KEPERAWATAN
(NURSING STAFF BYLAWS)
KOMITE KEPERAWATAN
Padang 2016
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
Pada tahun 1949 telah banyak berdiri rumah sakit dan balai
pengobatan, pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, tahun 1962
didirikan pendidikan keperawatan setara diploma, tahun 1985 dibuka
pendidikan keperawatan setara sarjana yakni S1 keperawatan Universitas
Indonesia, serta perawat spesialis yang sudah ada saat, dengan makin
majunya dunia keperawatan disertai dengan perkembangan teknologi
maka perawat diharapkan untuk lebih dapat meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan.
Paradigma yang kemudian terbentuk karena kondisi ini adalah
pandangan bahwa perawat merupakan bagian dari dokter.Dengan
demikian, dokter berhak mengendalikan aktivitas perawat terhadap
pasien.Perawat menjadi perpanjangan tangan dokter dan berada pada
posisi submisif.Kondisi seperti ini sering kali ditemui dalam pelayanan
kesehatan di rumah sakit.Salah satu penyebabnya adalah masih belum
berfungsinya sistem kolaborasi antara dokter dan perawat dengan
benar.Asuhan keperawatan yang diberikan pun sepanjang rentang sehat-
sakit.Dengan demikian, perawat adalah pihak yang paling mengetahui
perkembangan kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh dan
bertanggung jawab atas pasien.Sudah selayaknya jika profesi kesehatan
lain meminta izin terlebih dahulu kepada perawat sebelum berinteraksi
2
dengan pasien. Hal yang sama juga berlaku untuk keputusan
memulangkan pasien. Pasien boleh pulang setelah perawat menyatakan
kondisinya memungkinkan.
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan
pelayanan kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi
masyarakat.Keperawatan sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga
saat ini profesi keperawatan berkembang dengan pesat dan keperawatan
suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian
integral dari layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika
keperawatan.Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.Tenaga
keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga
kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang
unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang
relatif, berkelanjutan, koordinatif dan advokatif.Keperawatan sebagai suatu
profesi menekankan kepada bentuk pelayanan profesional yang sesuai
dengan standar dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga
pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik.
3
Sakit Khusus Mata Regina Eye Center mengenai profesionalisme staf
keperawatan di rumah sakit.
Tidak mengatur pengelolaan rumah sakit namun pengaturan utamanya
adalah tentang kewenangan klinis, penugasan klinis, mekanisme
mempertahankan, mendisiplinkan dan membina perawat sebagai
tenaga professional keperawatan.
Untuk memastikan agar hanya staf keperawatan yang kompeten
sajalah yang boleh melakukan asuhan keperawatan di Rumah Sakit
Khusus Mata Regina Eye Center. Hal ini untuk melindungi pasien agar
mendapatkan pelayanan yang aman, yang mengacu pada prinsip-
prinsip keselamatan pasien (patient safety).
4
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan internal staf keperawatan yang dimaksud dengan :
1. Peraturan internal staf keperawatan (Nursing Staff Bylaws) adalah aturan
yang mengatur tata kelola klinik untuk menjaga profesionalisme tenaga
keperawatan di Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center;
2. Rumah Sakit adalah Badan Layanan Umum (BLU) Rumah Sakit Khusus
Mata Regina Eye Center Komite keperawatan adalah wadah non
struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi utama mempertahankan
dan meningkatkan profesionalisme staf keperawatan melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan etika dan disiplin
profesi.
3. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat baik dalam keadaan sakit
maupun sehat.
4. Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat baik sehat maupun sakit.
5. Praktik keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh
perawat dalam bentuk asuhan keperawatan.
6. Asuhan keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat denganpasien
dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian pasien dalam merawat dirinya.
7. Staf keperawatan Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center adalah
seluruh perawat yang bekerja di Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye
Center.
8. Kewenangan klinis adalah uraian intervensi keperawatan yang dilakukan
oleh staf keperawatan sesuai dengan area prakteknya.
9. Penugasan klinis adalah penugasan yang diberikan oleh direktur Rumah
Sakit Khusus Mata Regina Eye Center terhadap staf keperawatan untuk
melakukan asuhan keperawatan berdasarkan daftar kewenangan klinis.
5
10. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf keperawatan untuk
menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis.
11. Rekredensial adalah proses revaluasi terhadap staf keperawatan yang
telah memiliki kewenangan klinis untuk menentukan kelayakan
pemberian kewenangan klinis tersebut.
12. Profesionalisme adalah sifat profesional dari seseorang yang memiliki
pengetahuan dan keahlian khusus meliputi integritas diri, kejujuran, budi
pekerti dan bersedia memenuhi sesuai dengan standar etik.
13. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh
seseorang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif, dan efisien serta
sesuai dengan standar kinerja yang disyaratkan.
14. Asesmen kompetensi / uji kompetensi adalah suatu proses penilaian
terhadap perawat yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang sesuai dengan standar
kinerja (performance) yang ditetapkan.
15. Panitia Ad Hoc adalah panitia yang dibentuk oleh komite keperawatan
untuk membantu melaksanakan tugas komite keperawatan dalam masa
tugas tertentu.
16. Mitra bestari (Peer Group) adalah kelompok staf keperawatan dengan
reputasi dan kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala
sesuatu yang terkait dengan profesi keperawatan di Rumah Sakit Khusus
Mata Regina Eye Center Pelimpahan wewenang delegatif adalah
melakukan sesuatu tindakan medis diberikan oleh tenaga medis kepada
Perawat dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.
17. Pelimpahan wewenang secara mandate
6
BAB II
TUJUAN
7
BAB III
WEWENANG KLINIS
Pasal 3
8
keperawatan yang akan melakukan tindakan tertentu tersebut mengacu
pada buku putih (white paper) yang telah disusun bersama.
7. Wewenang klinik seorang staf keperawatan tidak hanya didasarkan pada
kredensial terhadap kompetensi keilmuan dan keterampilannya saja,
akan tetapi juga didasarkan pada kesehatan jasmani, kesehatan mental,
dan perilaku (behavior) staf keperawatan tersebut.
BAB IV
PENUGASAN KLINIS
(Clinical Appointment)
Pasal 4
9
rekomendasi Komite Keperawatan, misalnya untuk konsultan tamu yang
diperlukan sementara oleh Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye
Center.
8. Direksi dapat mengubah, membekukan untuk waktu tertentu, atau
mengakhiri penugasan klinis seorang staf keperawatan berdasarkan
pertimbangan Komite Keperawatan atau alasan tertentu.
9. Dengan dibekukan atau diakhirinya penugasan klinis, seorang staf
keperawatan tidak berwenang lagi melakukan pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center
BAB V
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 5
10
b. Menggunakan sumber daya pada fasilitas rumah sakit atas izin
pimpinan;
c. Menggunakan pasien sebagai subyek penelitian sesuai etika profesi
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 6
(1) Pelaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) huruf d, hanya dapat
diberikan secara tertulis oleh tenaga medis kepada perawat untuk
melakukan sesuatu tindakan medis dan melalukan evaluasi
pelkasanaannya.
(2) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan secara delegatif atau mandate.
(3) Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu
tindakan medis diberikan oleh tenaga medis kepada perawat diserttai
pelimpahan tanggung jawab.
(4) Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud dalam
pasal 6 ayat (3) hanya dapat diberikan kepada perawat profesi atau
perawat vokasi terlatih yang memiliki kompetensi yang diperlukan.
(5) Pelimpahan wewenang secara mandate diberikan oleh tenaga medis
kepada perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis dibawah
pengawasan.
(6) Tanggung jawab atas tindakan medis pada pelimpahan wewenang
mandate sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berada pada pemberi
pelimpahan wewenang.
(7) Dalam melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perawat berwenang :
a. Melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya
atas pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis.
b. Melakukan tindakan medis dibawah pengawasan atas pelimpahan
wewennag mandate;
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Pasal 7
Perawat dalam menjalankan Praktik keperawatan di rumah sakit berhak :
11
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional,
dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
b. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari paisen dan/atau
keluarganya.
c. Menerima imbalan jasa atas pelayanan keperawatan yang diberikan.
d. Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode
etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional,
atau ketentauan perundang-undangan; dan
e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai standar.
Pasal 8
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit
berkewajiban :
a. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional,
dan ketentuan perundang-undangan;
b. Merujuk pasien/klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau
tenaga medis serta tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan
lingkup dan tingkat kompetensinya.
c. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar
d. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas dan mudah
dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada pasien/klien dan /atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenanganannya.
e. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga medis
maupun tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi perawat.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Klien
Pasal 9
Dalam prakttik keperawatan, klien berhak :
a. Mendapatkan informasi secara, benar, jelas dan jujur tentang tindakan
keperawatan yang akan dilakukan
b. Meminta pendapat perawat lain dan/atau tenaga medis serta tenaga
kesehatan lainnya;
12
f. Mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional,
dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. Member persetujuan atau penolakan tindakan keperawatan yang akan
diterimanya; dan
d. Memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.
Pasal 10
Pengungkapan rahasia kesehatan klien sebagaimana dimaksud dalam pasl 8
huruf d dilakukan atas dasar :
a. Kepentingan kesehatan klien
b. Pemenuhan permintaan aparatur penegak hokum dalam rangka
penegakkan hukum.
c. Persetujuan klien sendiri
d. Kepentingan pendidikan dan penelitian; dan
e. ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 10
Dalam praktik keperawatan, klien berkewajiban :
a. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang masalah
kesehatannya.
b. Mematuhi nasehat dan petunjuk perawat
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di rumah sakit
d. Member imbalan jasa ke rumah sakit atas pelayanan yang diterima
BAB VII
KOMITE KEPERAWATAN
Pasal 11
(1) Komite Keperawatan merupakan organisasi non struktural yang dibentuk
oleh Direktur Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center dan
bertanggung jawab kepada Direktur . Ketua, Sekretaris Komite
Keperawatan ditetapkan oleh Direktur .
(2) Jumlah Sub komite diusulkan oleh Ketua Komite Keperawatan dan
ditetapkan oleh Direksi.
13
(3) Mekanisme pengambilan keputusan di bidang keprofesian dalam setiap
kegiatan Komite Keperawatan dilaksanakan secara sehat dengan
memerhatikan azas kolegialitas.
(4) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya komite Keperawatan
melibatkan mitra bestari untuk mengambil keputusan profesional.
(5) Rumah sakit bersama Komite Keperawatan menyiapkan daftar mitra
bestari yang meliputi berbagai macam bidang ilmu Keperawatan sesuai
kebutuhan.
Pasal 12
Keanggotaan Komite Keperawatan
Pasal 13
14
(1) Secara umum Komite Keperawatan berfungsi untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga keperawatan Rumah Sakit Khusus Mata Regina
Eye Center dengan cara :
a. Melakukan Kredensial bagi seluruh tenaga keperawatan yang akan
melakukan pelayanan keperawatan dan kebidanan:
b. Memelihara mutu profesi tenaga keperawatan:
c. Menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi tenaga keperawatan.
Pasal 14
Wewenang komite keperawatan
a. Memberikan rekomendasi rincian wewenang klinik;
b. Memberikan rekomendasi surat penugasan klinik;
c. Memberikan rekomendasi penolakan wewenang klinik tertentu;
d. Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian wewenang klinik;
e. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit klinik;
f. Memberikan rekomendasi pendidikan keperawatan berkelanjutan;
g. Memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring); dan
h. Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.
Pasal 15
Kedudukan Komite Keperawatan
Pasal 16
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan dapat
dibantu oleh panitia ad hoc.
(2) Panitia ad hoc ditetapkan oleh Direksi berdasarkan usulan Komite
Keperawatan.
(3) Panitia ad hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berasal dari daftar
mitra bestari yang ditetapkan oleh rumah sakit.
(4) Mitra Bestari yang dimaksud dalam ayat (3) dapat berasal dari rumah
sakit lain, PPNI, dan atau institusi pendidikan Keperawatan.
Pasal 17
16
(1) Anggota komite Keperawatan berhak memperoleh insentif sesuai
dengan kemampuan keuangan Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye
Center.
(2) Pelaksanaan kegiatan Komite Keperawatan didanai dengan anggaran
Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Pasal 18
Pembinaan dan Pengawasan Komite Keperawatan
Pasal 19
Rapat-Rapat Komite Keperawatan
(1) Rapat Komite Keperawatan terdiri atas rapat rutin, rapat khusus, dan
rapat tahunan.
(2) Rapat rutin adalah rapat yang memantau dan mengendalikan seluruh
kegiatan komite keperawatan yang diselenggarakan sekurang-kurangnya
10 (sepuluh) kali dalam 1(satu) tahun.
(3) Rapat khusus bertujuan untuk membahas dan memutuskan segala hal
yang dianggap perlu di luar rapat rutin dan dapat diselenggarakan setiap
saat.
(4) Rapat tahunan bertujuan untuk melakukan evaluasi kinerja komite
keperawatan selama setahun dan menetapkan kegiatan tahunan
(5) Rapat dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh anggota dan
hal ini dinyatakan sebagai sudah memenuhi kuorum.
17
(6) Bilamana rapat sudah dibuka secara resmi dan belum memenuhi kuorum
maka rapat ditunda selama 30 menit, selanjutnya rapat dinyatakan sah
dengan tanpa memperhatikan kuorum
(7) Hasil rapat dituangkan dalam risalah rapat.
BAB VIII
SUB KOMITE KREDENSIAL
Pasal 20
Tujuan
(1) Tujuan Umum Subkomite Kredensial adalah untuk melindungi
keselamatan pasien dengan memastikan bahwa staf keperwatan yang
akan melakukan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Khusus Mata
Regina Eye Center memiliki kompetensi sesuai dengan white paper.
(2) Tujuan Khusus Subkomite Kredensial adalah:
a. Memastikan staf keperawatan yang profesional dan akuntabel bagi
pelayanan di Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center.
b. Menyusun jenis-jenis wewenang klinis bagi setiap staf keperawatan
yang melakukan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Khusus Mata
Regina Eye Center sesuai dengan cabang ilmu
keperawatan/kebidanan yang ditetapkan oleh Kolegium
Keperawatan/Kebidanan.
c. Memberikan masukan pada Komite Keperawatan untuk
merekomendasi penerbitan penugasan klinis bagi setiap staf
keperawatan untuk melakukan pelayanan keperawatan di rumah sakit.
d. Menjamin terjaganya reputasi dan kredibilitas para staf keperawatan
dan institusi rumah sakit di hadapan pasien, penyandang dana, dan
pemangku kepentingan (stakeholders) lain rumah sakit.
Pasal 21
(1) Sub Komite Kredensial terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang staf
keperawatan yang memiliki surat penugasan klinik (clinical appointment)
di rumah sakit, berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
18
(2) Pengorganisasian Sub Komite Kredensial sekurang-kurangnya terdiri dari
ketua, sekretaris, dan anggota, yang ditetapkan oleh dan bertanggung
jawab kepada ketua Komite Keperawatan.
Pasal 22
Standar Kompetensi
(1) Untuk menjaga keselamatan pasien, maka dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya, seorang staf keperawatan wajib menjaga standar
kompetensi dengan melakukan uji standar kompetensi sesuai ketentuan
kolegium.
(2) Apabila standar kompetensi belum terbentuk maka dapat mengacu
kepada Pedoman Kompetensi Rumah Sakit.
(3) Kompetensi meliputi 2 aspek:
a. Kompetensi profesi perawat terdiri atas pengetahuan, ketrampilan dan
perilaku profesional.
b. Kompetensi fisik dan mental.
(4) Rumah sakit sebagai penyelenggara uji standar kompetensi staf
keperawatan, wajib melakukan verifikasi sertifikat kompetensi terhadap
keabsahan bukti kompetensi seseorang dan menetapkan wewenang klinis
untuk melakukan pelayanan keperawatan dalam lingkup area kekhususan
atau spesialisasi tersebut.
(5) Seorang staf keperawatan dinyatakan kompeten, wajib melalui suatu
proses kredensial yang dilakukan oleh rumah sakit.
(6) Apabila seorang staf keperawatan dinyatakan kompeten maka rumah sakit
berhak menerbitkan ijin bagi yang bersangkutan untuk melakukan
serangkaian pelayanan keperawatan tertentu di rumah sakit, sesuai
dengan wewenang kliniknya (clinical privilege).
(7) Tanpa adanya wewenang klinis tersebut, seorang staf keperawatan tidak
diperkenankan melakukan pelayanan keperawatan di rumah sakit.
(8) Luasnya lingkup wewenang klinis seorang perawat/bidandapat berbeda
dengan sesama koleganya dalam spesialisasi yang sama berdasarkan
hasil proses kredensial.
(9) Apabila seorang staf keperawatan telah melakukan pelayanan
keperawatan yang membahayakan pasien, maka penugasan klinis
19
seorang staf keperawatan tersebut dapat diakhiri untuk suatu periode
tertentu (suspend), atau dilakukan modifikasi (perubahan) terhadap
penugasan klinisnya sehingga yang bersangkutan hanya diperkenankan
untuk melakukan pelayanan keperawatan tertentu, atau diakhiri hubungan
kerjanya.
(10)Tata cara usulan pengakhiran dan modifikasi penugasan klinis tersebut di
atas ditetapkan oleh Direktur atas usulan Komite Keperawatan yang akan
dituangkan dalam peraturan tersendiri.
(11) Apabila dipandang perlu, Direktur Rumah Sakit berhak menentukan
kebutuhan dan penambahan staf keperawatan, dalam hal ini Direktur
Rumah Sakit dapat meminta Komite Keperawatan untuk melakukan
kajian kompetensi terhadap calon staf keperawatan yang dibutuhkan.
Pasal 23
Kegiatan Kredensial
BAB IX
SUBKOMITE MUTU PROFESI
Pasal 25
Tujuan
Tujuan Sub Komite Mutu Profesi dalam menjaga mutu profesi keperawatan
adalah:
(1) Memberikan perlindungan terhadap pasien agar senantiasa ditangani
oleh staf keperawatan yang berkualitas, kompeten, etis, dan profesional;
(2) Memberikan azas keadilan bagi staf keperawatan untuk memperoleh
kesempatan memelihara kompetensi (maintaining competence) dan
wewenang klinik (clinical privilege);
(3) Mencegah terjadinya kejadian yang tak diharapkan (medical
mishaps);
21
(4) Memastikan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh staf
keperawatan melalui upaya pemberdayaan, evaluasi kinerja profesi yang
berkesinambungan (on-going professional practice evaluation), maupun
evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused professional practice
evaluation).
Pasal 26
Keanggotaan Sub Komite Mutu Profesi
(1) Subkomite Mutu Profesi Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center
terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang staf keperawatan yang
memiliki surat penugasan klinis (clinical appointment) di Rumah Sakit
Khusus Mata Regina Eye Center dan berasal dari disiplin ilmu yang
berbeda.
(2) Subkomite Mutu Profesi sekurang-kurangnya terdiri atas Ketua,
Sekretaris, dan anggota, yang ditetapkan oleh dan bertanggung jawab
kepada ketua Komite Keperawatan.
Pasal 27
Audit Klinis
(1) Direktur berhak menetapkan kebijakan dan prosedur seluruh mekanisme
kerja Subkomite Mutu Profesi berdasarkan atas masukan Komite
Keperawatan.
(2) Direktur bertanggungjawab atas tersedianya berbagai sumber daya yang
dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terselenggara.
(3) Audit klinis
22
a. Audit klinis dilaksanakan sebagai implementasi fungsi manajemen
klinis dalam rangka penerapan tata kelola klinis yang baik di rumah
sakit.
b. Audit klinis tidak digunakan untuk mencari ada atau tidaknya
kesalahan seorang staf keperawatan dalam satu kasus.
c. Dalam hal terdapat laporan kejadian dengan dugaan kelalaian
seorang staf keperawatan, mekanisme yang digunakan adalah
mekanisme disiplin profesi, bukan mekanisme audit klinis.
d. Audit klinis dilakukan dengan mengedepankan respek terhadap
semua staf keperawatan (no blame culture) dengan cara tidak
menyebutkan nama, tidak mempersalahkan, dan tidak
mempermalukan.
e. Audit klinis yang dilakukan oleh Rumah Sakit Khusus Mata Regina
Eye Center merupakan kegiatan evaluasi profesi secara sistemik
yang melibatkan staf keperawatan yang terdiri atas kegiatan peer-
review, surveillance dan assessment terhadap pelayanan
keperawatan di rumah sakit.
f. Dalam pengertian audit klinis tersebut di atas, rumah sakit, Komite
Keperawatan atau masing-masing kelompok staf keperawatan dapat
menyelenggarakan evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused
professional practice evaluation).
g. Pelaksanaan audit klinis harus dapat memenuhi 4 (empat) peran
penting, yaitu:
1) Sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi
masing-masing staf keperawatan pemberi pelayanan di rumah
sakit;
2) Sebagai dasar untuk pemberian wewenang klinis (clinical
privilege) sesuai kompetensi yang dimiliki;
3) Sebagai dasar bagi Komite Keperawatan dalam
merekomendasikan pencabutan atau penangguhan wewenang
klinis (clinical privilege);
23
4) Sebagai dasar bagi Komite Keperawatan dalam
merekomendasikan perubahan/ modifikasi rincian wewenang
klinis seorang staf keperawatan.
h. Langkah-langkah pelaksanaan audit klinis dilaksanakan sebagai
berikut:
1) Pemilihan topik yang akan dilakukan audit.
2) Penetapan standar dan kriteria.
3) Penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit.
4) Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan.
5) Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria.
6) Menerapkan perbaikan.
7) Rencana re-audit.
24
f. Setiap kelompok staf keperawatan wajib menentukan minimal satu
kegiatan ilmiah yang akan dilaksanakan dengan subkomite mutu
profesi per tahun.
g. Subkomite Mutu Profesi bersama dengan Bagian Pendidikan dan
Pelatihan rumah sakit memfasilitasi kegiatan tersebut.
h. Subkomite Mutu Profesi menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang
dapat diikuti oleh masing-masing staf keperawatan setiap tahun.
i. Subkomite Mutu Profesi memberikan persetujuan terhadap permintaan
staf keperawatan sebagai asupan kepada direksi.
(5) Ketentuan dalam Proses Pendampingan (Proctoring) bagi Staf
keperawatan yang membutuhkan.
a. Subkomite mutu profesi menentukan nama staf keperawatan yang
akan mendampingi staf keperawatan yang sedang mengalami sanksi
disiplin/mendapatkan pengurangan clinical privilege.
b. Komite Keperawatan berkoordinasi dengan Direksi memfasilitasi
semua sumber daya yang dibutuhkan untuk proses pendampingan
(proctoring) tersebut.
BAB X
SUB KOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI
Pasal 28
Tujuan
Subkomite Etik dan Disiplin Profesi pada Komite Keperawatan Rumah Sakit
Khusus Mata Regina Eye Center dibentuk dengan tujuan:
1 Melindungi pasien dari risiko pelayanan staf keperawatan yang tidak
memenuhi syarat (unqualified) dan tidak layak (unfit/unproper) untuk
melakukan asuhan klinis (clinical care).
2 Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf keperawatan di
rumah sakit.
Pasal 29
Keanggotaan
25
(1) Subkomite etik dan disiplin profesi di rumah sakit terdiri atas sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang staf keperawatan yang memiliki surat penugasan
klinis(clinical appointment) di rumah sakit tersebut dan berasal dari disiplin
ilmu yang berbeda.
(2) Pengorganisasian subkomite etik dan disiplin profesi sekurang-kurangnya
terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota, yang ditetapkan oleh dan
bertanggung jawab kepada ketua komite keperawatan.
Pasal 30
(1) Setiap staf keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan di
rumah sakit harus menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme
keperawatan yang baik, agar pasien memperoleh asuhan keperawatan
yang aman dan efektif.
(2) Upaya peningkatan profesionalisme staf keperawatan dilakukan dengan
melaksanakan program pembinaan profesionalisme keperawatan dan
upaya peningkatan disiplin dan perilaku profesional staf keperawatan di
Rumah Sakit Khusus Mata Regina Eye Center.
(3) Apabila dalam penanganan asuhan keperawatan dijumpai kesulitan
dalam pengambilan keputusan etis maka dapat dibentuk Tim yang dapat
membantu memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis
tersebut.
(4) Pelaksanaan dan keputusan Subkomite Etik dan Disiplin Profesi yang
diatur dalam ketentuan ini tidak terkait atau tidak ada hubungannya
dengan proses penegakan disiplin profesi perawat di lembaga
pemerintah, penegakan etika keperawatan di organisasi profesi, maupun
penegakan hukum.
(5) Pengaturan dan penerapan penegakan disiplin profesi bukan merupakan
penegakan disiplin kepegawaian sebagaimana diatur dalam tata tertib
kepegawaian pada umumnya.
(6) Landasan kerja Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi adalah:
a. Peraturan internal rumah sakit;
b. Peraturan internal staf keperawatan;
c. Etik rumah sakit;
26
d. Norma etika medik dan norma-norma bioetika.
(7) Tolok ukur dalam upaya pendisiplinan perilaku profesional staf
keperawatan, antara lain:
a. Pedoman pelayanan keperawatan di rumah sakit;
b. Prosedur kerja pelayanan di rumah sakit;
c. Daftar wewenang klinis di rumah sakit;
d. Pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan
keperawatan(white paper) di rumah sakit;
e. Kode etik Keperawatan Indonesia;
f. Pedoman perilaku profesional keperawatan (buku penyelenggaraan
praktik keperawatan yang baik);
g. Pedoman pelanggaran disiplin keperawatan yang berlaku di Indonesia;
h. Pedoman pelayanan keperawatan/klinis;
i. Standar prosedur operasional asuhan keperawatan.
Pasal 31
Kedudukan
(1) Direksi menetapkan kebijakan dan prosedur seluruh mekanisme kerja
Subkomite disiplin dan etik profesi berdasarkan masukan Komite
Keperawatan.
(2) Direksi bertanggung jawab atas tersedianya berbagai sumber daya yang
dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terselenggara.
(3) Penegakan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah panel yang dibentuk
oleh ketua Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi.
(4) Panel sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas 3 (tiga) orang staf
keperawatan atau lebih dalam jumlah ganjil dengan susunan 1 (satu)
orang dari subkomite etik dan disiplin profesiyang memiliki disiplin ilmu
yang berbeda dari yang diperiksa dan 2 (dua) orang atau lebih staf
keperawatan dari disiplin ilmu yang sama dengan yang diperiksa dapat
berasal dari dalam rumah sakit atau luar rumah sakit
(5) Anggota panel yang berasal dari luar rumah sakit ditetapkan atas
persetujuan Direktur .
27
Pasal 32
(1) Upaya pendisiplinan prilaku profesional dilakukan melalui mekanisme
pemeriksaan berdasarkan laporan yang berasal dari perorangan maupun
non perorangan.
(2) Laporan yang berasal dari perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) di antaranya yaitu:
a. Manajemen rumah sakit.
b. Staf keperawatan.
c. Tenaga kesehatan.
d. Tenaga non kesehatan.
e. Pasien atau keluarga pasien.
(3) Laporan yang berasal dari non perorangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diantaranya yaitu:
a. Hasil konferensi kematian.
b. Hasil konferensi klinis
Pasal 33
(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 ayat (1) dilakukan
oleh Panel Pendisiplinan Profesi melalui proses pembuktian yang dicatat
oleh petugas sekretariat Komite Keperawatan.
(2) Dalam proses pemeriksaan Panel dapat menggunakan keterangan ahli
sesuai kebutuhan.
(3) Seluruh pemeriksaan yang dilakukan oleh panel disiplin profesi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertutup.
(4) Keputusan dan/atau hasil proses pemeriksaan bersifat internal dan
rahasia.
Pasal 34
Dalam menentukan dugaan pelanggaran disiplin profesi, panel memeriksa
data dan keterangan yang bersumber dari:
a. Kompetensi klinis;
b. Penatalaksanaan kasus keperawatan;
28
c. Pelanggaran disiplin profesi;
d. Ketidakmampuan bekerja sama dengan staf rumah sakit yang dapat
membahayakan pasien;
e. Penggunaan obat dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Pasal 35
(1) Keputusan panel yang dibentuk oleh Sub Komite Etik dan disiplin
profesidiambil berdasarkan suara terbanyak.
(2) Apabila terlapor keberatan dengan keputusan panel, maka yang
bersangkutan dapat mengajukan keberatan dengan memberikan bukti
baru kepada Sub Komite Etik dan disiplin profesi.
(3) Proses pemeriksaan atas keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan oleh panel baru yang dibentuk oleh subkomite etika dan
disiplin profesi.
(4) Keputusan dalam proses pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) bersifat final.
Pasal 36
(1) Setiap keputusan panel dilaporkan kepada Direktur dalam bentuk
rekomendasi melalui Komite Keperawatan.
(2) Rekomendasi pemberian tindakan pendisiplinan profesi yang diberikan
oleh Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi kepada Direktur berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Limitasi (reduksi) wewenang klinis(clinical privilege);
c. Bekerja di bawah supervisi dalam waktu tertentu (proctoring); atau,
d. Pencabutan penugasan klinis(clinical appointment) untuk waktu
tertentu.
Pasal 37
Pelaksanaan pembinaan profesionalisme keperawatan dapat
diselenggarakan dalam bentuk ceramah, diskusi, simposium, lokakarya, dsb
29
yang dilakukan oleh unit kerja rumah sakit terkait seperti Bagian Pendidikan
dan Pelatihan, Komite Keperawatan, dan sebagainya.
Pasal 38
(1) Staf keperawatan dapat meminta pertimbangan pengambilan keputusan
etis pada suatu kasus pengobatan di rumah sakit melalui kelompok
profesinya kepada komite keperawatan.
(2) Subkomite etik dan disiplin profesi mengadakan pertemuan pembahasan
kasus dengan mengikutsertakan pihak-pihak terkait yang kompeten untuk
memberikan pertimbangan pengambilan keputusan etis.
Pasal 39
Tiap-tiap sub komite bertanggungjawab kepada Komite Keperawatan
mengenai pelaksanaan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya.
BAB XI
Bagian Kesatu
Departemen Keperawatan
Pasal 40
30
(4) Staf Keperawatan dikelompokkan dalam divisi keperawatan; tiap divisi
dipimpin oleh Ketua Divisi Keperawatan. Divisi Keperawatan yang ada di
lingkungan Rumah Saki Khusus Mata Regina Eye Center adalah Divisi
Keperawatan Mata
(5) Staf Keperawatan suatu Divisi Keperawatan dapat dibentuk,
digabungkan, atau dihapuskan, setelah mendapat kajian dari Komite
Keperawatan.
(6) Komite Keperawatan harus memastikan bahwa pembentukan,
penggabungan atau penghapusan Divisi Keperawtan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) sesuai dengan tujuan Rumah Saki Khusus Mata
Regina Eye Center dan kebutuhan.
(7) Dasar utama pembentukan divisi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dengan memperhatikan perkembangan ilmu serta kecenderungan yang
terjadi dalam pelayanan keperawatan modern.
BAB XII
PELAKSANAAN TATA KELOLA KLINIS
Pasal 41
Pelaksanaan tata kelola klinis akan diatur lebih lanjut di dalam Tata Tertib Staf
Keperawatan yang tercantum dalam Pedoman Pengelolaan Organisasi
Komite Keperawatan.
BAB XIII
AMANDEMEN/ PERUBAHAN
Pasal 42
31
Keperawatan, yaitu Direksi Rumah Sakit, Staf Keperawatan, dan Komite
Keperawatan.
(3) Usulan untuk mengubah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hanya
dapat dilaksanakan apabila ada pemberitahuan tertulis dari salah satu
pihak kepada pihak lainnya, yang disampaikan paling lambat 3 (tiga)
minggu sebelumnya.
(4) Perubahan dilakukan dengan menambah pasal baru (addendum)
dan/atau mengubah pasal yang telah ada (amandemen) dalam
Peraturan Internal Staf Keperawatan ini.
(5) Addendum dan/atau amandemens ebagaimana dimaksud pada ayat (4),
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Peraturan Internal
Staf Keperawatan ini.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
(1) Peraturan Internal Staf Keperawatan Rumah Saki Khusus Mata
Regina Eye Center ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2) Peraturan Internal Staf Keperawatanini secara berkala akan dievaluasi
oleh Tim yang dibentuk oleh Direksi;
(3) Apabila dalam evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditemukan hal-hal yang sudah tidak sesuai lagi, maka akan dilakukan
perbaikan dan penyempurnaan, yang selanjutnya ditetapkan dengan
Surat Keputusan Direktur .
Dr.Ellya Thaher,SpM,MKM
32
Direktur
33
34