PENYAKIT SELULITIS
Dosen Pembimbing :
PENYAKIT SELULITIS
Disusun Oleh:
Selulitis yang berasal dari kata ‘’cellule” yaitu susunan tingkat sel dan kata
“itis” yaitu peradangan. Selulitis berarti adanya peradangan terdapat pada
suatu tingkatan sel atau juga bisa diartikan suatu kelainan kulit berupa
infiltrate yang menyebar didaerah subcutan dengan tanda-tanda radang akut,
bisanya disebabkan oleh bakteri Saureus atau streptococcus (Muttaqin, 2011)
2. KLASIFIKASI
a. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia
fasial, yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous,
konsistensinya sangat lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan
ruang anatomi atau spasia yang terlibat.
3. ETIOLOGI
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk
melakukan diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan
melakukan pemeriksaan lab seperti :
a. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-
rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi
bakteri.
b. BUN level
c. Creatinine level
d. Culture darah
e. Pembuangan luka
1) Immunofluorescence : Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang
dimana dapat membantu menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur
cellulites negative, tapi teknik ini jarang digunakan.
2) Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi
cellulites yang parah. Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing
fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses
pada subkutaneus
5. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi selulitis
a. Malaise
b. Demam
c. Menggigil
d. Eritwan local
e. Tanda-tanda radang akut pada kulit
f. Nyeri
g. Edema, vesikel, dan bula
6. KOMPLIKASI
a. Bakteremia
b. Nanah atau local Abscess
c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
d. Lymphangitis
e. Trombophlebitis
f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan
meningitis sebesar 8%.
7. PENATALAKSANAAN
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah
leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan
adanya infeksi bakteri.
2) BUN level
3) Creatinin level
4) Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
5) Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas
pada daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area
abses atau terdapat bula.
Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum
memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak
tersasa sakit, tidak ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea,
takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.
b. Pemeriksaan Imaging
1) Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak
lengkap (seperti kriteria yang telah disebutkan).
2) CT (Computed Tomography)
Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan
saat tata kilinis menyarankan subjucent osteomyelitis.
Jika sulit membedakan selulitis dengan necrotizing fascitiis,
makapemeriksaan yang dilakukan adalah :
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sangat membantu pada diagnosis infeksi selulitis akut yang parah,
mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis
dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
8. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
Pengkajian Keperawatan
Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,
bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat.
Riwayat penyakit
Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil
dan malaise.
K
4. Kolaborasi dengan dokter untuk 4. Untuk mengurangi nyeri dan
pemberian analgetik dan antibiotik mengatasi selulitis
2 Hipertermi b/d proses Setelah dilakukan keperawatan O:
selama 1X24 jam diharapkan suhu 1. Observasi TTV (TD, Suhu, Nadi, 1. Untuk menunjukkan status
infeksi/inflamasi
tubuh menurun, dengan KH: RR) sirkulasi tubuh
sistemik 1. Suhu tubuh 36,50C – 37,50C
2. TTV dalam batas normal M:
TD : 120/80 mmHg 2. Monitor intake dan output setiap 8 2. Menunjukkan status hidrasi
Nadi : 60- jam
RR : 16-20 X/menit 3. Pertahankan ventilasi udara yang 3. Untuk membantu
Suhu : 36,50C – 37,50C cukup di ruangan menurunkan suhu tubuh
3. Intake-output seimbang
4. Berikan kompres hangat 4. Untuk membantu
menurunkan suhu tubuh
E:
5. Anjurkan banyak minum bila tidak 5. Mengganti cairan tubuh yang
ada kontraindikasi hilang akibat dari
peningkatan laju
metabolisme tubuh
6. Anjurkan pasien menggunakan 6. Untuk memberikan rasa
pakaian yang tipis dan menyerap nyaman dan mempercepat
keringat proses penurunan suhu tubuh
Anjurkan pasien untuk bedrest total 7. Aktivitas yang berlebihan
dapat meningkatkan
metabolisme tubuh sehingga
suhu semakin meningkat.
3. Kerusakan integritas Setelah dilakukan keperawatan O
1. Observasi TTV ( ukuran luka, 1. Memberikan informasi dasar
jaringan kulit b/d selama 3 X 24 jam diharapkan
warna, kedalaman luka, perhatikan tentang kebutuhan
respon inflamasi terdapat perbaikan integritas kulit
jaringan nekrotik dan kondisi sekitar penanaman kulit dan
local dan nekrotik dengan KH:
luka) kemungkinan petunjuk
jaringan subkutis 1. Menunjukkan regenerasi jaringan
tentang sirkulasi pada area
2. Mencapai penyembuhan tepat
luka infeksi.
pada waktunya
M
2. Tinggikan area infeksi bila 2. Untuk menurunkan
mungkin/tepat. pembengkakan.
E
3. Anjurkan pasien memperrtahankan 3. Gerakan jaringan area infeksi
posisi yang diinginkan dan dapat mengubah posisi yang
imobilisasi area bila diindikasikan mempengaruhi penyembuhan
optimal.
K
4. Kolaborasi dengan dokter pemberian 4. Untuk terapi farmakologi
antibitik selulitis
H. Evaluasi Keperawatan