentu yang dilakukan oleh asesor. Assessor adalah seseorang yang memiliki
kompetensi mengumpulkan bukti-bukti untuk memutuskan perawat kompeten
melaksanakan tugas.
Menindaklanjuti hasil survey akreditasi KARS 2012 bahwa setiap perawat
dan bidan harus mengikuti assesmen kompetensi yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari proses kredensial keperawatan di rumah sakit untuk dikeluarkan
rincian kewenangan klinik dan surat penugasan kerja klinik.
Jenjang karir bagi perawat dapat dibedakan antara tugas
pekerjaan (job) dan kari (career). Pekerjaan sebagai perawat diartikan sebagai
suatu posisi atau jabatan yang diberikan/ditugaskan, serta ada keterkaitan
hubungan pertanggung jawaban dan kewenangan antara atasan dan bawahan, dan
mendapatkan imbalan penghargaan berupa uang. Level karir dan kompetensi
perawat dibedakan menjadi dua sesuai dengan fasilitas kesehatan tempat perawat
bekerja yakni di rumah sakit dan pelayanan primer.
Komunikasi efektif dan efisien dalam layanan kesehatan memiliki peran
yang vital bagi keselamatan pasien. Tidak hanya dalam menyampaikan informasi
pelayanan yang tersedia namun juga saat harus memberikan kabar kurang
menyenangkan. Didalam sebuah Rumah Sakit terdiri dari berbagai profesi; yaitu
Medik (Dokter Umum, Dokter Spesialis), Keperawatan (Perawat Klinik, Bidan)
dan Profesi Lainnya (Farmasi, Analis, Radiografer, dll.) yang memilki kebiasaan
dan latar belakang masing masing profesinya. Namun untuk bekerja dalam
melayani kebutuhan pasien dengan prinsip "patient centre care", masing masing
profesi tidak bisa bekerja sendiri sendiri, tetapi harus menjadi sebuah tim yang
solid, kompak, serta bekerjasama.
Untuk mewujudkan teamwork yang solid, kompak, saling bekerjasama,
dibutuhkan komunikasi yang baik diantara sesama anggotanya. Dengan
menjadikan komunikasi efektif sebagai budaya dari organisasi, hal ini akan
menumbuhkan lingkungan kerja yang terbiasa menyampaikan informasi secara
tepat guna. Penerapan standar metode komunikasi dibarengi dengan pemanfaatan
teknologi yang tepat dapat mempermudah pekerjaan tenaga medis, staf umum

3
hingga pasien secara berkesinambungan. Selain tips di atas, dalam bidang
pelayanan kesehatan terdapat sejumlah metode komunikasi yang umum
ditemukan. Berikut beberapa teknik komunikasi dan dokumentasi dalam
pelayanan kesehatan. Metode SOAP adalah singkatan dari subjective, objective,
assessment and plan. Metode ini termasuk dalam metode dokumentasi pelayanan
kesehatan tertua yang digunakan sejak hampir 50 tahun lalu. Dengan menerapkan
metode ini, tenaga medis dapat membuat framework yang membantu mereka tetap
fokus terhadap tugas-tugasnya secara spesifik. Secara umum, catatan dengan
metode SOAP berisi informasi dan status kesehatan pasien yang nantinya
digunakan untuk menentukan tindakan medis juga membantu komunikasi pasien
dengan dokter/perawat.
Pada masa sekarang, suatu perusahaan sebaiknya dapat bekerja dengan cep
at tepat dan benar dengan tingkat ketelitian yang tinggi agar dapat terus berjalan
dan bertahan dalam persaingan yang kompetitif. Sistem yang dibutuhkan juga
harus akurat, tepat waktu dan fleksibel. Hal ini juga yang akan menunjang
kelancaran aktivitas diperusahaan atau instansi dalam kegiatan sehari-harinya.
Gaji adalah salah satu hal yang penting bagi setiap karyawan yang
bekerja dalam suatu perusahaan, karena dengan gaji yang diperoleh seseorang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu  bahwa pada kenyataannya
sistem pem-bayaran karyawan dapat dibagi menurut pembayaran
berdasarkan waktu kinerja, yaitu pembayaran yang dilakukan atas dasar
kompetensi perawat PK I dan PK II berdasarkan target yang di sesuaikan oleh
perusahaan.

B. TUJUAN
1. Melaksanakan assesmen skil perawat dan bidan pra PK dan PK I
2. Memelihara kompetensi perawat klinik pra PK dan PK I melalui
destiminasi ilmu
3. Mengembangkan komunikasi efektif perawat pra PK dan PK I
4. Menentukan Raimonisasi berdasarkan kompetensi atau kualifikasi
tertentu

4
C. SASARAN Perawat dan bidan Pra PK
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. SKIL PERAWAT
Sebagai tenaga kesehatan, perawat harus profesional ketika menjalankan
tugasnya. Menurut American Association of Colleges of Nursing, terdapat nila-
nilai profesionalisme yang harus diterapkan perawat antara lain altruism,
autonomy, human dignity, dan integrity.
Tugas perawat sendiri adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada
pasien, keluarga, ataupun masyarakat. Ia juga bertanggung jawab atas
peningkatan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pencegahan penyakit.
a. Mampu Memberikan Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah sebuah rangkaian interaksi antara perawat dengan
pasien dan lingkungannya, dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien. 
Beberapa hal yang termasuk dalam asuhan keperawatan di antaranya:
 Merapikan tempat tidur
 Memindahkan pasien berjalan menuju kursi
 Mengatur posisi berbaring pasien
 Mengukur suhu tubuh
 Memandikan pasien
 Mengganti balutan luka
 Memberikan kompres
 Memberikan obat menurut jadwal yang diatur dokter
 Mencatat jumlah urine dan asupan cairan pasien
 Mengambil darah untuk pemeriksaan penunjang
b. Mampu menjadi Penyuluh dan Konselor bagi Pasien
Selain melakukan tindakan medis, keterampilan dasar keperawatan yang juga
harus dimiliki ialah kemampuan komunikasi yang baik dengan pasien. 

5
Perawat dituntut untuk dapat memberikan penyuluhan kepada pasien mengenai
kondisi kesehatannya, pencegahan penyakit, dan upaya peningkatan kesehatan
lainnya.
Bersama dokter, perawat juga harus mampu terlibat dalam konseling pasien
dan keluarganya untuk menentukan pengobatan pasien.
c. Melaksanakan Tugas yang Dilimpahkan Kepadanya
Dalam praktik di lapangan, sering kali dokter kesulitan mengerjakan tugasnya
karena jumlah pasien yang banyak ataupun harus menangani pasien gawat
darurat. 
Pada kondisi itu, dokter akan mendelegasikan tugas kepada perawat. Perawat
harus mampu mengerjakannya dengan baik dan tepat. 
Tugas delegatif tersebut antara lain memeriksa tanda vital pasien (tekanan
darah, laju pernapasan, frekuensi nadi, dan suhu), memberikan informasi
tentang penyakit dan rencana pengobatan, serta memberikan imunisasi dasar
sesuai program pemerintah.
Selain tugas delegatif, ada pula yang disebut tugas mandat. Artinya, dokter
tetap mengawasi tugas yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi yang
mengerjakannya adalah perawat. 
d. Mampu Melayani dalam Keadaan Terbatas
Setiap perawat harus siap sedia bila ditempatkan di daerah yang serba terbatas.
Misalnya, tidak ada tenaga kesehatan lain, obat dan sarana terbatas, atau
bahkan akses menuju fasilitas kesehatan rujukan yang jauh.
Dalam kondisi itu, perawat harus tetap mampu melakukan pengobatan untuk
penyakit umum sesuai fasilitas yang tersedia. Bila diperlukan, perawat juga
biasanya akan memberikan rujukan kepada pasien atas petunjuk dokter.
e. Memberikan Pertolongan Pertama dalam Kondisi Gawat Darurat
Keterampilan keperawatan juga sangat dibutuhkan dalam keadaan emergency.
Dalam kondisi ini, perawat boleh memberikan pertolongan pertama untuk
menyelamatkan nyawa pasien dan mencegah kecacatan lebih lanjut. 
Contoh pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah pompa jantung
dalam kondisi henti jantung, memberikan bantuan napas, dan sebagainya.

6
Daftar keterampilan perawat di atas memperlihatkan, menjadi perawat
bukanlah perkara mudah. Keahlian yang dimiliki juga harus disertai kesabaran
agar dapat mengerjakan tugas mulianya dengan baik.

2. Kompetensi perawat
Jenjang karir bagi perawat dapat dibedakan antara tugas
pekerjaan (job) dan kari (career). Pekerjaan sebagai perawat diartikan sebagai
suatu posisi atau jabatan yang diberikan/ditugaskan, serta ada keterkaitan
hubungan pertanggung jawaban dan kewenangan antara atasan dan bawahan,
dan mendapatkan imbalan penghargaan berupa uang.
Level karir dan kompetensi perawat dibedakan menjadi dua sesuai dengan
fasilitas kesehatna tempat perawat bekerja yakni di rumah sakit dan pelyanan
primer.
Perawat Klinis I (Novice) memiliki latar belakang pendidikan D-III
Keperawatan dengan pengalaman kerja > 1 tahun dan menjalani masa aklinis
level I selama 3-5 tahun atau Ners dengan pengalaman kerja > 1 tahun dan
menjalani masa klinis level I selama 2-4 tahun. Pearwat Klinis I harus
mempunyai sertifikat pra klinis.
Perawat klinis I adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan dasar dengan penekanan pada keterampilan
teknis keperawatan dibawah bimbingan. PK I memiliki kompetensi sebagai
berikut:
Level Karir dan Kompetensi Perawat di Rumah Sakit Kompetensi perawat
klinis di Rumah Sakit dideskripsikan sesuai level jenjang karir perawat klinis
(PK I – PK V). Kompetensi sesuai level pada perawat klinis yaitu :
a. Perawat Klinis I Perawat klinis I adalah jenjang perawat klinis dengan
kemampuan melakukan asuhan keperawatan dasar dengan penekanan pada
keterampilan teknis keperawatan dibawah bimbingan. Kompetensi perawat
klinis I yaitu:
1) Melakukan asuhan keperawatan (pengkajian, menetapkan diagnosis
keperawatan, menetapkan intervensi dan melaksanakan tindakan
keperawatan serta evaluasi) dengan lingkup keterampilan tehnik dasar.

7
2) Menerapkan prinsip etik, legal, dan peka budaya dalam asuhan
keperawatan.
3) Melakukan komunikasi terapeutik di dalam asuhan keperawatan.
4) Menerapkan caring dalam keperawatan.
5) Menerapkan prinsip keselamatan klien.
6) Menerapkan prinsip Pengendalian dan Pencegahan Infeksi.
7) Melakukan kerjasama tim dalam asuhan keperawatan.
8) Menerapkan prinsip mutu dalam tindakan keperawatan.
9) Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien terkait dengan
kebutuhan dasar.
10) Mengumpulkan data kuantitatif untuk kegiatan pembuatan laporan
kasus klien.
b. Perawat Klinis II Perawat klinis II adalah jenjang perawat klinis dengan
kemampuan melakukan asuhan keperawatan holistik pada klien secara
mandiri dan mengelola klien/sekelompok klien secara tim serta memperoleh
bimbingan untuk penanganan masalah lanjut/kompleks. Kompetensi
perawat klinis II yaitu:
1) Melakukan asuhan keperawatan dengan tahapan dan pendekatan proses
keperawatan pada klien dengan tingkat ketergantungan partial dan total
care.
2) Menerapkan prinsip kepemimpinan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
3) Menerapkan konsep pengelolaan asuhan keperawatan pada sekelompok
klien.
4) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien untuk menentukan
intervensi keperawatan.
5) Menetapkan jenis intervensi keperawatan sesuai tingkat ketergantugan
klien.
6) Menerapkan prinsip etik, legal, dan peka budaya dalam pemberian
asuhan keperawatan.
7) Menggunakan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan karakteristik
dan masalah klien.

8
8) Menerapkan caring yang sesuai dengan karakteristik dan masalah klien.
9) Melakukan kajian insiden keselamatan klien dan manajemen risiko
klinis.
10) Melakukan kajian terhadap kejadian dan risiko infeksi pada klien.
11) Melakukan kerjasama antar tim.
12) Menerapkan pengendalian mutu dengan satu metoda tertentu sesuai
kebijakan rumah sakit setempat.
13) Mengimplementasikan pengendalian mutu asuhan keperawatan.
14) Merumuskan kebutuhan belajar klien dan keluarga secara holistik
sesuai dengan masalah kesehatan klien.
15) Menyusun rancangan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar
klien dan keluarga.
16) Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien dan keluarga.
17) Mengevaluasi ketercapaian edukasi kesehatan dan rencana tindak
lanjut.
18) Melaksanakan preceptorsip pada tenaga perawat di bawah
bimbingannya dan praktikan.
19) Melakukan diskusi refleksi kasus untuk meningkatkan kualitas
pemberian asuhan keperawatan.
20) Menggunakan hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan.

Persyaratan Sistem Jenjang Karir Profesional Perawat Klinis Peningkatan


ke jenjang karir profesional yang lebih tinggi, perawat klinis harus melalui
pengembangan profesional berkelanjutan dan pengakuan terhadap kemampuan
yang didasarkan kepada pengalaman kerja dan kinerja praktik keperawatan, serta
memenuhi persyaratan tingkat pendidikan, pengalaman kerja klinis keperawatan
sesuai area kekhususan serta persyaratan kompetensi yang telah ditentukan.
Peningkatan jenjang karir profesional melalui pengembangan profesional
berkelanjutan yang berdasarkan pendidikan dapat dilakukan melalui dua (2) cara
yaitu pendidikan formal dan pendidikan berkelanjutan berbasis kompetensi
(sertifikasi) antara lain :
1.Pendidikan Formal

9
a. Perawat Klinis I (PK I) Perawat Klinis I (Novice) memiliki latar belakang
pendidikan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja ≥ 1 tahun dan
menjalani masa klinis level I selama 3 – 5 tahun atau Ners dengan
pengalaman kerja ≥ 1 tahun dan menjalani masa klinis level I selama 2 -5
tahun. Perawat Klinis I harus mempunyai sertifikat pra klinis.
b. Perawat Klinis II Perawat klinis II (Advance Beginner) memiliki latar
belakang pendidikan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja ≥ 4 tahun
dan menjalani masa klinis level II selama 5 – 10 tahun atau Ners dengan
pengalaman kerja ≥ 3 tahun dan dan menjalani masa klinis level II selama 4 -
7 tahun. Perawat Klinis II harus mempunyai sertifikat PK I.
c. Perawat Klinis III Perawat klinis III (competent) memiliki latar belakang
pendidikan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja ≥ 10 tahun dan
menjalani masa klinis level III selama 9 - 12 tahun atau Ners dengan
pengalaman kerja ≥ 7 tahun dan menjalani masa klinis level III selama 6 - 9
tahun atau Ners Spesialis I dengan pengalaman kerja 0 tahun dan menjalani
masa klinis level III selama selama 2 - 4 tahun. Perawat klinis III lulusan D-
III Keperawatan dan Ners harus mempunyai sertifikat PK II.
d. Perawat Klinis IV Perawat klinis IV (Proficient) memiliki latar belakang
pendidikan Ners dengan pengalaman kerja ≥ 13 tahun dan menjalani masa
klinis level IV selama 9 – 12 tahun atau Ners Spesialis I dengan pengalaman
kerja ≥ 2 tahun dan dan menjalani masa klinis level IV selama 6 – 9 tahun.
Perawat Klinis IV harus mempunyai sertifikat PK III.
e. Perawat Klinis V Perawat klinis V (Expert) memiliki latar belakang
pendidikan Ners Spesialis I dengan pengalaman kerja ≥ 4 tahun dan
mempunyai sertifikat PK IV atau Ners Spesialis II (Konsultan) dengan
pengalaman kerja 0 tahun. Perawat klinis V menjalani masa klinis level 5
sampai memasuki usia pensiun.
3. Komunikasi efektif
Metode SOAP adalah singkatan dari subjective, objective, assessment and
plan. Metode ini termasuk dalam metode dokumentasi pelayanan kesehatan
tertua yang digunakan sejak hampir 50 tahun lalu. Dengan menerapkan metode
ini, tenaga medis dapat membuat framework yang membantu mereka tetap

10
fokus terhadap tugas-tugasnya secara spesifik. Secara umum, catatan dengan
metode SOAP berisi informasi dan status kesehatan pasien yang nantinya
digunakan untuk menentukan tindakan medis juga membantu komunikasi
pasien dengan dokter/perawat.
 Subjective : Berisi kendala yang dikeluhkan oleh pasien. Bagian ini dapat
berisi gejala, kondisi, diagnosa sebelumnya maupun deskripsi lain yang
digunakan pasien untuk menjelaskan permasalahan kesehatan yang
dirasakan.
 Objective : Berisi data yang dikumpulkan dari pemeriksaan pasien meliputi
kondisi vital, hasil pemeriksaan laboratorium, hasil imaging maupun data
dari diagnosa lainnya
 Assessment : Pengkajian hasil temuan kondisi pasien. Bagian ini diisi
dengan daftar diagnosa, diskusi, juga perencanaan tindakan selanjutnya.
 Plan : Bagian ini mendiskusikan secara menyeluruh prosedur yang harus
dilakukan tenaga medis dalam penanganan pasien. Keperluan pengecekan
kesehatan tambahan, rencana penanganan selanjutnya termasuk kebutuhan
konseling pasien termasuk dalam bagian plan.
Catatan SOAP yang lengkap harus mempertimbangan semua informasi dari
aspek subjektif dan objektif agar dapat menyusun rencana penanganan dengan
tepat dan sesuai kebutuhan pasien.
a. SBAR
Metode SBAR adalah salah satu metode komunikasi yang umum digunakan
di bidang pelayanan kesehatan. SBAR terdiri dari situation, background,
assessment and recommendations. Berikut penjelasan SBAR dalam
pelaksanaannya di lapangan:
 Situation : Laporan singkat dan jelas terkait kondisi terkini pasien. Bagian
ini meliputi nama pasien, tanggal masuk, dokter dan perawat yang
bertanggung jawab, keluhan dan diagnosa medis.
 Background : Penjelasan kondisi pasien secara lengkap meliputi riwayat
penyakit dan pengobatan sebelumnya. Rekam medis pasien diletakkan di
bagian ini.

11
 Assessment : Adalah pengkajian kondisi pasien terkini meliputi hasil
temuan pengamatan dan pengecekan kesehatan pasien (suhu badan,
tekanan darah, status nutrisi dan sebagainya)
 Recommendation : Rekomendasi tindakan perawatan yang dibuat
berdasarkan data dari situation, background dan assesment
Metode SBAR dapat meningkatkan kemampuan tenaga medis dalam
mengidentifikasikan kondisi dan keluhan pasien dengan lebih efisien dan
sistematis hingga tahap pemberian tindakan yang tepat.

12

Anda mungkin juga menyukai