Anda di halaman 1dari 16

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PERSIAPAN PASIEN

BRONKOSKOPI

PENGERTIAN
Bronkhoskopi adalah pemeriksaan visual jalan nafas atau saluran pernafasan paru yaitu
bronkus.
Fiber optic bronkhoskopi merupakan alat berupa tabung yang tipis panjang dengan
diameter 5-6 mm, merupakan saluran untuk tempat penyisipan peralatan tambahan yang
digunakan untuk mendapatkan sample dahak ataupun jaringan. Biasanya, 55 cm dari total
panjang FOB mengandung serat optic yang memancarkan cahaya. Ujung distal FOB
memiliki sumber cahaya yang dapat memperbesar 1200 dari 1000 lapangan pandang yang
diproyeksikan ke layar video atau kamera. Tabungnya sangat fleksibel sehingga
memungkinkan operator untuk melihat sudut 1600-1800 keatas dan 1000-1300 ke bawah. Hal
ini memungkinkan bronkhoskopist FOB untuk melihat ke segmen yang lebih kecil dan
segmen sub cabang bronkus ke atas dan ke bawah dari bronkus utama, dan juga ke depan
belakang (anterior dan superior).

TUJUAN
Tujuan diagnostik mencakup pemeriksaan jaringan, evaluasi lanjut tumor untuk
memungkinkan bedak reseksi, pengumpulan spesimen jaringan untuk keperluan diagnosa,
dan evaluasi tempat perdarahan. Sementra bronkoskopi terapeutik dilakukan untuk tujuan
mengangkat benda asing, mengangkat sekresi yang kental dan banyak, pengobatan atelektasis
pascaoperatif, dan menghancurkan dan mengangkat lesi. Tujuan dan keuntungan pemeriksaan
ini adalah melihat langsung trakea dan broncus untuk mendeteksi adanya tumor, benda asing,
kerusakan saraf atau struktur lain atau kelainan-kelainan lain. Disamping itu juga dapat
berfungsi sebagai biopsi untuk mengambil contoh jaringan.

INDIKASI
Indikasi dari bronkoskopi adalah untuk membantu dalam menegakkan diagnosis,
sebagai terapeutik serta evaluasi pre operatif / post operatif.
1. Indikasi diagnostik
a. Batuk
b. Batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya
c. Wheezing lokal dan stridor
d. Gambaran foto thorak yang abnormal
e. Obstruksi dan atelektasis
f. Adanya benda asing dalam saluran nafas
g. Pemeriksaan broncoalveolar lavage (BAL)
h. Lmyphadenopathy atau masa intrabronkial pada intra toraks
i. Karsinoma bronkus
j. Ada bukti sitologi atau masih terdangka
k. Penentuan derajat karsinoma bronkus
l. Follow up karsinoma bronkus
2. Indikasi terapi
a. Mengeluarkan sekret/gumpalan mukus yang tertahan penyebab atelektasis,
pneumonia, dan abses paru
b. Mengeluarkan benda asing pada trakeobronkial
c. Pemasangan stent pada trakeobronkial
d. Dilatasi bronkus dengan menggunakan balomn
e. Kista pada mediastinum
f. Kista pada bronkus
g. Mengeluarkan sesuatu dengan bronkospi
h. Brachyteraphy
i. Laser therapy
j. Abses paru
k. Trauma dada
l. Therapeutic lavage

PERSIAPAN ALAT
1. Meja anestesi dan premedikasi
2. Lampu kepala
3. Kaca tenggorok (keel spiegel)
4. Xylocain spray 10%
5. Lampu spiritus
6. Disposibble spuit 5 cc
7. Tongue spatel
8. Spuit instilasi
9. Cucing berisi lidocain 2%
10. Obat-obatan sulfas atropin dan dipenhydramin
11. Dispossible spuit 50 cc, 10 cc, 5 cc
12. Cucing berisi PZ
13. Handscoon
14. Botol penampung washing
15. Alat untuk aspirasi biopsi, alat untuk forcep biopsi, alat untuk brushing, alat untuk
bronkhoskopi
16. Alkohol 90%
17. Formalin cair 10%
18. Kassa dan tissue
19. Object glass
20. Pengaman gigi (mouth piece)
21. Obat-obatan emergency (pethidin, adrenalin, kalmethason, midzolam, aminophylin,
valium, transamin, epidrin, alupent, dll)
22. Tabung oksigen dan masker oksigen
23. Suction

PERSIAPAN PASIEN
1. Informasi berkaitan dengan riwayat penyakit sebelumnya, penyakit sekarang, kondisi
fisik dan mental penderita dan riwayat reaksi alergi terhadap yang akan digunakan untuk
tindakan bronkoskopi.
2. Memberikan informasi kepada penderita tentang tahapan yang kan dilakukan mulai
dari persiapan bronkoskopi sampai pasca bronkoskopi, penjelasan tentang tindakan
anestesi yang dilakukan dan efek anestesi yang dirasakan penderita.
3. Persiapan fisik antara lain :
a. Puasa mininal 6 jam sebelum dilakukan tindakan.
b. Test lidocain 2% 0,1 cc diberikan intracutan dan dibaca setelah 15 menit.
4. Persiapan penunjang
a. Foto thoraks AP lateral
b. Faal paru
c. VC > 1000 cc
d. FEV1 > 800 cc
e. PaO2 > 65 mmHG
f. Faal hemostasis
g. Hb > 10 gr%
h. EKG

PROSEDUR KERJA
Tahap I
1. Diberikan motivasi tentang tujuan dan akibat yang mungkin timbul dari tindakan
bronkhoskopi, diharapkan penderita kooperatif agar tindakan ini berhasil secara
maksimal.
2. Menandatangani surat persetujuan tindakan, baik oleh penderita maupun keluarganya.
3. Observasi tanda-tanda vital.
Tahap II
1. Test lidocain 2% 0,1 cc intracutan dan dibaca setalah 15 menit.
2. Diberikan dypenhydramin 1 cc (10 mg) dan sulfas atropin 2 amp (0,5 mg) intramuscular
dan ditunggu selama 30 menit.
3. Lepas gigi palus terlebih dahulu agar tidak tertelan saat penderita batuk atau selama
tindakan bronkhoskopi dilakukan.
4. Sesudah 30 menit dilakukan lokal anestesi dengan pemberian xylocain spray 10% pada
pangkal lidah dengan dosis tidak boleh lebih dari 20 kali semprotan.
5. Instilasi lidocain 2% sebanyak 4-6 cc pada plika vokalis dan trakea. Pemakaian lidocain
tidak boleh lebih dari 400 mg.
6. Penderita ditidurkan di meja operasi dengan posisi supinasi dan mata ditutup dengan
mitella.
7. Pasang oxymeter untuk memonitor nadi dan saturasi oksigen.
8. Diberikan oksigen 2 lpm melalui nasal kanul.
9. Mouth piece (pengaman gigi) dipasang, selanjutnya operator memasukkan ujung
bronkhoskopi yang sudah diolesi jelly ke dalam mulut melalui mouth piece.
10. Posisi perawat berdiri di sebelah kiri penderita dan dokter untuk meudahkan membantu
pelaksanaan tindakan tersebut.
11. Skop masuk ke dalam plika vokalis, trakea, karina utama, bronkus dan cabang-
cabangnya.
12. Pada cabang bronkus yang diduga ada kelainan dilakukan pengambilan specimen.
a.Aspirasi biopsi. Pengambilan specimen dengan cara memasukkan jarum panjang di
tempat yang dicurigai ada keganasan, dihisap dengan dispossible spuit 50 cc dan
specimen disemprotkan di atas object glass.
b. Biopsi forcep. Pengambilan jaringan dengan memakai forcep. Forceps
diarahkan ke tempat yang dicurigai adanya keganasan, mulut forceps dibuka dan
ditancapkan ke jarigan tersebut dan ditutup.
c.Bronkial brushing. Dilakukan sikatan di tempat yang dicurigai adanya keganasan
atau keradangan untuk mendapatkan bahan pemeriksaan. Hasil sikatan di oleskan
pada ojek glass yang sudah disediakan.
d. Bronkial washing. Dilakukan pencucian di tempat yang dicurigai adanya
keganasan dan dilakukan sesudah biopsi. Pencucian pada luka diharapkan terdapat
sisa-sisa jaringan yang ikut dalam cairan bilas tersebut.
KOMPLIKASI
Pada umumnya FOB mempunyai batas kemampuan yang tinggi dengan angka
mortality 0-0,4% dengan komplikasi mayor (perdarahan pada waktu dilakukan biopsi, depresi
pernafasan, henti jantung, aritmia, dan pneumothoraks) < 1 % pada waktu tindakan
bronkonskopi. Komplikasi akibat premedikasi adalah:
1. Depresi pernapasan
2. Hipotensi
3. Sinkope
4. Henti nafas
5. Spasme laring
6. Gagal nafas
7. Pneumonia
8. Pneumothoraks
9. Perdarahan
10. Henti jantung (cardiac arrest)
11. Takikardia
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL TERAPI OKSIGENASI

Pengertian
Terapi oksigen merupakan suatu terminologi untuk penggunaan oksigen sebagai
bahan farmakologis utama yang diberikan pada individu tertentu berkaitan dengan
penyakitnya, baik akut maupun kronik, dalam jumlah, cara, dan durasi tertentu demi
meringankan gejala penyakit dasar, meningkatkan kualitas hidup, atau berkaitan dengan
prognosis yang lebih baik bilamana terapi tersebut diberikan. Terapi oksigen telah lama
dikenal (kurang lebih 1 abad yang lalu), khususnya bagi pasien-pasien dengan gangguan
kardiopulmoner akut.
Pada terapi ini, oksigen yang diberikan konsentrasinya harus lebih tinggi daripada
udara atmosfer atau fraksi oksigen lebih dari 21%. Pemberian oksigen ini dapat dilakukan
dengan memasang nasal atau masker ke saluran pernapasan pasien lalu menghubungkan
dengan tabung oksigen.
Tujuan
Tujuan utama pemberian terapi oksigen adalah untuk mempertahankan PaO 2> 60
mmHg atau SaO2> 90% dan mencegah dan mengatasi hipoksia jaringan dan beban kerja
kardiorespirasi yang berlebih (Perry & Potter, 2006). Selain itu, terapi oksigen juga dapat
meningkatkan bersihan napas klien, mencegah infeksi, dan meningkatkan rasa nyaman pada
klien.

Indikasi
Terapi ini dilakukan pada penderita:
1. Klien anoksia atau hipoksia
2. Kelumpuhan alat-alat pernapasan
3. Selama dan sesudah dilakukan narcose umum
4. Mendapat trauma paru
5. Tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda shock, dispneu, cyanosis, apneu
6. Dalam keadaan coma.

Beberapa Alat yang Digunakan untuk Terapi Oksigen


Terapi Oksigen dengan Kanula Nasal
Pengertian
Kanula nasal (prongs) merupakan alat sederhana untuk pemberian oksigen dengan
memasukkan dua cabang kecil kedalam hidung. Kanula nasal/nasal kanul berguna untuk
memberikan kira-kira 24-44% oksigen dengan kecepatan aliran 1-6 L/menit (aliran yang
lebih dari 6L/menit tidak menghantarkan oksigen lebih banyak). Kanula nasal mudah
dipasang dan tidak mengganggu kemampuan klien untuk makan atau berbicara. Kanula nasal
juga relatif nyaman karena memungkinkan kebebasan pergerakan dan toleransi dengan baik
oleh klien.
Indikasi
Nasal kanul diberikan pada pasien PPOK (Paru-Paru Obstruksi Kronik).
Kontraindikasi
1. Pada klien yang terdapat obstruksi nasal
2. Pada klien yang membutuhkan kecepatan aliran >6 L/menit dan konsentrasi >44%
Prinsip
1. Kanula nasal untuk mengalirkan oksigen dengan kecepatan aliran 1-6 L/menit, untuk
aliran ringan/rendah biasanya hanya 2-3 liter/ menit yang digunakan.
2. Membutuhkan pernapasan hidung.
3. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi > 44%.
Persiapan Alat
1. Kanula nasal
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Plester
Prosedur
1. Periksa program terapi medic
2. Ucapkan salam terapeutik
3. Lakukan evaluasi/validasi
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
5. Cuci tangan
6. Persiapkan alat
7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas.
8. Sambungkan kanula nasal keselang oksigen dan ke sumber oksigen.
9. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan
pastikan berfungsi dengan baik.
a. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
b. Ada gelembung udara pada humidifier.
c. Terasa oksigen keluar dari kanula.
10. Letakkan ujung kanula pada lubang hidung pasien.
11. Atur pita elastic atau selang plastic ke kepala atau ke bawah dagu
12. sampai kanula pas dan nyaman.
13. Beri plester pada kanula dikedua sisi wajah.
14. Periksa kanula setiap 8 jam.
15. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
16. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi secara periodic sesuai
respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali.
17. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk
melembapkan membrane mukosa jika diperlukan.
18. Cuci tangan.
19. Evaluasi respon pasien.
20. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.
Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi
nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
3. Cek kanul sesuai respon klien, biasanya tiap 1 jam sekali.
4. PO2 arterial berkisar antara 80 100 mmHg
5. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
6. Frekuensi pernapasan dalam kisaran 14 20 kali per menit.
Pemberian Oksigen Melalui Masker Wajah Sederhana

(Gambar Masker Sederhana)


Pengertian
Masker wajah sederhana adalah alat untuk terapi oksigen yang menutupi hidung dan
mulut klien, digunakan untuk inhalasi oksigen. Bagian ekshalasi pada kedua sisi masker
memungkinkan dikeluarkannya karbon dioksida yang dihembuskan. Masker wajah
memberikan oksigen dengan konsentrasi dan kecepatan aliran lebih tinggi dari kanula nasal,
40-60% pada kecepatan 5-8 liter/menit.
Indikasi
Pada klien hipoksemia dengan tanda klinis sianosis (pucat pada wajah. bibir, dan
warma kulit)
Kontraindikasi
Pada klien PPOK yang hanya membutuhkan aliran oksigen <5 liter/menit.
Prinsip
1. Masker wajah sederhana untuk mengalirkan oksigen tingkat sedang dari
hidung kemulut, dengan konsentrasi oksigen 40-60%.
2. Masker wajah sederhana mengalirkan oksigen dengan kecepatan 5-8 liter/menit.
Persiapan alat
1. Masker wajah sederhana , sesuai kebutuhann dan ukuran pasien
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Pita atau tali elastic
Prosedur
1. Periksa program terapi medic
2. Ucapkan salam terapeutik
3. Lakukan evaluasi/validasi
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
5. Cuci tangan
6. Persiapkan alat
7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas.
8. Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
9. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan
pastikan berfungsi dengan baik.
a. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
b. Ada gelembung udara pada humidifier.
c. Terasa oksigen keluar dari masker.
10. Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan
kontur wajah klien).
11. Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan tidak
sempit.
12. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi dan
keadaan umum pasien
13. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
14. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam.
15. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk melembapkan
membrane mukosa jika diperlukan.
16. Cuci tangan.
17. Evaluasi respon pasien.
18. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.
Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
3. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
4. Frekuensi pernapasan 14-20 kali/menit.
5. Pemberian Oksigen Melalui Masker Rebreathing

Pemberian Oksigen Melalui Masker Rebreathing


(Gambar Masker Rebreathing)
Pengertian
Masker rebreathing adalah masker wajah yang terdapat sebuah kantung reservoir dan
maskernya tanpa klep. Kantong reservoir oksigen yang terhubung memungkinkan klien
mengambil nafas kembali sekitar sepertiga dari udara yang dihembuskan bersamaan dengan
oksigen. Masker rebreathing mengalirkan oksigen dengan kecepatan aliran O2 8-12
liter/menit dan konsentrasi O2 60-80 %.
Indikasi
1. Klien hipoksia dengan dispneu, apneu, dan sianosis.
2. Perfusi jaringan adekuat
Kontraindikasi
Pada klien PPOK yang membutuhkan konsentrasi oksigen <60%.
Prinsip
1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 60%-80%
2. Volume aliran 8-12 liter/menit
3. Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2
Alat dan Bahan
1. Set oksigen (tabung O2, O2, flowmeter, humidifier)
2. Water steril
3. Plester non iritan
4. Antiseptik (jika diperlukan)
5. Masker rebreathing
6. Sarung tangan bersih
Prosedur
1. Mengucapkan salam terapeutik kepada pasien
2. Melakukan validasi
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
4. Mencuci tangan
5. Menggunakan sarung tangan bersih
6. Mempersiapkan peralatan
7. Mengkaji adanya tanda dan gejala klinis dan sekret pada jalan napas
8. Menyambungkan masker ke selang dan ke sumber oksigen
9. Memberikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan
memastikan bahwa berfungsi dengan baik.
10. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
11. Ada gelembung udara pada humidifier.
12. Terasa oksigen keluar dari masker.
13. Memastikan kantong reservoir tidak terlipat atau mengempis total saat inspirasi
14. Mengarahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan
dengan kontur wajah klien).
15. Melingkarkan pita elastik ke kepala pasien agar nyaman dan tidak sempit
16. Memeriksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi
dan keadaan umum pasien
17. Mempertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
18. Memeriksa jumlah kecepatan aliran oksigen
19. Mengkaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan memberi jelly untuk
melembapkan membran mukosa jika diperlukan.
20. Mencuci tangan.
21. Mengevaluasi respon pasien
22. Mencatat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya
Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
3. Pastikan pasien tidak makan minum atau batuk dan menyeka (bisa terjadi aspirasi bila
pasien muntah, serta perlu segel pengikat)
4. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
5. Frekuensi pernapasan 14-20 kali per menit.
6. Observasi adanya iritasi pada kulit disekitar masker

Pemberian Oksigen Melalui Masker Non-Rebreathing


(Gambar Masker Non-Rebreathing)
Masker nonrebreathing mengalirkan oksigen dengan konsentrasi tertinggi Pemberian
Oksigen Melalui Masker nonrebreathing mencapai 99% dengan cara selain intubasi atau
ventilasi mekanis, pada volume aliran 10 sampai 12 L permenit. Katup satu arah pada masker
dan antara kantung resevoir dan masker, mencegah udara ruangan dan udara yang
dihembuskan klien masuk kedalam kantung sehingga hanya oksigen didalam kantung yang
dihirup. Untuk mencegah terbentuknya karbon dioksida, kantung nonrebreathing tidak boleh
mengempis secara total selama inspirasi. Jika terjadi, perawat dapat memperbaiki masalah ini
dengan meninggikan volume aliran oksigen (Korzier, et al, 2010)
Prinsip
1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi mencapai 99%
2. Volume aliran 10-12 liter/menit
3. Terdapat kantung reservoir untuk meningkatkan FiO2 dan dua katup untuk menampung
oksigen
Indikasi
1. Pada klien gagal jantung yang tidak sadar dan membutuhkan oksigen >70%
2. Klien menunjukkan tanda-tanda shock, dipsneu, cyanosis, apneu
Kontraindikasi
Pada klien PPOK (Paru-Paru Obstruksi Kronik) dan mengalami muntah-muntah.
Persiapan alat
1. Masker wajah nonrebreathing, sesuai kebutuhann dan ukuran pasien
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Pita atau tali elastic
Prosedur
1. Periksa progam terapi medic
2. Ucapkan salam therapeutic
3. Lakukan evaluasi/validasi
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
5. Cuci tangan
6. Persiapkan alat
7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas
8. Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
9. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan
pastikan berfungsi dengan baik.
a. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
b. Ada gelembung udara pada humidifier.
c. Terasa oksigen keluar dari masker.
10. Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan
kontur wajah klien).
11. Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan tidak
sempit.
12. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran
13. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi dan
keadaan umum pasien
14. Usahakan kantung reservoir tidak mengempis total ketika klien melakukan inspirasi
15. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu
16. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam
17. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk melembapkan
membrane mukosa jika diperlukan
18. Cuci tangan
19. Evaluasi respon pasien
20. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya

g. Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi
nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
3. Pastikan pasien tidak makan minum atau batuk dan menyeka (bisa terjadi aspirasi bila
pasien muntah, serta perlu segel pengikat)
4. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
5. Frekuensi pernapasan 14-20%.
6. Observasi adanya iritasi pada kulit disekitar masker

5. Pemberian Oksigen Melalui Masker Venturi


(Gambar Masker Venturi)
Pengertian
Masker venturi adalah masker yang memiliki selang berukuran besar dan jet adapter
yang diberi kode warna yang berespon terhadap konsentrasi oksigen dan volume aliran yang
tepat.
Prinsip
1. Mengalirkan oksigen dengan konsentrasi 24% sampai 60%.
2. Aliran oksigen bervolune 4 sampai 10 L.
3. Macam-macam jet adapter masker venturi:
a. Biru 24%
b. Putih 28%
c. Jingga 31 %
d. Kuning 35 %
e. Merah 40%
f. Hijau 60%
Indikasi
1. Pada klien hipoksia maupun hipoksemia.
2. Klien menunjukkan tanda-tanda shock, dipsneu, cyanosis, apneu
Kontraindikasi
Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas
spontan
Persiapan alat
1. Masker wajah nonrebreathing, sesuai kebutuhann dan ukuran pasien
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water steril
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Pita atau tali elastic
7. Periksa progam terapi medic
Prosedur
1. Periksa progam terapi medic
2. Ucapkan salam therapeutic
3. Lakukan evaluasi/validasi
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
5. Cuci tangan
6. Persiapkan alat
7. Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas
8. Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
9. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam medis dan pastikan
berfungsi dengan baik.
10. Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
11. Ada gelembung udara pada humidifier.
12. Pasang jet adapter kecepatan aliran oksigen sesuai kebutuhan
13. Terasa oksigen keluar dari masker.
14. Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah (sesuaikan dengan
kontur wajah klien).
15. Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman dan tidak sempit.
16. Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung kondisi dan
keadaan umum pasien
17. Usahakan kantung reservoir tidak mengempis total ketika klien melakukan inspirasi
18. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu
19. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam
20. Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk melembapkan
membrane mukosa jika diperlukan
21. Cuci tangan
22. Evaluasi respon pasien
23. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya
Evaluasi
1. Observasi kondisi hidung mulut dan perawatan lubang hidung atau iritasi nasofaringeal.
2. Kaji respon klien setelah pemberian oksigen (pola pernapasan dan kecepatan)
3. Kondisi hipoksia dapat teratasi.
4. Frekuensi pernapasan 14-20 kali per menit.

Anda mungkin juga menyukai