Anda di halaman 1dari 23

POLRI DAERAH JAWA TIMUR

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


RS . BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU

PERATURAN INTERAL STAF KEPERAWATAN


(NURSING STAF BY LAWS)

KOMITE KEPERAWATAN
RS BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU
2017
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia diawali Perawat


(verpleger) di bantu oleh penjaga orang sakit (zieken oppaser) bekerja pertama
kali di RS binnen Hospital Jakarta (1799) dengan tugasmemelihara kesehatan, staf
dan tentara belanda, sehingga terbentukdinas kesehatan tentara dan dinas
kesehatan rakyat Raffles (penjajahaninggris) memberi perhatian pada kesehatan
rakyat dengan mottokesehatan adalah milik manusia. pada tahun 1819 mulai
berdiri rumahsakit di Jakarta Stadsverband sekarang dikenal dengan RSCM. Pada
tahun 1942 - 1945 terjadi kekalahan sekutu dan kedatangan tentara jepang dan
dunia, keperawatan mengalami kemunduran.

Pada tahun 1949 telah banyak berdiri rumah sakit dan balaipengobatan,
pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, tahun 1962didirikan pendidikan
keperawatan setara diploma, tahun 1985 dibuka pendidikan keperawatan setara
sarjana yakni S1 keperawatan Universitas
Indonesia, serta perawat spesialis yang sudah ada saat, dengan makin majunya
dunia keperawatan disertai dengan perkembangan teknologimaka perawat
diharapkan untuk lebih dapat meningkatkan mutupelayanan keperawatan yang
diberikan.

Paradigma yang kemudian terbentuk karena kondisi ini adalah pandangan


bahwa perawat merupakan bagian dari dokter. Dengan demikian, dokter berhak
“mengendalikan” aktivitas perawat terhadap pasien.Perawat menjadi
perpanjangan tangan dokter dan berada pada posisi submisif.Kondisi seperti ini
sering kali ditemui dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.Salah satu
penyebabnya adalah masih belum berfungsinya sistem kolaborasi antara dokter
dan perawat denganbenar.Asuhan keperawatan yang diberikan pun sepanjang
rentang sehat-sakit.Dengan demikian, perawat adalah pihak yang paling
mengetahui perkembangan kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh dan
bertanggung jawab atas pasien.Sudah selayaknya jika profesi kesehatan lain
meminta “izin” terlebih dahulu kepada perawat sebelum berinteraksi dengan
pasien. Hal yang sama juga berlaku untuk keputusan memulangkan pasien. Pasien
boleh pulang setelah perawat menyatakan kondisinya memungkinkan.
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan pelayanan
kesehatan guna untuk meningkatkan kesehatan bagi masyarakat.

Keperawatan sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini profesi
keperawatan berkembang dengan pesat dan keperawatan suatu bentuk layanan
kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan
yang berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan.Keperawatan sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan
kesehatan.Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi
tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang
unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif,
berkelanjutan, koordinatif dan advokatif.Keperawatan sebagai suatu profesi
menekankan kepada bentuk pelayanan profesional yang sesuai dengan standar
dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga pelayanan yang diberikan
dapat diterima oleh masyarakat dengan baik.

B. Peraturan internal staf keperawatan atau Nursing Staff Bylaws


(NSBL)adalah :

a) Merupakan peraturan penyelenggaraan profesi staf keperawatan dan


mekanisme tata kerja Komite Keperawatan.Staf keperawatan adalah meliputi
tenaga keperawatan dan tenaga bidan.Peraturan ini dirasakan penting karena
staf keperawatan merupakan jumlah terbesar dari tenaga kesehatan yang
berada di rumah sakit, memiliki kualifikasi berjenjang dan sebagai profesi yang
berhubungan langsung dengan klien dan keluarganya.

b) Merupakan acuan dan sebagai dasar hukum yang sah bagi komite keperawatan
dan kepala rumah sakit dalam hal pengambilan keputusan tentang staf
keperawatan termasuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban komite
keperawatan kepada Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu.

c) Tidak mengatur pengelolaan rumah sakit namun pengaturan utamanya adalah


tentang kewenangan klinis, penugasan klinis, mekanisme mempertahankan,
mendisiplinkan dan membina perawat sebagaitenaga professional keperawatan.

d) Untuk memastikan agar hanya staf keperawatan yang kompeten sajalah yang
boleh melakukan asuhan keperawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata
Batu. Hal ini untuk melindungi pasien agar mendapatkan pelayanan yang aman,
yang mengacu pada prinsip-prinsip keselamatan pasien (patient safety).

C. Manfaat Peraturan internal staf keperawatan atau Nursing Staf By


Laws (NSBL):

1. Sarana untuk menjamin mutu keperawatan


2. Menentukan katagori pelimpahan kewenangan yang jelas yaitu delegasi atau
mandate terhadap intervensi keperawatan yang dilakukan oleh perawat dan
bidan di rumah sakit.
3. Komite keperawatan dapat menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik
melalui mekanisme kredensial, peningkatan mutu profesi, dan penegakan etik
dan disiplin profesi perawat dan bidan di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta
Brata Batu.
4. Sebagai acuan bagi Karumkit dalam melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap perawat dan bidan oleh Komite Keperawatan
5. Sebagai acuan bagi Karumkit dalam menyusun kebijakan dan prosedur
dibidang klinis/Medik, penunjang medik, keperawatan, uraian tugas dalam
menyelenggarakan kegiatan keperawatan.
6. Sarana untuk menjamin efektifitas, efesiensi dan mutu Keperawatan.
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

1. Peraturan Internal Staf Keperawatan adalah aturan yang mengatur tta


kelola klinik untuk menjaga profesionalisme tenaga keperawatan di Rumah
Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu
2. Rumah Sakit adalah Badan Layanan Umum Rumah Sakit Bhayangkara Hasta
Brata Batu
3. Komite Keperawatan adalah wadah non struktural rumah sakit yang
mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan
profesionalisme staf keperawatan melalui mekanisme kredensial ,penjagaan
mutu profesi , dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi
4. Keperawatan alah kegiatan pemberian asuhan keperawatan kepada individu
,keluarga,kelompok,atau masyarakat baik dalam keadaan sakit maupun
sehat
5. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu keperawatan yang diberikan pada
individu,kelurga,kelompok, atau masyarakat baik sakit maupun sehat
6. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggrakan oleh perawat
dalam bentuk asuhan keperawatan
7. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat dengan pasien dan
lingkunganya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian pasien dalam merawat dirinya
8. Staf keperawatan Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu adalah
seluruh perawat perawat dan bidan yang bekerja di Rumah Sakit
Bhayangkara Hasta Brata Batu
9. Kewenangan Klinis adalah uraian tugas staf keperawatan yang dilakukan
oleh Staf Keperawatan sesuai dengan area praktinya
10. Penugasan Klinis adalah penugasan yang diberikan oleh Karumkit terhadap
staf keperawatan untuk melakukan asuhan keperawatan berdasarkan daftar
kewenangan klinis
11. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf keperawatan untuk
menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis.
12. Rekredensial adalah proses revaluasi terhadap staf keperawatan yang telah
memiliki kewenangan klinis untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis tersebut.
13. Profesionalisme adalah sifat profesional dari seseorang yang memiliki
pengetahuan dan keahlian khusus meliputi integritas diri, kejujuran, budi
pekerti dan bersedia memenuhi sesuai dengan standar etik.
14. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh
seseorang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif, dan efisien serta sesuai
dengan standar kinerja yang disyaratkan.
15. Asesmen kompetensi / uji kompetensi adalah suatu proses penilaian
terhadap perawat yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang sesuai dengan standar
kinerja (performance) yang ditetapkan.
16. Panitia Ad Hoc adalah panitia yang dibentuk oleh komite keperawatan untuk
membantu melaksanakan tugas komite keperawatan dalam masa tugas
tertentu.
17. Mitra Bestari adalah kelompok staf keperawatan dengan reputasi dan
kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala sesuatu yang terkait
dengan profesi keperawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu
18. Pelimpahan wewenang adalah melakukan sesuatu tindakan keperawatan
diberikan oleh tenaga keperawatan kepada staf keperawatan dengan
disertai tanggung jawab

BAB II
TUJUAN

Pasal 2

1. Sebagai pilar utama akuntabilitas kinerja profesional dan etika anggota.


2. Menjamin agar staf keperawatan dan tata laksana klinis pasien di rumah
sakit dilaksanakan sesuai standar pelayanan dan dengan efisien yang
tinggi.
3. Memungkinkan peran serta staf keperawatan dalam pembuatan kebijakan
serta perencanaan rumah sakit.
4. Staf keperawatan dapat berperan serta dalam pendidikan dan pelatihan
Keperawatan.
5. Staf keperawatan dapat berperan serta dalam pendidikan profesional
pelayanan kesehatan secara berkelanjutan.
6. Menjamin bahwa tingkat keperawatan terus meningkat dengan
menerapkan kaidah ilmiah dalam praktik dengan pertimbangan etika.
7. Dimilikinya suatu tatanan peraturan dasar yang mengatur staf keperawatan
atau Nursing Staf Bylaws (NSBL) di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata
Batu
8. Meningkatkan profesionalisme staf keperawatan di Rumah Sakit
Bhayangkara Hasta Brata Batu
9. Mengembangkan dan meningkatkan mutu profesi staf keperawatan di
Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu
10.Menegakan etik dan disiplin profesi staf keperawatan di Rumah Sakit
Bhayangkara Hasta Brata Batu.
11.Menjamin agar perawatan pasien di rumah sakit dilaksanakan secara
efesien dan dengan standar yang tinggi.
12.Memberikan dasar hukum bagi mitra bestari dalam pengambilan keputusan
profesi melalui komite keperawatan

BAB III
WEWENANG KLINIS

Pasal 3

Tata cara penentuan wewenang klinis (clinical privilege) :

1. Wewenang klinis staf keperawatan sesuai dengan kompetensinya yang


ditetapkan oleh karumkit.
2. Dalam penetapan wewenang klinis tersebut, direksi mendapatkan rekomendasi
dari komite keperawatan sebagai pihak yang paling mengetahui masalah
keprofesian yang bersangkutan.
3. Wewenang klinis setiap staf keperawatan dapat berbeda, walaupun mereka
memiliki area klinis yang sama.
4. Rincian kewenangan klinis setiap area kekhususan di Rumah Sakit Bhayangkara
Hasta Brata Batu ditetapkan oleh komite keperawatan, yang sesuai dengan
tindakan keperawatan yang ada di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata
5. Komite keperawatan wajib menetapkan dan mendokumentasi syarat- syarat
yang terkait kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan pelayanan
keperawatanyang mengacu kepada jenjang karir keperawatan, apabila
kolegium spesialisasi keperawatan di Indonesia telah menetapkan persyaratan
yang baku maka persyaratan yang yang terkait kompetensi akan berpedoman
pada kolegium spesilaisasi keperawatan.
6. Komite Keperawatan menyusun “buku putih” (white paper) untuk pelayanan
keperawatan tertentu dengan melibatkan mitra bestari (peer group) dari
beberapa area kekhususan. Selanjutnya pemberian wewenang klinis (clinical
privilege) kepada staf keperawatan yang akan melakukan tindakan tertentu
tersebut mengacu pada “buku putih” (white paper) yang telah disusun
bersama.
7. Wewenang klinik seorang staf keperawatan tidak hanya didasarkan pada
kredensial terhadap kompetensi keilmuan dan keterampilannya saja, akan
tetapi juga didasarkan pada kesehatan jasmani, kesehatan mental, dan perilaku
(behavior) staf keperawatan tersebut

BAB IV
PENUGASAN KLINIS

Pasal 4

Tata cara penentuan penugasan klinis (clinical appointment):

1. Rumah sakit bertugas mengatur wewenang klinis setiap staf keperawatan agar
staf keperawatan dapat melaksanakan tugasnya dengan kualitas yang baik.
2. Untuk mewujudkan tata kelola klinis (clinical governance) yang baik, semua
pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh setiap staf keperawatan di rumah
sakit dilakukan atas penugasan klinis oleh Karumkit.
3. Penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
wewenang klinis oleh Karumkit melalui penerbitan surat penugasan klinis
kepada staf keperawatan.
4. Surat penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan oleh
Karumkit setelah mendapat rekomendasi dari Komite Keperawatan.
5. Rekomendasi komite keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diberikan setelah dilakukan proses kredensial.
6. Dengan memiliki surat penugasan klinis maka seorang staf keperawatan
tergabung dalam anggota kelompok staf keperawatan yang memiliki wewenang
klinis untuk melakukan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Bhayangkara
Hasta Brata Batu
7. Dalam keadaan tertentu atau darurat Karumkit dapat pula menerbitkan surat
penugasan klinis sementara (temporary clinical appointment) tanpa
rekomendasi Komite Keperawatan, misalnya untuk konsultan tamu yang
diperlukan sementara oleh Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu
8. Karumkit dapat mengubah, membekukan untuk waktu tertentu, atau
mengakhiri penugasan klinis seorang staf keperawatan berdasarkan
pertimbangan Komite Keperawatan atau alasan tertentu.
9. Dengan dibekukan atau diakhiri penugasan klinis , seorang staf keperawatan
tidak berwenang lagi melakukan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
Bhayangkara Hasta Brata Batu

BAB V
TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 5
(1) Dalam menyelenggarakan praktik keperawatan di rumah sakit perawat
bertugas sebagai :
a. pemberi asuhan keperawatan.
b. pengelola Pelayanan Keperawatan.
c. peneliti Keperawatan.
d. pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang.

(2) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan di rumah


sakit, perawat berwenang :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien/pasien
b. Menetapkan masalah keperawatan
c. Merencanakan tindakan keperawatan
d. Melaksanakan tindakan keperawatan
e. Melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan

(3) Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola pelayanan keperawatan,


perawat berwenang :
a. Melakukan pengkajian, menetapkan maslah keperawatan
b. Merencankana, melaksanakan dan mengevaluasi pelaynan keperawatan,
dan
c. Mengelola kasus
(4) Dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti keperawatan, perawat
berwenang;
a. Melakukan penelitian sesuai dengan standar etika
b. Menggunakan sumber daya pada fasilitas rumah sakit atas izin pimpinan
c. Menggunakan pasien sebagai subyek penelitian sesuai etika profesi dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 6

(1) Pelaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang sebagaimana


dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) huruf d, hanya dapat diberikan secara
tertulis oleh tenaga keperawatan kepada perawat untuk melakukan sesuatu
tindakan medis dan melalukan evaluasi pelaksanaannya.
(2) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan secara delegatif atau mandate.
(3) Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu tindakan
medis diberikan oleh tenaga medis kepada perawat disertai pelimpahan
tanggung jawab.
(4) Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud dalam pasal
6 ayat (3) hanya dapat diberikan kepada perawat profesi atau perawat
vokasi terlatih yang memiliki kompetensi yang diperlukan.
(5) Pelimpahan wewenang secara mandate diberikan oleh tenaga medis kepada
perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis dibawah pengawasan.
(6) Tanggung jawab atas tindakan medis pada pelimpahan wewenang mandate
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berada pada pemberi pelimpahan
wewenang.
(7) Dalam melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perawat berwenang :
a) Melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya atas
pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis.
b) Melakukan tindakan medis dibawah pengawasan atas pelimpahan
wewewenang mandate

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu

Pasal 7

Perawat dalam menjalankan Praktik keperawatan di rumah sakit berhak :

a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai


dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
b. Memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari paisen dan/atau
keluarganya.
c. Menerima imbalan jasa atas pelayanan keperawatan yang diberikan.
d. Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode
etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau
ketentauan perundang-undangan; dan
e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai standar.

Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit berkewajiban


:
a. Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan perundang-undangan
b. Merujuk pasien/klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau tenaga
medis serta tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan
tingkat kompetensinya.
c. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar
d. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas dan mudah dimengerti
mengenai tindakan keperawatan kepada pasien/klien dan /atau keluarganya
sesuai dengan batas kewenanganannya.
e. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga medis maupun
tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi perawat.

Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Pasien

Pasal 8

Dalam prakttik keperawatan, klien berhak :


a. Mendapatkan informasi secara, benar, jelas dan jujur tentang tindakan
keperawatan yang akan dilakukan
b. Meminta pendapat perawat lain dan/atau tenaga medis serta tenaga kesehatan
lainnya
c. Mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan
d. Member persetujuan atau penolakan tindakan keperawatan yang akan
diterimanya; dan
d. Memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.

Pasal 9

Pengungkapan rahasia kesehatan pasien : a.


Kepentingan kesehatan pasien
b. Pemenuhan permintaan aparatur penegak hokum dalam rangka
penegakkan hukum.
c. Persetujuan pasien sendiri
d. Kepentingan pendidikan dan penelitian; dan
e. ketentuan peraturan perundang-undangan

Pasal 10

Dalam praktik keperawatan, pasien berkewajiban :


a. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang masalah
kesehatannya.
b. Mematuhi nasehat dan petunjuk perawat
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di rumah sakit
d. Member imbalan jasa ke rumah sakit atas pelayanan yang diterima

BAB VII
KOMITE KEPERAWATAN

Pasal 11

(1) Komite Keperawatan merupakan organisasi non struktural yang dibentuk oleh
Karumkit Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu dan bertanggung jawab
kepada Karumkit . Ketua, Sekretaris Komite Keperawatan ditetapkan oleh
Karumkit
(2) Jumlah Sub komite diusulkan oleh Ketua Komite Keperawatan dan ditetapkan
oleh Karumkit.
(3) Mekanisme pengambilan keputusan di bidang keprofesian dalam setiap
kegiatan Komite Keperawatan dilaksanakan secara sehat dengan
(4) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya komite Keperawatan melibatkan
mitra bestari untuk mengambil keputusan profesional.
(5) Rumah sakit bersama Komite Keperawatan menyiapkan daftar mitra bestari
yang meliputi berbagai macam bidang ilmu Keperawatan sesuai kebutuhan.

Pasal 12

Keanggotaan Komite Keperawatan


(1) Susunan organisasi Komite Keperawatan sekurang-kurangnya terdiri atas:
a. Ketua;
b. Sekretaris; dan
c. Sub komite.
(2) Keanggotaan Komite Keperawatan ditetapkan oleh Karumkit dengan
mempertimbangkan sikap profesional, reputasi dan perilaku.
(3) Anggota Komite Keperawatan terbagi dalam sub komite.
(4) Sekretaris Komite Keperawatan dan Ketua Sub Komite ditetapkan oleh
Karumkit berdasarkan rekomendasi dari Ketua Komite Keperawatan dengan
memperhatikan masukan dari staf keperawatan yang bekerja di Rumah Sakit
(5) Sub Komite yang di maksut adalah :
a. Sub Komite Kredensial bertugas menapis profesionalisme staf
keperawatan

Pasal 13

(1) Secara umum Komite Keperawatan berfungsi untuk meningkatkan


profesionalisme tenaga keperawatan RSHB dengan cara :
a. Melakukan Kredensial bagi seluruh tenaga keperawatan yang akan
melakukan pelayanan keperawatan dan kebidanan
b. Memelihara mutu profesi tenaga keperawatan
c. Menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi tenaga keperawatan.
(2) Dalam melaksanakan fungsi Kredensial, Komite Keperawatan memiliki tugas
sebagai berikut:
a. Menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis dan Buku Putih
b. Melakukan verifikasi persyaratan Kredensial
c. Merekomendasikan kewenangan klinik tenaga keperawatan
d. Merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis
e. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan
f. Melaporkan seluruh proses Kredensial kepada Ketua Komite Keperawatan
(3) Dalam melaksanakan fungsi memelihara mutu profesi, Komite Keperawatan
memiliki tugas sebagai berikut:
a. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik
b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan professional berkelanjutan
tenaga keperawatan;
c. Melakukan audit keperawatan dan kebidanan;
d. Menfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.
(4) Dalam melaksanakan fungsi menjaga disiplin dan etika profesi tenaga
keperawatan, Komite Keperawatan memiliki tugas sebagai berikut : a.
Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan
b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan
c. Merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan masalah
etik dalam kehidupan profesi dan pelayanan asuhan keperawatan,
kebidanan dan asuhan keperawatan gigi
d. Merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis
e. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan, kebidanan dan asuhan keperawatan gigi.
(5) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite keperawatan memiliki
kewenangan, sebagai berikut :
a. Memberikan rekomendasikan rincian Kewenagnan Klinis
b. Memberikan rekomendasi rincian perubahan Kewenangan Klinis
c. Memberikan rekomendasikan penolakan kewenangan Klinis tertentu
d. Memberikan rekomendasi surat penugasan Klinis
e. Memberikan rekomendasikan tindak lanjut audit keperawatan dan
kebidanan
f. Memberikan rekomendasikan pendidikan berkelanjutan tenaga
keperawatan
g. Memberikan rekomendasikan pendampingan dan memberikan tindakan
disiplin.

Pasal 14

Wewenang komite keperawatan


a. Memberikan rekomendasi rincian wewenang klinik
b. Memberikan rekomendasi surat penugasan klinik
c. Memberikan rekomendasi penolakan wewenang klinik tertentu
d. Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian wewenang klinik
e. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit klinik
f. Memberikan rekomendasi pendidikan keperawatan berkelanjutan
g. Memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring), dan
h. Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin

Pasal 15

Kedudukan Komite Keperawatan


(1) Karumkit menetapkan kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan
untuk menjalankan tugas dan fungsi Komite Keperawatan
(2) Komite Keperawatan bertanggung jawab kepada Karumkit
(3) Hubungan antara Karumkit dengan Komite Keperawatan terbatas pada hal
yang berkaitan dengan profesionalisme staf keperawatan.
(4) Hal-hal yang terkait dengan pengelolaan rumah sakit dan sumber dayanya
dilakukan sepenuhnya oleh Karumkit.

Pasal 16

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan dapat dibantu
oleh panitia ad hoc.
(2) Panitia ad hoc ditetapkan oleh Direksi berdasarkan usulan Komite
Keperawatan.
(3) Panitia ad hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berasal dari daftar mitra
bestari yang ditetapkan oleh rumah sakit.
(4) Mitra Bestari yang dimaksud dalam ayat (3) dapat berasal dari rumah sakit
lain, PPNI/IBI, dan atau institusi pendidikan Keperawatan/Kebidanan

Pasal 17

(1) Pelaksanaan kegiatan Komite Keperawatan didanai dengan anggaran


Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu sesuai dengan ketentuan yang
berlaku

Pasal 18

Pembinaan dan Pengawasan Komite Keperawatan


(1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Komite Keperawatan dilakukan
oleh Karumkit sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan diarahkan untuk meningkatkan kinerja
Komite Keperawatan dalam rangka menjamin mutu pelayanan
keperawatan dan keselamatan pasien di rumah sakit dan dilaksanakan melalui:
a. advokasi, sosialisasi dan bimbingan teknis;
b. pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia;
c. monitoring dan evaluasi.

Pasal 19

Rapat-Rapat Komite Keperawatan


(1) Rapat Komite Keperawatan terdiri atas rapat rutin, rapat khusus, dan rapat
tahunan.
(2) Rapat rutin adalah rapat yang memantau dan mengendalikan seluruh kegiatan
komite keperawatan yang diselenggarakan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)
kali dalam 1(satu) tahun.
(3) Rapat khusus bertujuan untuk membahas dan memutuskan segala hal yang
dianggap perlu di luar rapat rutin dan dapat diselenggarakan setiap saat.
(4) Rapat tahunan bertujuan untuk melakukan evaluasi kinerja komite
keperawatan selama setahun dan menetapkan kegiatan tahunan
(5) Rapat dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh anggota dan hal
ini dinyatakan sebagai sudah memenuhi kuorum.
(6) Bilamana rapat sudah dibuka secara resmi dan belum memenuhi kuorum
maka rapat ditunda selama 30 menit, selanjutnya rapat dinyatakan sah
dengan tanpa memperhatikan kuorum
(7) Hasil rapat dituangkan dalam risalah rapat.

BAB VII
SUB KOMITE KREDENSIAL

Pasal 20

Tujuan :
(1) Tujuan Umum Subkomite Kredensial adalah untuk melindungi keselamatan
pasien dengan memastikan bahwa staf keperawatan yang akan melakukan
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu
(2) Tujuan Khusus Subkomite Kredensial adalah:
a. Memastikan staf keperawatan yang profesional dan akuntabel bagi
pelayanan di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu
b. Menyusun jenis-jenis wewenang klinis bagi setiap staf keperawatan yang
melakukan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta
Brata Batu
c. Memberikan masukan pada Komite Keperawatan untuk merekomendasi
penerbitan penugasan klinis bagi setiap staf keperawatan untuk melakukan
pelayanan keperawatan di rumah sakit.
d. Menjamin terjaganya reputasi dan kredibilitas para staf keperawatan dan
institusi rumah sakit di hadapan pasien, penyandang dana, dan pemangku
kepentingan (stakeholders) lain rumah sakit.

Pasal 21

(1) Sub Komite Kredensial terdiri atas sekurang-kurangnya 2 (dua) orang staf
keperawatan yang memiliki surat penugasan klinik (clinical appointment) di
rumah sakit, berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
(2) Pengorganisasian Sub Komite Kredensial sekurang-kurangnya terdiri dari
ketua, sekretaris, dan anggota, yang ditetapkan oleh dan bertanggung
jawab kepada ketua Komite Keperawatan.
Pasal 22

Standar Kompetensi
(1) Untuk menjaga keselamatan pasien, maka dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya, seorang staf keperawatan wajib menjaga standar
kompetensi dengan melakukan uji standar kompetensi sesuai ketentuan
(2) Apabila standar kompetensi belum terbentuk maka dapat mengacu
kepada Pedoman Kompetensi Rumah Sakit.
(3) Kompetensi meliputi 2 aspek:
a. Kompetensi profesi perawat terdiri atas pengetahuan, ketrampilan dan
perilaku profesional.
b. Kompetensi fisik dan mental.
(4) Rumah sakit sebagai penyelenggara uji standar kompetensi staf
keperawatan, wajib melakukan verifikasi sertifikat kompetensi terhadap
keabsahan bukti kompetensi seseorang dan menetapkan wewenang klinis
untuk melakukan pelayanan keperawatan dalam lingkup area kekhususan
atau spesialisasi tersebut.
(5) Seorang staf keperawatan dinyatakan kompeten, wajib melalui suatu
proses kredensial yang dilakukan oleh rumah sakit.
(6) Apabila seorang staf keperawatan dinyatakan kompeten maka rumah sakit
berhak menerbitkan ijin bagi yang bersangkutan untuk melakukan
serangkaian pelayanan keperawatan tertentu di rumah sakit, sesuai
dengan wewenang kliniknya (clinical privilege).
(7) Tanpa adanya wewenang klinis tersebut, seorang staf keperawatan tidak
diperkenankan melakukan pelayanan keperawatan di rumah sakit.
(8) Luasnya lingkup wewenang klinis seorang perawat/bidan dapat berbeda
dengan sesama koleganya dalam spesialisasi yang sama berdasarkan hasil
proses kredensial.
(9) Apabila seorang staf keperawatan telah melakukan pelayanan
keperawatan yang membahayakan pasien, maka penugasan klinis
seorang staf keperawatan tersebut dapat diakhiri untuk suatu periode
tertentu (suspend), atau dilakukan modifikasi (perubahan) terhadap
penugasan klinisnya sehingga yang bersangkutan hanya diperkenankan
untuk melakukan pelayanan keperawatan tertentu, atau diakhiri
hubungan kerjanya.
(10) Tata cara usulan pengakhiran dan modifikasi penugasan klinis tersebut di
atas ditetapkan oleh Karumkit atas usulan Komite Keperawatan yang akan
dituangkan dalam peraturan tersendiri.
(11) Apabila dipandang perlu, Karumkit berhak menentukan kebutuhan dan
penambahan staf keperawatan, dalam hal ini Karumkit dapat meminta
Komite Keperawatan untuk melakukan kajian kompetensi terhadap calon
staf keperawatan yang dibutuhkan.

Pasal 23
Kegiatan Kredensial
(1) Proses kredensial dilaksanakan dengan semangat keterbukaan, adil, objektif,
sesuai prosedur/ketentuan yg berlaku dan terdokumentasi dengan baik.
(2) Rangkaian kegiatan proses kredensial diatur sebagai berikut:
- Menyusun tim mitra bestari (jika diperlukan)
- Melakukan penilaian kompetensi seorang staf keperawatan yang meminta
wewenang klinik tertentu.
- Sub Komite Kredensial menyiapkan instrumen-instrumen, meliputi:
a. Kebijakan tentang kredensial dan wewenang klinis.
b. Pedoman penilaian kompetensi klinis/”buku putih”
c. Formulir
(4) Pada akhir proses kredensial Komite Keperawatan menerbitkan rekomendasi
kepada Karumkit tentang lingkup wewenang klinis seorang staf keperawatan.

Pasal 24

(1) Subkomite kredensial melakukan rekredensial bagi setiap staf keperawatan


dalam hal:
a. masa berlaku surat penugasan klinik (clinical appointment) yang dimiliki
oleh staf keperawatan telah habis masa berlakunya (paling lama 5 tahun)
b. staf keperawatan yang bersangkutan diduga melakukan kelalaian terkait
tugas dan kewenangannya;
c. staf keperawatan yang bersangkutan diduga terganggu kesehatannya, baik
jasmani maupun mental.
(2) Dalam proses rekredensial Sub Komite Kredensial dapat memberikan
rekomendasi:
a. kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
b. kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
c. kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
d. kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
e. kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi;
f. kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.
(3) Subkomite kredensial wajib melakukan pembinaan profesi melalui mekanisme
pendampingan (proctoring) bagi staf keperawatan yang kewenangan kliniknya
ditambah atau dikurangi.

BAB IX
SUBKOMITE MUTU PROFESI

Pasal 25 Tujuan
:
Tujuan Sub Komite Mutu Profesi dalam menjaga mutu profesi keperawatan
adalah:
(1) Memberikan perlindungan terhadap pasien agar senantiasa ditangani oleh staf
keperawatan yang berkualitas, kompeten, etis, dan profesional;
(2) Memberikan azas keadilan bagi staf keperawatan untuk memperoleh
kesempatan memelihara kompetensi (maintaining competence) dan
wewenang klinik (clinical privilege);
(3) Mencegah terjadinya kejadian yang tak diharapkan (medical mishaps);
(4) Memastikan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh staf
keperawatan melalui upaya pemberdayaan, evaluasi kinerja profesi yang
berkesinambungan (on-going professional practice evaluation), maupun
evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused professional practice
evaluation).

Pasal 26

Keanggotaan Sub Komite Mutu Profesi


(1) Subkomite Mutu Profesi Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata Batu terdiri
atas sekurang-kurangnya 2 (dua) orang staf keperawatan yang memiliki surat
penugasan klinis (clinical appointment) di Rumah Sakit Bhayangkara Hasta
Brata Batu dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
(2) Subkomite Mutu Profesi sekurang-kurangnya terdiri atas Ketua, dan anggota,
yang ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada ketua Komite
Keperawatan.

Pasal 27

Audit Klinis
(1) Karumkit berhak menetapkan kebijakan dan prosedur seluruh mekanisme
kerja Subkomite Mutu Profesi berdasarkan atas masukan Komite
Keperawatan.
(2) Karumkit bertanggungjawab atas tersedianya berbagai sumber daya yang
dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terselenggara.
(3) Audit klinis
a. Audit klinis dilaksanakan sebagai implementasi fungsi manajemen klinis
dalam rangka penerapan tata kelola klinis yang baik di rumah sakit.
b. Audit klinis tidak digunakan untuk mencari ada atau tidaknya kesalahan
seorang staf keperawatan dalam satu kasus.
c. Dalam hal terdapat laporan kejadian dengan dugaan kelalaian seorang
staf keperawatan, mekanisme yang digunakan adalah mekanisme disiplin
profesi, bukan mekanisme audit klinis.
d. Audit klinis dilakukan dengan mengedepankan respek terhadap semua
staf keperawatan (no blame culture) dengan cara tidak menyebutkan
nama, tidak mempersalahkan, dan tidak mempermalukan.
e. Audit klinis yang dilakukan oleh Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata
Batu merupakan kegiatan evaluasi profesi secara sistemik yang
melibatkan staf keperawatan yang terdiri atas kegiatan peer-review,
surveillance dan assessment terhadap pelayanankeperawatan di rumah
sakit.
f. Dalam pengertian audit klinis tersebut di atas, rumah sakit, Komite
Keperawatan atau masing-masing kelompok staf keperawatan dapat
menyelenggarakan evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused
professional practice evaluation).
g. Pelaksanaan audit klinis harus dapat memenuhi 4 (empat) peran penting,
yaitu:
1) Sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi masing-
masing staf keperawatan pemberi pelayanan di rumah sakit;
2) Sebagai dasar untuk pemberian wewenang klinis (clinical privilege)
sesuai kompetensi yang dimiliki;
3) Sebagai dasar bagi Komite Keperawatan dalam merekomendasikan
pencabutan atau penangguhan wewenang klinis (clinical privilege);
4) Sebagai dasar bagi Komite Keperawatan dalam merekomendasikan
perubahan/ modifikasi rincian wewenang klinis seorang staf
keperawatan.
h. Langkah-langkah pelaksanaan audit klinis dilaksanakan sebagai berikut:
1) Pemilihan topik yang akan dilakukan audit.
2) Penetapan standar dan kriteria.
3) Penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit.
4) Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan.
5) Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria.
6) Menerapkan perbaikan. 7) Rencana re-audit.
(4) Tahapan Rekomendasi Pendidikan Berkelanjutan bagi staf keperawatan:
a. Subkomite Mutu Profesi menentukan pertemuan-pertemuan ilmiah yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing kelompok staf keperawatan
dengan pengaturan-pengaturan waktu yang disesuaikan.
b. Pertemuan tersebut dapat pula berupa pembahasan kasus tersebut antara
lain meliputi kasus kematian (death case), kasus sulit, maupun kasus
langka.
c. Setiap kali pertemuan ilmiah harus disertai risalah (notulensi), kesimpulan
dan daftar hadir peserta yang akan dijadikan pertimbangan dalam
penilaian disiplin profesi.
d. Notulensi beserta daftar hadir menjadi dokumen/arsip dari Sub Komite
Mutu Profesi.
e. Subkomite Mutu Profesi bersama-sama dengan kelompok staf
keperawatan menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang akan dibuat oleh
subkomite mutu profesi yang melibatkan staf keperawatan rumah sakit
sebagai narasumber dan peserta aktif.
f. Setiap kelompok staf keperawatan wajib menentukan minimal satu
kegiatan ilmiah yang akan dilaksanakan dengan subkomite mutu profesi
per tahun.
g. Subkomite Mutu Profesi bersama dengan Bagian Pendidikan dan Pelatihan
rumah sakit memfasilitasi kegiatan tersebut.
h. Subkomite Mutu Profesi menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang dapat
diikuti oleh masing-masing staf keperawatan setiap tahun.
i. Subkomite Mutu Profesi memberikan persetujuan terhadap permintaan
staf keperawatan sebagai asupan kepada Karumkit
(5) Ketentuan dalam Proses Pendampingan (Proctoring) bagi Staf keperawatan
yang membutuhkan.
a. Subkomite mutu profesi menentukan nama staf keperawatan yang akan
mendampingi staf keperawatan yang sedang mengalami sanksi
disiplin/mendapatkan pengurangan clinical privilege.
b. Komite Keperawatan berkoordinasi dengan Karumkit memfasilitasi semua
sumber daya yang dibutuhkan untuk proses pendampingan (proctoring)
tersebut.

BAB X
SUB KOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI
Pasal 28

Tujuan :

Subkomite Etik dan Disiplin Profesi pada Komite Keperawatan Rumah Sakit
Bhayangkara Hasta Brata Batu dibentuk dengan tujuan:
1. Melindungi pasien dari risiko pelayanan staf keperawatan yang tidak memenuhi
syarat (unqualified) dan tidak layak (unfit/unproper) untuk melakukan asuhan
klinis (clinical care).
2. Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf keperawatan di
rumah sakit.

Pasal 29

Keanggotaan
(1) Subkomite etik dan disiplin profesi di rumah sakit terdiri atas sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang staf keperawatan yang memiliki surat penugasan
klinis(clinical appointment) di rumah sakit tersebut dan berasal dari disiplin
ilmu yang berbeda.
(2) Pengorganisasian subkomite etik dan disiplin profesi sekurang-kurangnya
terdiri dari ketua, dan anggota, yang ditetapkan oleh dan bertanggung
jawab kepada ketua komite keperawatan.

Pasal 30

(1) Setiap staf keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan di rumah


sakit harus menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme keperawatan yang
baik, agar pasien memperoleh asuhan keperawatan yang aman dan efektif.
(2) Upaya peningkatan profesionalisme staf keperawatan dilakukan dengan
melaksanakan program pembinaan profesionalisme keperawatan dan upaya
peningkatan disiplin dan perilaku profesional staf keperawatan di Rumah Sakit
Bhayangkara Hasta Brata Batu
(3) Apabila dalam penanganan asuhan keperawatan dijumpai kesulitan dalam
pengambilan keputusan etis maka dapat dibentuk Tim yang dapat membantu
memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis tersebut.
(4) Pelaksanaan dan keputusan Subkomite Etik dan Disiplin Profesi yang diatur
dalam ketentuan ini tidak terkait atau tidak ada hubungannya dengan proses
penegakan disiplin profesi perawat di lembaga pemerintah, penegakan etika
keperawatan di organisasi profesi, maupun penegakan hukum.
(5) Pengaturan dan penerapan penegakan disiplin profesi bukan merupakan
penegakan disiplin kepegawaian sebagaimana diatur dalam tata tertib
kepegawaian pada umumnya.
(6) Landasan kerja Sub Komite Etik dan Disiplin Profesiadalah:
a. Peraturan internal rumah sakit;
b. Peraturan internal staf keperawatan;
c. Etik rumah sakit;
d. Norma etika medik dan norma-norma bioetika.
(7) Tolok ukur dalam upaya pendisiplinan perilaku profesional staf keperawatan,
antara lain:
a. Daftar wewenang klinis di rumah sakit;
b. Syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan keperawatan(white
paper) di rumah sakit;
c. Kode etik Keperawatan Indonesia;

Pasal 31

Kedudukan
(1) Karumkit menetapkan kebijakan dan prosedur seluruh mekanisme kerja
Subkomite disiplin dan etik profesi berdasarkan masukan Komite
Keperawatan.
(2) Karumkit bertanggung jawab atas tersedianya berbagai sumber daya yang
dibutuhkan agar kegiatan ini dapat terselenggara.
(3) Penegakan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah panel yang dibentuk oleh
ketua Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi.
(4) Panel sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas 2 (dua) orang staf
keperawatan atau lebih dengan susunan 1 (satu) orang dari subkomite etik
dan disiplin profesiyang memiliki disiplin ilmu yang berbeda dari yang
diperiksa dan 1 (satu) orang atau lebih staf keperawatan dari disiplin ilmu
yang sama dengan yang diperiksa dapat berasal dari dalam rumah sakit atau
luar rumah sakit
(5) Anggota panel yang berasal dari luar rumah sakit ditetapkan atas persetujuan
Karumkit.

Pasal 32
(1) Upaya pendisiplinan prilaku profesional dilakukan melalui mekanisme
pemeriksaan berdasarkan laporan yang berasal dari perorangan maupun
non perorangan.
(2) Laporan yang berasal dari perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di antaranya yaitu:
a. Manajemen rumah sakit.
b. Staf keperawatan.
c. Tenaga kesehatan.
d. Tenaga non kesehatan.
e. Pasien atau keluarga pasien
(3) Laporan yang berasal dari non perorangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diantaranya yaitu:
a. Hasil konferensi kematian.
b. Hasil konferensi klinis

Pasal 33

(1) Pemeriksaan dilakukan oleh Panel Pendisiplinan Profesi melalui proses


pembuktian yang dicatatoleh petugas sekretariat Komite Keperawatan.
(2) Dalam proses pemeriksaan Panel dapat menggunakan keterangan ahli sesuai
kebutuhan.
(3) Seluruh pemeriksaan yang dilakukan oleh panel disiplin profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertutup.
(4) Keputusan dan/atau hasil proses pemeriksaan bersifat internal dan rahasia.

Pasal 34

Dalam menentukan dugaan pelanggaran disiplin profesi, panel memeriksa


data dan keterangan yang bersumber dari: a. Kompetensi klinis;
b. Penatalaksanaan kasus keperawatan;
c. Pelanggaran disiplin profesi;
d. Ketidakmampuan bekerja sama dengan staf rumah sakit yang dapat
membahayakan pasien;
e. Penggunaan obat dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan di rumah sakit.

Pasal 35

(1) Keputusan panel yang dibentuk oleh Sub Komite Etik dan disiplin profesi
diambil berdasarkan suara terbanyak.
(2) Apabila terlapor keberatan dengan keputusan panel, maka yang bersangkutan
dapat mengajukan keberatan dengan memberikan bukti baru kepada Sub
Komite Etik dan disiplin profesi.
(3) Proses pemeriksaan atas keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh panel baru yang dibentuk oleh subkomite etika dan disiplin
profesi.
(4) Keputusan dalam proses pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
bersifat final.
Pasal 36

(1) Setiap keputusan panel dilaporkan kepada Direktur Utama dalam bentuk
rekomendasi melalui Komite Keperawatan.
(2) Rekomendasi pemberian tindakan pendisiplinan profesi yang diberikan oleh
Sub Komite Etik dan Disiplin Profesikepada Direktur Utama berupa: a.
Peringatan tertulis;
b. Limitasi (reduksi) wewenang klinis(clinical privilege);
c. Bekerja di bawah supervisi dalam waktu tertentu (proctoring); atau,
d. Pencabutan penugasan klinis(clinical appointment) untuk waktu tertentu.

Pasal 37

Pelaksanaan pembinaan profesionalisme keperawatan dapat diselenggarakan


dalam bentuk ceramah, diskusi, simposium, lokakarya, dsb yang dilakukan oleh
unit kerja rumah sakit terkait seperti Bagian Pendidikan dan Pelatihan, Komite
Keperawatan, dan sebagainya.

Pasal 38

(1) Staf keperawatan dapat meminta pertimbangan pengambilan keputusan etis


pada suatu kasus pengobatan di rumah sakit melalui kelompok profesinya
kepada komite keperawatan.
(2) Subkomite etik dan disiplin profesi mengadakan pertemuan pembahasan kasus
dengan mengikutsertakan pihak-pihak terkait yang kompeten untuk
memberikan pertimbangan pengambilan keputusan etis.

Pasal 39
Tiap-tiap sub komite bertanggungjawab kepada Komite Keperawatan mengenai
pelaksanaan tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya.

BAB XI
AMANDEMEN/ PERUBAHAN

Pasal 40

(1) Perubahan terhadap Peraturan Internal Staf Keperawatan dapat dilakukan


sesuai dengan kebutuhan.
(2) Perubahan dapat dilakukan, apabila ada permohonan secara tertulis dari salah
satu pihak yang terkait dengan Peraturan Internal Staf Keperawatan, yaitu
Karumkit, Staf Keperawatan, dan Komite Keperawatan.
(3) Usulan untuk mengubah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hanya dapat
dilaksanakan apabila ada pemberitahuan tertulis dari salah satu pihak kepada
pihak lainnya, yang disampaikan paling lambat 3 (tiga) minggu sebelumnya.
(4) Perubahan dilakukan dengan menambah pasal baru (addendum) dan/atau
mengubah pasal yang telah ada (amandemen) dalam Peraturan Internal Staf
Keperawatan ini.
(5) Addendum dan/atau amandemens sbagaimana dimaksud pada ayat (4),
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Peraturan Internal Staf
Keperawatan ini.

BAB XII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41

(1) Peraturan Internal Staf Keperawatan Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata
Batu ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2) Peraturan Internal Staf Keperawatanini secara berkala akan dievaluasi oleh
Tim yang dibentuk oleh Karumkit;
(3) Apabila dalam evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditemukan
halhal yang sudah tidak sesuai lagi, maka akan dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan, yang selanjutnya ditetapkan dengan Surat Keputusan
Karumkit.

Ditetapkan di : Batu
Pada Tanggal : 24 Januari 2017
KARUMKIT RS BHAYANGKARA HASTA BRATA BATU

drg.WAHYU ARI PRANANTO,MARS KOMISARIS


POLISI NRP 76030927

Anda mungkin juga menyukai