Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DERMATITIS NUMULARIS


DENGAN PENDEKATAN TEORI COMFORT KOLCABA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH LANJUT

DISUSUN OLEH:

Adef Junika 20213120


Lilis Silaban 20213120
Riska Subhianti Putri 2021132013

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, karena kami masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah mengenai “Aplikasi Model Konseptual Teori Keperawatan
Adaptasi Roy Pada Pengkajian Keperawatan dengan pasien Dermatitis Numularis”.
Makalah ini ditulis sebagai tugas untuk mata kuliah Pengkajian Keperawatan Medikal
Bedah Lanjut.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam mengerjakan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai pada
waktunya. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini
memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik, saran,
petunjuk, pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan dapat memberikan informasi bagi
pembaca. Aamiin

Padang, Maret 2021

Penuli
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dermatitis Atopik adalah kelainan pada seseorang dengan keadaan hipersensitivitas
yang diturunkan secara genetik yang mempunyai kecenderungan untuk membentuk
antibodi secara berlebihan (IgE) sebagai respon terhadap sejumlah rangsangan yang
berbeda dan kerentanan untuk terjadinya beberapa penyakit, misalnya asma bronkiale,
rinitis alergika, hay fever, konjungtivitis alergika (Risman,2008).
Peningkatan produksi IgE ini disebabkan oleh karena meningkatnya aktivitas limfosit
karena ada pengaruh dari Interleukin 4 (IL-4). Produksi IL-4 ini dipengaruhi oleh aktivitas
sel Th2. Kemudian Th2 akan merangsang sel B untuk memproduksi IgE. Sel mast yang
akan berikatan dengan IgE melalui FcR pada paparan yang kedua akan mengalami
degranulasi yang akan mengeluarkan mediator-mediator, seperti histamine, leukotrien
(dulu dikenal dengan Slow Reacting Substance-A/SRS-A), prostaglandin, LTB4, yang
menimbulkan gejala klinis dari D.A., dan juga mengeluarkan sitokin IL-5 yang merekrut
eosinofil (Karnen G.Baratawijaya, 2014).
Dermatitis atopik (DA) merupakan suatu penyakit keradangan kulit yang kronik,
ditandai dengan rasa gatal, eritema, edema, vesikel, dan luka pada stadium akut,
pada stadium kronik ditandai dengan penebalan kulit (likenifikasi) dan distribusi
lesi spesifik sesuai dengan fase dermtitis atopik, keadaan ini juga berhubungan dengan
kondisi atopik lain pada penderita ataupun keluarganya. (Fauzi., 2009).
Dermatitis adalah suatu peradangan pada epidermis dan dermis yang ditandai oleh
gejala objektif berupa lesi yang bersifat polimorf dan gejala subjektif gatal, dapatberupa
lesi yang bersifat polimorf dan gejala subjektif gatal, dapat disebabkan oleh faktor
endogen atau eksogen (Muryunani, 2010). Dermatitis merupakan peradangan kulit yang
sangat umum. Jika bertahan sampai suatu jangka yang lama maka sering disebut
sebagai eksem (knight, 2005).
Personal hygiene sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan atau penyakit
pada kulit seperti dermatitis, oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa aspek
kebersihan seperti kebersihan kulit, kebersihan kaki, tangan, dan kuku, serta kebersihan
rambut. Usia juga salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari individu (Suryani,
2011). Dermatitis Atopik (DA) adalah penyakit kulit kronis yang sering kambuh. DA
berhubungan dengan kelainan fungsi sawar kulit dan sensitisasi alergen (Leung DYM, dkk
2008).
Dermatitis kontak adalah kondisi peradangan pada kulit yang disebabkan oleh faktor
eksternal, substansi-substansi partikel yang berinteraksi dengan kulit (National
Occupational Health and Safety Commision, 2010). Dikenal dua macam jenis
dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik; keduanya
dapat bersifat akut maupun kronis (Djuanda, 2013).
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan baik
fisika maupun kimia, yang bersifat tidak spesifik, pada sel-sel epidermis dengan respon
peradangan pada dermis dalam waktu dan konsentrasi yang cukup (Health and Safety
Executive, 2014).
Salah satu penyakit kulit akibat kerja adalah Dermatitis Kontak. Yaitu penyakit
inflamasi akut atau kronik yang diakibatkan oleh agen penyakit yang berasal dari
lingkungan kerja dan akibat kontak atau paparan dengan bahan kimia dan paparan panas
yang berlebihan (Suma’mur 2005). Secara garis besar, dermatitis kontak ini
diklasifikasikan menjadi dua bagian besar, yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis
kontak alergi, keduanya dapat bersifat akut dan kronis. Dermatitis kontak iritan merupakan
reaksi perandangan non- imunologik, jadi kerusakan kulit langsung tanpa didahului proses
sensitasi. Sebaliknya, dermatitis kontak alergik terjadi seseorang yang telah mengalami
sensitif terhadap suatu allergen (Djuanda, 2008).
Hasil penelitian Silalahi (2010), menyatakan bahwa kebersihan kulit, kebersihan kulit
kepala dan rambut, pemakaian pakaian kerja, mempunyai hubungan yang bermakna
dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah. Kemudian hasil
penelitian Listautin (2012), tentang keluhan kesehatan salah satunya keluhan gangguan
kulit pada pemulung menunjukkan ada hubungan paparan terhadap cahaya matahari, zat
kimia hidrogen sulfida, jam kerja, kebersihan kulit, kebersihan tangan, kuku dan kaki, dan
alat pelindung diri, dengan keluhan gangguan kulit.
Hasil penelitian pada pekerja di PT Inti Pantja Press Industri oleh Fatma Lestari dan
Hari Suryo Utomo (2007), menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara
dermatitis kontak dengan jenis pekerjaan (odds ratio 3,4), usia (odds ratio 2,8), lama
bekerja (odds ratio 3,5), dan riwayat dermatitis akibat pekerjaan sebelumnya (odds ratio
5,9).
Hasil penelitian Budiono dan Cahyawati (2011), mengenai kejadian dermatitis pada
petani dapat disimpulkan bahwa ada faktor-faktor yang berhubungan meliputi masa kerja,
alat pelindung diri, riwayat pekerjaan, personal hygiene cuci tangan yang kurang benar,
riwayat penyakit kulit dengan kejadian dermatitis pada petani.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menggambarkan asuhan keperawatan pada dermatitis dengan
menggunakan teori Komort Colcaba.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui teoritis dermatitis numularis
b. Pengkajian keperawatan pada pasien Dermatitis Numularis dengan pendekatan teori
Komort Colcaba.
c. Penerapan inovasi dalam memberikan pengkajian keperawatan berdasarkan
pembuktian pada pasien Dermatitis Numularis dengan teori Komort Colcaba
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP TEORI KOLCABA


A. Konsep Teori Kenyamanan Kolcaba
Teori kenyamanan Kolcaba pertama kali dikembangkan pada 1991 ketika dia
melakukan analisis konsep untuk memeriksa literatur dari banyak disiplin pada
kenyamanan (Kolcaba, 1991). Kenyamanan adalah hasil holistik karena merujuk pada
keadaan orang yang dinamis dan beragam. Berfikir tentang hasil intervensi kenyamanan
membutuhkan perspektif yang dimaksudkan untuk meningkatkan aspek-aspek
kenyamanan secara tidak langsung. Sejauh mana kenyamanan holistik didasarkan pada
persepsi semua aspek yang diambil bersama pada satu waktu, karena memiliki efek
carry-on dalam satu aspek lainnya. Aspek kenyamanan telah disusun dalam dua dimensi
(Kolcaba, 1992). Menurut Kolcaba dan DiMarco (2015) hal tesebut dapat digambarkan
dalam kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.1
Kerangka Kerja Konseptual pada Teori Kenyamanan

Aspek tersebut berasal dari review keperawatan kuno, historis, dan kontenporer
sastra serta tinjauan literatur dari disiplin ilmu (kedokteran, psikiatri, ergonomi,
psikologi) (Kolcaba 1991, Kolcaba 1992). Berdasarkan literatur tersebut dicontohkan
bahwa kenyamanan bersifat positif dan diperoleh dengan adanya bantuan perawat dan
pada beberapa kasus, hal tersebut sebagai indikasi adanya kemajuan dari status atau
kondisi sebelumnya. Secara intuisi, kenyamanan adalah suatu yang menguatkan, dan dari
ergonomis, berkaitan langsung dengan penampilan dalam bekerja. Namun, arti ini tidak
secara implisit, ada konteks lainnya, dan masih bersifat ambigu. Konsep tersebut dapat
diartikan sebagai kata kerja, kata benda, kata sifat, kata keterangan, proses, dan hasil
(alligood, Marta R, 2017). Kolcaba menggunakan idenya dari tiga teori keperawatan
sebelumnya untuk mensitesis atau mengidentifikasi jenis kenyamanan menurut analisis
konsep, antara lain :
1. Relief (kelegaan) merupakan kenyamanan yang diberikan perawat untuk
membantu kebutuhan pasien. Konsep ini berasal dari Orlando (1961).
2. Ease (ketentraman) merupakan kenyamanan dalam memenuhi kebutuhan dasar
manusia dan harus dipertahankan selama asuhan keperawatan. Konsep ini berasal
dari Henderson (1966).
3. Transcendence dijabarkan dari hasil penelitian Paterson dan Zderad (1975) yang
menjelaskan bahwa perawat membantu pasien dalam mengatasi kesulitan.
Kolcaba menghubungkan jenis kenyamanan dari penelitian sebelumnya dengan
empat konteks kenyamanan berdasarkan asuhan keperawatan, yaitu konteks
fisiologis, psikospritual, sosiokultural, dan lingkungan.

B. Konponen Utama Teori Comfort Colcaba


Terdapat 7 komponen dalam konsep utama teori comfort yang disampaikan Kolcaba
sebagai berikut:
1. Health Care Needs
Kebutuhan perawatan kesehatan adalah kebutuhan kenyamanan yang
berkembang dari satu situasi stress dalam asuhan kesehatan yang tidak dapat
dicapai dengan sistem dukungan penerima secara umum (tradisional). Kebutuhan
manusia dapat berupa kebutuhan fisiologis, psikospiritual, sosiokultural, atau
lingkungan. Hal ini dapat diidentifikasikan melalui melakukan observasi, laporan
verbal atau nonverbal, dan konsultasi keungan dan intervensi.
2. Comfort
Rasa nyaman adalah status yang diungkapkan atau dirasakan penerima
terhadap intervensi kenyamanan yang didapat. Hal ini merupakan pengalaman
yang holistik dan memberikan kekuatan ketika seseorang membutuhkannya yang
terdiri dari tiga bentuk kenyamanan (relief, ease, dan trenscendence) dalam empat
konteks (fisik, psikolo-spiritual, sosiokultural, dan lingkungan).
3. Comfort measures
Intervensi untuk rasa nyaman adalah tindakan keperawatan dan ditunjukan
untuk mencapai kebutuhan kenyamanan penerima asuhan, mencakup fisiologis,
sosial, budaya, ekonomi, psikologis, spiritual, lingkungan, dan intervensi fisik.
4. Enhanced Comfort
Enhanced comfort yaitu meningkatkan kenyamanan yang terus menerus
dengan melakukan intervensi kenyamanan secara konsisten dan terus menerus,
sampai klien akan mencapai kesehatan yang diinginkan dalam mencari
kesembuhan (HSBs ). Ini dilakukan dengan cara melakukan asuhan keperawatan
secara menyeluruh dengan tindakan yang independent dan dependen sesuai
dengan kewenangan perawat. Proses yang dilakukan pada tahap ini sesuai dengan
asuhan keperawatan yaitu dengan melakukan tindakan dan dievaluasi secara terus-
menerus dengan SOAP dan SOAPIER sampai klien mengalami kesembuhan
sesuai dengan tujuan perawatan (outcomes comfort). Sebuah outcome yang
langsung diharapkan pada pelayanan keperawatan, mengacu pada teori comfort
ini
5. Intervening Variables
Interaksi yang mempengaruhi persepsi penerima mengenai kenyamanan
sepenuhnya. Hal ini mencakup pengalaman sebelumnya, usia, sikap, status,
emosional, latar belakang budaya, sistem pendukung, prognosis, ekonomi,
edukasi, dan keseluruhan elemen lainnya dari pengalaman penerima. Variabel
intervensi akan memberikan pengaruh kepada perencanaan dan pencapaian
intervensi asuhan keperawatan untuk pasien.
6. Health –Seeking Behaviors (HSBs)
HSBs adalah perilaku pasien atau keluarga yang terlibat secara sadar atau tidak
sadar, menggerakkan mereka ke arah kesejahteraan. HSBs ini merupakan sebuah
kategori yang luas dari outcome berikutnya yang berhubungan dengan pencarian
kesehatan yang didefinisikan oleh resipien saat konsultasi dengan perawat. HSBs
ini dapat berasal dari eksternal (aktivitas yang terkait dengan kesehatan), internal
(penyembuhan/pengembalian fungsi imun atau kematian yang damai).
7. Institutional Integrity
Institusional integrity adalah kondisi sarana perawatan kesehatan yang
menyeluruh, jujur, professional dan beretika. Integritas institusional dianggap
sebagai nilai-nilai etik, stabilitas finansial, dan keseluruhan dari organisasi
pelayanan kesehatan pada area lokal, regional, dan nasional. Pada sistem rumah
sakit, definisi institusi diartikan sebagai pelayanan kesehatan umum atau home
care

C. Konsep Metaparadigma Keperawatan Teori Comfort Kolcaba

Konsep paradigma keperawatan yang diaplikasikan dalam teori Kolcaba adalah sebagai
berikut.
a. Keperawatan
Keperawatan adalah penilaian kebutuhan akan kenyamanan, perancangan kenyamanan
digunakan untuk mengukur suatu kebutuhan, dan penilaian kembali digunakan untuk
mengukur kenyamanan setelah dilakukan implementasi. Pengkajian dan evaluasi dapat
dinilai secara subyektif, seperti ketika perawat menanyakan kenyamanan pasien, atau
secara obyektif, misalnya observasi terhadap penyembuhan luka, perubahan nilai
laboratorium, atau perubahan perilaku. Penilaian juga dapat dilakukan melalui
rangkaian penilaian skala (VAS) atau daftar pertanyaan (kuesioner), yang mana
keduanya telah dikembangkan oleh Kolcaba.
b. Manusia
Manusia adalah penerima asuhan keperawatan dapat berupa individu (pasien),
keluarga, institusi atau komunitas yang membutuhkan perawatan kesehatan.
c. Lingkungan
Lingkungan adalah aspek dari pasien, keluarga, atau institusi yang dapat dimanipulasi
oleh perawat atau orang tercinta untuk meningkatkan kenyamanan selama perawatan.
Dalam kasus ini paparan AC dalam ruangan, pembatas tirai, kondisi ruangan yang
kotor, sempit dan ramai merupakan gambaran dari pengkajian ketidaknyamanan yang
dialami pasien.
d. Kesehatan
Kesehatan adalah fungsi optimal, seperti yang digambarkan oleh pasien atau
kelompok, dari pasien, keluarga, atau masyarakat. Adapun asumsi yan berkaitan
dengan kesehatan menurut Kolcaba, antar lain :
1. Manusia mempunyai tanggapan atau respon holistik terhadap stimulus yang
kompleks.
2. Kenyamanan adalah suatu hasil holistik yang diinginkan yang mengacu pada
disiplin keperawatan.
3. Manusia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dasar kenyamanan mereka.
4. Kenyamanan yang akan ditingkatkan pada pasien harus melibatkan health-seeking
behaviors (HSBs) pilihan mereka.
5. Pasien yang dianjurkan secara aktif untuk HSBs, merasa puas dengan pelayanan
kesehatan mereka.
6. Integritas kelembagaan berdasar pada sistem nilai yang berorientasi pada penerima
perawatan.
D. Proses Keperawatan Dalam Teori Comfort Kolcaba
a. Pengkajian
Tahap pertama dari proses keperawatan dalam teori comfort Kolcaba adalah
melakukan pengkajian menurut Kolcaba, yang diarahkan pada Struktur Taksonomi
Comfort. Perawat mengkaji pasien anak secara holistik dengan mengacu pada empat
konteks pengalaman terkait rasa nyaman (fisik, psikospiritual, lingkungan dan
sosialkultural). Perawat harus mampu memandang masalah dari sudut pandang klien
(empati), karena merupakan pengalaman subyektif klien.
b. Perencanaan
Tahap kedua dari proses keperawatan comfort Kolcaba adalah Comfort Measures
dan Intervening Variable.
1) Comfort Measures
Intervensi kenyamanan memiliki tiga kategori yaitu : 1) intervensi kenyamanan
standar atau tehnikal untuk mempertahankan homeostasis dan mengontrol rasa
sakit; 2) pelatihan atau coaching untuk meredakan kecemasan, memberikan
jaminan dan informasi, menanamkan harapan, mendengarkan dan membantu
merencanakan pemulihan; 3) tindakan yang menenangkan bagi jiwa (comforting),
hal-hal yang menyenangkan yang perawat lakukan untuk membuat anak atau
keluarga merasa diperhatikan dan diperkuat, seperti guided imagery (Kolcaba,
2003).
2) Intervening variables
Intervening variables ini merupakan kekuatan yang berinteraksi terhadap pasien,
sehingga mempengaruhi persepsi resipien dari comfort secara keseluruhan.
Perawat dapat menyiasati dengan memperbanyak diskusi bersama pasien dan
mengidentifikasi intervening variables apa saja yang dimiliki pasien serta
bagaimana cara yang paling sesuai menurut pasien. lntervensi holistik yang sesuai
dengan teori kenyamanan antara lain: terapi musik, pijatan dan sentuhan
terapeutik (Peterson & Bredow, 2004)

2.2 KONSEP PENYAKIT

A. DEFENISI
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi
Juanda,2005)
Dermatitis lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul
dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti
tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala  Dermatitis yang
muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
berbeda.
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi
dan gejala berbeda:
1. Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005) Dermatitis yang muncul dipicu alergen
(penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau
detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita
akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah
satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi
atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik
atau rumput.
2. Neurodermatitis
               Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat
garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik.
(Adhi Djuanda,2005). Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud
kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat
sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini
memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.

3. Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua
alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor
keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita
penyakit saraf seperti Parkinson.

4. Stasis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi
vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005). Yang muncul dengan adanya varises,
menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau
coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah
jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.
5. Atopic Dermatitis
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita(D.A,
rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian
mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural). (Adhi
Djuanda,2005). Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan
pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya
muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga
memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang
tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa. (ros/Detikhealth)

B. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis atopik.
(Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab
berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim
menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin
mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul
karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan
terasa panas saat disentuh dan .Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan
tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.

C. MANIFESTASI KLINIK
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti
dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau
pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).Obyektif, biasanya batas
kelainan tidak tgas an terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau
beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema.Edema sangat jelas pada klit yang
longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna .Infiltrasi
biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi.Disana-sini terdapat sumber
dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang
kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai
infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans bila gelembung-gelumbung
mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti
dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi,
artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele
telihat hiperpigmentai tau hipopigmentasi.

D. PATOFISIOLOGI
1. Dermatitis Kontak
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak dengan kulit
yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik.

 Dermaitis Kontak Iritan :

Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup, umumnya berbatas
relatif tegas. Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik dan kulit menebal
disebut skin hardering.

 Dermatitis Kontak Alergik :

Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas. Lokalisasi
daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.

2. Dermatitis Atopik
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder. Riwayat stigmata
atopik pada penderita atau keluarganya.
3. Dermatitis Numularis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter
bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering
membentuk krusta. bagian tubuh

4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar.
Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan
dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan
atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-
bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan
menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga
kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam

5. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah
atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.Tempat kulit kepala,
alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus,
lipat bokong, lipat paha dan skrotum.Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal
sebagai dandruff dan bila basah disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut.
Lesi dapat menjalar ke dahi, belakang telinga, tengkuk, serta oozing (membasah), da
menjadi nkeadaan eksfoliatif generalisata. Pada bayi dapat terjadi eritroderma
deskuamativa atau disebut penyakit Leiner.

E. KOMPLIKASI
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

2. Infeksi sekunder

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium

a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin

b. Urin : pemerikasaan histopatologi

2. Penunjang : pemeriksaan histopatologi

G. PENATALAKSANAAN
1. Umum

a. Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

b. Mengatasi hipotermia

c. Perbaikan kesadaran umum

d. Emolient untuk mengurangi kulit yang kaku

2. Khusus pengobatan spesifik tergantung kausa. Umumnya dengan kortikosteroid dengan


dosis awal 40-60 mg prednison/hari. Antibiotika diberikan terutama untuk kasus-kasus
yang eksofoliasinya dalam keadaan lembab untuk menghindari infeksi.

3. Perawatan inap di isolasi

4. Konsultasi : Penyakit dalam, mata, ICU

H. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama :
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
d. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.
e. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Subjektif : Gatal
b. Objektif :
 Skuama kering, basah atau kasar.
 Krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi (yang sering ditemui pada
kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal,
ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum ).
 Kerontokan rambut.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ganguan integritas kulit

2. Resiko infeksi

3. Gangguan citra diri

Rencana Keperawatan
No NANDA
NOC NIC

1 Ganguan integritas kulit Outcome yang dianjurkan:A.   Perawatan Kulit : Pengobatan 


Batasan Karakteriatik :  Integritas Jaringan : Topikal.
 Kerusakan pada lapisan Kulit dan Membran  Menghindari penggunaan kasur
kulit (dermis) Mukosa linen dengan tekstur kasar
 Gangguan pada  Penyembuhan Luka :  Menggunakan obat oles untuk
permukaan kulit Tahapan Utama membasahi bibir dan mokosa oral
(epidermis)  Penyembuhan Luka : sesuai dengan kebutuhan
 Invasi dari struktur tubuh Tahapan Kedua  Menahan diri dari pemberian
Faktor-faktor yang panas lokal, jika perlu
berhubungan  Menahan diri dari penggunaan
Eksternal (lingkungan) sabun alkali pada kulit
 Substansi kimia  Memutar posisi diam pasien
 Kebasahan setiap dua jam, berdasarkan
 Kelembaban jadwal tertentu
Internal (somatik)  Menggunakan antibiotik topical
 Defisit kekebalan tubuh untuk area yang sakit
 Menggunakan agen antiimflamasi
topical pada area yang sakit
 Menggunakan Menggunakan
agen antijamur topical untuk area
yang sakit
 Memeriksa kulit sehari-hari
untuk memeriksa resiko
kerusakan
 Mendokumentasi tingkat
kerusakan kulit
 Menambahkan kelembaban ke
lingkungan dengan sebuah
pelembab  yang sesuai
b. Pengawasan Kulit
Aktifitas :
 Memantau area merah dan rusak
dari kulit
 Memantau kudis dan abrasi kulit
 Memantau kelainan kekeringan
dan kelembaban kulit
 Memantau warna kulit
 Memantau suhu kulit
 Mencatat perubahan kulit atau
membrane mukosa
 Menginstruksikan anggota
keluarga/pemberi perawatan
tentang tanda-tanda dari
kerusakan kulit, jika perlu
 
2 Resiko infeksi Hasil yang disarankan : a.      Kontrol Infeksi
Faktor Resiko  Integritas diameter  jalan  Batasi jumlah
 Penyakit kronik masuk. pengunjung/pembezuk.
 Mendapatkan kekebalan yang  Status imun  Gunakan sabun anti mikroba
tidak adekuat  Pengetahuan : Kontrol untuk mencuci tangan dengan
 Pertahanan utama yang tidak infeksi benar.
adekuat  Penyembuhan luka :  Cuci tangan sebelum dan sesudah
 Prosedur yang bersifat Tujuan utama melakukan perawatan pada
menyerang pasien.
 Gosok kulit pasien dengan alat
anti bakteri dengan tepat.
 Lakukan terapi antibiotic yang
tepat.
 Ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda-tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus
melaporkannya pada tim
kesehatan.
b. Penyembuhan Luka
 Catat karakteristik dari luka.
 Cuci /bersihkan dengan sabun
antibiotic, sebagai tambahan.
 Gunakan obat salap dengan tepat
pada kulit / luka jika perlu.
 Bandingkan dan catat perubahan
pada luka.
3 Gangguan citra diri Outcome yang disarankan: Peningkatan Citra Diri
Batasan karakteristik:  Adaptasi terhadap Aktivitas:
 Respon nonverbal kemampuan fisik  Tentukan harapan gambaran
terhadap perubahan tubuh  Penghargaan diri diri pasien berdasarkan tahap
yang perkembangan
actual(contoh:bentuk,struk  Gunakan bimbingan
ture dan fungsi) antisipasi untuk
 Respon nonverbal mempersiapkan pasien
terhadap penerimaan terhadap perubahan tubuh
perubahan tubuh(contoh yang dapa diprediksi
bentuk,struktur dan fungsi)  Pantau apakah pasien bisa
 Menyembunyikan bagian melihat perubahan bagian
tubuh tanpa disengaja tubuh
 Menyembunyikan bagian  Monitor frekuensi stattment
tubuh diri yang kritis
Faktor yang berhubungan:  Identifikasi budaya
 Surgery pasien,agama,jenis kelamin
dan umur.
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. DATA BIOGRAFI
A. Identitas Klien
Nama Klien : Tn M
Jenis Kelamin : Laki-Laki
TTL :16-10-1996
Tanggal Masuk RS :25-2-2021
Tanggal Pengkajian :25-2-2021
Diagnosa Medis :Dermatitis
B. Identitas penanggung jawab
Nama:
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :IRT
Hubungan : Orang tua
Alamat Rumah : koto tinggi
II. GAMBARAN UMUM KLIEN
A. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama :Luka lebar dikaki, nyeri
sejak 2 bulan
2. Riwayat Penyakit Sekarang : luka lebar di kaki,nyeri dan
gatal
3. Riwayat Penyakit Dahulu :tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
B. Pengkajian Teori Kolcaba
1. Pemeriksaan Kenyamanan Fisik
Observasi Klien Relief Ease Transcendence
Keadaan Keterbatasan gerak . Kesulitan mengubah posisi Klien berfikir”saya bisa mengatasi
Umum Gatal-gatal Dan nyeri dan mentolerin rasa nyeri ini”
Pemeriksaan Bentuk simetris, Klien tidak memiliki Klien terlihat tenang dan tidak
fisik kepala rambut tebal beruban, keluhan pada kepala baik ada keluhan yang dirasakan
tidak itu nyeri atau benjolan pada kepala
ada benjolan dan lesi, dan sebagainya
tidak adanya nyeri

Mata Mata simetris, alis Klien tidak memiliki Klien tidak merasa gelisah atau Klien merasa nyaman
tebal, keluhan pada fungsi terganggu dengan fungsi dengan fungsi penglihatannya.
pupil isokor, sclera penglihatannya penglihatannya.
normal, konjungtiva
anemis

Hidung Simetris, peradangan Klien tidak memiliki Klien tidak merasa Klien merasa nyaman dengan
(-), sekret (-), keluhan di bagian gelisah atau terganggu kondisi fisik hidungnya atau indra
pernapasan hidung/indra dengan hidung/indra penciumannya
cuping hidung (-) penciumannya penciumannya

Mulut Mukosa bibir kering Klien mukosa bibir Klien merasa tidak nyaman Klien dianjurkan untuk minum air
gusi terlihat kering karena putih lebih banyak lagi
tidak berdarah., gigi kemungkinan karena mukosa bibir yang kering
kurang bersih kurang minum

Leher Tidak ada benjolan Klien tidak terjadi cedera Klien tidak merasa gelisah Klien saat pengkajian merasa
pada fisik pada bagian dengan nyaman
leher, tidak ada lesi, lehernya, kondisi fisik lehernya. dengan kondisi fisik di bagian
tidak ada pembesaran seperti distensi vena lehernya
kelenjar tiroid jugularis.

Thorak, paru, Bentuk dada simetris, Klien tidak mengeluhkan Klien tidak merasakan adanya Klien saat pengkajian masih merasa
dan jantung pergerakan dinding tentang kondisi fisik keluhan fisik pada bagian nyaman dengan keadaan fisik di
dada thorak, thorak, paru dan jantung. bagian
simetris, keluhan sesak paru, dan jantung. thorak, paru, dan jantung.
(-), nyeri tekan dada
(-), paru kiri dan paru
kanan (sonor), suara
nafas
vesikuler, suara
jantung
normal (tidak ada suara
tambahan)

Abdomen Asites (-), mual (-), Klien tidak mengalami Klien tidak merasa Klien saat pengkajian merasa
muntah (-), tidak ada gangguan kondisi fisik gelisah/kurang nyaman dengan kondisi fisik di
nyeri tekan pada bagian abdomen nyaman dengan kondisi fisik bagian abdomennya
area epigastrik, tidak di bagian abdomen.
ada
pembesaran liver dan
organ lain.Suara
abdomen timpani
Bising
usus normal (10-
12x/mnt).

Ekstermitas Atas : Klien tidak mengalami Terdapatnya gangguan fisik Klien saat pengkajian merasa tidak
dan persendian Tidak ada fraktur, gangguan fisik pada pada ektremitas bagian bawah nyaman dengan kondisi fisik pada
terpasang infus RL bagian pada klien yaitu luka pada bagian ekstermitas bawah
14 tpm di sebelah ekstermitas atas namun bagian kaki
kanan, pada ekstremitas bawah
tidak ada odem. bawah terdapat luka yang
Bawah : lebar pada kaki.
Tidak ada
fraktur,terdapat luka
lebar dikaki disertai
nyeri sejak 2 bulan,
tidak ada odeme

2. Pemeriksaan Kenyamanan Psikospiritual

Pengkajian Klien Relief Ease Transcendence


Kenyamanan
Psikospiritual
3. Kondisi klien Klien mengatakan Klien terlihat gelisah Klien merasa sangat Klien masih belum
d. Masalah yang bahwa karena senang jika keluarga mengerti cara
diungkapkan klien :
dirinya merasa sedih keluarga tidak mengunjungi menghilangkan
karena tidak mendampingi nya di ruang perawatan. kegelisahan yang di
didampingi di ruang perawatan. klien Klien terlihat sering rasakan
oleh keluarga saat tidak bisa melaksanakan membaca istighfar dan
berada di ruang ibadah seperti biasanya surat pendek
perawatan. Klien karena sakit yang dialami.
merasa aktivitas
.
ibadahnya sedikit
terganggu karena sakit
yang dialami Klien selalu sabar
Klien selalu rutin minum dengan
Klien sering bertanya obat yang diberikan oleh perawatan yang
e. Harapan setelah Klien berharap bisa
kapan dirinya bisa pulang perawat dengan harapan diberikan
menjalani perawatan : segera sembuh dan
kepada agar bisa cepat sembuh oleh perawat, tidak
cepat pulang pernah
perawat. Klien dan
mengatakan kembali pulang. Klien membangkang (ketika
takut dan trauma jika mengatakan akan menjaga perawat memberikan
sewaktu waktu kembali pola hidup yang sehat obat selalu segera
ke serta rutin minum obat diminum)
RS untuk dirawat.
Terlihat dari wajahnya
f. Efek hospitalisasi : Klien mengatakan yang tampak sedih dan
merasa trauma dan gelisah
takut jika sewaktu
waktu kembali masuk
ke
rumah sakit
4. Kondisi keluarga Keluarga Keluarga klien Keluarga selalu bertanya Keluarga mengatakan
d. Dampak menganggap mengatakan bagaimana kondisi klien giat lagi dalam hal
penyakit klien bahwa ini ujian dari bahwa mereka akan apakah sudah membaik bersyukur
terhadap keluarga : Tuhan siapapun bila
selalu menjaga pasien dan atau belum terutama bersyukur
ditakdirkan tuhan
merasa sakit kita menemani pasien jika karena kesehatan yang
hanya bisa berdoa dan telah pulang dari bekerja, telah diberikan. Dan
berharap untuk keluarga juga mengatakan Selalu sabar dengan
kesembuhan merasa sedih jika klien ujian penyakit yang
masuk RS diberikan
e. Harapan Keluarga berharap
keluarga setelah klien bisa segera
menjalani perawatan : Keluarga selalu bertanya
sembuh dan
segera pulang serta kapan klien bisa pulang
tidak dan apakah penyakit
kembali di rawat di RS seperti ini bisa terulang
lagi. lagi pada pasien
Kesadaran keluarga akan
pentingnya beribadah
f. Aktivitas keagamaan Keluarga terlihat sholat Keluarga hendaknya masih
Keluarga mengatakan
selama secara bergantian. menuntun klien untuk kurang
giat lagi dalam hal
mendampingi klien : selalu mengingat
bersyukur
Tuhannya,
terutama bersyukur
seperti membantu klien
karena kesehatan yang
dalam beribadah
telah diberikan. Dan
Selalu sabar dengan
ujian penyakit yang
diberikan
3. Pengkajian Kenyamanan Sosial

Pengkajian Kenyamanan Relief Ease Transcandance


Sosial
1. Orang terdekat klien dalam Klien sering meminta untuk Klien merasa senang jika bisa di klien terlihat lebih tenang
rumah dipanggilkan isterinya jika dampingi oleh isterinya dan anggota setelah
membutuhkan sesuatu keluarganya didampingi oleh salah satu
anggota
keluarganya.

2. Hubungan klien dengan Tn. “M” lebih dekat dengan Ketika memerlukan sesuatu klien Klien terlihat lebih nyaman
keluarga istrinya yaitu Ny. “K” hal itu minta setelah
tampak dari setiap klien dipanggilkan keluarga terdekatnya. dikunjungi keluarga
membutuhkan sesuatu klien
selalu minta di bantu dengan
isterinya

3. Pengetahuan klien klien dan anggota keluarganya klien dan anggota keluarganya sering klien dan keluarga tampak
dan keluarga tentang belum paham tentang penyakit bertanya kepada perawat mengerti dan mengatakan akan
kesehatan. yang diderita klien mencoba menerapkan apa yang
sudah disarankan

4. Informasi yang dibutuhkan klien dan keluarga Perawat menjelaskan tentang penyakitklien dan keluarga terlihat
klien dan keluarga. membutuhkan dermatitis penyebab dan cara paham dengan penjelasan
informasi cara mengurangi pencegahannya kepada pasien dan informasi
nyeri keluarga yang sudah diberikan
pada kaki dan perawatan pada
luka yang dialami
4. Pengkajian Kenyamanan Lingkungan

Pengkajian Kenyamanan Relief Ease Transcendence


Lingkungan
1. Keramaian Pengunjung Klien seharusnya bisa istirahat Klien terlihat senang dengan Klien terlihat nyaman dan
tanpa ada gangguan keramaian kunjungan senang saat dikunjungi
dari pengunjung yang datang keluarganya walaupun mengganggu keluarganya
menjenguk namun pasien juga jam
sering dikunjungi oleh kerabat istirahatnya
ataupun tetangga yang datang
menjenguk

2. Kebersihan Kamar Kebersihan kamar masih Keluarga klien masih sulit diingatkan Klien dan keluarga terlihat acuh
kurang, tentang pentingnya menjaga tak acuh terhadap kebersihan
keluarga klien masih kurang kebersihan ruangan
menyadari pentingnya
menjaga
kebersihan (sering meletakkan
handuk di tempat
tidur

3. Suhu Lingkungan kondisi ruangan klien lembab Klien terlihat senang dengan kondisi klien mengatakan nyaman
dan memiliki suhu udara yang ruagan dengan kondisi ruangan,
dingin pasien tidak terlalu banyak
hanya 6 orang pasien, suhu
tidak panas, kamar mandi tidak
jauh dan bersih
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Kerusakan  integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit

2. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri dan gatal )

III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Teori Kenyamanan Intervensi


Standart comfort Diagnosa 1

    Kerusakan  integritas kulit berhubungan dengan kekeringan


pada kulit.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, kulit klien dapat


kembali normal dengan kriteria hasil:

    1. Kenyamanan pada kulit meningkat

    2. Derajat pengelupasan kulit berkurang

    3. Kemerahan berkurang

    4. Lecet karena garukan berkurang

Pee5. penyembuhan area kulit yang telah rusak

dia
Diagnosa 2

Gangguan rasa nyaman ( Nyeri dan gatal )

1. Setelah dilakukan asuhan keperawatan


diharapkan tidak Melaporkan bahwa adanya peningkatan
rasa nyaman
2. Berkurangnya lecet akibat garukan.

Coaching Diagnosa 1

1. lakukan inspeksi lesi setiap hari


2. Pantau adanya tanda-tanda infeksi
3. Ubah posisi pasien tiap 2-4 jam
4. Bantu mobilitas pasien sesuai kebutuhan
5. Pergunakan sarung tangan jika merawat lesi
6. Jaga agar alat tenun selau dalam keadaan bersih dan
kering
Diagnosa 2

1. Lakukan pengkajian penyebab gangguan rasa nyaman.


2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi gatal
seperti suhu ruangan
4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi kompres
hangat/ dingin.
5. Menjaga agar kuku selalu terpangkas.
6. Menjaga agar kelembaban kulit
7. Menggunakan terapi topical (Kortikosteroid)

Comfort food for the Diagnosa 1


Soul Libatkan keluarga dalam memberikan bantuan pada pasien
Diagnosa 2

Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan bantuan


pada klien
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth’s. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Penerbit :


LWW, Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit :
EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan
Diagnosa
Keperawatan, EGC : Jakarta.
Djuanda, 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai Penerbit FK UI, Jakarta
http://yuudi.blogspot.com/2011/05/askep-dermatitis.html
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC : Jakarta.
Mitchell,Alison Hepplewhite.2005.Eczema Class Publishing.Jakarta:EGC
Mansjoer, Arif, (2000)., KapitaS elekta Kedokteran.jakarta: Media Aesculapius FKUI
Partogi D. Dermatitis 2008. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit .FK USU.
Kabulrachman. Penyakit kulit 2001. Beberapa masalah dan penanggulangannya.
Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Silalahi 2010. Ilmu Kesehatan. Jakarta : Bagian IKA FK UI.
Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. 2005. Djuanda A, kepala editor. Ilmu penyakit
kulit.
Jakarta: FKUI.
Handout and Health :Atopic Dermatitis, 2003, www.niams.nih.gov.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.(2000). Pedoman Diagnosis dan Terapi.Surabaya :
Panitia Medik Farmasi dan Terapi RSUD Dr. Soetomo.
Taylor JS, Sood A, Amado A. Occupational skin diseases due to irritans and allergens. Dalam
: Fitzpatricks et al, editors. Dermatology in general medicine vol.2 7th ed. New York: Mc
Graw Hill Medical;2008.

Anda mungkin juga menyukai