Anda di halaman 1dari 54

PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RS

BHAYANGKARA LUMAJANG
Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di RS Bhayangkara Lumajang meliputi
:
A. Kewaspadaan Standar
1. Kebersihan tangan
2. Penggunaan Alat pelindung diri
3. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
4. Pengelolaan Limbah
5. Pengendalian Lingkungan Rumah Sakit
6. Kesehatan karyawan/ perlindungan petugas kesehatan
7. Penempatan Pasien
8. Hygiene respirasi/ etika Batuk
9. Praktek menyuntik yang aman
10. Praktek untuk lumbal punksi

1. Kebersihan Tangan
a. Definisi
Kebersihan tangan dari sudut pandang pencegahan dan pengendalian infeksi, adalah
praktek membersihkan tangan untuk mencegah infeksi yang ditularkan melalui
tangan.
Mencuci tangan : proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari
kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air
Flora transien dan flora residen pada kulit : Flora transien pada tangan diperolah
melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lain dan permukaan lingkungan
( misalnya meja periksa, lantai, atau toilet ). Organisme ini tinggal dilapisan luar
kulit dan terangkat dengan mencuci tangan menggunakan sabun biasa dan air
mengalir. Flora Residen tinggal dilapisan kulityang lebih dalam serta didalam
folikel rambut, dan tidak dapat dihilangkan seluruhnya, walaupun dengan pencucian
dan pembilasan dengan sabun dan air bersih.
Air bersih : air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan disaring sehingga
aman untuk diminum, serta untuk pemakaian lainnya dan memenuhi standar
kesehatan yang telah ditetapkan. Pada keadaan normal minimal air bersih harus
bebas dari mikroorganisme dan memiliki turbiditas rendah ( jernih, tidak berkabut ).
Sabun : produk-produk pembersih/ sabun cair yang menurunkan tegangan permukaan
sehingga membantu melepaskan kotoran, debris dan mikroorganisme yang
menempel sementara pada tangan, sabun niasa memerlukan gosokan untuk melepas
mikroorganisme secara mekanik, sementara sabun antiseptik ( antimikroba) selain
melepas juga membunuh atau menghambat pertumbuhan dari sebagian besar
mikroorganisme.
Agen anti septik atau anti mikroba : bahan kimia yang digunakan untuk mencuci
tangan dengan menghambat atau membunuh mikroorganisme, sehingga mengurangi
jumlah bakteri.
Emollient : cairan organik seperti gliserol, propilen delikol, atau sorbitol yang
ditambahkan pada handrub dan losion. Kegunaannya untuk melunakkan kulit dan
membantu mencegah kerusakan kulit ( keretakan, kekeringan iritasi dan dermatitis )
akibat pencucian tangan.
b. Indikasi membersihkan tangan
Segera : setelah tiba ditempat kerja
Sebelum :
o Kontak langsung dengan pasien
o Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan
invasif
o Menyediakan/ atau mempersiapkan obat-obatan
o Mempersiapkan makanan
o Memberi makan pasien
o Meninggalkan rumah sakit

Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan


terkontraminasi, untuk menghindari kontaminasi silang
Setelah :

Kontak dengan pasien


Melepas sarung tangan
Melepas alat pelindung diri
Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, eksudat luka dan
peralatan yang diketahui atau kemungkinan terkontraminasi dengan
darah, cairan tubuh, faeses/ urine apakah menggunakan atau tidak
menggunakan sarung tangan
Menggunakan toilet, ,menyentuh/ melap hidung dengan tangan
c. persiapan membersihkan tangan :
Air mengalir
Sabun
Larutan antiseptik
Lap Tangan yang bersih dan kering
d. Prosedur Standar Membersihkan Tangan
Tekhnik membersihkan tangan dengan sabun dan air harus dilakukan seperti di bawah
ini :
1. Basahi tangan dengan air mengalir yang bersih
2. Tuangkan sabun secukupnya, pilih sabun cair
3. ratakan dengan kedua telapak tangan
4. gosok punggung dan sel-sel jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya
5. gosok kedua telapak dan sela-sela jari
6. jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
7. gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
8. gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan sebaliknyaBilas
kedua tangan dengan air mengalir
9. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
10. keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai benar-benar
kering
11. gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk menutup kran
e. Handscrub antiseptik ( handscrub berbasis alkohol )
1. teknik untuk menggosok tangan dengan antiseptik meliputi :
2. tuangkan secukupnya handrub berbasis alkohol untuk dapat mencakup seluruh
permukaan tangan dan jari (kira-kira satu sendok teh)
3. ratakan dengan kedua telapak tangan
4. gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
5. gosok kedua telapak dan selasela jari
6. jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci
7. gosok ibu jari berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
8. gosok dengan memutar ujung jari-jari ditelapak tangan kiri dan sebaliknya

Perhatian :

Lama penggosokan untuk pembersihan tangan dengan air dan sabun minimal
selama 15 detik, sedangkan untuk pembersihan tangan dengan larutan berbahan
dasar alcohol minimal selama 10 detik.

f. Hal hal yang harus diperhatikan


Bila tangan kotor dan terkontaminasi harus cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir
Bila tidak jelas kotor atau terkontraminasi, cuci tangan dengan hancrub
Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan
Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang
Jangan mengisi sabun yang masih ada isinya, penambahan dapat
menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang dimasukkan
Jangan menggunakan baskom yang berisi air, walaupun menggunakan
antiseptik
Kuku harus dijaga tetap pendek, tidak lebih dari 3mm melebihi ujung jari
Tidak boleh menggunakan kuku buatan karena dapat menimbulkan HAIs
( Hedderwick et al.2000) sebagai reservoar untuk bakteri gram negatif.
Tidak diperkenankan menggunakan cat kuku dan perhiasan.

2. Penggunaan Alat Pelindung Diri


a. Definisi
Alat pelindung diri adalah alat pelindung sebagai barrier yang digunakan
untuk melindungi pasien dan petugas dari mikroorganisme yang ada diRumah
Sakit
b. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri ( APD )
1. Sarung tangan
2. Masker
3. Kaca Mata
4. Topi
5. Gaun
6. Apron
7. Pelindung Kaki
1) Sarung Tangan
Definisi
Alat yang digunakan untuk melindungi tangan dari bahan yang dapat
menularkan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang
berada di tangan petugas kesehata. Sarung tangan merupakan penghalang
(barier) fisik paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung
tangan harus diganti antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien
lainnya, untuk menghindari kontraminasi silang.

Ingat : Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci


tangan atau pemakaian antiseptic yang digosokkan pada tangan.

Tujuannya :

a). Untuk menciptakan barier protektif dan mencegah kontaminasi yang berat.
Misalnya untuk menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekresi, mukus membran,
kulit yang tidak utuh.
b). Menghindari transmisi mikroba dari petugas nkepada pasien saat melakukan
tindakan pada kulit pasien yang tidak utuh.
c). Mencegah transmisi mikroba dari pasien ke pasien lain melalui tangan petugas.

Penggunaan sarung tangan oleh petugas pada keadaan :


a). Kontak tangan dengan darah, cairan tubuh, membran atau kulit yang tidak utuh
b). Melakukan tindakan invasif
c). Menangani bahan-bahan bekas pakai yang terkontraminasi atau menyentuh bahan
tercemar.
d). Menerapkan kewaspadaan berdasarkan penularan melalui kontak
Jenis-jenis tangan :
a. sarung tangan bersih
b. sarung tangan steril
c. sarung tangan rumah tangga

TANPA SARUNG TANGAN


Tidak
Apakah kontak dengan darah/

cairan tubuh ?

Ya

SARUNG TANGAN RUMAH


Tidak TANGGA ATAU SARUNG
APAKAH KONTAK DENGAN
TANGAN BERSIH
PASIEN

Ya

SARUNG TANGAN BERSIH


Tidak ATAU SARUNG TANGAN DTT
APAKAH KONTAK DENGAN
JARINGAN DIBAWAH KULIT

Ya

SARUNG TANGAN STERIL


ATAU SARUNG TANGAN DTT

Gambar 3 : Bagan alur pemilihan jenis sarung tangan

Hal hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan :


Gunakan ukuran sarung tangan yang sesuai, khususnya untuk tindakan bedah, karena
dapat mengganggu tindakan dan mudah robek.
Kuku harus pendek, agar tidak cepat robek
Tarik sarung tangan keatas manset gaun untuk melindungi pergelangan tangan
Gunakan pelembab yang larut dalam air, untuk mencegah kulit tangan kering/
berkerut.
Jangan gunakan lotion yang mengandung minyak, karena akan merusak sarung
tangan bedah.
Jangan menggunakan lotion yang mengandung parfum karena dapat mengiritasi kulit
Jangan menyimpan sarung tangan ditempat dengan suhu terlalu panas atau terlalu
dingin mislanya dibawah sinar matahari langsung, didekat pemanas AC, cahaya
ultraviolet cahaya fluoresen atau mesin rongent, karena dapat merusak bahan sarung
tangan sehingga mengurangi efektifitas sebagai pelindung.
2) Masker
Definisi
Masker adalah alat yang digunakan untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu
dan rambut pada wajah (jenggot).
Tujuan
Untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petrugas
bedah berbicara, batuk atau bersin.
Untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau
mulut petugas kesehatan.
Jenis- jenis Masker
a. Masker katun / kertas, sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan atau efektif
sebagai filter.
b. Masker bedah, merupakan masker terbaik dapat menyaring partikel berukuran besar
(>5m), sekalipun tidak dirancang untuk menutup secara benar-benar menutup secara
erat, sehingga tidak dapat secara efektif menyaring udara.
c. Masker N-95 merupakan masker khusus dengan efisiensi tinggi yang
direkomendasikan untuk perawatan pasien flu burung/ SARS, berfungsi melindungi
dari partikel dengan ukuran (>5m). Pelindung ini menempel dengan erat pada wajah
tanpa ada kebocoran, kelemahannya dapat mengganggu pernapasan dan harganya
lebih mahal dari masker bedah sebelum digunakan masker dilakukan fit test.
Prosedur penggunaan masker bedah atau N-95/ respirator particulat
a. Genggamlah respirator/ masker bedah dengan satu tangan, posisikan sisi depan bagian
hidung pada ujung jari-jari anda, biarkan tali pengikat respirator menjuntai bebas
dibawah tangan anda.
b. Posisikan masker bedah/ respirator dibawah dagu anda dan sisi untuk hidung berada
diatas.
c. Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak tinggi dibelakang
kepala anda diatas telinga. Tariklah tali pengikat respirator yang bawah dan posisikan
tali dibawah telinga.
d. Letakkan jari-jari tangan anada diatas bagian hidung yang terbuat dari logam. Tekan
sisi logam tersebut (gunakan dua jari dari masing-masing tangan) mengikuti bentuk
hidung anda, jangan menekan respirator dengan satu tangan karena dapat
mengakibatkan respirator bekerja kurang efektif
e. Tutup bagian depan respirator dengan kedua tangan, dan hati-hati agar posisi
respirator tidak berubah.
Pemerikasaan segel positif
Hembuskan napas kuat-kuat. Tekanan positif didalam respirator berarti
tidak ada kebocoran. Bila terjadi kebocoran atau posisi dan atau
ketegangan tali. Uji kembali kerapan respirator. Ulangi langkah tersebut
sampai respirator benar-benar tertutup rapat.
Pemeriksaan segel negatif
Tarik napas dalam-dalam. Bila tidak ada kebocoran, tekanan negatif
didalam respirator akibat udara masuk melalui celah-celah pada segelnya.

3. Alat Pelindung Mata


Definisi
Alat untuk melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara
melindungi mata.
Jenis jenis alat pelindung mata :
Kaca mata ( Goggles )
Kaca mata pengaman
Kaca mata pelindung wajah dan visor
4. Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut
tidak masuk kedalam luka selama pembedahan.
Tujuannya
Untuk melindungi petugas dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.
5. Gaun Pelindung
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat
merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet/ airbone.
Tujuannya :
Untuk melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi
Untuk melindungi dari penyakit menular
Untuk merawat pasien karena ada kemungkinan terpecik atau tersemprot darah,
cairan tubuh, sekresi, atau eksresi.
Manfaatnya :
Dapat menurunkan 20-100x dengan memakai gaun pelindung
Dapat menurunkan opron plastik saat merawat pasien bedah abdomen
dibandingkan perawat yang memakai baju seragam dan ganti tiap hari.
6. Apron
Definisi
Adalah alat yang terbuat dari karet atau plastik sebagai pelindung bagi petugas
kesehatan dan tahan air.
Digunakan pada saat :
Merawat pasien langsung
Membersihkan pasien
Melakukan prosedur dimana ada resiko tumpahan darah, cairan tubuh atau
sekresi.
7. Pelindung Kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat
yang mungkin jatuh secara tidak sengaja keatas kaki.
Jenis jenis pelindung kaki :
Sepatu Boot Karet
Sepatu Kulit Tertutup
c. Pemakaiaan Alat pelindung diri (APD) di Rumah Sakit :
1. Faktor faktor yang harus diperhatikan pada pemakaian APD
Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum
memasuki ruangan
Gunakan dengan hati-hati jangan menyebarkan kontaminasi
Lepas dan buang hati-hati ketempat limbah infeksius yang telah
disediakan diruang ganti khusus. Lepas masker diluar ruangan
Segera lakukan pembersihan tangan dengan langkah-langkah
membersihkan tangan sesuai pedoman.
2. Cara menggunakan APD
Langkah-langkah menggunakan APD pada perawatan ruang isolasi kontak
dan airbrne adalah sebagai berikut :
a. Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelindung
b. Kenakan pelindung kaki
c. Kenakan sepasang sarung tangan pertama
d. Kenakan gaun luar
e. Kenakan celemek plastik
f. Kenakan sepasang sarung tangan kedua
g. Kenakan masker
h. Kenakan penutup kepala
i. Kenakan pelindung mata
3. Cara melepaskan APD
Langkah-langkah adalah :
a. Disinfeksi sepasang sarung tangan bagian luar
b. Disinfeksi celemek dan pelindung kaki
c. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian luar
d. Lepaskan celemek
e. Lepaskan gaun bagian Luar
f. Disinfeksi tangan yang mengenakann sarung tangan
g. Lepaskan Pelindung Mata
h. Lepaskan Penutup Kepala
i. Lepaskan Masker
j. Lepaskan Pelindung kaki
k. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian dalam
l. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

3. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen


3.1. Pemrosesan Peralatan Pasien
a. Alur pemrosesan peralatan pasien

Pre- cleaning (Pembersihan


awal)
Menggunakan detergen atau

Pembersihan
( Cuci bersih dan tiriskan
)

STERILISASI
(Peralatan Kritis ) DISINFEKSI
Masuk dalam pembuluh
Darah / Jaringan tubuh

Disinfeksi Tingkat Tinggi Disinfeksi Tingkat Rendah


(Peralatan semi kritikal) (Peralatan non kritikal)
Masuk dalam mukosa Hanya pada permukaan
tubuh tubuh yang utuh

Direbus Kimiawi

Bersihkan dengan air


steril dan keringkan
Gambar 4 : Alur pemprosesan peralatan pasien

b. Tingkatan Proses Disinfeksi


1. Disinfeksi Tingakat Tinggi (DTT)
Mematikan kuman dalam waktu 20 menit -12 jam akan mematikan semua mikroba
kecuali spora bakteri.
2. Disinfeksi Tingakat Sedang (DTS )
Mematikan mikrobakteria vegetatif, virus, jamur, tetapi tidak bisa mematikan spora
bakteria.
3. Disinfeksi Tingkat Rendah (DTR)
Mematikan hampir semua bakteri vegetatif, beberapa jamur, beberapa virus dalam waktu
< 10 menit.
c. Definisi
Preclenaing/ Prabilas : proses yang membuat mati lebih aman untuk ditangani oleh
petugas sebelum dibersihkan (menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV ) dan mengurangi,
tapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme yang mengkontraminasi.
Pembersihan : proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau cairan
tubuh lainnya dari benda mati ataupun mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi
petugas yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut.
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) : Proses menghilangkan semua mikroorganisme,
kecuali beberapa endospora bakterial dari objek, dengan merebus, menguapkan atau
memakai disinfektan kimiawi.
Sterilisasi : proses menghilangkan semua mikroorganisme ( bakteria, virus, fungi, dan
parasit termasuk endospora bacterial) dari benda mati dengan uap tekanan tinggi
( otoklaf), pabas kering (oven), sterilisasi, kimiawi, atau radiasi.

3.2. Pengelolaan Linen


Definisi
Pengelolaan Linen adalah penanganan linen di rumah sakit meliputi proses pengimpanan,
pendistribusian, pemisahan linen kotor, dan pencucian.
Tujuan
Mencegah terjadinya penularan melalui linen yang terkontraminasi dari pasien kepetugas
maupun kepasien lain dan lingkungan sekitarnya.
Prinsip Umum :
Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan kedalam kantong/ wadah yang
tidak rusak saat diangkut.
Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan.
Prosedur Pengelolaan Linen :
Linen yang kotor diletakkan dipisahkan linen yang infeksi dan non infeksi dengan
menggunakan APD. Kantong kuning untuk yang infeksi, dan yang hitam untuk yang
tidak infeksi atau linen yang bersih, kemudian diikat yang rapih.
Hilangkan bahan padat dari linen yang sangat kotor dengan menggunakan APD yang
sesuai dan buang ketempatnya, kemudian linen masukkan kekantong cucian.
Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati-hati dan menggunakan trolley
linen dengan membedakan tempat linen bersih dan yang kotor, untuk mencegah
kontaminasi permukaan lingkungan atau orang-orang disekitarnya.
Jangan memilah linen ditempat perawatan pasien. Masukkan linen yang
terkontraminasi langsung kekantong cucian diruang isolasi dengan memanipulasi
minimal atau mengibas-ibaskan untuk menghindari kontaminasi udara dan orang
Linen dicuci sesuai prosedur pencucian biasa.
Cuci dab keringkan lenen sesuai dengan standar dan prosedur tetap di Rumah Sakit.
Untuk pencucian dengan air panas, cuci linen menggunakan detergen/ disinfeksi
dengan air 70o C ( 160 o F) selama 25 menit. Pilih bahan kimia yang cocok untuk
pencucian temperatur rendah dengan konsentrasi yang sesuai temperatur air >70 o C
( 160 o F).
4. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan Limbah merupakan salah satu upaya kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi dirumah sakit. Limbah rumah sakit berupa limbah yang sudah
terkontraminasi atau tidak terkontraminasi. Sekitar 85% limbah umum dihasilkan yang
dihasilkan Rumah Sakit tidak terkontraminasi dan tidak berbahaya bagi petugas yang
menangani, namun demikian penanganan limbah ini harus dikelola dengan baik dan
benar.
4.1. Pengertian
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair dan gas.
4.2. Tujuan Pengelolaan Limbah
Melindungi petugas pembuangan limbah dari perlukaan
Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan
Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya
Membuang bahan-bahan berbahaya ( bahan Toksik dan radioaktif) dengan
aman.
4.3. Jenis-jenis Limbah
a. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari :
Limbah medis padat adalah : limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi
Limbah pada non medis adalah : limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit diluar medis yang berasal dari dapur perkantoran, taman, dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.
b. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun, dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan.
c. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran dirumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator,
anastesi, dan pembuatan obat sitotoksis.
d. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontraminasi dengan darah, cairan tubuh
pasien, eksresi, sekresi yang dapat menularkan kepada orang lain.
e. Limbah Sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan
untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
4.4. Pengelolaan Limbah
a. Identifikasi Limbah :
Padat
Cair
Tajam
Infeksius
Non infeksius
b. Pemisahan
Pemisahan dimulai dari awal penghasilan Limbah
Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
Limbah cair segera dibuang ke westafel di spoelhok
c. Labeling
Limbah padat infeksius : plastik kantong kuning atau warna lain tapi diikat
tali kuning.
Limbah padat non infeksius : plastik kantong warna hitam
Limbah benda tajam : wadah tahan tusuk dan air (safety box)
d. Kantong pembuangan diberi label biohazard atau sesuai jenis limbah
e. Packing
Tempatkan dalam wadah limbah tertutup
Tutup mudah dibuka, sebaliknya bisa dengan menggunakan kaki
Kontainer dalam keadaan bersih
Kontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
Tempatkan setiap kontainer limbah pada jarak 10-20meter
Ikat limbah jika sudah terisi penuh
Kontainer limbah harus dicuci setiap hari
f. Penyimpanan
Simpan limbah di empat penampungan sementara
Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat
Beri label pada kantong plastik limbah
Setiap hari limbah diangkat dari tempat penampungan sementara
Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
Tidak boleh ada yang tercecer
Sebaliknya lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien
Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah
Tempat penampungan sementara harus di area terbuka, terjangkau oleh
kendaraan, aman dan selalu dijaga kebersihannya dengan kondisi kering.

g. Pengangkutan
Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
Tidak boleh ada yang tercecer
Sebaliknya jalan pengangkut limbah berbeda dengan jalan pasien
Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah.
h. Treatment
Limbah infeksius dimasukkan dalam incenerator
Limbah non infeksius dibawa ketempat pembuangan limbah umum
Limbah benda tajam dimasukkan dalam incenerator
Limbah cair dalam westafell diruang spoelhok
Limbah Feces, urine kedalam WC
4.5. Penanganan Limbah Benda Tajam
Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam
Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat
Segera buang limbah benda tajam ke kontainer yang tersedia tahan tusuk dan
tahan air dan tidak bisa dibuka lagi
Selalu buang sendiri oleh si pemakai
Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai
Kontainer benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan
4.6. Penanganan limbah pecahan kaca
Gunakan sarung tangan rumah tangga
Gunakan kertas koran untuk mengumpulkan pecahan benda tajam tersebut,
kemudian bungkus dengan kertas
Masukkan dalam kontainer tahan tusukan beri label
4.7. Unit Pengelolaan Limbah Cair
Kolam stabilisasi air limbah
Kolamoksidasi air limbah
Sistem proses pembusukan anaerob
Septik tank
4.8. Pembuangan Limbah Terkontaminasi
Menuangkan cairan atau limbah basah ke sistem pembuangan kotoran tertutup
Insinerasi (pembakaran) untuk menghancurkan bahan-bahan sekaligus
mikroorganisme nya. Ini merupakan metode terbaik untuk pembuangan
limbah terkontaminasi. Pembakaran juga akan mengurangi volume limbah dan
memastikan bahwa bahan-bahan tersebut tidak akan dijarah dan dipakai ulang.
Bagaimanapun juga pembakaran akan dapat mengeluarkan kimia beracun ke
udara.
Mengubur limbah terkontaminasi agar tidak tersentuh lagi
4.9. Cara penanganan limbah terkontaminasi
Untuk limbah terkontaminasi, pakailah wadah plastik atau disepuh logam
dengan tutup yang rapat.
Gunakan wadah tahan tembus untuk pembuangan semua benda-benda tajam
Tempatkan wadah limbah dekat dengan lokasi terjadinya limbah itu dan
mudah dicapai oleh pemakai.
Peralatan yang dipakai untuk mengumpulkan dan mengangkut limbah tidak
boleh dipakai untuk keperluan lain diklinik atau rumah sakit.
Cuci semua wadah limbah dengan larutan pembersih disinfektan dan bilas
teratur dengan air
Jika mungkin, gunakan wadah terpisah untuk limbah yang akan dibakar dan
yang tidak akan dibakar sebelum dibuang.
Gunakan alat perlindungan diri (APD) ketika menangani limbah
Cuci tangan atau gunakan penggosok tangan antiseptik berbahan dasar alkohol
tanpa air setelah melepaskan sarung tangan apabila menangani limbah.
4.10. Cara Pembuangan Limbah
a. Enkapluasi : dianjurkan sebagai cara termudah membuang benda-benda
tajam. Benda tajam dikumpulkan dalam wadah tahan tusukan dan antobocor.
Sesudah penuh, bahan seperti semen, pasir, tau bahan-bahan menjadi padat
dan kering., wadah ditutup, disebarkan pada tanah rendah, ditimbun dan dapat
dikuburkan. Bahan-bahan sisa klimia dapat dimasukkan bersama dengan
benda-benda tajam.
b. Insinerasi adalah proses dengan suhu tinggi untuk mengurangi berat dan isi
limbah. Pross ini biasanya dipilih untuk menangani limbah yang tidak dapat
didaur ulang, dipakai lagi, atau dibuang ke tempat pembuangan limbah atau
tempat kebersihan pealatan tanah.
c. Pembakaran terbuka tidak dianjurkan karena berbahaya, batas pandangan
tidak jelas, dan angin dapat menyebarkan limbah kesekitar kemana-mana
d. Mengubur limbah difasilitasi kesehatan dengan sumber terbatas, penguburan
limbah secara aman pada atau dekat fasilitas mungkin merupakan satu-satunya
alternatif untuk pembuangan limbah. Caranya : buat lubang sedalam 2,5m,
setiap tinggi limbah 75cm ditutupi kapur tembok, kemudian diisi lagi dengan
limbah sampai 75 cm ditutupi kapur tembok, kemudian diisi lagi dengan
limbah samapai 75cm, kemudian dikubur. Untuk mengurangi risiko dan polusi
lingkungan, beberapa aturan dasar adalah :
Batas akses ketempat pembuangan limbah tersebut
Tempat penguburan sebaiknya dibatasi dengan lahan dengan
permeabilitas rendah (seperti tanah liat), jika ada
Pilih tempat berjarak setidak-tidaknya 50 meter dari sumber air untuk
mencegah kontaminasi permukaan air
Tempat penguburan harus terdapat pengaliran yang baik, lebih rendah
dari sumur, bebas genangan air dan tidak didaerah rawan banjir.
e. Membuang limbah berbahaya : bahan-bahan kimia termasuk sisa-sisa bahan-
bahan sewaktu pengepakan, bahan-bahan kadaluarsa atau kimia dekomposisi,
atau bahan kimia tidak dapat dipakai lagi. Bahan kimia yang tidak terlalu
banyak dapat dikumpulkan dalam wadah dengan limbah terinfeksi, dan
kemudian diindinerasi, enkapsulasi atau dikubur. Pada jumlah yang banyak,
tidak boleh dikumpulkan dengan limbah terinfeksi.
Karena tidak ada metode yang aman dan murah, maka pilihan penanganannya
sebagai berikut :
Insinerasi pada suhu tinggi merupakan opsi terbaik untuk pembuangan
limbah kimia.
Jika ini tidak mungkin, kembalikan limbah kimia tersebut kepemasok
Karena kudua metode ini mahal dan tidak praktis, maka jagalah agar
limbah kimia terdapat seminimal mungkin
f. Limbah Farmasi
Dalam jumlah yang sedikit limbah farmasi ( obat dan bahan obat obatan ),
dapat dikumpulkan dalam wadah dengan limbah terinfeksi dan dibuang
dengan cara yang sama insinerasi, enkapluasi atau dikubur secara aman. Perlu
dicatat bahwa suhu yang dicapai dalam insinerasi kamar tunggal seperti tong
atau insinerator dari bata adalah tidak cukup untuk menghancurkan total
limbah farmasi ini, sehingga tetap berbahaya.
Sejumlah kecil limbah farmasi, seperti obat-obatan kadaluarsa ( kecuali
sitotoksik dan antibiotik), dan dapat dibuang ke pembuangan kotoran tapi
tidak boleh dibuang kesungai, kali, telaga, atau danau. Jika jumlahnya banyak,
limbah farmasi dapat dibuang secara metode berikut :
Sitotoksik dan antibiotik dapat diinsenerasi, sisanya dikubur di tempat
pemerataan tanah (gunakan insinerator seperti untuk membuat semen yang
mampu mencapai suhu pembakaran hingga 800C). Jika inspirasi tidak
tersedia, bahan farmasi di rekapsulasi.
Bahan yang larut dengan air, campuran ringan bahan farmasi seperti
larutan vitamin, obat batuk, cairan intravena, tetes mata, dan lain-lain
dapat diencerkan dengan sejumlah besar air lalu dibuang dalam tempat
pembuangan kotoran.
Jika semua gagal, kembalikan kepemasok, jika mungkin.
Rekomendasi berikut dapat juga diikuti :
Sisa-sisa obat sitotoksik atau limbah sitotoksik lain tidak boleh dicampur
dengan sisa-sisa limbah farmasi lainnya.
Limbah sitotoksik tidak boleh dibuang disungai, kali, telaga, danau atau
area pemerataan tanah
g. Limbah dengan bahan mengandung logam berat
Baterai, termometer, dan lain-lain benda mengandung logam berat seperti air
raksa atau kadmium. Cara pembuangannya sebagai berikut :
Pelayanan daur ulang tersedia
Enkapsulasi, jika daur ulang tidak mungkin maka pembuangan limbah
enkapsulasi dapat dilakukan, jika tersedia.
Jenis limbah ini tidak boleh diinsinerasi karena uap logam beracun yang
dikeluarkan, juga tidak boleh dikubur tanpa enkapsulasi karena
mengakibatkan polusilapisan air tanah.Biasanya, limbah jenis ini hanya
terdapat dalam jumlah yang kecil di fasilitas kesehatan.
Air raksa merupakan neurotoksin kuat, terutama pada masa tumbuh
kembang janin dan bayi. Jika dibuang dalam air atau udara, air raksa
masuk dan mengkontaminasi danau, sungai, dan aliran air lainnya. Untuk
mengurangi resiko polusi, benda-benda yang mengandung air raksa seperti
termometer dan tensimeter sebaiknya dengan yang tidak mengandung air
raksa.
Jika termometer pecah :
Pakai sarung tangan pemeriksaan pada kedua belah tangan
Kumpulkan semua butiran air raksa yang jatuh dengan sendok, dan
tuangkan dalam wadah kecil tertutup untuk dibuang atau dipakai
kembali
Wadah penyembur aerosol tidak daur ulang
Semua tekanan sisa harus dikeluarkan sebelum aerosol dikubur
Wadah bertekanan gas tidak boleh dibakar atau diinsinerasi karena
dapat meledak
Sebagai kesimpulan, sedapat-dapatnya hindarkan membeli atau ,memakai
produk kimia yang sukar atau sangat mahal untuk dibuang.
5. Pengendalian Lingkungan Rumah Sakit
Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya merupakan salah satu aspek dalam upaya
pencegahan pengendalian infeksi dirumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Lingkungan rumah sakit jarang menimbulkan
transmisi penyakit infeksi nosokomial, namun pada pasien-pasien iang
immunocompromise harus lebih diwaspadai dan perhatian karena
dapat menimbulkan beberapa penyakit infeksi lainnya seperti infeksi
saluran pernapasan, aspergillus, legionella, mycobacterium TB,
varicella zoster, virus hepatitis B, HIV.
Pengendalian lingkungan Rumah Sakit meliputi ruang bangunan,
penghawaan, kebersihan , saluran limbah dan lain sebagainya.
Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat
diminimalkan dengan melakukan :
1. Pembersihan Lingkungan
2. Disinfeksi lingkungan yang terkontraminasi dengan darah atau
cairan tubuh pasien
3. Melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat
4. Mempertahankan mutu air bersih
5. Memperhatikan ventilasi yang baik
5.1. Pengertian
Pembersihan lingkungan adalah proses membuang semua atau
sebagian besar patogen dari permukaan dan benda yang
terkontraminasi.
Pembersihan permukaan dilingkungan pasien sangat penting karena
agen infeksius yang dapat menyebabkan ISPA dapat bertahan
dilingkungan selama beberapa jam atau bahkan beberapa hari.
Pembersihan dapat dilakukan dengan air dan detergen netral
5.2. Tujuan
Tujuan pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya adalah untuk menciptakan lingkungan yang bersih
aman dan nyaman sehingga dapat menimilkan atau mencegah
terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien,
petugas, pengunjung, dan mayarakat disekitar rumah sakit dan fasilitas
kesehatan sehingga infeksi nosokomial dan kecelakaan kerja dapat di
cegah.
5.3. Prinsip dasar pembersihan lingkungan
Semua permukaan horizontal ditempat dimana pelayanan
yang disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari dan
terlihat kotor. Permukaan tersebut juga harus dibersihkan bila
pasien sudah keluar dan sebelum pasien baru masuk.
Bila permukaan tersebut, meja pemerikasaan atau peralatan
lainnya pernah bersentuhan langsung dengan pasien, permukaan
tersebut harus dibersihkan dan disinfeksi diantara pasien-pasien
yang berbeda
Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum
digunakan.membersihkan debu dengan kain kering atau dengan
sapu dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari.
Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala
sesuai dengan peraturan setempat.
Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan
setelah digunakan
Kain lap pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan
dikeringkan setelah digunakan
Tempat-tempat disekitar pasien harus bersih dari peralatan
serta perlengkapan yang tidak perlu sehingga memudahkan
pembersihan menyeluruh setiap hari.
Meja pemeriksaan dan peralatan disekitarnya yang telah
digunakan pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA yang
dapat menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan dengan
disinfektan segera setelah dugunakan.

5.4. APD untuk pembersihan Lingkungan


Kegiatan pembersihan adalah tugas berat yang memerlukan banyak
pekerja dan dilingkungan tertentu risiko terpajan benda-benda tajam
sangat tinggi.
Petugas kesehatan harus mengenakan :
Sarung tangan karet
Gaun pelindung dan celemek karet
Sepatu yang rapat dan kuat seperti sepatu bot

5.5. Pembersihan tumpahan dan percikan


Saat membersihkan tumpahan atau percikan cairan tubuh atau sekresi,
petugas kesehatan harus menggunakan APD yang memadai, termasuk
sarung tangan karet dan gaun pelindung.

5.6. Tahap-tahap pembersihan tumpahan adalah sebagai berikut :


Pasang gaun pelindung atau celemek dan sarung tangan karet
Bersihkan bagian permukaan yang terkena tumpahan tersebut
dengan air dan detergen menggunakan kain pembersih sekali
pakai.
Buang kain pembersih kewadah limbah tahan bocor yang
sesuai
Lakukan disinfeksi pada bagian permukaan yang terkena
tumpahan.
Lepas sarung tangan karet dan celemek dan tempatkan
perlengkapan tersebut kewadah yang sesuai untuk
pembersihan dan disinfeksi lebih lanjut
Tempatkan gaun pelindung dan masukkan kewadah yang
sesuai
Bersihkan tangan

Hal-hal penting mengenai pembersihan dan disinfeksi


Lingkungan yang digunakan oleh pasien harus dibersihkan
dengan teratur
Pembersihan harus menggunakan teknik yang benar untuk
menghindari aerosolisasi debu.
Hanya permukaan yang bersentuhan dengan kulit/ mukosa
pasien dan permukaan yang sering disentuh oleh petugas
kesehatan yang memerlukan disinfeksi setelah dibersihkan.
Petugas kesehatan harus menggunakan APD untuk
melakukan pembersihan dan diinfeksi peralatan pernapasan
dan harus membersihkan tangan setelah APD dilepas.
Ruang Lingkup pengendalian lingkungan
Kontruksi bangunan rumah sakit
a. Dinding
Permukaan dibuat harus kuat, rata dan kedap air sehingga
mudah dibersihkan secara periodik dengan jadwal yang tetap
3-6 bulan sekali. Cat dinding berwarna terang dan
menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan
logam yang berat.

b. Langit-Langit
Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan, tingginya minimal 2,70 meter dari lantai,
kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu
harus anti rayap.

c. Lantai
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air,
tidak licin, warna terang, permukaan rata, tidak
bergelombang sehingga mudah dibersihkan secara rutin,3 kali
sehari atau kalu perlu. Lantai yang selalu kontak dengan air
harus mempunyai kemiringan yang cukup kearah saluran
pembuangan air limbah. Pertemuan lantau dengan dinding
harus berbentuk lengkung agar mudah dibersihkan.

d. Atap
Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus dan binatang penggangu lainnya.

e. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat
mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang
pengganggu lainnya.

f. Jaringan Instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air
limbah, gas, listrik, sistem penghawaan, sarana komunikasi
dan lain-lainnya harus memenuhi persyaratan teknis
kesehatan agar nyaman dan aman, mudah dibersihkan dari
tumpukan debu. Pemasangan pipa air minum tidak boleh
bersilang dengan pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan
negatif untuk menghindari pencemaran air minum.

g. Furniture
Dibersihkan secara rutin setiap hari, khusus tempat tidur
pasien gunakan cairan disinfektan, tidak menggunakan bahan
yang dapat menyerap debu, sebaiknya bahan yang mudah
dibersihkan dari debu maupun darah atau cairan tubuh
lainnya.

h. Fixture dan fitting


Peralatan yang menetap di dinding hendaknya didesain
sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan.

i. Gorden
Bahan terbuat yang mudah dibersihkan, tidak bergelombang,
warna terang, dicuci secara periodik 1-3 bulan sekali dan
tidak menyentuh lantai disain ruangan sedapat mungkin
diciptakan dengan memfasilitasi kewaspadaan standar.
Alkohol handrub perlu disediakan ditempat yang mudah
diraih saat tangan tidak tampak kotor. Wastafel perlu
diadakan 1 buah tiap 6 tempat tidur pasien, sedang diruang
high care 1 wastafel tiap 1 tempat tidur.
Jarak antar tempat tidur diupayakan cukup agar perawat tidak
menyentuh 2 tempat tidur diupayakn cukup agar perawat
tidak menyentuh 2tempat tidur dalam waktu yang sama, nila
mungkin / ideal 2,5m. Penurunan jarak antar tempat tidur
menjadi 1,9m menyebabkan peningkatan transfer MRSA 3,15
kali.
Permukaan sekitar :
RS merupakan tempat yang mutlak harus bersih.
Lingkungan jarang merupakan sumber infeksi. Masih
kontradiksi tentang disinfeksi ruangan rutin ? tidak ada
perbedaan HAIs yang bermakna antara ruangan
dibersihkan dengan disinfeksi dan detergen.

Disinfeksi rutin dapat menyebabkan bakteri resisten


(QAV), toleransi meningkat (formaldehid), membunuh
bakteri yang sensitif, mempengaruhi penampilan limbah
yang ditangani, membentuk komponen organik halogen
(Na hipoklorin), mengkontaminasi permukaan air,
membentuk bahan mutagenik.
5.9. Lingkungan
a. Ventilasi Ruangan
Definisi
Ventilasi ruangan adalah proses memasukkan dan
menyebabkan udara luar, dan / atau udara daur ulang yang
telah diolah dengan tepat dimasukkan kedalam gedung
atau ruangan.
Pengkondisian udara adalah mempertahankan udara
dalam ruang agar bertemperatur nyaman.

Tujuan :
Untuk mempertahankan kualitas udara dalam ruangan
yang baik, aman untuk keperluan pernapasan.
Ventilasi yang memadai dan aliran satu arah yang
terkontrol harus diupayakan di rumah sakit.
Untuk mengurangi penularan patogen yang ditularkan
dengan penularan obligat atau preferensial melalui
airborne.
Ventilasi ruangan untuk infeksi pernapasan
Ruang ventilasi memadai adalah ruangan dengan
pertukaran udara > 12x /jam tapi aliran udaranya tidak
ditentukan diperlukan bila ada kemungkinan penularan
droplet nuklei. Direkomendasikan ventilasi ruangan ACH
12 dan aliran udara yang diharapkan, dapat dicapai dengan
ventilasi alami atau mekanik.
Kondisi Ruangan ACH
( Pertukaran udara per jam )
Jendela dan pintu dibuka 29,3-93,2
Penuh
Jendela dibuka penuh, 15,1-31,4
Pintu ditutup
Jendela dibuka separuh, 10,5-24
Pintu ditutup
Jendela ditutup 8,8

Tabel 1 : Tabel pertukaran udara pada ventilasi alami.

Jenis-jenis ventilasi :
1. Ventilasi mekanis : menggunakan fan untuk mendorong aliran udara melalui
suatu gedung, jenis ini dapat dikombinasi dengan pengkondisian dan
penyaringan udara.
2. ventilasi alami : menggunakan cara alami untuk mendorong aliran udara
melalui suatu gedung ; adalah tekanan angin dan tekanan yang dihasilkan oleh
perbedaan kepadatan antara udara didalam dan diluar gedung, yang dinamakan
efek cerobong".
3. Ventilasi gabungan memadukan ventilasi mekanis dan alami.
Faktor utama dalam pemilihan ventilasi mekanis di Rumah Sakit :
a. Metode efektif dengan persyaratan ACH minimal :
12 ACH dapat membantu pencegahan penularan patogen infeksius melalui
drople nuklei
Sistem ventilasi mekanik maupun alami yang dirancang dengan baik dapat
memenuhi persyaratan minimal efektif
Ventilasi mekanis lebih mudah dikontrol
Ventilasi alami dengan sistem rancangan dan sistem kontrol yang lebih baik,
ventilasi alami lebih efektif
Efektivitas ventilasi alami tergantung pada kecepatan angin dan atau
temperatur, daerah bersuhu ekstrem dan kecepatan angin yang selalu rendah
tidak cocok untuk penggunaan ventilasi alami.
b. Prasarana di Rumah Sakit
Ventilasi mekanik dengan sistem ventilasi sentral, dan pemasangan sistem
kontrol diruang isolasi merupakan pilihan terbaik.
Ventilasi alami yang dipasukan dengan exhaust fan.
Tabel 2 : Kelebihan dan Kekurangan sistem Ventilasi
Jenis Ventilasi Ventilasi Mekanis Ventilasi Alami
Kelebihan Cocok untuk semua iklim Biaya modal,
dan cuaca. operasional dan
Lingkungan yang lebih pemeliharaan lebih
terkontrol dan nyaman murah
Dapat mencapai tingkat
ventilasi yang sangat
tinggi sehingga dapat
membuang sepenuhnya
polutan dalam gedung
Kontrol lingkungan oleh
penghuni
Lebih sulit perkiraan,
analisa, dan
rancangannya
Kekurangan Biaya pemasangan dan Mengurangi tingkat
pemeliharaan mahal kenyamanan penghuni
Memerlukan keahlian. saat cuaca tidak
bersahabat, seperti
terlalu panas, lembab,
atau dingin
Tidak mungkin
menghasilkan tekanan
negatif ditempatisolasi
bila perlu
Risiko pajanan terhadap
serangga atau vektor
Penggunaan ventilasi alami di ruang isolasi

Prinsip ventilasi alami adalah menghasilkan dan meninggalkan aliran udara luar
gedung menggunakan cara alami seperti gaya angin dan gaya apung termal dari
satu lubang ke lubang lain untuk mencapai ACH yang diharapkan. Penelitian
terbaru mengenai sistem ventilasi alami di Peru menunjukkan bahwa ventilasi
alami efektif mengurangi penularan tuberculosis di Rumah Sakit.

Pilihan tempat isolasi dan penempatan pasien didalam ruang isolasi harus
direncanakan dengan teliti dan dirancang untuk lebih mengurangi resiko infeksi
bagi orang-orang disekitarnya. Saat merancang suatu Rumah Sakit, sebaiknya
tempat isolasi terletak jauh dari bagian-bagian rumah sakit yang lain dan
dibangun ditempat yang diperkirakan mempunyai karakteristik angin yang baik
sepanjang tahun. Udara harus diarahkan dari tempat perawatan pasien ditempat
terbuka diluar gedung yang jarang digunakan dilalui orang didalam ruang
pencegahan infeksi melalui airbone, pasien harus ditempatkan dekat dinding luar
dekatjendela terbuka, bukan dekat dinding dalam.

Pertimbangan lain berkaitan dengan penggunaan ventilasi alami adalah pajanan


pasien terhadap vektor artopoda (misalnya nyamuk) didaerah endemi.
Penggunaan kelambu dan langkah pencegahan vektor lainnya dapat membantu
mengurangi resiko penularan melalui vektor.

Penggunaan exhaust fan diruang isolasi

Pembuatan bangsal isolasi sementara secara cepat menggunakan exhaust fan


dilakukan selama terjadinya wabah SARS.

Tujuan utama : membantu meningkatkan ACH sampai tingkat yang diharapkan


dan menghasilkan tekanan negatif.
Perancangan dan perencanaan yang teliti exhaust fan dalam jumlah yang
memadai diperlukan untuk mendapatkan hasil seperti :

Pintu dan jendela


Pintu yang yang
menghubungkan menghubungkan
ACH
kamar dengan kamar dengan
koridor balkon dan udara
Exhaust Fan
luar
Mati Tertutup Tertutup 0.71
Mati Tertutup Terbuka 14.0
Mati Terbuka Terbuka 12.6
Hidup Tertutup Tertutup 8.8-18.5
Hidup Tertutup Terbuka 14.6
Hidup Terbuka Terbuka 29.2

WH Seto, Jurusan Mikrobiologi, Universitas Hongkong dan Rumah Sakit


Queen Mary.

Tabel 3 : Tabel. Tingkat ventilasi ( ACH) dikamar berventilasi alami yang tercatat
dalam sebuah eksperimen di Cina, DAK Hongkong, dalam kondisi eksperimen
yang berbeda.

Ruangan isolasi yang digunakan untuk pencegahan transmisi infeksi melalui


airbone yang berventilasi mekanis harus menggunakan sistem kontrol untuk
menghasilkan tingkat ventilasi yang memadai dan aliran udara terkontrol.

Tekanan udara negatif terkontrol dengan lingkungan sekitar ;

12 ACH
Penggunaan HEPA filter
Pintu kamar harus ditutup dan asien harus tetap berada didalam kamar

b. Air

Air yang dianjurkan untuk Rumah Sakit :

Pertahankan temperatur air, panas 51 C, dingin 20C


Pertahankan resirkulasi tetap panas air didistribusikan ke unit perawatan
Anjurkan pasien, keluarga, pengunjung menggunakan air dari keran
Uji kualitas mutu air minimal 6 bulan sekali

c. Permukaan Lingkungan

Permukaan lingkungan meliputi permukaan lingkungan di area perawatan,


lantai, dinding, permukaan yang sering disentuh (pegangan pintu, bed rails,
light switch), blinds dan jendela tirai perawatan pasien, kamar operasi serta
carpet. Tehnik pembersihan permukaan lingkungan meliputi :

1. Area perawatan
Disamping pembersihan secara seksama disinfeksi bagi peralatan
tempat tidur dan permukaan perlu dilakukan, seperti dorongan
tempat tidur, meja disamping tempat tidur, kereta dorong, lemari
baju, tombol pintu, keran, tombol lampu, bel panggilan, telepon, TV,
temote kontrol.
Virus dapat dinonaktifkan oleh alkohol 70% dan klorin 0,5%
Dianjurkan untuk melakukan pembersihan permukaan lingkungan
dengan detergen yang netral dilanjutkan dengan larutan disinfektan.
Bersihkan dan disinfeksi permukaan lingkungan di area perawatan
Lakukan pembersihan dua kali sehari atau bila kotor
Pilih disinfeksi yang terdaftar dan digunakan sesuai petunjuk pabrik
Jangan menggunakan high level disinfektan/ cairan chemikal untuk
peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan pemeliharaan
peralatan non kritikal.
Pembersihan dari pabrik ikuti petunjuk dari pabrik dan bila tidak ada
petunjuk pembersihan dari pabrik ikuti prosedur yang telah
ditentukan.
Jangan melakukan disinfeksi fogging di area keperawatan
Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan mist atau aerosol.
2. Membersihkan permukaan lantai, dinding dan meja
Gunakan detergen, jangan menggunakan high level disinfektan/ cairan
chemikol untuk peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan pemeliharaan peralatan
non kritikal
Jika tidak ada petunjuk/ disonfektan yang terdaftar untuk pembersihan
dan disinfeksi ruangan perawatan pasien gunakan detergen atau air
untuk pembersihan permukaan non perawatan seperti perkantoran
administrasi.
3. Pembersihan permukaan yang sering disentuh seperti pegangan pintu,
bed rails, light switch.
Bersihkan dinding, blinds dan jendela, tirai diarea perawatan pasien.
Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang menghasilkan
mist atau aerosol
Ikuti prosedur tepat yang efektif menggunakan mops, cloths and
solution.
Siapkan cairan pembersih setiap hari atau jika diperlukan, dan
gunakan cairan yang baru.
Ganti mop setiap hari
Bersihkan mop dan kain pembersih setelah dipakai dan dibiarkan
kering sebelum dipakai lagi
Berikan perhatian ketat untuk pembersihan dan disinfeksi permukaan
yang sering disentuh diarea perawatan seperti charts, bedside
commode, pegangan pintu

4. Kamar Operasi
Bersihkan kamar operasi setelah selesai operasi terakhir setiap hari,
bersihkan ruangan dengan wet vacum atau mop
Bersihkan lantai dan dinding dengan menggunakan cairan disinfektan
yang terdaftar dengan label
Jangan gunakan mats dipintu masuk ruang operasi
Gunakan metode pembersihan debu yang tepat untuk pasien yang
immonocompromised
Tutup pintu pasien immonocompromised saat membersihkan lantai.
Segera bersihkan dan dekontaminasi tumpahan darah atau material
lain yang potensial infeksi
5. Carpet diarea umum fasilitas pelayanan sarana kesehatan dan area umum
Vacum carpet diarea umum fasilitas pelayanan sarana kesehatan dan
area umum pasien secara regular
Secara periodik pembersihan sampai kedalam carpet
Hindari penggunaan carpet didaerah keramaian di ruang perawatan
pasien
Hindari tumpahan darah seperti unit terapi, ruang operasi,
laboratorium, intensive care
6. Perawatan Bunga
Bunga dan tanaman pot tidak dianjurkan diarea pelayanan pasien
Perawatan dan pemeliharaan bunga dan tanaman pot dilakukan oleh
petugas khusus (bukan yang merawat pasien). Namun jika tidak ada
petugas khusus maka petugas memakai sarung tangan dan cuci
tangan setelah melepas sarung tangan
Tidak mengizinkan bunga segar atau kering atau tanaman pot di area
perawatan
Lakukan pest control secara rutin.

Prinsip Pembersihan Lingkungan

Pakai APD selama prosedur pembersihan dan disinfeksi


Lakukan pembersihan dan disinfeksi untuk pengendalian lingkungan yang
terkontaminasi sesuai prosedur
Pastikan kepatuhan dari petugas kebersihan untuk oembersihan dan
disinfeksi
Pakai cairan disinfektan yang sesuai
Kultur permukaan lingkungan dapat dilakukan bila terjadi KLB
Pembersihan dan disinfeksi lingkungan permukaan peralatan medis secara
regular
Anjurkan keluarga, pengunjung dan pasien tentang pentingnya kebersihan
tangan
Untuk meminimalkan penyebaran Mikroorganisme
Jangan menggunakan disinfeksi tingkat tinggi untuk kebersihan
lingkungan
Jangan lakukan rendom pemeriksaan mikrobologi udara, air dan
permukaan lingkungan, bila indikasi lakukan sampling mikrobiologi
sebagai investigasi epidemiologi atau sepanjang pengkajian kondisi
lingkungan berbahaya untuk menditeksi atau verifikasi adanya bahaya
Batasi sampling mikrobiologi untuk jaminan kualitas
d. Linen Pasien
Kebersihan linen adalah tanggung jawab petugas
Petugas harus mengganti pakaiannya yang terkontaminasi darah atau
material lain yang terkontaminasi infeksius dan mencucinya kebagian
laundry
Fasilitas dan peralatan loundry
o Pertahankan tekanan negatif pada ruangan kotor dibanding
dengan ruangan bersih
o Pastikan bahwa area laundry mempunyai sarana cuci tangan
dan tersedia APD
Pakai dan pelihara peralatan laundry sesuai dengan intruksi pabrik
Jangan biarkan pakaian direndam dimesin sepanjang malam
Tangani pakaian kontaminasi dengan tidak mengibaskan untuk
menghindari kode warna
Jangan diberikan penutup pada pakaian terkontaminasi di ruangan
pasien tetapi harus diganti
Proses pencucian : Panas 71C, selama 25 menit.
Pilih zat kimia yang sesuai
Simpan pakaian agar terhindar dari debu
Transportasi linen yang kotor, harus dibungkus sehingga tidak kena
debu
Jangan laukan pemeriksaan kultur rutin untuk pakaian bersih
Lakukan pemeriksaan kultur selama outbreak jika ada epidemiologi
evidence
Gunakan linen steril, surgical drapes dan gaun untuk kondisi yang
memerlukan steril
Gunakan pakaian bersih pada perawatan neonatus
Jaga kasur tetep kering, lapisi dengan plastik kedap air
Bersihkan dan disinfeksi tutup kasur dan bantal dengan menggunakan
disinfektan
Bersihkan dan disinfeksi kasur dan bantal antar pasien

e. Binatang

Anjurkan pasien menghindari dari kotoran, air liur, urine binatang


Jangan membiarkan binatang anjing kucing berkeliaran disekitar
rumah sakit
Bersihkan lengkungan rumah sakit dari kotoran binatang.

f. Pembuangan sampah

Semua sampah yang dihasilkan dalam ruangan atau area isolasi harus
dibuang dalam wadah atau kantong yang sesuai :

Untuk sampah infeksius gunakan kantong plastik kuning atau bila


tidak tersedia dapat menggunakan kantong plastik warna lain yang
tebal atau lapis dua (kantong ganda). Kemudian diikat dengan tali
warna kuning atau di beri tanda infeksius. Semua sampah dari
suatu ruangan/ area yang merawat pasien dengan penyakit
menular melalui udara (airborne) harus ditangani sebagai sampah
infeksius.
Untuk sampah non-infeksius/ tidak menular gunakan kantong
plastik hitam.
Untuk sampah benda tajam atau jarum ditaruh dalam wadah tahan
tusukan.

Kantong sampah apabila sudah. Bagian penuh harus segera diikat dengan
tali dan tidak boleh dibuka kembali.
Petugas yang bertanggung jawab atas pembuangan sampah dari bangsal/
area isolasi harus menggunakan APD lengkap ketika membuang sampah.

Satu lapis kantong kuning sampah biasanya mamadai, bila sampah dapat
dibuang kedalam kantong tanpa mengotori bagian luar kantong. Jika hal
tersebut tidak mungkin dibutuhkan dua lapis kantong (kantong ganda).

Kantong pembuangan sampah perlu diberi label biohazard yang sesuai


dan ditangani dan dibuang sesuai dengan kebijakan rumah sakit dan
peraturan nasional mengenai sampah rumah sakit.

Limbah cair seperti urin atau feses dapat dibuang kedalam sistem
pembuangan kotoran yang tertutup dan memenuhi syarat dan disiram
dengan air yang banyak.

7. Kesehatan karyawan/ perlindungan petugas kesehatan


Petugas kesehatan Rumah Sakit Umum Proklamasi Karawang setiap tahun
dilakukan pemeriksaan kesehatannya terutama petugas yang bekerja
diruangan berisiko terinfeksi, karena dapat mentransmisikan infeksi
kepada pasien maupun petugas kesehatan yang lain.

Semua karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat


pernah infeksi apa saja, status imunisasinya.

Imunisasi yang diberikan untuk petugas kesehatan adalah hepatitis B, dan


bila memungkinkan A, influenza, campak, tetanus, difteri, rubella.

Petugas yang dinyatakan menderita penyakit menular akan dipantau dan


diberikan pengobatan sesuai penyakitnya

Petugas yang terpajan/ tertusuk jarum yang terinfeksi HIV, HBV, HCV
segera membersihkan daerah yang terluka dengan air mengalir dan
berikan desinfektan, kemudian lapor ke perawa jaga kalau diluar jam
kerja, kemudian periks ake dokter UGD atau kedokter penyakit dalam
didalam jam kerja, kemudian periksa laboratorium sesuai dengan pejanan,
kemudian difllow up sesuai penyakitnya.

Alur paksa panjanan harus dibuat dan pastikan dipatuhu untuk HIV, HBV,
HCV nesseria meningitidis, MTB, hepatitis A, Difteri, Varicell zaster,
bordetella pertusis, rabies
Pajanan terhadap virus H5N1

Bila terjadi pajanan H5N1 diberikan oseltamivil 2x75Mg selama 5 hari.


Monitor kesehatan petugas yang terpajang sesuai dengan pormulir yang
tersedia.

Pejanan terhadap virus HIV

Resiko terpajan 0,2 0,4 % perinjuri

Upaya menurunkan resiko terpajan patogen melaluidarah dapat melalu :

Rutin menjalankan kewaspadaan setandar, memakai APD yang


sesuai
Menggunakan alat dengan aman, membuang limbah pada wadah
yang tepat
Edukasi petugas tentang praktek aman mengguanakan jarum,
benda tajam.

Faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi paska pajanan :

Tusukan yang dalam


Tanpak darah pada alat penimbun pajanan
Tusukan masuk kepembulu darah
Sumber pajanan mengandung virus kadar tinggi
Jarum berlubang ditengah
Tindakan pencegahan harus terinpormasi kepada seluruh petugas.
Pelaturanya harus termasuk memeriksa sumber pajanan, penata
laksanaan jarum dan alat tajam yag benar, alat pelindung diri, penata
lakasanaan luka tusuk, sterilisasi dan disinfeksi.

Alur penata laksanaan pajanan dirumah sakit harus termasuk


pemeriksaan laboratorium yang harus dikerjakan, profilaksis paska
pajanan harus telah diberikan dalam waktu 4 jam paska pajanan,
dianjurkan pemberian antiretroviral ( ARV ) kombinasi AJT ( Zidopudine ), 3
TC ( Lamivudine ) dan Indinavir atau sesuai pedoman lokal.
Paska pajanan harus segera dilakukan pemeriksaan HIV serologi dan
dicatat samapi jadwal pemeriksaan monitoring lanjutannya
kemungkinannya serokonversi. Petugas terinpormasi tentang sindroma
ARV akut, mononukliosis akut pada 70 90 % infeksi HIV akut, melaporkan
semua gejala sakit yang dialam selama 3 bulan .

Kemunhkinan resiko pajanan dapat terjadi kapan saja tetapi konseling,


pemeriksan laboratorium dan pemberian ARV harus dipasilitasi dalam 24
jam. Penelusuran paska pajanan harus standar sampai waktu 1 tahun.
Diulang tiap 3 bulan sampai 9 bulan ataupun 1 tahun.

Pajanan terhadap virus Hepatitib B

Probabilitas infeksi hepatitis B paska pajanan antara 1,9 40%


perpajanan. Segera paska pajanan harus dilakukan pemeriksaan. Petugas
dapat terjadi infeksi bila sumber pajanan positif HbSaG atau HbEAg

Profilaksi paska pajanan

Tidak perlu divaksinasi bila petugas telah mengandung anti HbS lebih dari
10 mlU/ml. Hb imunoglobulin IM segera, dianjurkan dalam waktu 40 jan
dan lebih 1 minggu PP, dan 1 seri paksinasi hepatitis B dan
dimonitordengan tes serologik. Hepatitis B timbul pada individu dengan
hepatitis B, ditransmisikan dengan cara yang sama demikian dengan cara
memonitornya.

Pajanan terhadap virus Hepatitis C

Transmisi sama dengan hepatitis B. Belum ada terapi provilaksi paska


pejanan yang dapat diberkan, tetapi perlu dilakukan meonotoring
pemeriksaan adakah serokonfersi dan didokumentasikan. Sumber pajanan
juga harus diperiksa. Segala pajanan patogen yang terjadi saat okupasi
harus dilaklukan konseling, pemeriksaan klinis dan harus dimonitor
dengan pemeriksaan serologis.

Infeksi nesseriameningitidis

N meningitidis dapat ditransmisilan lewat sekresi respiratorik, jarang


terjadi saat okupasi. Perlu terapi provilaksis bila telah terjadi kontak erat
petugas dengan pasie misal saat resusitasi mulut ke mulut, diberikan
rimfamfisin 2x60mg selama 2 hari atau dosis tunggal Cyfrifloxacin 500 mg
atau Ceptriakson Im.

Mikobakterium tuberkolosis transmisi kepada petuagas lewat air borne,


droplet nuclei biasanya dari pasien TB paru. Sekarang perlu perhatian
hubungan antara TB, infeksi HIV dan MDR TB. Petugas yang paska
terekspos perlu di tes mantuk bila indurasinya lebih dari 10mm perlu
diberikan provilaksis INH sesuai rekomendas lokal. Infeksi lain ( Varicella,
hepatitis A, hepatitis E, influenza, pertusis, dipteria dan rabies )

Transmisinya tidak basa, tetapi harusdibuat penata lakasanan untk


petugas. Dianjurkan vaksinasi untuk petugas terhadap varicella dan
hepatitis A, rabies untuk daerah yang indemis.

Kesehatan petugas dan pencegahan HALS


PENYAKIT MASA MENULAR CARA KEWASPADA MASA
INKUBASI SELAMA/VIR TRANSMI AN YANG PETUGAS/REKO
US SI PERLUDIJAL MENDASI
SHEDDING ANAN
Abses Selama luka Kontak Kontak
mengeluark
an tubuh

Luka bakar
Acinetobacter yang di Flora N Standar dan
baumanii hydroterapi kulit kontak
manusia,
mukosa
membra
n dan
tanah.
Bertahan
di
tempat
lembab
dan
kering
sampai
berbulan
,
menular
melalui
peralata
n rawat
respirasi,
tangan
petugas,
humindif
ter,
stetosco
p,
termome
ter,
matras,
bantal,
permuka
an TT,
mop,
gordeng,
tempat
mandi,
luka
bakar

Adenovirus type
1-7
Sekret
saluran
Droplet,
nafas
kontak
Aspergilosis 6-9 hr Inhalasi
stadium
airborne,
conidin

Candidiasis Infeksi Kontak dan


jaringan airborne
luas dengan
Chlamidia cara

C trachomitis berlebihan

Standar,kon
tak

Congenital
Standar
rubella kontak
langsung
termasuk
seksual

Kontak

Congenitis dengan
bahan
*adenovirus type
nasofarin Standar,
8
g dan kontak

Sampai urin

Campak umur 1
tahun
Kontak
dengan
tangan,
alat Kontak,
terkonta standar
minasi

14 hari Droplet
setelah yang
onset besar
Sampai mata
Campilobacter 5-12 hari ( kontak tidak keluar
dekat ) & kotoran
Transmisi
udara
udara
Clostridium
dufficille

3-4 hari
setelah Retiksi 7 hari
bercak setelah bercak
Cytomegalo virus
5-12 hari timbul merah timbul
melalui ( yang imun ) 5
nasofaring hari setelah
ekspos 21
Standar
hari setelah
ekspos

Difteria Kontak

Kontak
dengan
sekresi &
ekskresi
: saliva &
Standar,
urin
hand
hygiene

Tahan Tidak perlu


Sekresi
dilingkunga
dari
n dalam
mulut
Gastroenteritis waktu
Tidak mengan
pendek
*salmonella diketahui dung c
difteriae
*Shigella
*yenterocolitca

Dopler,
kontak
Giardia lamblia

Sampai terapi
antibiotika
Hepatitis A
telah lengkap
dan sampai 2

Kontak kultur berjarak

px, 24 jam

konsumsi dinyakatan

makanan negatif, perlu

/air imunisasi tiap

terkonta 10 thn

minasi

Standar
Hepatitis B,D
atau kontak Tidak mengolah

Feses makanan
sampai 2xjarak
24 jam kultur
feses negatif

Fekal
oral,
melalui
feses

Kontak

Libur di area
Standar
Hepatitis C,F,G perawatan/
pengolahan
Perkutan makanan,1
eus,muk minggu setelah
2 minggu,
osa,kulit sakit kuning
kadang
yang imunisasi paska
kadang
15-50 hari tidak ekspos
sampai 6
utuh
bulan(prem
kontak
atur)
dengan Tidak perlu

darah, dibatasi sampai

semen,c HbeAg negatif

airan Standar
vagina,c
Akut atau airan
kronik tubuh

Herpes simplex dengan yang lain


HbsAg
positif
B:6-24 Perkutan

minggu eus,muk
osa,kulit
D:3-7
yang
minggu
tidak
utuh
kontak
dengan
darah,se
men,cair
an
vagina,c
Standar
airan
tubuh
yang lain

HIV
Kontak
dengan
ludah
karier
mengan
dung
virus
langsung
Restriksi tidak
/ lewat
perlu , tapi
sekresi
batasi kontak
luka
dengan px
aberasi /
cairan Standar,
vesikel kontak
tangan
Asimptomati
dapat Perkutan
Helicobacterpylo
mengeluark eus,muk
ri
2-14 hari an virus osa,kulit
yang

MDRO( MRSA,VR tidak

E,VISA,ESBL,Stre utuhkont

p pneumonia ak
dengan
darah,se
men,cair
an
Influenza
vagina,c
airan
tubuh
yang lain

Standar
Kontak
luka

Airborne,
kontak
Hemophilus langsung
influenzae atau Standar
droplet
Dewasa
dengan
*anak
sekresi
saluran
napas
Kontak
Human

Metapneumo
virus (HMPV)

Vaksinasi pada
petugas yang
rentan.Amanta
Norovirus din untuk

Kontak kontak dengan


influenza A
N meningitidis Infeksius
pada 3 hari
prtama
sakit.Virus
dapat
dikeluarkan
1-5 hari
sebelum Droplet
gejala sekret
timbul respirasi
sampai 7
hari setelah
melalui
sakit,lebih
panjang
pada anak
dan orang

Makanan
, air
terkonta
minasi
feses Standar
Droplet

Kontak
Batuk non
dengan
produktif,
sekret
kongesti Kontak,Drop
saluran
nasal let
napas
wheezine,br
onkhiolitis,p Kontak

neumonia dengan

pada anak droplet

+ 11,5 atau

tahun langsung
dengan
sekret
Diare,KLB saluran
napas,
yaitu
Kontak,mak
saliva,
anan,air
hidung&
mulut

Kontak
dengan
droplet
Transmisi
besar,
melalui
12-48 jam muntaha Libur sampai 2
droplet
n jam setelah
terapi paska
Coommunit ekspos.Rifampi
y acquired, Kontak n
virus berada dengan Tranmisi
2-10 hari 2x600 mg, 2
dalam saliva sekresi droplet
hari
6-7hari sal
ciprofloxacin 1x
sebelum napas,
Parotitis/ Mumps 500 mg atau
parotitis droplet
ceftriaxon 250
sampai 9 besar
mg IM
hari setelah kontak
onset Px dekat
immunokom
Vaksinasi
promais
16-18 efektif,MMR
hari(12- Restriksi
25hari) sampai 9 hari
setelah onset
Menular parotitis
sebelum petugas
bercak rentan :12 hari
merah paska ekspos
sampai 7 pertama
hari setelah Kontak sampai 25 hari
onset cairan Transmisi setelah ekspos
sal droplet terakhir.
napas,
F catarrhal
benda
sangat
Parvovirus/B19 terkonta
menular
minasi
feses

Transmisi Tidak Perlu


droplet restriksi
sampai 5
6-10 hari
hari
menerima

Pertusis Kontak antibiotik

dengan
droplet
nasofarin Vaksin

g Px direkomen
umur 11-64th
7-10 hari petugas
dengan
pertusis :
Restriksi fase
Sal napas 1 catarrhal
minggu sampai minggu
setelah 3 setelah onset
gejala atau 5 hari
muncul, setelah teraphi
+dalam antibiotik
Transmisi
feses kontak saja
kontak
beberapa tidak perlu
minggu- restriksi.
bulan
setelah
gejala
Poliomyelitis
muncul
Tangan
terkonta Imunisasi
minasi direkomendasia
Sangat
saat n
menular
merawat
Nonparalitik saat bintik
pasien
: 3-6hari; merah
atau
paralitik 7- keluar, virus
Transmisi
menyent
21hari dilepas 1
droplet dan
uh benda
minggu
kontak
sebelum mati, dengan
sampai 5-7 transmisi cairan sal
hari setelah RSV bila napas
onset, menyent

Rubella congenital uh mata


rubella bisa atau
melepas hidung
virus 5 hari setelah
berbulan bintik keluar
12-23 hari
bertahun- petugas rentan
bintik nerah
tahun 7 hari setelah
timbul 14-
ekspos
16hari
pertama
setelah
Orang sakit sampai 21 hari
ekspos
dapat setelah ekspos
mengeluark terakhir.
an virus
selama 3-8
hari tapi
pada bisa
anak 3-4
Transmisi
minggu
kontak erat
dengan
droplet atau
Kulit, aerosol
faring, partikel kecil
rektum,
vagina
RSV (infeksi virus
respiratorik) Batasi kontak
dengan pasien
rawat dan
2-8 hari
lingkungan bila
(tersering 4-
ada KLB RSV
Kontak
6hari)
Restriksi
tangan
sampai gejala
petugas,
mungkin akut hilang.
karier nares
Orang-
anterior,
orang
tangan,
lewat
axilla,perine
fekal
um,nasofari
oral, air/ Standar,
ng,orofaring
makanan transmisi
terkonta kontak,dapa
minasi t airborne
Kontak sisi
terinfeksi&
mensekresi
Kontak
langsung
Restriksi
dengan
perawatan
MRSA lesi
pasien dan
primer
pengolahan
atau
makanan bila
sekunder
petugas
syphilis
dengan lesi

Standar, kulit basah.

berdasar Tidak perlu

transmisi restriksi bila


Inhalasi kolonisasi
droplet
nuklei

Restriksi
perawatan
pasien
Streptococ A &pengolahan
makanan
sampai 24 jam
setelah
mendapat
terapi
antibiotik.
Tidak perlu
restriksi
petugas
dengan
kolonisasi

Salmonella, Kontak
shigella feses
Kontak

Sampai 1
bulan
minum OAT

Sampai lesi
kering&berk
Syphilis rusta

Airborne,
kontak
(mengeluar
kan c tubuh
infeksius)

Airborne,
kontak
standar
Tuberkulosis Sampai terbukti
non infectius
Tutupi lesi,
jangan
kontak
dengan

Varicella pasien 8 hari paska


rawat kontak sampai
21 hari paska
kontak, beri
Jangan
imuno globulin
kontak
IV paska
dengan
kontak,
pasien
imunisasi
petugas paska
pajanan dalam
4 hari.
Jangan
kontak
dengan
pasien
Vibrio Kolera
rawat
Zoster

Restriksi
*lokal sampai lesi
mengering dan
mengelupas

Restriksi
*menyeluruh sampai semua
atau orang lesi kering dan
immuno mengelupas
kompromais

Dari hari ke10


*paska pajanan paska pajanan
(person yang pertama
rentan) sampaihari
ke21 atau hari
28 bila diberi
lagi atau
sampai lesi
kering dan
mengelupas.

Tabel 4 : Kesehatan petugas dan pencegahanHAIs.

Tindakan pertama pada pejanan bahan kimia tau cairan tubuh

Pada mata : bilas dengan air mengalir 15 menit


Pada kulit : bilas dengan air mengalir 1 menit
Pada mulut : segera kumur-kumur 1 menit.
Lapor ke komite PPI, Panitia K3RS atau ke dokter karyawan.

Anda mungkin juga menyukai