Anda di halaman 1dari 36

Sari Pustaka

March 20 th 2019

Triska Putri Rahmayani


Isna Gita Amalia
Angeline Rufina
Adelia Ginting
Bayu Agustian
Pradeepa A/P Govindan
BAB I
LATAR BELAKANG
Bronkoskopi

Kanker Paru

Pneumonia
Berperan penting di bidang
Pulmonologi
Pneumoniae in
immunocompromised

TB MDR dan XDR


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA SEJARAH

KOMPLIKASI DAN
KONTRAINDIKASI
JENIS
BRONKOSKOPI JENIS

PROSEDUR
INDIKASI
SEJARAH
Seorang Otolaryngologist berkebangsaan Jerman, Gustav Killian,
melakukan bronkoskopi yang pertama pada tahun 1897, dengan
menggunakan endoskopi kaku untuk mengeluarkan tulang babi dari
bronkus utama kanan (mainsterm bronkus). Killian berhasil
mengeluarkan benda asing tersebut dan mencegah dilakukannya
tracheostomy. Sampai pada akhir abad ke-19 metode ini diterima secara
medis sebagai alat untuk mengeluarkan benda asing. Teknik-teknik ini
terus dikembangkan Killian sehingga indikasi bronkoskopi makin
meluas. Sebagai hasil dari inovasi dan pengembangan bronkoskopi di
seluruh dunia, Killian secara umum dikenal sebagai Bapak Bronkoskopi.
Gambar 1. (A) Gustav Killian, bapak bronkoskopi, yang
pertama kali melakukan bronkoskopi (B) Gambar Killian.
Pada akhir abad ke-19, Chevalier Jackson, seorang laryngologist di
Philadelphia, mengembangkan minat pada endoskopi, dan mulai
mengembangkan “tabung” endoskopi. Pada 18 tahun 1904, Jackson
merubah bronkoskopi kaku, dengan menambah ocular langsung, tabung
suctiondan ujung distal untuk pencahayaan atau iluminasi. Jackson terus
merancang dan membuat endoskopi baru serta alat-alat tambahan untuk
menyempurnakan teknik-teknik baru untuk evakuasi atau pengeluaran
benda asing. Ia juga mengembangkan dan menekankan pentingnya
prosedur untuk protokol keselamatan selama tindakan yang dilakukan dan
teknik ini masih digunakan sampai sekarang. Jackson memahami
pentingnya program-program pelatihan endoskopi, dan mengajarkan
kursus instruksional bronchoesophagology.Dia dianggap sebagai Bapak
Bronchoesophagology Amerika.

Gambar 2. (A dan B) Chevalier Jackson, bapak bronkologi amerika,
yang pertama kali memperkenalkan bronkoskopi rigid illuminated
(penerangan yang kaku). (C) Dia mendesain dan membuat endoskopi
sebagai pelengkap di ruang peralatannya.
Pada tahun 1950-an, perkembangan teknologi untuk fiberoptic endoskopi
mulai berkembang. Sampai dengan pertengahan tahun 1960-an, bronkoskopi
rigid banyak digunakan oleh ahli bedah. Pada tahun 1966 Shigeto Ikeda
memperkenalkan bronkoskopi fleksibel (FB) dengan teknologi pencitraan serat
optik. Hal ini merupakan revolusi dalam bidang bronkoskopi. Kemampuan
untuk flexidistal ujung bronkoskopi memungkinkan bronchoscopist (operator
bronkoskopi) untuk mencapai ke hampir semua bagian dari saluran nafas yang
lebih kecil dari pohon tracheobronchial (segmen bronkus atau saluran udara
lebih kecil).
Sejak diperkenalkan penggunaannya pada tahun 1960-an oleh Shigeto
Ikeda, bronkoskopi serat optik telah meningkat kegunaannya, dengan kurang
lebih 500.000 prosedur telah dilakukan di USA setiap tahunnya. FOB telah
menjadi prosedur yang tetap oleh ahli paru dan juga sebagai alat diagnostik bagi
ahli bedah toraks, anestesi dan juga intensivist.
Gambar 3. (A) Shigeto Ikeda, inovator dari flexible
bronchoscope, dan (B) instrument pertamanya.
JENIS-JENIS
• + anastesi general
• Lebih banyak digunakan
• Diagnosis kelainan saluran napas atas
• Mencapai bronkiolus
(sampai trakea)
• Lebih aman
Tabel 2.1 Ukuran Bronkoskopi (Paradis, et al., 2016)
Diameter Bronkoskopi rigid Bronkoskopi serat optik
Anak-anak 3, 4, 5, 6 mm Dalam = 1.2 mm
Luar = 2.8 mm
Dewasa Laki-laki = 8-9 mm Dalam = 2.0 mm
Perempuan = 7-8 mm Luar = 4.9-5.5 mm
Terapi Dalam = 2.8-3.2 mm
Luar = 6.0-6.2 mm
EBUS
ENB
INDIKASI
• Batuk
• Batuk Darah
• Mengi dan Stridor
• Gambaran foto toraks yang abnormal
• Pemeriksaan BAL
• Pembesaran kelenjar limfa atau massa pada
Indikasi rongga toraks
• Karsinoma bronkus dan metastasis
Diagnostik • Tumor esofagus dan mediastinum
• Benda asing
• Strikur dan stenosis pada saluran napas
• Cedera akibat zat kimia
• Kelumpuhan pita suara dan diafragma
• Efusi pleura dan Pneumotoraks yang menetap
• Dahak yang tertahan
• Benda asing
• Laser terapi
• Brachyterapy
• Pemasangan stent
Indikasi • Melebarkan bronkus
• Abses paru
Teraupetik • Kista pada mediastinum
dan bronkus
• Kistik fibrosis
• Asma
• Trauma dada
• Therapeutic lavage
PROSEDUR
Sedatif yang baik memenuhi kriteria:
1.Awal kerja cepat
2.Lama kerja singkat dengan pemulihan yang aman
3.Aman terhadap sistim kardiovaskular, tidak
menimbulkan depresi pernapasan, dan risiko hipoksemi
serta tidak menimbulkan efek samping
4.Menimbulkan amnesia/lupa
5.Menghilangkan kecemasan
6.Murah.
Posisi Bronkhoskopi.
• a.Tidur terlentang
• b.Duduk di kursi

Ada 3 macam teknik bronkhoskopi, yaitu :


• a.Trans nasal.
• b.Trans oral (yang sering dilakukan).
• c.Melalui rigid atau endotrakeal
Prosedurnya sebagai berikut:

1.Permintaan tindakan dokter yang merawat


2.Buat status bronkoskopi
3.Pasien dipersiapkan di ruang pemeriksaan dengan memeriksa tanda tandavital,status
paru dan jantung
4.Premedikasi dengan SA 0,25 mg IM dan atau diazepam 5 mg. Dosis tergantung umur
dan kondisi pasien
5.Anestesi lokal dengan kumur tenggorokan menggunakan lidokain 2 %Sebanyak 5 ml
selama 5 menit dalam posisi duduk
6.Anestesi lokal lanjutan didaerah laring dan faring serta pita suara demgan bantuan
kaca laring menggunakan xylocain spray (5-7 semprot ) dilanjutkandengan instilasi
lidokain 2 % sebanyak 5ml kedalam trakea melalui pita suara
7.Pasien siap diperiksa dalam posisi telentang dengan kepala ekstensi
maksimal(posisi duduk bila tidak bisa telentang) dengan operator berdiri di
belakang kepala pasien
8.Oksimeter ditempelkan pada jari telunjuk [pasien,kanul hidung di pasang
danoksigen di berikan sebesar 3-4 x / menit dan kedua mata ditutup dengan
kain penutup untuk mencegah terkena larutan lidokain/pembilasan
9.Mouth piece diletakan di antara gigi atas dan bawah untuk
mencegahtergigitnya bronkoskop (jika bronkoskopi melalui mulut)
10.Bila telah sampai pita suara dan pasien terbatuk selama melakukan
tindakan,dapat diberi instilasi lidokain 1-2 ml bronkoskop (dosis aksimal
lidocain 400mg)
11.Nilai keadaan pita suara,trakea dan kanina,bronkus kanan dan kiri
besertacabang cabangnya sampai bronkus subsegmen
12.Membuat laporan bronkoskopi.
Tahap I

1.Diberikan motivasi tentang tujuan dan akibat yang


mungkin timbul daritindakan bronkhoskopi, diharapkan
penderita kooperatif agar tindakan ini berhasil secara
maksimal
2.Menandatangani surat persetujuan tindakan, baik oleh
penderita maupunkeluarganya
3.Ukur gejala cardinal ( tekanan darah, nadi)
Tahap II

1.Test lidocain 2% 0.1 cc intracutan dan dibaca setelah 15


menit
2.Diberikan dipenhydramin 1 cc (10 mg) dan sulfas atropine 2
amp (0.5 mg)intramuscular dan ditunggu selama 30 menit
3.Lepas gigi palsu kalau ada (agar tidak tertelan saat penderita
batuk, selamadilakukan tindakan bronkhoskopi)
4.Sesudah 30 menit dilakukan lokal anestesi dengan
pemberian xylocain spray10% pada pangkal lidah dengan
dosis tidak boleh lebih dari 20 kali semprotan
5.Instilasi lidocain 2% sebanyak 4-6 cc pada plika vokalis dan
trakea. Pemakaianlidocain tidak boleh lebih dari 400 mg
6.Penderita ditidurkan dimeja operasi dengan posisi terlentang dan mata
ditutupdengan mitella
7.Dipasang oxymeter untuk memonitor nadi dan saturasi oksigen
8.Diberikan oksigen 2 l/m melalui nasal kanul
9.Mouth piece (pengaman gigi) dipasang, selanjutnya operator
memasukkanujung bronkhoskop yang sudah diolesi jelly (lubricating gel)
kedalam mulutmelalui mouth piece
10.Posisi perawat berdiri disebelah kiri penderita dan dokter untuk
memudahkanmembantu pelaksanaan tindakan tersebut
11.Skop masuk malalui plika vokalis, trakea, karina utama, bronkhus dan
cabang-cabangnya
Pada cabang bronkhus yang diduga ada kelainan dilakukan pengambilan
spesimen dengan cara :
a)Aspirasi Biopsi
Pengambilan specimen dengan cara memasukkan jarum panjang ditempatyang
dicurigai ada keganasan, dihisap dengan disp spuit 50 cc dan
specimendisemprotkan diatas ojek glass.
b)Biopsi forcep
Cara pengambilan jaringan dengan memakai forcep. Forcep
diarahkanketempat yang dicurigai adanya keganasan, mulut forcep dimuka
danditancapkan ke jaringan tersebut dan ditutup (sesuai aba-aba operator).
Halini dilakukan 2-3 kali sampai didapatkan jaringan untuk bahan pemeriksaan
c)Bronkhial Brushing
Dilakukan sikatan ditempat yang dicurigai adanya keganasan
ataukeradangan untuk mendapatkan bahan pemeriksaan. Dari hasil
sikatandioleskan pada objek glass yang sudah disediakan. Setelah
selesai tindakan bronkhoskopi penderita dipindahkan ke ruang khusus
untuk observasiselanjutnya, apakah ada komplikasi dari tindakan
tersebut

d)Bronkhial Washing
Dilakukan pencucian ditempat yang dicurigai adanya keganasan
dandilakukan sesuadah biopsi. Pencucian pada luka bekas biopsi
diharapkanada sisa-sisa jaringan yang ikut dalam cairan bilas tersebut.
Kanan Kiri

1 Apikal Apico

2 Posterior Posterior

3 Anterior Anterior

4 Lateral Superior

5 Medial Inferior

6 Superior Superior

7 Medial

8 Anterior Anterior

9 Lateral Lateral

10 Posterior Posterior
KOMPLIKASI
Komplikasi Fiberoptic Bronchoscope
Mekanikal Komplikasi
Trauma Orofaringeal
Nasofaringeal
Vocal Chords
Glottic structure
Airway
Bronchospasm
Laryngospasm
Atelectasis/decruitment
Elevated airway pressures
Hemorrhage
Infeksi
Sistemik Procedure-related Vasovagal syncope
Nausea / vomiting
Aspirasi
Hypoxemia
Hypercarbia
Medication-related Sedation
Non-sedation medications
Penyakit Komorbid Disfungsi miokardial/ aritimia
Pulmonary insufficiency
Elevated intracranial pressure (ICP)
Kematian
Komplikasi Rigid Bronchoscope
Mekanikal Komplikasi
Trauma Gigi
Orofaring
Vocal Chords
Glottic structure
Airway
Bronchospasm
Laryngospasm
Atelectasis/decruitment
Hemorrhage
Sistemik Procedure-related Vasovagal syncope
Aspirasi
Hypoxemia
Hypercarbia
Medication-related General anesthesia
Penyakit komorbid Disfungsi miokardial / aritmia
Post-procedural respiratory failure
Kematian
Kontraindikasi bronkoskopi
• Kontraindikasi absolut antara lain:
Pasien kurang kooperatif.
Keterampilan operator kurang.
Fasilitas yang tidak memadai.
Angina yang tidak stabil.
Aritmia yang tidak terkontrol.
Hipoksia yang tidak respon dengan pemberian oksigen.
• Kontraindikasi relatif:
 Hiperkarbia berat.
 Bulla emfisema berat.
 Asma berat.
 Gangguan koagulopati yang serius.
 Obstruksi trakea.
 High positive end-expiratory pressure.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai