Anda di halaman 1dari 3

FIBER-OPTIC BRONCHOSCOPY (FOB)

(ICD 9: 33.22, 33.24, 33.27)

1. Pengertian (Definisi)
Tindakan bronkoskopi serat optik adalah tindakan invasif dengan menggunakan
bronkoskopi serat optik ke dalam percabangan bronkus untuk keperluan diagnostik dan
terapi

2. Indikasi
2.1. Diagnostik
2.1.1. Penyakit atau keadaan paru yang belum jelas penyebab/ situasi/
lokasinya.
2.1.2. Kelainan foto toraks yang belum jelas penyebabnya.
2.1.3. Penilaian percabangan bronkus (tracheobronchial tree).
2.1.4. Pemeriksaan bilasan bronkoalveolar (broncoalveolar lavage/ BAL).
2.1.5. Pengambilan bahan/ spesimen di bronkus.
2.1.6. Pneumotoraks bila paru tidak mengembang.
2.2. Terapeutik
2.2.1. Pengeluaran benda asing.
2.2.2. Pengeluaran bekuan darah pada hemoptisis masif.
2.2.3. Pengeluaran penumpukan sekret bronkus (mucous plug)
3. Kontra Indikasi
3.1. Absolut : (-)
3.2. Relatif : Gangguan fungsi paru/ jantung berat, keadaan umum yang menurun baik
karena demam atau penyebab lainnya, hipoksemia (PO2 <60 mmHg) , pasien tidak
kooperatif.
4. Persiapan
4.1. Pasien
4.1.1. Persetujuan tindakan bronkosopi dari penderita dan/atau keluarga terdekat
dengan saksi petugas medis tentang tujuan dan prosedur tindakan serta
resikonya.
4.1.2. Dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
4.1.2.1. Foto toraks PA dan lateral terbaru
4.1.2.2. Faal paru (VC ³ 1000 ml)
4.1.2.3. EKG dalam batas normal
4.1.2.4. Faal hemostasis normal
4.1.3. Penderita dipuasakan 4-6 jam (supaya lambung dalam keadaan kosong)
sebelum tindakan BSO.
4.1.4. Penderita diberi codein 20 mg 12 jam dan 6 jam sebelum tindakan BSO.
4.2. Alat
4.2.1. Bronkoskopi satu unit dengan “light source”
4.2.2. Unit penyedot/suction.
4.2.3. Lampu kepala.
4.2.4. Aparatus instilasi lidokain.
4.2.5. Oksimeter.
4.2.6. Sumber oksigen dengan aparatusnya.
4.3. Obat-obat gawat darurat, yaitu NaCl 0,9%, adrenalin, dexametason, ISDN, sulfas
atropin & bronkodilator.

5. Prosedur Tindakan
5.1. Metode insersi : Trans Oral, stoma
5.2. Prosedur Anestesi
5.2.1 Anestesi umum (oleh TS anestesi) pada pasien yang tidak kooperatif (pasien
dengan ventilator, pasien pediatrik) atau pasien dengan risiko hemoptoe masif atau
pasien yang berisiko terjadi gagal napas
5.2.2 Anestesi lokal
5.2.1.1. Premedikasi dengan sulfas atropin 0,25 mg intramuskular atau intra
vena (IM/IV). Bila perlu dapat ditambahkan diazepam 5-10 mg atau
midazolam 0,07-0,67mg/kgBB IM/ IV.
5.2.1.2. Anestesi lokal dengan kumur-kumur lidokain 2% 5 mg selama 5
menit dalam posisi duduk atau nebulizer lidocaine 2% (1 ampul)
5.2.1.3. Anestesi lokal lanjutan, di daerah orofaring, laringofaring serta pita
suara dengan xylocain spray 10% (5-7 semprot)
5.3. Prosedur Diagnostik
5.3.1. Pasien disiapkan diruang persiapan dengan memeriksa tanda-tanda vital,
status paru dan kardiologis.
5.3.2. Oksimeter ditempelkan pada jari telunjuk kanan atau kiri, pasien diberi oksigen
dengan kanula nasal dengan arus 3-4 liter/ menit
5.3.3. Pasien dipersiapkan di meja tindakan, kedua mata ditutup dengan kain
penutup untuk mencegah terkena larutan lidocain/ cairan pembilas, jika
terdapat gigi palsu harus dilepaskan.
5.3.4. Leher diekstensikan agar saluran nafas dapat terbuka maksimal
5.3.5. Mouth-piece diletakkan di antara gigi rahang atas dan rahang bawah untuk
mencegah tergigitnya alat bronkoskop.
5.3.6. Insersi bronkoskopi dilakukan secara transoral melalui mouth piece.
5.3.7. Dievaluasi pita suara, trakea, karina utama, bronchus utama kanan/ kiri,
bronkus lobus, bronkus segmen.
5.3.8. Dilakukan observasi, adanya perubahan-perubahan patologi atau masih
normal.
5.3.9. Dilakukan pengambilan spesimen dengan cara sebagai berikut:
5.3.9.1 Bilasan (Washing) : Pada daerah yang dicurigai adanya infeksi,
keganasan, darah/ bekuan darah, benda asing, dicuci/ bilas dengan
NaCl 0,9% sebanyak 5 cc yang kemudian disedot lagi. Tindakan
tersebut dilakukan beberapa kali sampai dirasakan cukup bersih/
didapat cukup bahan pemeriksaan.
5.3.9.2 Bronchoalveolar Lavage (BAL) : Pada tindakan BAL serupa dengan
washing tetapi diperlukan cairan NaCl 0,9% sebanyak 50 cc. ICD 9
(33.24)
5.3.9.3 Sikatan (Brushing) : Pada daerah bronkus yang dicurigai adanya
kelainan, disikat dengan alat brush baik yang tanpa selubung
maupun yang dengan selubung tunggal atau selubung ganda
(tergantung bronkoskopi yang digunakan). Penyikatan dilakukan
beberapa kali sampai dirasakan cukup. Sesudah alat sikat
dikeluarkan dari saluran napas, alat sikat dikeluarkan dari ujung
bronkoskopi sepanjang kurang lebih 5 cm dan dioleskan pada gelas
objek. Alat sikat dikeluarkan dari bronkoskop.
5.3.9.4 Biopsi forceps : Bila tampak massa intraluminal/ jaringan
cm di atas daerah tersebut. Disemprotkan adrenalin 1:10.000
sebanyak 1 cc, kemudian dimasukkan forsep melalui manuver
channel sampai terlihat keluar diujung bronkskop, asisten
diinstruksikan untuk membuka forsep, lalu forsep didorong sampai
terbenam di massa/ jaringan granulomatosa, kemudian asisten
diinstruksikan untuk menutup forsep. Operator menarik forsep 1-2 cm
sambil melihat akibat yang terjadi (misalnya perdarahan, dll). Forsep
berikut material yang didapat, ditarik keluar dari bronkoskop.
5.3.9.5 Biopsi aspirasi : serupa dengan biopsi forceps, tetapi massa diambil
dengan jarum aspirasi melalui working channel bronchoscope baik
secara blind procedure atau menggunakan panduan EBUS (33.27)
5.3.10. Bahan yang didapat direndam dalam pot plastik berisi formalin 40% dan
segera dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi dan/ atau mikrobiologi.
5.4. Prosedur Terapi
5.4.1. Aspirasi sekret.
5.4.1.1. Setelah bronkoskop masuk ke dalam saluran napas, dievaluasi
pita suara, trakea, karina, bronkus kanan-kiri, bronkus segmen.
5.4.1.2. Pada daerah infeksi, keganasan, darah/ bekuan darah, benda
asing, dilakukan aspirasi. Tindakan tersebut dilakukan
beberapa kali sampai dirasakan cukup bersih.
5.4.2. Ekstraksi Benda Asing:
5.4.2.1. Setelah bronkoskop masuk ke dalam saluran napas, dievaluasi
pita suara, trakea, karina, bronkus kanan-kiri, bronkus segmen.
5.4.2.2. Setelah terlihat adanya benda asing, dengan menggunakan
forceps, benda asing tadi dipegang dengan perlahan - lahan
bronkoskop berikut forceps dan benda asing diangkat keluar
saluran napas.

6. Pasca Prosedur Tindakan


6.1. Evaluasi tanda perdarahan (hemoptoe)
6.2. Evaluasi tanda-tanda vital (Tensi, Nadi, RR)
6.3. Evaluasi tanda gagal nafas (saturasi O2)

7. Tingkat Evidens : I

8. Tingkat Rekomendasi : A

9. Indikator Prosedur Tindakan


80% Bronkoskopi selesai dikerjakan dalam waktu 30 menit

10. Kepustakaan
10.1. Bolliger C.T and Mathur P.N. (Eds). 2000. Interventional Bronchoscopy. S.
Karger AG,Switzerland
10.2. British Thoracic Society Guidelines on Diagnostic Flexible Bronchoscopy. Thorax
2001; 56 (suppl I), 1-21. www.thoraxjnl.com.
10.3. Bagian Pulmonologi fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2001. Prosedur
Tindakan Baku Bidang Paru dan pernafasan.

Anda mungkin juga menyukai