Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DERMATITIS

Disusun Oleh :
Dini Dinanti (2018.1235)

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II


Nama Dosen Pembimbing : Ns. Sumitro Adi Putra, S.Kep, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN LAHAT
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan dengan Dermatitis” ini dengan lancar. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal
Medah II.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari
buku panduan, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan “Asuhan
Keperawatan dengan Dermatitis “ tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar
mata kuliah “Keperawatan Medikal Bedah II” atas bimbingan dan arahan dalam penulisan tugas,
juga kepada rekan- rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.

Saya harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Saya menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Lahat, Juni 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER HALAMAN DEPAN


KATA PENGANTAR ............................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................
A. Definisi ............................................................................................
B. Etiologi ............................................................................................
C. Manifestasi Klinis ............................................................................................
D. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................
E. Penatalaksanaan ............................................................................................
F. Pathway ............................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................................
1. Pengkajian ............................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................................
3. Intervensi Keperawatan ............................................................................................
4. Implementasi & Evaluasi ............................................................................................
BAB IV PENUTUP ............................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................
B. Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan bentuk
khusus dari dermatitis. Beberapa ahli menggunakan kata ekzema untuk menjelaskan
inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk ekzema
adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis
seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga 5% dari penduduk.
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit
tampak meradang dan iritasi.Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling
sering terkena adalah tangan dan kaki.Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah
eksim atopik atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak
terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan
menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita
seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan
baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah
gatal.Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala
kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak
menutup kemungkinan kemerahan muncul di daerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada orang
kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah menjadi
cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan mempengaruhi
pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau lebih gelap.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat makalah yang berjudul
“Makalah Asuhan Keperawatan Pada klien dengan Dermatitis”.

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari dermatitis?
2. Bagaimana etiologi dari dermatitis?
3. Apa saja klasifikasi dari dermatitis?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari dermatitis?
5. Bagaimana patofisiologi dermatitis?
6. Bagaimana pathway dari dermatitis?
7. Bagaimana penatalaksanaannya?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dermatitis?

C. TUJUAN
a) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu sebagai calon perawat yang professional diharapkan mengerti dan
memahami konsep Dermatitis, serta mampu memberikan asuhan keperwatan yang tepat.
b) Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Dermatitis.
2. Mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien Dermatitis.
3. Mampu membuat diagnosa keperawatan pada pasien Dermatitis.
4. Mampu membuat intervensi atau rencana keperawatan pada pasien Dermatitis.
5. Mampu membuat implementasi atau tindakan keperawatan pada pasien Dermatitis.
6. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien Dermatitis.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (inflamasi pada kulit) yang disertai dengan
pengelupasan kulit ari.
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). 
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti
tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala  Dermatitis yang muncul
dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda.

B. Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui.Sebagian besar merupakan
respon kulit terhadap agen-agen, misaknya zat kimia, protein, bakteri dan fungus.Respon
tersebut dapat berhubungan dengan alergi.Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh
yang di dapat dan spesifik untuk bereaksi.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh: detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya: bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. 
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim.Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda
pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi
infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit
infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada
kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan
selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.
C. Manifestasi Klinis
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau
pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).
Obyektif, biasanya batas kelainan tidak terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara
serentak atau beturut-turut.Pada permulaan eritema dan edema.Edema sangat jelas pada
kulit yang longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia
eksterna.Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis basah berarti terdapat eksudasi.Disana-sini terdapat sumber dermatitis,
artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian
membesar.Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai infeksi.
Dermatitis sika (kering) berarti tdiak madidans bila gelembung-gelumbung mongering
maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Pada stadium tersebut terjadi
deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai
sekuele telihat hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
b. Urin : pemerikasaan histopatologi
2. Penunjang (pemeriksaan Histopatologi)
 

Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena


gambaran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain. Pada
dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema interseluler (spongiosis),
terbentuknya vesikel atau bula, dan pada dermis terdapat dilatasi vaskuler disertai
edema dan infiltrasi perivaskuler sel-sel mononuclear. Dermatitis sub akut menyerupai
bentuk akut dengan terdapatnya akantosis dan kadangkadang parakeratosis. Pada
dermatitis kronik akan terlihat akantosis, hiperkeratosis, parakeratosis, spongiosis
ringan, tidak tampak adanya vesikel dan pada dermis dijumpai infiltrasi perivaskuler,
pertambahan kapiler dan fibrosis. Gambaran tersebut merupakan dermatitis secara
umum dan sangat sukar untuk membedakan gambaran histopatologik antara dermatitis
kontak alergik dan dermatitis kontak iritan.
Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen,
seperti dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin intrakutan, tampak
sejumlah besar sel langerhans di epidermis.Saat itu antigen terlihat di membran sel dan
di organella sel Langerhans.Limfosit mendekatinya dan sel Langerhans menunjukkan
aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang membawa antigen akan tampak
didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlahnya di epidermis berkurang.
Pada saat yang sama migrasinya ke kelenjar getah bening setempat meningkat. Namun
demikian penelitian terakhir mengenai gambaran histologi, imunositokimia dan
mikroskop elektron dari tahap seluler awal pada pasien yang diinduksi alergen dan
bahan iritan belum berhasil menunjukkan perbedaan dalam pola peradangannya.

E. Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian
topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik.
Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen.Ini mungkin disebabkan
karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal
pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel Langerhans,
sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya.Juga menghalangi
pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T dihambat. Efek
imunomodulator ini meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis
kontak dengan demikian efek terapetik. Jenis yang dapat diberikan adalah
hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara pemakaian topikal
dengan menggosok secara lembut.Untuk meningkatan penetrasi obat dan mempercepat
penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam
setiap hari.Perlu diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit
dan erupsi akneiformis.
2. Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak
melalui sistem imun.Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel
Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum
tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor.Paparan ultraviolet di kulit
mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR),
sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya.Kombinasi 8-methoxy-psoralen
dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis. Secara imunologis
dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah sel
Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi mononuklear. Fase induksi
dan elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui mekanisme yang diperantarai TNF maka
jumlah HLA- DR + dari sel Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel
Langerhans menjadi tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada
keratinosit dan sel Langerhans.
3. Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas
kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek minimal,
mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis
atau dermis.
4. Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus, E.
koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat diberikan
antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam
bentuk topikal.
5. Imunosupresif topikal
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus) dan
SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui
penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap
sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi peradangan kulit dengan tidak
menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981 merupakan
derivat askomisin makrolatum yang berefek anti inflamasi yang tinggi. Pada
konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-propionat
0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-valerat 0,1%,
namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%. Efek
anti peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik dan penggunaan secara
topikal sama efektifnya dengan pemakaian secara oral.
6. Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya.Ada
yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin.Tapi ada
juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan
histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.
F. PATHWAY

Fisik (sinar,suhu) Dermatitis Factor yang


Mikroorganisme menghubungkan
(bakteri,jamur)  Genetik
 Lingkungan
 Farmakologik
Faktor dari luar Faktor dari dalam  imunologik
(eksogen) (endogen)

Berhunungan dengan
peningkatan kadar igE
Dermatitis kontak Dermatitis atopik dalam serum
(sabun,deterjen,zat
kimia)

Allergen sensitizen Iritasi primer Asma bronchial,


rhinitis alergi

Sel langerhans dan Mengiritasi kulit Ketidakefektifan pola


makrofag nafas

Sel T
Peradangan kulit Kerusakan integritas
(lesi) kulit
Sensitisasi sel T oleh
saluran limfe

Nyeri akut Gangguan citra


Reaksi
Resiko infeksi tubuh
hipersensitivitas IV
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. G DENGAN DERMATITIS


DI RSUD DR. H.M.RABAIN MUARA ENIM

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama : Tn. G
Umur : 34 Thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jln. Serasan No. 24
Diagnosa Medis : Dermatitis

Identitas penanggung jawab


Nama : Ny.S
Umur : 33 Thn
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Serasan No. 24
Hubungan dengan pasien : Istri

2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama.
pasien mengeluh gatal- gatal yang dapat menimbulkan lesi, ada bercak-bercak
merah dikulitdan disertai nyeri
B. Riwayat penyakit sekarang
pasien datang ke RSUD Lahat di antar oleh keluarga pada tanggal 29 mei 2020
dengan keluhan gatal- gatal dan nyeri Tn.Cmengatakan suhu meningkat di alami
2 hari yang lalu sebelum masuk RSUD Lahat
C. Riwayat penyakit dahulu
pasien mengatakan sudah pernah mengalami penyakit seperti ini
D. Riwayat penyakit keluarga
keluargapasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
yang sama seperti yang dialami pasien
E. Genogram

Keterangan
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
------> = Tinggal serumah
X = Meninggal

F. Pengkajian keluhan dasar pasien


1. Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit kegiatan sehari-hari bekerja maih stabil. Saat di kaji klien
mengatakan gatal dan nyeri.Klien tampak terbaring lemah di tempat tidur
2. Istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien tidur malam + 9 jam dan tidur siang + 2 jam saat dikaji
klien mengatakan tidur malam + 7 jam karena klien sering terbangundi saat
malam hari
3. Kenyamanan dan nyeri
klien mengatakan sering merasa gatal dan nyeri
4. Nutrisi
Sebelum saakit pola makan pasien bagus tapi saat di RSUD pasien tidak nafsu
makan, porsi yang di habiskan hanya ½ porsi yang di sediakan RSUD
5. Cairan eliktrolit
pasein mengatakan saat sakit pola minum pasien baikOksigenesi
Ibu pasien mengatakan anaknya memeiliki riwayat sesak nafas
6. Eliminasi
Tidak ada masalah
G. Pemeriksaan fisik
1. Keluhan utama
Saat di lakukan pemeriksaan fisik didapat hasil
TD : 130/90 mmHg BB : 60 kg
N : 98x/m S : 37,8ºC
RR : 22x/m

2. Kepala
Bentuk kepala mesocepal, tidak ada jejas, rambut hitam bersih, keadaan mata
konjungtiva tidak anemis,seklera aniterik, hidung tidak tampak adanya abses
ataupun luka dan tidak ada gangguan pada pendengaran, keadaan mulut bibir
kering,tidak ada stomatitis, tidak ada gigi berlubang, Leher Tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid

3. Dada
a. Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi dada
Palpasi : teraba getar vokal fremitus
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler tidak ada suara tambahan
b. Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : teraba ictus cordis
Perkusi : redup
Auskultasi : S1 S2 reguler
c. Abdomen
Inspeksi : tidak tampak oedema
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 20x/m
d. Kulit
Warna : kemerahan (rubor)
Tekstur :kasar,tebal dan tipis
Kelembaban :kering atau lembab
Temperatur :dingin,hangat dan panas.
e. Ektermitas
Atas : terpasang infus pada tangan kanan RL 10 tts/m,
Bawah : tidak tampak oedema ataupun luka
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Hari/Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Darah Rutin
Hb 11,8 gr%
Leukosit 4,400/ mm3
Selasa, 23 LED 42/ jam
Januari 2020 Diff Counter 0/1/1/82/14/2

b. Pemeriksaan lain (EEG, USG, CT SCAN )


Tidak dilakukan

4. Program terapi
1. Amoxcillin 3x500mg/ 3x 1 tablet
2. Bedak salicil bila terasa gatal
3. Injecti Xilomidon 1 cc
4. Ctm 2x 4 mg/ 2x 1 tablet

Analisa data
No Data Etiologi Problem
1. DS : Dermatitis kontak Kerusakan
Klien mengatakan gatal- gatal ( sabun, deterjen, zat Integritas kulit
pada kulit dan timbul bercak- kimia )
bercak merah yang sangat
gatal Iritasi primer

DO :
Mengiritasi
 K/U lemah
 Tampak gelisah
 TD :130/90mmHg Kerusakan Integritas
Kulit
 BB : 60 kg
 N :98x/m
 S : 37,8ºC
 RR :22x/m

2. DS : Dermatitis kontak Nyeri akut


( sabun, deterjen, zat
Klien mengatakan nyeri pada
kimia )
bercak- bercak kemerahan
dikulit
Iritasi primer
DO :

 K/U Lemah Mengiritasi


 Skala nyeri 2
 Tampak meringis
Peradangan kulit(lesi)
 TD :130/90mmHg
 BB : 60 kg
 N :98x/m
Nyeri akut resiko
 S : 37,8ºC
infeksi
 RR :22x/m

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan reaksi peradangan
2. Kerusakan  integritas kulit berhubungan dengan lesi permukaan kulit
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
Nyeri b/d reaksi NOC : NIC:
peradangan Tujuan : 1. Berikan tindakan nyaman, misalnya
pijatan punggung, ciptakan
Setelah dilakukan tindakan lingungan yang tenang.
keperawatan selama 3x24 jam 2. Kolaborasi pemberian obat nyeri.
diharapkan nyeri bisa teratasi. 3. Ajarkan tekhnik relaksasi, distraksi
Kriteria Hasil: 4. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu,
1. Pasien tampak rileks. pencahayaan dan kebisingan.
2. Pasien mampu tidur/istirahat 5. Anjurkan untuk meningkatkan
dengan tenang. istirahat.
3. Pasien tidak gelisah, tidak 6. Monitor tanda-tanda vital
merintih

Kerusakan NOC : NIC :


integritas kulit Tujuan : 1. kaji tingkat kerusakan kulit
b.d lesi Setelah dilakukan tindakan 2. Hindari bahan bahan iritasi.
permukaan keperawaan selama 3 x 24 jam, 3. Rendam bagian luka dengan air
integritas kulit klien dapat membaik
kulit dingin atau kompres.
dengan kriteria hasil :
4. Berikan lotion atau salep yang
1. Tissue Integrity : Mucous
sesuai dengan instruksi dokter.
Membran Temperatur jaringan
baik 5. Jaga kebersihan kulit agar tetap
2. Sensasi baik bersih dan kering
3. Hidrasi baik 6. Anjurkan klien untuk
4. Tidak ada lesi atau luka menggunakan pakaian longgar

D. Implementasi dan evaluasi

No Hari/Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD


/Jam
1. Rabu/ Nyeri b.d reaksi 1. Menciptakan S:
lingkungan yang
24-01- peradangan klien mengatakan
tenang.
2020/ 2. Mengajarkan masih nyeri pada
tekhnik relaksasi,
08.00 bercek-bercak merah
distraksi .
3. Mengontrol dikulit
lingkungan yang
O:
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu,  K/U Lemah
pencahayaan dan
kebisingan.  Skala nyeri 2
4. Menganjurkan untuk  Tampak meringis
meningkatkan
istirahat.  TD:130/90mmHg
5. Memonitor tanda-
 BB : 60 kg
tanda vital
6. Berkolaborasi  N : 98x/m
pemberian obat
nyeri.  S : 37,8ºC
 RR : 22x/m
A : Masalah belum teratasi
P :intervensi dilanjutkan
2. Rabu/ Kerusakan 1. Mengkaji tingkat S :
24-01- integritas kulit kerusakan kulit Klien mengatakan
2020/ b.d lesi 2. Menghindari bahan gatal- gatal pada kulit
10.00 permukaan bahan iritasi. dan timbul bercak-
kulit 3. Mengompres bagian bercak merah yang
luka. sangat gatal
4. Memberikan lotion O :
atau salep yang  K/U lemah
sesuai dengan  Tampak gelisah
instruksi dokter.  TD:130/90mmHg
5. Menjaga kebersihan  BB : 60 kg
kulit agar tetap  N :98x/m
bersih dan kering
 S : 37,8ºC
6. Menganjurkan klien
 RR :22x/m
untuk menggunakan
A: Masalah belum teratasi
pakaian longgar
P:Intervensi dilanjutkan

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan pada kulit (inflamasi pada kulit) yang disertai dengan
pengelupasan kulit ari.
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). 
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti
tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala  Dermatitis yang muncul
dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda.
B. Saran
Pemberian asuhan keperawatan harus dissesuaikan dengan respon dan kondisi
pasien, begitu pula dengan pasien Dermatitis. Maka diharapkan bagi seorang perawat
untuk lebih memahami serta menambah pengetahuan lebih dalam lagi akan
perkembanagan Dermatitis sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai
dengan tahap perkembangan pasien serta kebutuhan pasien yang belum terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA
Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai