Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA TN. A DENGAN DERMATITIS DI RUANG MAWAR

UNIT REHABILITASI SOSIAL

Disusun Oleh :

MARIA STEPHANIA B. KLEDEN

NIM : 49702819

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANAATHA

KUPANG

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNITAS


PADA KASUS DERMATITIS

1. PENGERTIAN

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap
pengaruh factor eksogen dan atau factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
eflorensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan
gatal. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. (NANDA NIC-NOC. 2015).
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (imflamasi pada kulit) yang disertai dengan
pengelupasan kulit ari dan pembentukan sisi.

2. KLASIFIKASI
a. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi
yang menempel pada kulit. Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab
alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau
detergen.Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk,
penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak
langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya
sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa
karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
b. Neuro Dermatitis
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar
dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah
pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini
memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal.Biasanya muncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
c. Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara
kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali
diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau
orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
d. Dermatitis Stasis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi
vena) tungkai bawa. Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan
pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat,
menebal dan gatal.Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah
jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab
e. Dermatitis Atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul
gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan
(fleksural).

3. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti.Sebagian besar merupakan
respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi
makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan
dengan alergi. Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa), fisik
(sinar matahari, suhu), mikroorganisme (mikroorganisme, jamur).
b. Dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki
penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang
yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah
seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di
bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang
terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh
dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak
bagus.
4. TANDA DAN GEJALA
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut
terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada
muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi
dan eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis
sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

5. PATOFISIOLOGI

Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe


lambat.Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan fase
elisitasi.Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit
mengenal dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat
terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala
klinis.
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan
berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini
ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian
memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi
limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah
parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi
membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian
sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem
limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh.Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama
atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu
menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.
Pathway

Sabun, detergen, zat kimia allergen: s.sensitizen

Iritan primer sel langerhans & makrofag

Mengiritasi kulit Gangguan Sel T


integritas kulit

Peradangan kulit(lesi) Sensitasi sel T oleh saluran limfe Terpajang ulang

Reaksi hipersensitivitas IV

sel efektor mengeluarkan

limfokin
Risiko nyer Gangguan
infeksi i citra
tubuh
Gejala klinis: gatal, panas,

kemerahan pada kulit

Gangguan pola tidur


6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan
integument yaitu :
a. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit
yang terdapat lesi.Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada
keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada
kulit.Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut
resisten pada obat – obat tertentu.Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah
dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus.Faktor
pencahayaan memegang peranan penting.
d. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi, untuk mengetahui
apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis, untuk
mengidentifikasi respon alergi.Uji ini menggunakan bahan kimia yang
ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi local yang
ditimbulkan, apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Dermatitis kontak
1) Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis
kontak
2) Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin intermiten
3) Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
4) Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan.
5) Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena sesuai
dengan tingkat keparahannya.
b. Dermatitis atopik
1) Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin,
bahan-bahan berbulu.
2) Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim hidrofolik
urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat dengan
konsentrasi kurang dari 5%.
3) Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah intertriginos
dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah dapat diberi pada
anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid
diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral
hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan
dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-seling. Dosis diturunkan
secara tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek
samping dan bila tiba-tiba dihentikan akan timbul riebound phenomen.
4) Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam
jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sinsitisasi, tapi
pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
5) Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan
kolonis. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromesin,
asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3
x 400 mg/hari selama 10 hari atau 4 x 200 mg/hari untuk 10 hari.
c. Neurodermatitis sirkumskripta
1) Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal, pemberian
steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian
steroid topical mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak
direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan
wajah), pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang lowpoten,
pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3 minggu pada
kulit.
2) Anti-depresan atau Anti-anxiety sangat membantu pada sebagian orang
dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
3) Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal
ataupun oral.
d. Dermatitis numularis
1) Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien
2) Secara topical lesi  dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
3) Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
4) Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
e. Dermatitis statis
1) Diuretik
2) Imunosupresan
3) Istirahat
4) Kortikosteroid
5) Pelembab
6) Terapi kompresi
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur (Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua
umur sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan
wanita), alamat, tempat tanggal lahir, pendidikan, suku, agama, diagnosa medis,
jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, dan identitas keluarga yang
bertanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
Pada penderita dermatitis biasanya akan ditemukan keluhan gatal pada kulit,
suhu tubuh meningkat/demam, kemerahan, kering, edema disertai nyeri, dan
rasa terbakar pada kulit. Keluhan tersebut bisa muncul tergantung bagaimana
respon kulit dari masing-masing orang.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya penderita dengan dermatitis akan mengalami rasa gatal-gatal pada
kulit yang dapat menimbulkan lesi akibat adanya infeksi sehingga suhu tubuh
bisa meningkat/demam, kemerahan, edema disertai rasa nyeri, rasa
terbakar/panas pada kulit.Keluha-keluhan yang muncul dan tidak bisa
ditangani oleh penderita sehingga penderita harus datang ke pelayanan
kesehatan.
3) Riwayat penyakit dahulu :
Biasanya pada pasien dengan dermatitis juga bisa disebakan oleh adanya
riwayat alergi terhadap bahan-bahan tertentu, kemudian juga dilihat dari
sensitivitas kulit seseorang itu sendiri.
4) Riwayat penyakit keluarga :
Pada penderita dermatitis ditanyakan apakah ada penyakit keluarga yang sama
dengan yang dialami penderita, selain itu pada anak-anak sering ditemukan
alergi terhadap bahan tertentu yang mungkin diketahui oleh keluarganya.
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita dermatitis tidak begitu paham dengan kondisi
kesehatan terutama terhadap alergi bahan-bahan kimia yang dapat menimbulka
dermatitis. Jika penderita merasakan keluhan biasanya pasien minum obat dan
apabila penyakitnya tidak sembuh pasienpergi ke pelayanan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada penderita dermatitis bisa ditemukan nafsu makan terganggu
karena penyakit yang rasakan seperti rasa panas, demam dan nyeri bagian kulit
yang biasanya membuat nafsu makan turun tetapi tergantung dari masing-
masin idividu yang mengalami.
3) Pola eliminasi
Pada penderita dermatitis biasanya tidak ditemukan gangguan pada pola
eliminasi, kecuali dermatitis timbul pada bagian genital sehingga membuat
penderita takut untuk BAK.
4) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada penderita dermatitis tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
tetapi tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan rasa nyeri atau lokasi
sakit yang dirasakan.
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pola istirahat penderita dermatitis terjadi gangguan pola tidur
dikarenakan rasa nyeri dan rasa gatal ataupun rasa terbakar yang dialami
6) Pola hubungan dan peran
Biasanya hubungan dengan keluarga,teman dan tetangga terganggu karena
penyakitnya yang dirasakan.
7) Pola sensori dan kognitif
Biasanya pada penderita dermatitis tidak ditemukan ganngguan tetapi
tergantung dari masing-masing individu yang mengalami penyakit tersebut..
8) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pada penderita dermatitis status mental sadar, bicara normal, masih
mampu berinteraksi social .
9) Pola reproduksi dan seksual
Biasanya penderita dermaitis merasa terganggu dengan pola seksual jika
penyakit tersebut menyerang bagian genetalia
10) Pola penanggulangan stress
Biasanyapada penderita dermatitis mangatasi rasa nyeri dengan mengkonsumsi
obat anti nyeri dan karena nyeri yang dirasakan biasanya akan meningkatkan
emosi dan rasa khawatir klien tentang penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada penederita dermatitis menyebabkan malaise, demam, rasa panas
pada kulit sehingga bisa membuat rutinitas ibadah penderita terganggu.
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum penderita bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi atau
kemerahan pada kulit, dankekuatan daya tahan tubuh. TTV biasanya penderita
mengalami peningkatan suhu tubuh dan akibat nyeri yang dirasakan bisa juga
mengakibatkanpeningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, serta
peningkatan tekanan darah.
1) Pemeriksaan head to toe dengan cara Inspeksi (Melihat), Auskultasi
(Mendengar), Palpasi (Meraba), Perkusi (Mengetuk) mulai dari :
a) Kepala : Biasanya bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka
atau lesi.
b) Rambut : biasanya berwarna hitam tergantung tingkatan usia
c) Wajah : kebersihan, ada lesi/tidak ada edema/tidak, dan tidak
pucat, sianosis adanya kemerahan/tidak.
d) Mata : Konjungtiva pucat/tidak dan sklera ikterus/tidak, ada
kelainan atau tidak, serta adanaya bengkak kemerahan/tidak
e) Mulut dan gigi : Bersih/tidak, warna bibir, ada stomatitis/tidak, gigi
tidak berlubang, gusi tidak berdarah. Biasanya pada herpes terdapat lesi
pada bagian bibir akibat infeksi
f) Leher : ada kelainan atau tidak, adanya nyeri tekan/tidak,
adanya kemerahan atau tidak karena dermatitis biasa menyerang bagian
kulit manapun
g) Thorak : Irama cepat/ tidak, suara jantung normal/tidak, ada
tidak bunyi tambahan nafas. Tidak ada masa/ benjolan,ada nyeri tekan
atau tidak.
h) Abdomen : Ada atau Tidak luka bekas operasi, distensi abdoen
atau tidak, kembung atau tidak, warna, kebersihan.
i) Genetalia : Apakah ada varises, bersih, adanynya nyeri tekan atau
tidak, edema/tidak. Biasanya pada dermatitis yang menyerang genital
mengalami kelainan seperti warna kemerahan serta adanya rasa nyeri
j) Rectum : Bersih/tidak, tidak ada edema,
Adanya tanda- tanda insfeksi/tidak).
k) Ekstrimitas : Edema/tidak, adanya varises/tidak, sianosis, CRT
kembali normal/tidak
l) Integumen : biasanya pada dermatitis akan ditemukan radang akut
terutama priritus (sebagai pengganti dolor),   kemerahan (rubor),
gangguan fungsi kulit (function laisa), terdapat Vesikel-veikel
fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar, terdapat bula
atau pustule, hiperpigmentai tau hipopigmentasi.Adanya nyeri tekan,
edema atau pembengkakan, serta kulit bersisik
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada penyakit dermatitis
diantaranya :
a. Nyeri akut berhubungan dengan lesi pada kulit
b. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
3. Rencana Tindakan Keperawatan

No DIAGNOSIS NOC NIC


dx KEPERAWATAN
1 Nyeri Control nyeri : Manajemen nyeri:
Setelah dilakukan 1. Mengenali 1. Berikan tindakan
tindakan keperawatan kapan nyeri nyaman, misalnya
selama 3x24 jam terjadi. pijatan punggung,
diharapkan nyeri bisa 2. Menggunakan ciptakan lingungan
teratasi. tindakan yang tenang.
Kriteria Hasil: pengurangan 2. Kolaborasi
1. Pasien tampak nyeri tanpa pemberian obat
rileks. analgesic. nyeri.
2. Pasien mampu 3. Menggunakan 3. Ajarkan tekhnik
tidur/istirahat analgesisk yang relaksasi, distraksi .
dengan tenang. direkomendasik 4. Kontrol lingkungan
3. Pasien tidak gelisah, an. yang dapat
tidak merintih 4. Melaporkan mempengaruhi
gejala yg tidak nyeri seperti suhu,
terkontrol. pencahayaan dan
kebisingan.
5. Anjurkan untuk
meningkatkan
istirahat.
6. Monitor tanda-
tanda vital

2 Gangguan Integritas 1. Monitor warna kulit 1. Mengetahui


Kulit 2. Monitor adanya infeksi perubahan warna
Setelah dilakukan 3. Monitor temperatur kulit
tindakan keperawaan kulit 2. Mengetahui infeksi
selama ... x 24 jam, 4. Jaga kebersihan kulit yang terjadi
integritas kulit klien agar tetap bersih dan 3. Mengetahui
dapat membaik dengan kering kelembaban kulit
kriteria hasil : 5. Anjurkan klien untuk 4. Mempermudah
menggunakan pakaian proses
1. Tissue Integrity : longgar penyembuhan
Mucous Membran 6. Monitor status nutrisi 5. Agar kulit dapat
Temperatur jaringan klien mendapatkan udara
baik 7. Oleskan lotion pada yang cukup
2. Sensasi baik daerah yang tertekan 6. Agar kebutuhan
3. Hidrasi baik akan nutrisi
4. Tidak ada lesi atau tercukupi
luka 7. Untuk mengurangi
infeksi pada kulit

4. Implementasi
Dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun
5. Evaluasi
Hasil akhir setelah proses keperawatan dilaksanakna
a. Nyeri teratasi, pasien tampak rileks.pasien mampu tidur/istirahat dengan
tenang, pasien tidak gelisah, tidak merintih
b. Integritas kulit klien dapat membaik mucous membran temperatur jaringan
baiksensasi baik, hidrasi baik tidak ada lesi atau luka
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda S, Sularsito. (2015). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31.
Gulanick, Meg and Judith L. Myers. Nursing Care Plans Diagnoses, Interventions and
Outcomes. 7 th Edition. St Louis: Mosby Elsevier.
Herdman,T.H., 2012.NANDA I Nursing Diagnosis : Difinition and Clasification 2012-2014.
St Louis: Mosby Elsevier.
Herdman, T.Heather. 2015. NANDA International Inc Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC

Kowalak, Jenifer.2011.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta: EGC

Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis dan
Nanda Nic-Noc Edisi Revisi. Jogjakarta:Mediction.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.


Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan SistemIntegumen.Jakarta: Nuha Medik

Williams & Wilkins, 2011. Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Penerjemah
Paramita. Jakarta Barat : PT Indeks.

Anda mungkin juga menyukai