Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN SISTEM INTEGUMEN

PENYAKIT SELULITIS

Dosen Pembimbing :

Iis Fatimawati S, S.Kep.,Ns,M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2017
KEPERAWATAN SISTEM INTEGUMEN

PENYAKIT SELULITIS

Disusun Oleh:

1. Farida Ayu Isdya Putri (1510014)


2. Fernanda Wike Widyaswara (1510018)
3. Rizky Novitasari Suherman (1510048)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2017
1. DEFINISI

Selulitis merupakan infeksi bakteri berdapat pada jaringan subkutan pada


orang yang mempunyai imunitas normal biasanya disebabkan oleh
streptococcus pyrogenes. Selulitis streptococcus atau Erisipelas merupakan
supervisial tepinya berbatas tegas. Pada anak-anak Haemophilus influenza
merupakan penyebab dari selulitis yang berhubungan dengan otitis media
ipsilateral.

Robin Graham Brown, 2005 mengatakan Selulitis sering terjadi pada


tungkai yang merupakan pintu masuk bakteri. Sedangkan Erisipelas terjadi
didaerah muka. Bakteri penyebab selulitis bisa masuk kedalam kulit melalui
lecet-lecet ringan atau retakan kulit pada jari kaki yang terkena pada tinia
pedis. Faktor predisposisi yang sering adalah edema tungkai yang banyak
didapatkan pada orang tua.

Selulitis yang berasal dari kata ‘’cellule” yaitu susunan tingkat sel dan kata
“itis” yaitu peradangan. Selulitis berarti adanya peradangan terdapat pada
suatu tingkatan sel atau juga bisa diartikan suatu kelainan kulit berupa
infiltrate yang menyebar didaerah subcutan dengan tanda-tanda radang akut,
bisanya disebabkan oleh bakteri Saureus atau streptococcus (Muttaqin, 2011)

Dalam juranl penelitian Selulitis diartiakn sebagai infeksi bakteri akut


pada dermis dan jaringan subcutan yang ditandai dengan lesi kemerahan
berbatas tidak jelas dan disertai tanda-tanda radang yang biasanya ditandai
dengan demam, rasa nyeri disertai pembesaran kelenjar getah bening.

2. KLASIFIKASI
a. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia
fasial, yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous,
konsistensinya sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan
ruang anatomi atau spasia yang terlibat.

b. Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut


Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya
infeksi bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen.
Penamaan berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat
yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi membatasi penyebaran
infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol infeksi.

c. Selulitis Difus Akut


Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
1. Ludwig’s Angina
2. Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
3. Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal
4. Selulitis Fasialis Difus
5. Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
6. Selulitis Kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena
terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya
terjadi pada pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak
mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.
7. Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina
Ludwig’s . Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang
mengenai spasia sublingual, submental dan submandibular bilateral,
kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal (Berini, Bresco &
Gray, 1999 ; Topazian, 2002).
Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya
mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.

3. ETIOLOGI

a. Infeksi bakteri dan jamur :


1) Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureusØ
2) Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup
B
3) Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkanØ jamur termasuk
jarang Aeromonas Hydrophila.
4) S. Pneumoniae (Pneumococcus)
b. Penyebab lain :
1) Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
2) Kulit kering
3) Eksim
4) Kulit yang terbakar atau melepuh
5) Diabetes
6) Obesitas atau kegemukan
7) Pembekakan yang kronis pada kaki
8) Penyalahgunaan obat-obat terlarang
9) Menurunnyaa daya tahan tubuh
10) Cacar air
11) Malnutrisi
12) Gagal ginjal

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap


diagnosis (yang meliputi anamnesis,uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus
selulitis yang belum mengalami komplikasi yang mana keriterianya seperti :
a. Daerah penyebaran belum luas
b. Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri
c. Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi,
tachypnea, tachycardia,hypotensi.
d. Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah
parah seperti : Umur yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah.

Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk
melakukan diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan
melakukan pemeriksaan lab seperti :
a. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-
rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi
bakteri.
b. BUN level
c. Creatinine level
d. Culture darah
e. Pembuangan luka
1) Immunofluorescence : Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang
dimana dapat membantu menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur
cellulites negative, tapi teknik ini jarang digunakan.
2) Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi
cellulites yang parah. Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing
fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses
pada subkutaneus

5. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi selulitis yang disebabkan oleh bakteri stapilokokus aureus,


Streptococcus grup A dan streptococcus piogenes yaitu :

a. Peradangan subkuratif sampai dijaringan subkutis


b. Mengenai pembuluh limfe permukaan
c. Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas

Manifestasi selulitis

a. Malaise
b. Demam
c. Menggigil
d. Eritwan local
e. Tanda-tanda radang akut pada kulit
f. Nyeri
g. Edema, vesikel, dan bula
6. KOMPLIKASI
a. Bakteremia
b. Nanah atau local Abscess
c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
d. Lymphangitis
e. Trombophlebitis
f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan
meningitis sebesar 8%.

7. PENATALAKSANAAN
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah
leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan
adanya infeksi bakteri.
2) BUN level
3) Creatinin level
4) Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
5) Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas
pada daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area
abses atau terdapat bula.
Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum
memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak
tersasa sakit, tidak ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea,
takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.
b. Pemeriksaan Imaging
1) Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak
lengkap (seperti kriteria yang telah disebutkan).
2) CT (Computed Tomography)
Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan
saat tata kilinis menyarankan subjucent osteomyelitis.
Jika sulit membedakan selulitis dengan necrotizing fascitiis,
makapemeriksaan yang dilakukan adalah :
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sangat membantu pada diagnosis infeksi selulitis akut yang parah,
mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis
dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
8. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

Pengkajian Keperawatan
Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,
bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat.

Riwayat penyakit
Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil
dan malaise.

Riwayat penyakit dahulu


Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap
penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.

Riwayat penyakit sekarang


Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna merah,
terasa lembut, bengkak, panas, terasa nyeri tekan, kulit menegang, tampak seperti
kulit jeruk yang mengelupas, terdapat lesi, adanya nanah

Riwayat penyakit keluarga


Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau
penyekit kulit lainnya.

Keadaan emosi psikologi


Pasien tampak tenang,dan emosional stabil.

Keadaan social ekonomi


Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
TD : Menurun (< 120/80 mmHg).
Nadi : Turun (< 90).
Suhu : Meningkat (> 37,50).
RR : Normal.

Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak.


Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+).
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping.
Mulut : Kebersihan, tidak pucat.
Telinga : Tidak ada serumen.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar.
Jantung : Denyut jantung meningkat.
Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas.
Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di
suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak,
dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d’orange). Pada kulit yang
terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar
berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
F. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri b/d respon inflamasi lokal jaringan subkutan
2. Hipertermi b/d proses infeksi/inflamasi sistemik
3. Kerusakan integritas jaringan kulit b/d respon inflamasi local dan
nekrotik jaringan subkutis
G. Perencanaan keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Dx. Nyeri b/d respon Setelah dilakukan keperawatan O
selama 1X24 jam diharapkan nyeri 1. Observasi keadaan umum pasien 1. Untuk mengetahui keadaan
inflamasi lokal saraf
pasien berkurang, dengan KH: (Kaji nyeri dengan pendekatan umum pasien, mengetahui
perifer kulit 1. Secara subjektif melaporkan nyeri PQRST) sejauh mana intervensi yang
diperlukan dan sebagai
berkurang atau dapat diadaptasi.
evaluasi keberhasilan dari
Skala 0-1 (0-4) intervensi manajemen nyeri
keperawatan yang telah
2. Dapat mengidentifikasi aktivitas
dilakukan.
yang meningkatkan atau M
2. Lakukan manajemen nyeri 2. Meningkatkan asupan
menurunkan nyeri.
keperawatan oksigen ke jaringan yang
3. Pasien tidak gelisah - Atur posisi fisiologis dan mengalami peradangan dan
memobilisasi ekstrimitas yang meningakatkan integritas
mengalami selulitis jaringan yang bertujuan
- Istirahatkan pasien dan lakukan untuk menurnkan respon
kompres nyeri
E
3. Jelaskan dan bantu pasien dengan 3. Untuk meningkatkan suplai
tindakan pereda nyeri non oksigen sehinggga dapat
farmakologi dan non infasif (ajarkan menurunkan nyeri sekunder
teknik relaksasi progresif) dari peradangan

K
4. Kolaborasi dengan dokter untuk 4. Untuk mengurangi nyeri dan
pemberian analgetik dan antibiotik mengatasi selulitis
2 Hipertermi b/d proses Setelah dilakukan keperawatan O:
selama 1X24 jam diharapkan suhu 1. Observasi TTV (TD, Suhu, Nadi, 1. Untuk menunjukkan status
infeksi/inflamasi
tubuh menurun, dengan KH: RR) sirkulasi tubuh
sistemik 1. Suhu tubuh 36,50C – 37,50C
2. TTV dalam batas normal M:
TD : 120/80 mmHg 2. Monitor intake dan output setiap 8 2. Menunjukkan status hidrasi
Nadi : 60- jam
RR : 16-20 X/menit 3. Pertahankan ventilasi udara yang 3. Untuk membantu
Suhu : 36,50C – 37,50C cukup di ruangan menurunkan suhu tubuh
3. Intake-output seimbang
4. Berikan kompres hangat 4. Untuk membantu
menurunkan suhu tubuh

E:
5. Anjurkan banyak minum bila tidak 5. Mengganti cairan tubuh yang
ada kontraindikasi hilang akibat dari
peningkatan laju
metabolisme tubuh
6. Anjurkan pasien menggunakan 6. Untuk memberikan rasa
pakaian yang tipis dan menyerap nyaman dan mempercepat
keringat proses penurunan suhu tubuh
Anjurkan pasien untuk bedrest total 7. Aktivitas yang berlebihan
dapat meningkatkan
metabolisme tubuh sehingga
suhu semakin meningkat.
3. Kerusakan integritas Setelah dilakukan keperawatan O
1. Observasi TTV ( ukuran luka, 1. Memberikan informasi dasar
jaringan kulit b/d selama 3 X 24 jam diharapkan
warna, kedalaman luka, perhatikan tentang kebutuhan
respon inflamasi terdapat perbaikan integritas kulit
jaringan nekrotik dan kondisi sekitar penanaman kulit dan
local dan nekrotik dengan KH:
luka) kemungkinan petunjuk
jaringan subkutis 1. Menunjukkan regenerasi jaringan
tentang sirkulasi pada area
2. Mencapai penyembuhan tepat
luka infeksi.
pada waktunya
M
2. Tinggikan area infeksi bila 2. Untuk menurunkan
mungkin/tepat. pembengkakan.
E
3. Anjurkan pasien memperrtahankan 3. Gerakan jaringan area infeksi
posisi yang diinginkan dan dapat mengubah posisi yang
imobilisasi area bila diindikasikan mempengaruhi penyembuhan
optimal.
K
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian 4. Untuk terapi farmakologi
antibitik selulitis
H. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah intelektual untuk melengkapi proses keperawatanyang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaan sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi
adalah masalah dapat diatasi masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi,
atau timbul masalah yang baru. Evaluasi dilakukan yaitu evaluasi proses dan
hasil. Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan
terhadap tindakan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada
akhir tindakan keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada
pada tujuan. Berdasarkan pasien dengan diagnose diatas hal-hal yang perlu
dievaluasi adalah :
1. Terjadi penurunan respon nyeri
2. Suhu tubuh dalam rentang normal dan pasien merasa nyaman
3. Peningkatan integritas jaringan kulit
DAFTAR PUSTAKA

Sari, K dan Muttaqin, A.2012.Asuhan Keperawatan Sistem Integumen. Jakarta:


Salemba Medika

andravita f mitaart heri e, j. Pandaleke dalam jurnal biomedik selulitis dengan


ulkus varikosum.

Graham, Brown. 2005. Dermatologi Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai