KOMITE KEPERAWATAN
RS BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU
2017
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 1949 telah banyak berdiri rumah sakit dan balaipengobatan,
pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, tahun 1962didirikan pendidikan
keperawatan setara diploma, tahun 1985 dibuka pendidikan keperawatan setara
sarjana yakni S1 keperawatan Universitas
Indonesia, serta perawat spesialis yang sudah ada saat, dengan makin majunya
dunia keperawatan disertai dengan perkembangan teknologimaka perawat
diharapkan untuk lebih dapat meningkatkan mutupelayanan keperawatan yang
diberikan.
Keperawatan sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini profesi
keperawatan berkembang dengan pesat dan keperawatan suatu bentuk layanan
kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan
yang berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan.Keperawatan sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan
kesehatan.Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi
tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang
unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif,
berkelanjutan, koordinatif dan advokatif.Keperawatan sebagai suatu profesi
menekankan kepada bentuk pelayanan profesional yang sesuai dengan standar
dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan
dapat diterima oleh masyarakat dengan baik.
b) Merupakan acuan dan sebagai dasar hukum yang sah bagi komite keperawatan
dan kepala rumah sakit dalam hal pengambilan keputusan tentang staf
keperawatan termasuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban komite
keperawatan kepada Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu.
d) Untuk memastikan agar hanya staf keperawatan yang kompeten sajalah yang
boleh melakukan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata
Batu. Hal ini untuk melindungi pasien agar mendapatkan pelayanan yang aman,
yang mengacu pada prinsip-prinsip keselamatan pasien (patient safety).
Pasal 1
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
BAB III
WEWENANG KLINIS
Pasal 3
BAB IV
PENUGASAN KLINIS
Pasal 4
1. Rumah sakit bertugas mengatur wewenang klinis setiap staf keperawatan agar
staf keperawatan dapat melaksanakan tugasnya dengan kualitas yang baik.
2. Untuk mewujudkan tata kelola klinis (clinical governance) yang baik, semua
pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh setiap staf keperawatan di rumah
sakit dilakukan atas penugasan klinis oleh Karumkit.
3. Penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
wewenang klinis oleh Karumkit melalui penerbitan surat penugasan klinis
kepada staf keperawatan.
4. Surat penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan oleh
Karumkit setelah mendapat rekomendasi dari Komite Keperawatan.
5. Rekomendasi komite keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diberikan setelah dilakukan proses kredensial.
6. Dengan memiliki surat penugasan klinis maka seorang staf keperawatan
tergabung dalam anggota kelompok staf keperawatan yang memiliki wewenang
klinis untuk melakukan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Bhayangkara
Hasta Brata Batu
7. Dalam keadaan tertentu atau darurat Karumkit dapat pula menerbitkan surat
penugasan klinis sementara (temporary clinical appointment) tanpa
rekomendasi Komite Keperawatan, misalnya untuk konsultan tamu yang
diperlukan sementara oleh Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu
8. Karumkit dapat mengubah, membekukan untuk waktu tertentu, atau
mengakhiri penugasan klinis seorang staf keperawatan berdasarkan
pertimbangan Komite Keperawatan atau alasan tertentu.
9. Dengan dibekukan atau diakhiri penugasan klinis , seorang staf keperawatan
tidak berwenang lagi melakukan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
Bhayangkara Hasta Brata Batu
BAB V
TUGAS DAN WEWENANG
Pasal 5
(1) Dalam menyelenggarakan praktik keperawatan di rumah sakit perawat
bertugas sebagai :
a. pemberi asuhan keperawatan.
b. pengelola Pelayanan Keperawatan.
c. peneliti Keperawatan.
d. pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang.
Pasal 6
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Pasal 7
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Pasien
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
BAB VII
KOMITE KEPERAWATAN
Pasal 11
(1) Komite Keperawatan merupakan organisasi non struktural yang dibentuk oleh
Karumkit Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu dan bertanggung jawab
kepada Karumkit . Ketua, Sekretaris Komite Keperawatan ditetapkan oleh
Karumkit
(2) Jumlah Sub komite diusulkan oleh Ketua Komite Keperawatan dan ditetapkan
oleh Karumkit.
(3) Mekanisme pengambilan keputusan di bidang keprofesian dalam setiap
kegiatan Komite Keperawatan dilaksanakan secara sehat dengan
(4) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya komite Keperawatan melibatkan
mitra bestari untuk mengambil keputusan profesional.
(5) Rumah sakit bersama Komite Keperawatan menyiapkan daftar mitra bestari
yang meliputi berbagai macam bidang ilmu Keperawatan sesuai kebutuhan.
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan dapat dibantu
oleh panitia ad hoc.
(2) Panitia ad hoc ditetapkan oleh Direksi berdasarkan usulan Komite
Keperawatan.
(3) Panitia ad hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berasal dari daftar mitra
bestari yang ditetapkan oleh rumah sakit.
(4) Mitra Bestari yang dimaksud dalam ayat (3) dapat berasal dari rumah sakit
lain, PPNI/IBI, dan atau institusi pendidikan Keperawatan/Kebidanan
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
BAB VII
SUB KOMITE KREDENSIAL
Pasal 20
Tujuan :
(1) Tujuan Umum Subkomite Kredensial adalah untuk melindungi keselamatan
pasien dengan memastikan bahwa staf keperawatan yang akan melakukan
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu
(2) Tujuan Khusus Subkomite Kredensial adalah:
a. Memastikan staf keperawatan yang profesional dan akuntabel bagi
pelayanan di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu
b. Menyusun jenis-jenis wewenang klinis bagi setiap staf keperawatan yang
melakukan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta
Brata Batu
c. Memberikan masukan pada Komite Keperawatan untuk merekomendasi
penerbitan penugasan klinis bagi setiap staf keperawatan untuk melakukan
pelayanan keperawatan di rumah sakit.
d. Menjamin terjaganya reputasi dan kredibilitas para staf keperawatan dan
institusi rumah sakit di hadapan pasien, penyandang dana, dan pemangku
kepentingan (stakeholders) lain rumah sakit.
Pasal 21
(1) Sub Komite Kredensial terdiri atas sekurang-kurangnya 2 (dua) orang staf
keperawatan yang memiliki surat penugasan klinik (clinical appointment) di
rumah sakit, berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
(2) Pengorganisasian Sub Komite Kredensial sekurang-kurangnya terdiri dari
ketua, sekretaris, dan anggota, yang ditetapkan oleh dan bertanggung
jawab kepada ketua Komite Keperawatan.
Pasal 22
Standar Kompetensi
(1) Untuk menjaga keselamatan pasien, maka dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya, seorang staf keperawatan wajib menjaga standar
kompetensi dengan melakukan uji standar kompetensi sesuai ketentuan
(2) Apabila standar kompetensi belum terbentuk maka dapat mengacu
kepada Pedoman Kompetensi Rumah Sakit.
(3) Kompetensi meliputi 2 aspek:
a. Kompetensi profesi perawat terdiri atas pengetahuan, ketrampilan dan
perilaku profesional.
b. Kompetensi fisik dan mental.
(4) Rumah sakit sebagai penyelenggara uji standar kompetensi staf
keperawatan, wajib melakukan verifikasi sertifikat kompetensi terhadap
keabsahan bukti kompetensi seseorang dan menetapkan wewenang klinis
untuk melakukan pelayanan keperawatan dalam lingkup area kekhususan
atau spesialisasi tersebut.
(5) Seorang staf keperawatan dinyatakan kompeten, wajib melalui suatu
proses kredensial yang dilakukan oleh rumah sakit.
(6) Apabila seorang staf keperawatan dinyatakan kompeten maka rumah sakit
berhak menerbitkan ijin bagi yang bersangkutan untuk melakukan
serangkaian pelayanan keperawatan tertentu di rumah sakit, sesuai
dengan wewenang kliniknya (clinical privilege).
(7) Tanpa adanya wewenang klinis tersebut, seorang staf keperawatan tidak
diperkenankan melakukan pelayanan keperawatan di rumah sakit.
(8) Luasnya lingkup wewenang klinis seorang perawat/bidan dapat berbeda
dengan sesama koleganya dalam spesialisasi yang sama berdasarkan hasil
proses kredensial.
(9) Apabila seorang staf keperawatan telah melakukan pelayanan
keperawatan yang membahayakan pasien, maka penugasan klinis
seorang staf keperawatan tersebut dapat diakhiri untuk suatu periode
tertentu (suspend), atau dilakukan modifikasi (perubahan) terhadap
penugasan klinisnya sehingga yang bersangkutan hanya diperkenankan
untuk melakukan pelayanan keperawatan tertentu, atau diakhiri
hubungan kerjanya.
(10) Tata cara usulan pengakhiran dan modifikasi penugasan klinis tersebut di
atas ditetapkan oleh Karumkit atas usulan Komite Keperawatan yang akan
dituangkan dalam peraturan tersendiri.
(11) Apabila dipandang perlu, Karumkit berhak menentukan kebutuhan dan
penambahan staf keperawatan, dalam hal ini Karumkit dapat meminta
Komite Keperawatan untuk melakukan kajian kompetensi terhadap calon
staf keperawatan yang dibutuhkan.
Pasal 23
Kegiatan Kredensial
(1) Proses kredensial dilaksanakan dengan semangat keterbukaan, adil, objektif,
sesuai prosedur/ketentuan yg berlaku dan terdokumentasi dengan baik.
(2) Rangkaian kegiatan proses kredensial diatur sebagai berikut:
- Menyusun tim mitra bestari (jika diperlukan)
- Melakukan penilaian kompetensi seorang staf keperawatan yang meminta
wewenang klinik tertentu.
- Sub Komite Kredensial menyiapkan instrumen-instrumen, meliputi:
a. Kebijakan tentang kredensial dan wewenang klinis.
b. Pedoman penilaian kompetensi klinis/”buku putih”
c. Formulir
(4) Pada akhir proses kredensial Komite Keperawatan menerbitkan rekomendasi
kepada Karumkit tentang lingkup wewenang klinis seorang staf keperawatan.
Pasal 24
BAB IX
SUBKOMITE MUTU PROFESI
Pasal 25 Tujuan
:
Tujuan Sub Komite Mutu Profesi dalam menjaga mutu profesi keperawatan
adalah:
(1) Memberikan perlindungan terhadap pasien agar senantiasa ditangani oleh staf
keperawatan yang berkualitas, kompeten, etis, dan profesional;
(2) Memberikan azas keadilan bagi staf keperawatan untuk memperoleh
kesempatan memelihara kompetensi (maintaining competence) dan
wewenang klinik (clinical privilege);
(3) Mencegah terjadinya kejadian yang tak diharapkan (medical mishaps);
(4) Memastikan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh staf
keperawatan melalui upaya pemberdayaan, evaluasi kinerja profesi yang
berkesinambungan (on-going professional practice evaluation), maupun
evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused professional practice
evaluation).
Pasal 26
Pasal 27
Audit Klinis
(1) Karumkit berhak menetapkan kebijakan dan prosedur seluruh mekanisme
kerja Subkomite Mutu Profesi berdasarkan atas masukan Komite
Keperawatan.
(2) Karumkit bertanggungjawab atas tersedianya berbagai sumber daya yang
dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terselenggara.
(3) Audit klinis
a. Audit klinis dilaksanakan sebagai implementasi fungsi manajemen klinis
dalam rangka penerapan tata kelola klinis yang baik di rumah sakit.
b. Audit klinis tidak digunakan untuk mencari ada atau tidaknya kesalahan
seorang staf keperawatan dalam satu kasus.
c. Dalam hal terdapat laporan kejadian dengan dugaan kelalaian seorang
staf keperawatan, mekanisme yang digunakan adalah mekanisme disiplin
profesi, bukan mekanisme audit klinis.
d. Audit klinis dilakukan dengan mengedepankan respek terhadap semua
staf keperawatan (no blame culture) dengan cara tidak menyebutkan
nama, tidak mempersalahkan, dan tidak mempermalukan.
e. Audit klinis yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata
Batu merupakan kegiatan evaluasi profesi secara sistemik yang
melibatkan staf keperawatan yang terdiri atas kegiatan peer-review,
surveillance dan assessment terhadap pelayanankeperawatan di rumah
sakit.
f. Dalam pengertian audit klinis tersebut di atas, rumah sakit, Komite
Keperawatan atau masing-masing kelompok staf keperawatan dapat
menyelenggarakan evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused
professional practice evaluation).
g. Pelaksanaan audit klinis harus dapat memenuhi 4 (empat) peran penting,
yaitu:
1) Sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi masing-
masing staf keperawatan pemberi pelayanan di rumah sakit;
2) Sebagai dasar untuk pemberian wewenang klinis (clinical privilege)
sesuai kompetensi yang dimiliki;
3) Sebagai dasar bagi Komite Keperawatan dalam merekomendasikan
pencabutan atau penangguhan wewenang klinis (clinical privilege);
4) Sebagai dasar bagi Komite Keperawatan dalam merekomendasikan
perubahan/ modifikasi rincian wewenang klinis seorang staf
keperawatan.
h. Langkah-langkah pelaksanaan audit klinis dilaksanakan sebagai berikut:
1) Pemilihan topik yang akan dilakukan audit.
2) Penetapan standar dan kriteria.
3) Penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit.
4) Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan.
5) Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria.
6) Menerapkan perbaikan. 7) Rencana re-audit.
(4) Tahapan Rekomendasi Pendidikan Berkelanjutan bagi staf keperawatan:
a. Subkomite Mutu Profesi menentukan pertemuan-pertemuan ilmiah yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing kelompok staf keperawatan
dengan pengaturan-pengaturan waktu yang disesuaikan.
b. Pertemuan tersebut dapat pula berupa pembahasan kasus tersebut antara
lain meliputi kasus kematian (death case), kasus sulit, maupun kasus
langka.
c. Setiap kali pertemuan ilmiah harus disertai risalah (notulensi), kesimpulan
dan daftar hadir peserta yang akan dijadikan pertimbangan dalam
penilaian disiplin profesi.
d. Notulensi beserta daftar hadir menjadi dokumen/arsip dari Sub Komite
Mutu Profesi.
e. Subkomite Mutu Profesi bersama-sama dengan kelompok staf
keperawatan menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang akan dibuat oleh
subkomite mutu profesi yang melibatkan staf keperawatan rumah sakit
sebagai narasumber dan peserta aktif.
f. Setiap kelompok staf keperawatan wajib menentukan minimal satu
kegiatan ilmiah yang akan dilaksanakan dengan subkomite mutu profesi
per tahun.
g. Subkomite Mutu Profesi bersama dengan Bagian Pendidikan dan Pelatihan
rumah sakit memfasilitasi kegiatan tersebut.
h. Subkomite Mutu Profesi menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang dapat
diikuti oleh masing-masing staf keperawatan setiap tahun.
i. Subkomite Mutu Profesi memberikan persetujuan terhadap permintaan
staf keperawatan sebagai asupan kepada Karumkit
(5) Ketentuan dalam Proses Pendampingan (Proctoring) bagi Staf keperawatan
yang membutuhkan.
a. Subkomite mutu profesi menentukan nama staf keperawatan yang akan
mendampingi staf keperawatan yang sedang mengalami sanksi
disiplin/mendapatkan pengurangan clinical privilege.
b. Komite Keperawatan berkoordinasi dengan Karumkit memfasilitasi semua
sumber daya yang dibutuhkan untuk proses pendampingan (proctoring)
tersebut.
BAB X
SUB KOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI
Pasal 28
Tujuan :
Subkomite Etik dan Disiplin Profesi pada Komite Keperawatan Rumah Sakit
Bhayangkara Hasta Brata Batu dibentuk dengan tujuan:
1. Melindungi pasien dari risiko pelayanan staf keperawatan yang tidak memenuhi
syarat (unqualified) dan tidak layak (unfit/unproper) untuk melakukan asuhan
klinis (clinical care).
2. Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf keperawatan di
rumah sakit.
Pasal 29
Keanggotaan
(1) Subkomite etik dan disiplin profesi di rumah sakit terdiri atas sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang staf keperawatan yang memiliki surat penugasan
klinis(clinical appointment) di rumah sakit tersebut dan berasal dari disiplin
ilmu yang berbeda.
(2) Pengorganisasian subkomite etik dan disiplin profesi sekurang-kurangnya
terdiri dari ketua, dan anggota, yang ditetapkan oleh dan bertanggung
jawab kepada ketua komite keperawatan.
Pasal 30
Pasal 31
Kedudukan
(1) Karumkit menetapkan kebijakan dan prosedur seluruh mekanisme kerja
Subkomite disiplin dan etik profesi berdasarkan masukan Komite
Keperawatan.
(2) Karumkit bertanggung jawab atas tersedianya berbagai sumber daya yang
dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terselenggara.
(3) Penegakan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah panel yang dibentuk oleh
ketua Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi.
(4) Panel sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas 2 (dua) orang staf
keperawatan atau lebih dengan susunan 1 (satu) orang dari subkomite etik
dan disiplin profesiyang memiliki disiplin ilmu yang berbeda dari yang
diperiksa dan 1 (satu) orang atau lebih staf keperawatan dari disiplin ilmu
yang sama dengan yang diperiksa dapat berasal dari dalam rumah sakit atau
luar rumah sakit
(5) Anggota panel yang berasal dari luar rumah sakit ditetapkan atas persetujuan
Karumkit.
Pasal 32
(1) Upaya pendisiplinan prilaku profesional dilakukan melalui mekanisme
pemeriksaan berdasarkan laporan yang berasal dari perorangan maupun
non perorangan.
(2) Laporan yang berasal dari perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di antaranya yaitu:
a. Manajemen rumah sakit.
b. Staf keperawatan.
c. Tenaga kesehatan.
d. Tenaga non kesehatan.
e. Pasien atau keluarga pasien
(3) Laporan yang berasal dari non perorangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diantaranya yaitu:
a. Hasil konferensi kematian.
b. Hasil konferensi klinis
Pasal 33
Pasal 34
Pasal 35
(1) Keputusan panel yang dibentuk oleh Sub Komite Etik dan disiplin profesi
diambil berdasarkan suara terbanyak.
(2) Apabila terlapor keberatan dengan keputusan panel, maka yang bersangkutan
dapat mengajukan keberatan dengan memberikan bukti baru kepada Sub
Komite Etik dan disiplin profesi.
(3) Proses pemeriksaan atas keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh panel baru yang dibentuk oleh subkomite etika dan disiplin
profesi.
(4) Keputusan dalam proses pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
bersifat final.
Pasal 36
(1) Setiap keputusan panel dilaporkan kepada Direktur Utama dalam bentuk
rekomendasi melalui Komite Keperawatan.
(2) Rekomendasi pemberian tindakan pendisiplinan profesi yang diberikan oleh
Sub Komite Etik dan Disiplin Profesikepada Direktur Utama berupa: a.
Peringatan tertulis;
b. Limitasi (reduksi) wewenang klinis(clinical privilege);
c. Bekerja di bawah supervisi dalam waktu tertentu (proctoring); atau,
d. Pencabutan penugasan klinis(clinical appointment) untuk waktu tertentu.
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
Tiap-tiap sub komite bertanggungjawab kepada Komite Keperawatan mengenai
pelaksanaan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya.
BAB XI
AMANDEMEN/ PERUBAHAN
Pasal 40
Pasal 41
(1) Peraturan Internal Staf Keperawatan Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata
Batu ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2) Peraturan Internal Staf Keperawatanini secara berkala akan dievaluasi oleh
Tim yang dibentuk oleh Karumkit;
(3) Apabila dalam evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditemukan
halhal yang sudah tidak sesuai lagi, maka akan dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan, yang selanjutnya ditetapkan dengan Surat Keputusan
Karumkit.
Ditetapkan di : Batu
Pada Tanggal : 24 Januari 2017
KARUMKIT RS BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU