Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

Asuhan Keperawatan pada Dermatitis Kontak

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medical Medah II
dengan dosen pembimbing Friska Sinaga,S.kep.,Ners, MNS

Disusun Oleh:

Dinda Siti Amalia (30120118008)

Fatima Da Costa Lima Missa (30120118012)

Muhammad Paris Al Faridzi (30120118034)

Valeria Diyan Purnama Sari (30120118045)

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS

Jalan Parahyangan Kav.8 Blok B/1 Kota Baru Parahyangan

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-nya sehingga
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Dermatitis Kontak ” ini dapat di
selesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medical Bedah III dengan dosen
pembimbing Friska Sinaga,S.kep.,Ners,MNS

Kami pun mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
membantu dalam memberikan materi. Khususnya kepada dosen pembimbing Friska
Sinaga,S.kep.,Ners,MNS yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Karna keterbatasan pengetahuan kami, kami yakin masih banyak kekurangan


dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaam makalah ini. Harapan kami, semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.

Padalarang, 15 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................................................................1


B. Rumusan Masalah .....................................................................................................................2
C. Tujuan Masalah ........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................3

A. Pengertian Dermatitis kontak ...................................................................................................3


B. Anatomi Fisiologi Dermatitis kontak........................................................................................3
C. Klasifikasi Dermatitis kontak...................................................................................................10
D. Etiologi Dermatitis kontak.......................................................................................................12
E. Patofiologi Dermatitis kontak ..................................................................................................14
F. Pathway Dermatitis kontak.......................................................................................................17
G. Manifestasi Klinik Dermatitis kontak.......................................................................................18
H. Pemeriksaan Penunjang Dermatitis kontak..............................................................................19
I. Penatalaksanaan Dermatitis kontak..........................................................................................21
J. Pencegahan Dermatitis kontak.................................................................................................22
K. Asuhan Keperawatan ...............................................................................................................22

BAB III PENUTUP .............................................................................................................................28

A. Kesimpulan ..............................................................................................................................28
B. Saran ........................................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dermatitis kontak merupakan reaksi fisiologis yang terjadi pada kulit
karena kontak dengan substansi tertentu, dimana sebagian besar reaksi ini
disebabkan oleh iritan kulit dan sisanya disebabkan oleh alergen yang
merangsang reaksi alergi (Taylor, 2008). Dermatitis kontak alergi (DKA) terjadi
saat alergen
mengalami kontak dengan kulit yang kemudian mengalami fase sensitisasi.
Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut,
konsentrasi bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain.
Faktor yang dimaksudkan adalah kekerapan (terus menerus atau berselang),
adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, gesekan dan trauma fisis,
suhu, kelembaban dan lingkungan (faktor endogen) (Sularsito dan Djuanda,
2007). Dermatitis Kontak Akibat Kerja merupakan dermatitis pada kulit yang
disebabkan oleh oleh adanya alergen atau bahan iritan dari lingkungan kerja
yang
kontak dengan tubuh (Beltrani, 2006).
Berdasarkan anamnesis terhadap pasien dermatitis kontak alergi, keluhan
yang tersering dialami adalah rasa gatal dan kemerahan. Beberapa jenis pohon,
rumput, bunga, sayur, dan buah dapat menjadi penyebab terjadinya DKA. Onset
penyakit terjadi beberapa jam atau hari setelah mengalami kontak (James, 2006).
Insiden dermatitis kontak iritan (DKI) sulit ditentukan oleh karena data
epidemiologi belum cukup akurat dan pekerja yang menderita DKI jarang
mencari pengobatan ke dokter, mereka lebih memilih untuk menghindari agen
penyebab iritasi (Taylor, 2008).
Dinas kesehatan di Amerika Serikat mengklaim 90 % kelainan kulit pada
pekerja diakibatkan oleh kontak dermatitis. Data dari Burreau of Labor Statistics
menunjukkan 257.800 kasus penyakit didapat yang nonfatal yang dilaporkan
pada
2008 untuk semua industri termasuk industri kenegaraan, pemerintahan lokal,
dan

1
industri pribadi (Taylor, 2008). Berdasarkan data Departemen Dermatologi
Rumah Sakit Sanglah Denpasar, terjadi peningkatan kasus baru terhadap
dermatitis kontak dalam kurun waktu Januari 2000 sampai Desember 2005,
yaitu dari 10,16% menjadi 13,36%, namun relatif stabil pada empat tahun
berikutnya (Lesthari dkk, 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dermatitis kontak ?
2. Bagaimana anatomi fisilogi kulit ?
3. Apa saja klasifikasi dari dermatitis kontak ?
4. Apa saja etiologi dari dermatitis kontak ?
5. Bagaimana patofisiologi dermatitis kontak ?
6. Bagaimana pathway dermatitis kontak ?
7. Apa saja manifestasi klinis dari dermatitis kontak ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari dermatitis kontak ?
9. Apa saja penatalaksanaan dari dermatitis kontak ?
10. Apa saja pencegahan dermatitis kontak ?
11. Bagaimana askep dari dermatitis kontak?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dermatitis kontak
2. Untuk mengetahui anatomi fisilogi kulit
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari dermatitis kontak
4. Untuk mengetahui etiologi dari dermatitis kontak
5. Untuk mengetahui patofisiologi dermatitis kontak
6. Untuk mengetahui pathway dermatitis kontak
7. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari dermatitis kontak
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari dermatitis kontak
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari dermatitis kontak
10. Untuk mengetahui pencegahan dermatitis kontak
11. Untuk mengetahui askep dari dermatitis kontak

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dermis) sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau factor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi poliformik (eritema, edema, papul, vesikel,
skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan
menjadi kronis. (Djuanda Adhi, 2010)
Dermatitis Kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau
substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua jenis dermatitis kontak yaitu
Dermatitis Kontak Iritan (DKI) yang merupakan respon non-imunologi dan
Dermatitis Kontak Alergi (DKA) yang merupakan respon imunologi spesifik.
Keduanya dapat bersifat akut dan kronis (Djuanda A, 2007).
Dermatitis kontak ialah respon inflamasi akut ataupun kronis yang
disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua
macam dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak
alergik, keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Dermatitis iritan
merupakan
reaksi peradangan kulit non imunologik disebabkan oleh bahan kimia iritan.
Sedangkan, dermatitis alergik terjadi pada seseorang yang telah mengalami
sensitisasi terhadap suatu alergen dan merangsang reaksi hipersensitivitas tipe
IV (Wolff & Johnson, 2009).
Jadi dermatitis kontak ialah peradangan pada yang terjadi dikulit karena kontak
dengan sesuatu yang dianggap asing oleh tubuh yaitu allergen dan iritan.

B. Anatomi fisiologi kulit

3
Kulit merupakan barier protektif yang memiliki fungsi vital seperti
perlindungan terhadap kondisi luar lingkungan baik dari pengaruh fisik maupun
pengaruh kimia, serta mencegah kelebihan kehilangan air dari tubuh dan
berperan sebagai termoregulasi. Kulit bersifat lentur dan elastis yang menutupi
seluruh permukaan tubuh dan merupakan 15% dari total berat badan orang
dewasa (Paul et al., 2011). Fungsi proteksi kulit adalah melindungi tubuh dari
kehilangan cairan elektrolit, trauma mekanik dan radiasi ultraviolet, sebagai
barier dari invasi mikroorganisme patogen, merespon rangsangan sentuhan, rasa
sakit dan panas karena terdapat banyak ujung saraf, tempat penyimpanan nutrisi
dan air yang dapat digunakan apabila terjadi penurunan volume darah dan
tempat terjadinya metabolisme vitamin D (Richardson, 2003; Perdanakusuma,
2007).
1. Lapisan kulit
a. Epidermis

Epidermis adalah bagian terluar kulit. Bagian ini tersusun dari


jaringan epitel skuamosa bertingkat yang mengalami keratinasi ; jaringan
ini tidak memiliki pembuluh darah ; dan sel-selnya sangat rapat. Bagian

4
epidermis yang paling tebal dapat ditemukan pada telapak tangan dan
telapak kaki yang mengalami stratifikasi menjadi lima lapisan berikut
1) Stratum basalis (germinativum)
Adalah lapisan tunggal sel-sel yang melekat pada jaringan ikat
dari lapisan kulit dibawahnya, dermis. Pembelahan sel yang cepat
berlangsung pada lapisan ini, dan sel baru didorong masuk kelapisan
tersebut.
2) Stratum spinosum
Adalah lapisan sel spina atau tanduk, disebut demikian karena
sel-sel tersebut disatukan oleh tonjolan yang menyerpai spina. Spina
adalah bagian yang penghubung intraseluler yang disebut desmosom.
3) Stratum granulosum
Terdiri dari tiga atau lima lapisan atau barisan sel dengan
granula-granula keratohialin yang merupakan precursor
pembentukan keratin. Keratin adalah protein keras dan resilien, anti
air serta melindungi permukaan kulit yang terbuka. Keratin pada
lapisan epidermis merupakan keratin lunak yang berkadar sulfur
rendah, berlawanan dengan keratin yang ada pada kuku dan rambut.
Saat keratohialin dan keratin berakumulasi, maka nucleus sel
berdisintegrasi, menyebabkan kematian sel.
4) Stratum lusidum
Adalah lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel-sel gepeng tidak
bernukleus yang mati atau hamper mati dengan ketebalan empat
samapi tujuh lapisan sel.
5) Stratum korneum
Adalah lapisan epidermis teratas, terdiri dari 25 sampai 30
lapisan sisik tidak hidup yang sangat terkeratinasi dan semakin
gepeng saat mendekati permukaan kulit. (Epidermis tipis yang
melapisi seluruh tubuh, kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki,
tersusun hanya dari lapisan basalis dan korneum.)
1) Permukaan terbuka dari stratum korneum mengalami proses
pergantian ulang yang konstan atau deskuamasi.

5
2) Ada pembeharuan yang konstan pada sel yang terdeskuamasi
melalui pembelahan sel dilapisan basalis. Sel tersebut bergerak
keatas, kearah permukaan, mengalami keratinisasi, dan kemudian
mati. Dengan demikian, seluruh permukaan tubuh terbuka ditutup
oleh lembaran sel epidermis mati.
3) Keseluruhan lapisan epidermis akan diganti dari dasar keatas
setiap 15 sampa 30 hari.

b. Dermis

Dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya membrane dasar


atau lamina. Membran ini tersusun dari dua lapisan jaringan ikat.
1) Lapisan papilar
Adalah jaringan ikat areolar renggang dengan fibroblas, sel mast,
dan makrofag. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah,
yang memberi nutrisi pada epidermis diatasnya.
a) Papila dermal serupa jari, yang mengandung reseptor sensorik
taktil dan pembuluh darah, menonjol ke dalam lapisan epidermis.
b) Pada telapak tangan dan telapak kaki, papilla edema yang ada
sangat banyak dan tinggi, jumlahnya sekitar 65.000/ inci persegi
(10.400/cm2)

6
c) Pola tonjolan dan guratan pada telapat tangan dan telapak kaki
pada setiap orang sangat unik dan mencerminkan papilla dermal.
Kegunaan guratan tangan adalah untuk mempermudah
penggenggaman melalui peningkatan friksi.
2) Lapisan reticular terletak lebih dalam dari lapisan papilar. Lapisan ini
tersusun dari jaringan ikat ireguler yang rapat, kolagen dan serat
elastic. Sejalan dengan penambahan usia, deteriorasi normal pada
simpul kolagen atau serat elastic mengakibatkan pengeriputan kulit.
c. Lapisan subkutan atau hypodermis (fasia superfisial)
Lapisan subkutan mengandung jumlah sel lemak yang beragam,
bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi banyak
pembuluh darah dan ujung saraf (Sloane, 1994). Sel lemak berbentuk
bulat dengan intinya berdesakan kepinggir, sehingga membentuk seperti
cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak
sama pada setiap tempat dan jumlah antara laki-laki dan perempuan.
Fungsi penikulus adipose adalah sebagai shok breaker atau pegas bila
tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau
untuk mempertahankan suhu. Di bawah subkutan terdapat selaput otot
dan lapisan berikutnya yaitu otot (Susanto dan Ari, 2013).

2. Warna
Perbedaan warna kulit terjadi akibat fator berikut :
a. Melanosit merupakan bagian yang terletak pada stratum basalis,
memproduksi pigmen, melanin bertanggung jawab untuk pewarnaan
kulit dari coklat sampai hitam.
b. Darah adalah pembuluh dermal dibawah lapisan epidermis dapat terlihat
dari permukaan dan menghasilkan pewarnaan merah muda. Ini lebih
jelas terlihat pada orang kulit putih.
c. Keberadaan dan jumlah pigmen kuning, karotin, hanya ditemukan pada
stratum korneum, dan dalam sel lemak dermis dan hypodermis, yang
menyebabkan beberapa perbedaan pada pewarnaan kulit.

3. Derivatif kulit

7
Kuku, rambut, kelenjar keringat serta kelenjear sebasea adalah derivative
epidermis.
a. Kuku
Kuku jari tangan dan kuku jari kaki adalah lempeng pelindung
yang berasal dari perpanjangan epidermis kedalam dermis. Kuku adalah
lempeng keratin keras berlekuk yang terletak diatas dasar kuku yang
nutrinya disuplai oleh pembuluh darah. Badan kuku tumbuh dari akar
kuku yang tertanam dikulit. Pertumbuhan kuku kira-kira 0,5mm
perminggu, lebih cepat dimusim panas dari pada dimusim dingin.
Kutikel (eponikium) adalah lipatan berlekuk yang menutup akar kuku.
Hiponikum adalah stratum korneum tebal dibawah ujung lepas kuku.
Lanula (bulan sabit) adalah area keputihan berbentuk melengkung dekat
kutikel.
b. Rambut
Rambut atau pili ada pada hamper seluru bagian tubuh, tetapi
Sebagian besar berupan rambut vellus yang kecil dan tidak berwarna,
atau tersamar. Rambut terminal biasanya kasar dan dapat dilihat. Rambut
ini tertanam di kulit kepala, alis, dan bulu mata, Ketika masa pubertas
rambut ini akan menggantikan rambut vellus diarea ketiak dan pubis.
c. Kelenjar pada kulit
1) Kelenjar keringat (sudoriferus) terbagi menjadi dua jenis berdasarkan
struktur dan lokasinya.
a) Kelenjar keringan ekrin
Adalah kelenjar tubular simple dan berpilin serta tidak
berhubungan dengan folikel rambut. Kelenjar ini penyebarannya
meluas keseluruh tubuh, terutama pada telapat tangan, telapak
kaki, dan dahi. Sekresi dari kelenjar ini (keringat) mengandung
air dan membantu pendinginan evaporatf tubuh untuk
mempertahankan suhu tubuh.
b) Kelenjar keringat apokrin
Adalah kelenjar keringat terspesialiasi yang besar dan
bercabang dengan penyebarannya yang terbatas. Kelenjar ini
ditemukan dan pada aksila, areola payudara dan regia anogenital.

8
(1) Kelenjar apokrin yang ditemukan dilipatan ketiak dan area
anogenital memiliki ductus yang membuka kebagian atas
folikel rambut. Kelenjar ini mulai berfungsi pada masa
pubertas untuk merespons stress atau kegembiraan dan
mengeluarkan semacam sekresi tidak berbau yang kemudian
akan berbau jika bereaksi dengan bakteri.
(2) Kelenjar seruminosa pada saluran telinga yang menghasilkan
serumen atau getah telinga, dan kelenjar siliaris moll pada
kelopak mata yang juga termasuk kelenjar apokrin.
(3) Kelenjar mammae adalah kelenjar apokrin termodifikasi yang
mengalami spesialisasi untuk memproduksi susu.

2) Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke


folikel rambut. Kelenjar sebasea, rambut da kelenjar keringat
apokrin membentuk unit pilosebasea, tetapi hanya terbentuk pada
rambut diarea genetalia, bibir, putting susu dan areola payudara.
a) Kelenjar sebasea adalah kelenjar holokrin (sel-sel sekretori
menghilang selama sekresi sebum).
b) Sebum adalah campuran lemak, zat lilin, minyak dan pecahan-
pecahan sel. Zat ini berfungsi sebagai emoliens atau pelempt kulit
dan merupakan suatu berier terhadap evaporasi. Zat ini juga
memiliki aktivitas bakterisida.
c) Jerawat adalah gangguan pada kelenjar sebasea diwajah, leher,
dan punggung yang terjadi pada decade kedua masa kehidupan.
Kelenjar sebasea ini dapat terinfeksi sehingga menyebabkan
furunkel (bisul)
4. Fungsi kulit
a. Fungsi absorpsi
Kulit tidak dapat menyerap air, tetapi dapat menyerap larut-lipid
seperti vitamin A, D, E, dan K, oksigen, karbondioksida. Kemampuan
absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
dan metabolism. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel

9
atau melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui
sel-sel epidermis daripada melalui muara kelenjar (Watson, 2002).
b. Fungsi ekskresi
Kulit berfungsi sebagai tempat pembuangan suatu cairan yang
keluar dari dalam tubuh dengan perantara 2 kelenjar keringan, yakni
kelenjar keringat sebaseae dan kelenjar keringat (Watson, 2002).
c. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Sistem pengaturan suhu dilakukan dengan melebarkan pembuluh
darah. Kulit akan mengeluarkan sejumlah keringat dalam keadaan panas
melalui pori-pori, panas dalam tubuh dibawa keluar bersama keringat.
Sebaliknya, jika kondisi udara dingin, pembuluh darah akan mengecil.
Pengecilan pembuluh darah ini bertujuan untuk menahan panas keluar
dari tubuh yang berlebihan. Dengan adanya sistem pengaturan ini, maka
suhu tubuh akan selalu dalam kondisi stabil (Anderson, 1996).
d. Fungsi Pelindung
Kulit dapat melindungi tubuh dari gangguan fisik berupa tekanan
dan gangguan yang bersifat kimiawi. Selain itu, kulit juga dapat
melindungi kita dari gangguan biologis seperti halnya serangan bakteri
dan jamur. Kulit juga menjaga tubuh agar tidak kehilangan banyak cairan
dan melindungi tubuh dari sinar UV (Gibson, 2002).
e. Fungsi Peraba
Pada lapisan dermis terdapat kumpulan saraf yang bisa
menangkap
rangsangan beruupa suhu, nyeri dan tekanan. Rangsangan tersebut akan
disampaikan ke otak sebagai pusat informasi sehingga dapat mengetahui
apa yang dirasakan (Gibson, 2002).

C. Klasifikasi
1. Dermatitis kontak iritan

10
Dermatitis Kontak Iritan merupakan reaksi imunologis kulit terhadap
gesekan atau paparan bahan asing penyebab iritasi kepada kulit. Dermatitis
Kontak Iritan (DKI) merupakan reaksi yang timbul apabila kulit terkena
bahanbahan kimia yang sifatnya toksik dan menyebabkan peradangan.
Pajanan pertama antara lain terhadap iritan yang mampu menyebabkan
adanya respon iritasi pada kulit.
Dermatitis kontak iritan dibedakan menjadi 2 antara lain:
a. Dermatitis iritan akut

(Wolff & Johnson, 2009).


Reaksi yang timbul dapat berupa kulit menjadi berubah warna
kemerahan atau cokelat dan kemungkinan akan terjadi edema dan panas,
atau ada pula papula, vesikula, dan pustula. Dermatitis iritan kuat terjadi
setelah satu atau beberapa kali olesan dengan bahan - bahan iritan kuat,
sehingga mengakibatkan terjadi adanya kerusakan epidermis yang
berdampak pada peradangan kulit. Zat kimia asam dan basa yang bersifat
keras pada penggunaan peindustrian pabrik akan menyebabkan
terjadinya iritasi akut.
b. Dermatitis iritan kronik

11
(Wolff & Johnson, 2009).
Dermatitis iritan kronik terjadi apabila kulit berkontak langsung
dengan bahan – bahan iritan yang tidak terlalu kuat, seperti sabun,
deterjen dan larutan antiseptik. Gejala yang ditimbulkan dari dermatitis
akut yakni kulit kering, pecah-pecah, memerah, bengkak dan terasa
panas.

2. Dermatitis kontak alergi

Dermatitis Kontak Alergi (DKA) merupakan kelainan kulit yang terjadi


pada seseorang yang mengalami sensitifitas terhadap bahan – bahan yang
memiliki sifat alergen. Dermatitis kontak alergi lebih kurang 20% dari
seluruh dermatitis kontak. Dermatitis kontak alergi merupakan suatu yang
timbul setelah melalukan kontakan eksternal melalui proses toksik.
Penyebab timbulnya dermatitis kontak alergi antara lain berupa asam dan
basa yang memiliki sifat kuat, serta pelarut organik. Rasa panas, nyeri atau
gatal yang dikeluhkan oleh penderita setelah beberapa saat melakukan
kontak dengan
bahan yang merupakan gejalanya.
Banyak zat kimia yang dapat bereaksi dengan alergen, akan tetapi sangat
jarang yang menimbulkan masalah. Beberapa zat kimia merupakan allergen
yang cukup kuat, dengan sekali paparan dapat menyebabkan sensitisasi,
sedangkan sebagian bahan kima lain memerlukan paparan berulang – ulang

12
sebelum menimbulkan sensitisasi. Reaksi alergi, pemaparan pertama pada
zat tertentu tidak menimbulkan reaksi, tetapi pemaparan berikutnya bisa
menyebabkan adanya keluhan gatal – gatal pada kulit dalam waktu 4-24 jam.

D. Etiologi
1. Dermatitis iritan
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumnas, asam, alkali dan serbuk
kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul,
daya larut, konsentrasi bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh
faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu lama kontak, kekerapan (terus
menerus atau berselang), adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel,
demikian pula gesekan dan trauma fisik. Suhu dan kelembaban lingkungan
juga ikut berperan (Djuanda, 2010). Faktor individu juga ikut berpengaruh
pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai
tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas, usia (anak dibawah 8 tahun
dan usia lanjut lebih mudah teriritasi), ras (kulit hitam lebih tahan daripada
kulit putih), jenis kelamin (insidensi dermatitis kontak iritan lebih banyak
pada wanita), penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang
rangsang terhadap bahan iritan menurun), misalnya dermatitis atopik
(Djuanda, 2010).

Iritan yang Sering Menimbulkan Dermatitis Kontak Iritan


Asam kuat (Hidroklorida, Asam nitrat, Asam sulfat)
Basa kuat (Natrium hidroksida, Kalium hidroksida)
Detergen
Resin epoksi
Etilen oksida
Fiberglass
Minyak (lubrikan)
Pelarut-pelarut organik Agen oksidator Plasticizer
Serpihan kayu
Table 1. Iritan yang Sering Menimbulkan Dermatitis Kontak Iritan.

13
2. Dermatitis alergi
Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa
bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga
disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh
potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit
(Djuanda, 2010).
Macam-macam alergen yang paling sering menyebabkan dermatitis
kontak alergik menurut North American Contact Dermatitis Group terdapat
pada tabel 2.

Alergen Penularan utama


Nikel sulfat Neomisin Logam, perhiasan
sulfat Kandungan obat salap
Balsam peru Pengobatan topikal
Pewangi campuran Pewangi, kosmetik
Thimerosal Antiseptik
Sodium Medikasi Desinfektan,
emas plastik Desinfektan
thiosulfat Formaldehyde Obat salep,
Quaternium-15 bedak Karet,
Basitrasin latex
Carba mix Bahan pengawet
Parabens Tanaman
Pentadecylcatechols
Tabel 2. Alergen yang sering menyebabkan DKA (North American
Contact Dermatitis Group).

E. Patofisiologi
1. Dermatitis kontak iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel
yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik.
Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa
jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membrane untuk
14
merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan
rusaknya membrane lipid keratinosit makan fosfolipase akan diaktifkan dan
membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan
leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi
dari factor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik
neutrophil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan
histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktifasi platelets yang
akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang
ekspresi gen dan sintesis protein. Pada Dermatitis Kontak Iritan terjadi
kerusakan keratinosit dan keluarnya mediator-mediator sehingga perbedaan
mekanismenya dengan kontak alergi sangat tipis yaitu dermatitis kontak
tidak melalui fase sensitisasi . Ada dua jenis bahan iritan yaitu :
a. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada
hamper semua orang
b. Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami
kontak berulang-ulang. Faktor konstribusi, misalnya kelembapan udara,
tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan
tersebut
2. Dermatitis kontak alergi
Pada dermatitis kontak alergi , ada dua fase terjadinya respon imun tipe
IV yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
a. Fase sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada
fase ini terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka oleh
bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila
hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian hapyem
diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE
(Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan
protein karier yang berada diepidermis, menjadi komplek hapten protein.
Protein ini terletak pada membrane sel Langerhans dan
berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte Antigen-
DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell). Kemudia sel LE
menuju ductus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional dan

15
terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of
Diferantiation 4++) dan molekul CD3. CD4+ berfungsi sebagai
pengenal komplek HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul
CD3 yang berkaitan dengan protein haterodimerik Ti (CD3 Ti)
merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik, misalnya ion nikel saja
atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut terdapat pada
permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen
recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk
mengeluarkan IL-1 (Interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk
mengeluargka IL-2. Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel
T sehingga terbentuk primed memory T cells, yang akan bersirkualsi
keseluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase
elisitasi bila kontak berikut dengan allergen sama. Prose ini pada
manusia berlansung 14-21 hari dan belum terdapat ruam kulit. Pada saat
ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempuanyai resiko
untuk mengalami dermatitis kontak alergik.
b. Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase aferen terjadi apabila timbul pajanan
kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah
tersedia didalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan menskresi
IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-
2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan
merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (Intercellular adhesion
molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan leukosit, serta
sekresi eicosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan
makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan
permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam
kelainan kulit seperti eritema, edema, dan vesikula yang akan tampak
seperti dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui
beberapa mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh
enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta
pelepasan Prostaglandin E-1 dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat

16
stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T
serta mencegah kontak sel T dengan keratinosit. Selain itu sel mast dan
basophil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak degranulasi
setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang
molelul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme
lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan akhirnya
Kerusakan sel
menekan dan meredakan peradangan.
Kelainan kulit

Lapisan tanduk rusak

Denatursi keratin

Menyingkirkan
lemak Lap.tanduk

Mengubah daya ikat


F. Patway
air kulit
1. Dermatitis iritan

Merusak lapisan
epidermis Bahan iritan kimiawi dan fisik


kontak langsung

Iritan kontak gd Ag
Oleh sel plasma dan basophil
membentuk Ab IgE

Memicu proses
degranulasi

Pelepasan mediator
kimia berlebihan

Reaksi peradangan

Gatal dan rubor

17
Reaksi menggaruk
Kerusakan jaringan
berlebihan

Kelembapan
MK: Ggn.Rasa
kulit menurun
nyaman

Pelepasan toksik Kulit mengering


bakteri
Perubahan warna kulit
MK: Resiko infeksi MK: Gangguan
pola tidur
MK: Gangguan
citra diri

2. Dermatitis allergen

Sabun,detergen,zat Alergen,sensitizen
kimia

Sel Langerhans & makrofag


Iritan primer Makrofag

Sel T
Mengiritasi kulit Kerusakan
MK: Ggg integritas
Integritas jaringan Terpajan
Sensitisasi sel T oleh
Peradangan kulit ulang
saluran limfe
Lapisan epidermis Gatal terus
Terbuka invasi menerus Sel efektor
Reaksi
Ruam pada Pembeng Kulit
mengeluarkan
Hipersensitivitas IV
kulit kakan lecet/melepuh
limfokin
(gatal berair) Kesulitan tidur

Gejala klinis: gatal,


Risiko Nyeri Gangguan panas dan kemerahan
nyeri citra
G. Manifestasi klinis Gangguan
pola tidur
18
Gejala dermatitis kontak muncul pada bagian tubuh yang melakukan kontak
langsung dengan zat yang memicu reaksi pada kulit. Gejala tersebut dapat
muncul beberapa menit hingga beberapa jam setelah kontak terjadi. Gejala
umum dermatitis kontak pada kulit penderita adalah
1. Ruam kulit kemerahan
2. Gatal yang dapat terasa parah
3. Kering
4. Pembengkakan
5. Kulit kering atau bersisik
6. Kulit lecet atau melepuh (gatal berair)
7. Menebal
8. Pecah-pecah
9. Terasa sakit saat disentuh atau muncul rasa nyeri

Gejala dermatitis kontak tergantung dari penyebab dan sensitivitas kulit


terhadap zat yang memicu reaksi tersebut.

Dermatitis kontak karena alergi dapat muncul dalam waktu beberapa setelah
kontak. Selain gejala umum, gejala lain pada dermatitis kontak alergi ditunjukan
dengan kulit terlihat lebih gelap, terasa terbakar, sensitivitas terhadap sinar
matari, serta terjadi pembengkakan pada wajah, mata atau selangkangan.

Sedangkan dermatitis kontak karena iritasi dengan zat tertentu ditunjukan


dengan kulit berkerak atau sangat kering, kulit terasa kaku atau keras, serta
muncul luka terbuka yang membentuk lapisan kulit lebih keras

Dermatitis kontak juga dapat menyebabkan infeksi sekunder . Tanda-tanda


kulit terinfeksi antaralain :

1. Gejala gejala yang dirasakan semakin bertambah parah


2. Keluar cairan nanah dari kulit. Keluhan ini sering disebut dengan istilah
eksim basah.
3. Rasa nyeri yang semakin meningkat
4. Merasa tidak sehat
5. Demam

19
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis, gangguan
integument yaitu :
1. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan
dan kulit yang terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan
apakah ada keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
2. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu di lakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan
jamur pada kulit. Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah
mikroorgnisme tersebut resisten pada obat-obatan tertentu. Cara
pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat pada
lesi kulit.
3. Uji tempel
Uji tempel kulit tersebut dilakukan dengan menggunakan alergen
standart dengan konsentrasi tertentu.Alergen pada kulit punggung dan
hasilnya dibaca
setelah 48 jam dan 72 jam kemudian. Untuk menghindari reaksi negative
semu,hasil dapat dibaca setelah 6 atau 7 hari kemudian. Pada uji ini dapat
terjadi positif semu ataupun negatif semu. Uji tempel kulit yang terbuka
dilakukan untuk mengetahui urtikari kontak atau DKA. Uji tempel ini
biasanya dilakukan 4 minggu setelah dermatitis hilang. Uji pemakaian
dilakukan bila uji tempel tersebut hasilnya negative sedangkan kliniknya
jelas. Uji goresan tersebut dapat dilakukan untuk mendiagnosis urtikaria
kontak.
Pelaksanaan uji tempel dilakukan setelah dermatitisnya sembuh
(tenang),
bila mungkin setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji tempel biasanya di
punggung, dapat pula di bagian luar lengan atas. Bahan uji diletakkan pada
sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit yang utuh, ditutup dengan
bahan impermeabel, kemudian direkat dengan plester. Setelah 48 jam dibuka
(Djuanda, 2010).

20
Pembacaan dilakukan 15-25 menit kemudian, supaya kalau ada
tandatanda akibat tekanan, penutupan dan pelepasan dari Unit uji temple
yang
menyerupai bentuk reaksi, sudah hilang. Cara penilaiannya ada bermacam-
macam pendapat, yang dianjurkan oleh International Contact
Dermatitis Research Group (ICDRG) adalah sebagai berikut:
a. NT : Tidak diteskan
b. + : Hanya eritem lemah: ragu-ragu
c. ++ : Eritema, infiltrasi (edema), papul: positif lemah
d. +++ : Bula: positif sangat kuat
e. - : Tidak ada kelainan iritasi
(Sulaksmono, 2006)
4. Patch test
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membedakan DKI
dan DKA adalah patch test. Patch test dilakukan dengan menggunakan patch
yang ditempel pada kulit. Kulit akan menjadi kemerahan dan gatal apabila
terdapat reaksi alergi, menandakan adanya DKA.
Dasar pelaksanaan patch test adalah sebagai berikut:
a. Bahan yang diujikan (dengan konsentrasi dan bahan pelarut yang
sudah ditentukan) ditempelkan pada kulit normal, kemudian ditutup.
Konsentrasi yang digunakan pada umumnya sudah ditentukan
berdasarkan penelitian-penelitian.
b. Biarkan selama 2 hari (minimal 24 jam) untuk memberi kesempatan
absorbsi dan reaksi alergi dari kulit yang memerlukan waktu lama.
Meskipun penyerapan untuk masing-masing bahan bervariasi, ada
yang kurang dan ada yang lebih dari 24 jam, tetapi menurut para
peniliti waktu 24 jam sudah memadai untuk kesemuanya, sehingga
ditetapkan sebagai standar.
c. Kemudian bahan tes dilepas dan kulit tempat penempelan tersebut
diamati perubahan atau kelainan yang terjadi pada kulit. Pada tempat
tersebut bisa kemungkinan terjadi dermatitis berupa eritema, papul,
edema, fesikel, dan bahkan kadang-kadang bisa terjadi bula atau
nekrosis.

21
(Sulaksmono, 2006)

I. Penatalaksanaan
1. Dermatitik kontak Iritan
Untuk mengobati dermatitis kontak iritan perlu diketahui zat iritan
penyebabnya dan proteksi terhadap bahan tersebut. Jika sudah terjadi
dermatitis kontak iritan, pengobatan topikal perlu dilakukan. Peran
kortikosteroid masih kontroversi, namun steroid dapat menolong karena efek
anti inflamasinya. Pada pasien yang kulitnya kering dan mengalami
likenifikasi diberikan emolien untuk meningkatkan perbaikan barrier kulit.
Jika ada infeksi bakteri dapat diberi antibiotik baik topikal maupun sistemik
(Kartowigno, 2012).
2. Dermatitis kontak alergi
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak alergik
adalah upaya pencegahan kontak berulang dengan alergen penyebab, dan
menekan kelainan kulit yang timbul. Pada dermatitis kontak alergik,
pemberian obat yang penting untuk menghilangkan gejala keterbatasan fisik
akibat timbulnya erupsi. Pada lesi akut vesikuler, diberikan kompres,
misalnya dengan solusio NaCl 0,9% atau lainnya. Pada yang kronik dengan
lesi likenifikasi paling baik diberi emolien. Keluhan gatal dapat diberi anti
pruritus topikal atau anti histamin oral. Kortikosteroid topikal dan sistemi
merupakan gold standard unruk menghilangkan gejala dan perbaikan cepat.
Sebaiknya obat ini digunakan dalam jangka pendek (NOHSE, 2009;
Kartowigno, 2012).

J. Pencegahan
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang
dapat menyebabkan gejala timbul lagi. Strategi pencegahannya meliputi :
1. Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila
dilakukan secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari
kulit.
2. Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk
menghindari kontak dengan bahan pembersih.

22
3. Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan
untukmenghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.
4. Pekerja dengan usia di atas 40 tahun atau usia lanjut sebaiknya mengurangi
kontak dengan bahan kimia. Karena semakin tua usia kulit menjadi semakin
menipis dan kehilangan kelenturan. Hal ini memudahkan terjadinya
dermatitis.

K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarangnyakan sejak kapan pasien merasakan
keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja
yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu apakah pasien dulu pernah menderita
penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga apakah ada keluarga yang pernah
menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
4) Riwayat psikososial apakah pasien merasakan kecemasan yang
berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat apakah pasien pernah menggunakan obat-
obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan
alergi terhadap sesuatu obat
d. Pemeriksaan fisik
1) Sistem integument
Terjadi perubahan warna kulit, kulit mongering, kulit bersisisk,
terdapat lesi dan tidak lembab.
2) Sistem perkemihan
Produksi urine menurun/normal
3) Sistem neurosensory
Gelisah cemas

23
4) Sistem pernafasan
Pola nafas teratur/ tidak teratur
5) Sistem kardiovaskuler
Edema tidak ada
e. Aktivitas/istirahat
Penurunan kekuatan, tahanan, perubahan tonus.
f. Nyeri/kenyamanan
Nyeri pada kulit
g. Integritas ego
Ansietas , menarik diri

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan bahan kimia iritatif
ditandai dengan kerusakan jaringan dan/lapisan kulit
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit ditandai
dengan pasien mengeluh tidak nyaman , mengeluh merasa gatal dan
terlihat gelisah.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur dan
bentuk tubuh ( penampakan kulit yang tidak bagus) ditandai dengan
klien mengungkapkan perasaan negative tentang perubahan tubuh.

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1. Gangguan integritas kulit Kulit klien dapat Kembali Observasi
berhubungan dengan normal dengan kriteria 1. Identifikasi penyebab gangguan
bahan kimia iritatif hasil: integritas kulit (mis, perubahan
ditandai dengan Klien akan mempertahankan sirkulasi, perubahan status nutrisi,
kerusakan jaringan kulit agar mempunyai penurunan kelembapan, suhu
dan/lapisan kulit hidrasi yang baik dan lingkungan ekstrem, penurunan
turunnya peradangan, mobilitas)
ditandai dengan peningkatan Rasional : Mencegah terjadinya
kenyamanan kulit, dermatitis berulang dan mencegah
berkurangnya dejarat keparahan gejala

24
pengelupasan kulit,
berkurangnya kemerahan Terapeutik
2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
baring
Rasional : mencegah penekanan lama
pada daerah yang terluka
3. Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik pada
kulit sensitive.
Rasional : mencegah terjadinya
komplikasi berlebih pada luka
4. Hindari produk berbahan dasar
alcohol pada kulit kering
Rasional : mencegah terjadinya
komplikasi berlebih pada luka

Edukasi
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrem
Rasional : suhu yang terlalu ekstrem
dapat menyebabkan peningkatan
keparahan pada gejala dermatitis
6. Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
Rasional : Dengan mandi akan
meresap ke saturasi kulit , sabun yang
belebihan dan mengandung pelembab
lebih sedikit akan menyebabkan kulit
kering sehingga meningkatkan
keluhan
2. Gangguan rasa nyaman Rasa nyaman klien Observasi
berhubungan dengan terpenuhi dengan kriteria 1. Indentifikasi penurunan tingkat
gejala penyakit (pruritus) hasil : energi, ketidakmampuan

25
ditandai dengan pasien Pasien mengeluh nyaman, berkonsentrasi atau gejala lain yang
mengeluh tidak nyaman , tidak merasa gatal dan tidak menggangu kemampuan kognitif
mengeluh merasa gatal terlihat gelisah Rasional : mengetahui penyebab yang
dan terlihat gelisah mengganggu kemampuan kognitif
klien

Terapeutik
2. Ciptakan lingkungan tenang dan
nyaman tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruangan yang
nyaman
Rasional : suhu yang terlalu ekstrem
dapat menyebabkan peningkatan
keparahan pada gejala dermatitis

Edukasi
3. Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan dan
jenis relaksasi yang tersedia (mis
musik, relaksasi nafas dalam)
Rasional : relakasi ini dapat
meningkatkan rasa nyaman dan dapat
membantu mengalihkan rasa gatal
klien
4. Jelaskan gejala gatal berhubungan
dengan penyebabnya (misalnya kulit
kering dan prinsip terapinya (missal
hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-
garuk.
Rasional : Dengan mengetahui proses
fisiologis dan psikologis dan prinsip
gatal dan penanganannya akan
meningkatkan rasa kooperatif.

26
3. Gangguan citra tubuh Pengembangan peningkatan Observasi
berhubungan dengan penerimaan diri pada klien 1. Kaji adanya gangguan citra diri
perubahan struktur dan tercapai (menghindari kontak mata, ucapan
bentuk tubuh Dengan kriteria hasil : merendahkan diri sendiri)
( penampakan kulit yang Klien mengungkapkan Rasional : Gangguan citra diri akan
tidak bagus) ditandai perasaan penerimaan menyertai setiap penyakit dan keadaan
dengan klien yang tampak nyata bagi klien, kesan
mengungkapkan perasaan orang terhadap dirinya berpengaruh
negative tentang terhadap konsep diri
perubahan tubuh 2. Monitor frekuensi pernyataan kritik
terhadap diri sendiri
Rasional : Mengetahui seberapa sering
klien mengkritik dirinya

Terapeutik
3. Diskusikan perbedaan penampilan
fisik terhadap harga diri
Rasional : Mengetahui arti
penampilan fisik sebelum dan seduah
menderita penyakit dan hubungan nya
dengan harga diri
4. Berikan kesempatan pengungkapan
perasaan :
Rasional Klien membutuhkan
pengalaman didengarkan dan
dipahami

Edukasi :
5. Latih peningkatan penampilan diri
Rasional : membantu peningkatan
penerimaan diri
6. Mendorong sosialiasi dengan orang
lain

27
Rasional : Membantu meningkatkan
penerimaan diri dan sosialisasi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dermatitis kontak ialah peradangan pada yang terjadi dikulit karena
kontak dengan sesuatu yang dianggap asing oleh tubuh yaitu allergen dan iritan.
Dermatitis kontak ialah respon inflamasi akut ataupun kronis yang disebabkan
oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua macam
dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik,
keduanya dapat bersifat akut maupun kronis. Dermatitis iritan merupakan reaksi
peradangan kulit non imunologik disebabkan oleh bahan kimia iritan.
Sedangkan, dermatitis alergik terjadi pada seseorang yang telah mengalami
sensitisasi terhadap suatu alergen dan merangsang reaksi hipersensitivitas tipe
IV.

B. Saran
Jika memilki kulit yang sensitif, ada baiknya menggunakan sarun tangan
berbahan plastik saat mencuci pakaian menggunakan tangan untuk menghindari

28
terjadinya demratitis. Dermatitis pun ada yang basah dan ada juga yang kering
tergantung dari reaksi yang ditimbulkan alergen pada tubuh. Pengobatannya pun
menjadi berbeda sehingga perlu dibedakan masing-masing dari klasifikasi
dermatitis itu sendiri agar tidak terjadikomplikasi yang lebih berat.

DAFTAR PUSTAKA

Sloane, Ethel.2014. ANATOMI DAN FISIOLOGI untuk pemula. Jakarta : Penerbit buku
EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Web :

http://digilib.unila.ac.id/6408/5/BAB%20II.pdf diakses tanggal 01 november 2020


14.02 WIB

http://repository.unimus.ac.id/1050/3/BAB%20II.pdf diakses tanggal 01 november 2020


14.10 WIB

29
https://id.scribd.com/doc/199723970/ASKEP-Dermatitis-Alergi4.05 Diakses tanggal 15
November 2020 14.28 WIB

https://id.scribd.com/doc/75461996/Askep-Dermatitis-Kontak Diakses tanggal 15


November 2020 14.30 WIB

30

Anda mungkin juga menyukai