Anda di halaman 1dari 25

Tumor Sinonasal

Disusun oleh :
Cynthia Fardelanie Yusuf

Pembimbing :
Dr. Ismi Cahyadi Sp. THT-KL

 
SMF ILMU KESEHATAN THT RSUD WALED CIREBON
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG DJATI
2020
Definisi

“ Tumor sinonasal adalah penyakit di mana terjadinya pertumbuhan sel (ganas)


pada sinus paranasal dan rongga hidung. Lokasi hidung dan sinus paranasal
(sinonasal) merupakan rongga yang dibatasi oleh tulang-tulang wajah yang

merupakan daerah yang terlindung sehingga tumor yang timbul di daerah ini sulit
diketahui secara dini
Epidemiologi

Di bagian Asia, Pria yang terkena 80% tumor ini terjadi


keganasan sinonasal 1,5x lebih sering pada usia 45-85 tahun.
adalah peringkat dibandingkan Sekitar 60-70% dari
kedua yang paling wanita keganasan sinonasal
umum setelah terjadi pada sinus
karsinoma nasofaring maksilaris, 20-30%
terjadi pada rongga
hidung
Anatomi Hidung

Hidung dibagi atas 2 bagian :


1. Eksternal : Tulang, kulit, dan otot
2. Internal : 2 kavum yang dibatasi septum nasi

Setiap kavum nasi terhubung dengan nostril dibagian depan, choana


dibagian belakang

Di dalam kavum nasi anterior inferior terdapat vestibulum yang berisi kelenjar
sebasea & rambut hidung. Dibagian lateral terdapat 3 susun turbin konka ;
konka nasalis superior, media, inferior

Vaskularisasi berasal dari A. Karotis Eksterna maupun Interna

Persarafan terdiri atas fungsi sensorik & autonom. Cabang sensorik terbagi 3,
yaitu ; N. Ethmoidalis Anterior, cabang ganglion Sphenopalatina, cabang
Infraorbitalis. Fungsi autonom ; berasal dari serat saraf parasimpatis yang berasal
dari N. Petrosus Superfisial
Anatomi Sinus Paranasalis

Sinus maxillaris kapasitas rata-rata 14,75 ml, megalirkan sekret ke


dalam meatus media

Sinus frontalis kapasitas total volume 6-7 ml, mengalirkan sekretnya ke


dalam resesus frontalis

Sinus sphenoidalis kapasitas total volume 7,5 ml, mengalirkan


sekretnya ke dalam meatus superior bersama dengan ethmoid
posterior
Sinus paranasal dibagi 2 kelompok ;
1. Anterior (Sinus maxillaris, frontalis,
ethmoidalis anterior bermuara Fungsi dari sinus : melembabkan & mengahangatkan udara inspirasi,
pada meatus medius) melindungi komponen beberapa organ dalam tengkorak akibat adanya
2. Posterior (Sinus ethmoidalis perbedaan suhu intrakranial, berperan dalam resonansi suara
posterior, sphenoidalis)
• Sinus ethmoidalis bermuara
dengan meatus superius
cavum nasi
• Sinus sphenoidalis
bermuara pada resesus
sphenoethmoidalis
Etiologi & Faktor Resiko

01 Penggunaan tembakau 04 Sinar ionisasi

Usia
02 Alkohol 05 Sering didapatkan pada usia antara
45 – 85 tahun

Inhalasi spesifik
Jenis kelamin
1. Debu yang berasal dari industri kayu,
03 tekstil 06 Ditemukan 2x lebih sering pada pria
2. Debu logam berat dibandingkan wanita
3. Uap isoprofil alkohol, formaldehyde
Patofisologi
Tumor Jinak

Papiloma Inversi
Jarang ditemukan pada hidung & sinus
Papila Skuamosa paranasalis, seringkali berasal dari dinding
Makroskopis : mirip dengan polip, lebih vaskuler, lateral hidung. Makroskopis : gambaran polip,
padat & tidak mengkilap. Lesi pada sambungan invasif. Cenderung residif, lebih sering
mukoutaneus hidung, terutama pada batas kaudal dijumpai pada lai-laki usia tua. Bedah radikal ;
anterior & septum. Eksisi lesi untuk biopsi A B rinotomi lateral/maksilektomi media

Displasia Fibrosa
C D Angiofibroma Nasofaring Juvenil
Tumor fibro-oseus tak berkapsul melibatkan Bermanifestasi sebagai masa yang mengisi
tulang-tulang wajah & sering mengenai sinus rongga hidung bahkan mengisi seluruh rongga
paranasalis. Tumor tumbuh lambat, jarang sinus paranalis & mendorong bola mata ke
disertai nyeri anterior
Tumor Ganas

Karsinoma Sel Skuamosa

Sering ditemukan pada karsinoma sinonasal, 60%


Karsinoma sel skuamosa, non-keratinizing (Cylindrical Cell, transitional)
dari semua kasus. Termasuk tipe keratinizing &
nonkeratinizing. Ditemukan didalam sinus maxilla
(60-70%), kavum nasi (10-15%), sinus sphenoidalis &
frontalis (1%)
Gejala : rasa penuh/hidung tersumbat, epistaksis,
rinorea, nyeri, parastesia, pembengkakan pada
hidung, pipi/palatum, luka yag tidak kunjung sembuh,
massa pada kavum nasi, pada kasus lanjut ;
proptosis, diplopia/lakrimasi.
Pemeriksaan radiologis, CT-Scan/MRI : perluasan
lesi , invasi tulang
Gambaran mikroskopik berupa proliferasi hiperselular
dengan pola pertumbuhan yang bervariasi, termasuk
trabekular, pola seperti lembaran pita, lobular, dan
organoid. Sel-sel tumor berukuran sedang hingga besar
dan bentuk bulat hingga oval dan memiliki inti sel
pleomorfik dan hiperkromatik, anak inti menonjol,
sitoplasma eosinofilik, rasio inti dan sitoplasma tinggi,
aktivitas mitosis meningkat dengan gambaran mitosis
Undifferentiated Carcinoma atipikal

Jarang ditemukan, bersifat agresif. Massa yang cepat


membesar, sering melibatkan beberapa tempat &
melampaui batas anatomi dari saluran sinonasal
Rhabdomyosarcoma

Rhabdomyosarcoma pada daerah kepala & leher


berkisar antara 35-45% kasus, 10% pada traktus
sinonasal.
Rhabdomyosarcoma ini terbagi atas lima kategori
besar :
1. Embrional (paling sering)
2. Alveolar
3. Botryoid embrional
4. Spindel sel embrional
5. Anaplastik.
Jenis embrional dan alveolar merupakan tumor yang
sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda
Chondrosarcoma

Tumor dengan pertumbuhan lambat yang berasal


dari struktur kartilago. Angka kejadiannya berkisar 5-
10% pada kepala dan leher, terbanyak pada maxilla
& mandibula
Adenokarsinoma Sinonasal

Adenokarsinoma dijumpai 10-14% dari keseluruhan


Limfoma Maligna Sinonasal tumor ganas nasal dan sinus paranasal. Secara klinis
merupakan neoplasma agresif lokal, sering
Limfoma pada sinonasal ditemukan sekitar 5-8% dari ditemukan pada laki- laki dengan usia 40-70 tahun.
limfoma ekstranodal pada kepala dan leher. Sering ditemukan pada sinus maksilaris dan etmoid.
Meskipun jarang, tumor ini merupakan tumor ganas Adenokarsinoma menyebar dengan menginvasi dan
non epithelial sering ditemukan pada keganasan merusak jaringan lunak dan tulang di sekitarnya dan
hidung jarang bermetastasis
Gejala utama berupa hidung tersumbat, nyeri, massa
pada wajah dengan deformasi dan atau proptosis &
epistaksis, bergantung pada lokasinya
Olfactory Neuroblastoma
Mukosal Melanoma Maligna
Tumor ganas yang muncul dari epitel olfaktorius pada
dinding superior nasi. Merupakan 7-10% keganasan
Sekitar 1% kasus melanoma maligna ditemukan
yang ditemukan di sinonasal pada kisaran usia 10-20
pada 20% kasus melanoma maligna dengan origin
& 50-60 tahun. Terapi bedah eksisi tumor dengan
kepala dan leher. Umumnya didapatkan pada daerah
batas bebas tumor merupakan pilihan terapi pada
kavum nasi kemudian pada sinus maxillaris dan
tumor ini. Penambahan terapi dengan radioterapi
kavum oral. Biasanya ditemukan pada usia 50 tahun
postoperatif meningkatkan angka kesembuhan pada
penyakit ini
1. Gejala nasal : Obstruksi hidung
unilateral & rinorea. Sekret yang
timbul bercampur darah/terjadi
epitaksis. Tumor yang besar
dapat mengakibatkan deformitas
Anamnesis
hidung
2. Gejala orbital : Diplopia,
proptosis/penonjolan bola mata,
oftalmoplegia, gangguan visus &
epifora
3. Gejala oral : Penonjolan/ulkus di
palatum, nyeri gigi
4. Gejala fasial : Penonjolan pipi,
nyeri
5. Gejala intrakranial : Sakit kepala
hebat, oftalmoplegia & gangguan
visus. Likuorea, yaitu cairan otak
yang keluar melalui hidung
apabila tumor sudah menginvasi
basis cranii
Pemeriksaan 1. Wajah pasien apakah terdapat asimetri atau tidak
2. Periksa dengan seksama kavum nasi dan nasofaring melalui
Fisik rinoskopi anterior dan posterior. Permukaan yang licin
merupakan pertanda tumor jinak sedangkan permukaan yang
berbenjol-benjol, rapuh dan mudah berdarah merupakan
pertanda tumor ganas. Jika dinding lateral kavum nasi
terdorong ke medial berarti tumor berada di sinus maksila
3. Pemeriksaan nasoendoskopi dan sinuskopi dapat membantu
menemukan tumor pada stadium dini
1. Pemeriksaan Biopsi (Gold Standart)
2. Pemeriksaan Endoskopi : Menggunakan alat endoskop yaitu
Pemeriksaan
berupa pipa fleksibel yang ramping dan memiliki penerangan Penunjang
pada ujungnya sehingga dapat membantu untuk melihat
area sinonasal yang tidak dapat terjangkau dan terevaluasi
dengan baik melalui pemeriksaan rhinoskopi
3. Pemeriksaan X-ray
4. CT-Scan
5. MRI
6. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET) : Cara
untuk membuat gambar organ dan jaringan dalam tubuh.
Sejumlah kecil zat radioaktif disuntikkan ke tubuh pasien. Zat
ini diserap terutama oleh organ dan jaringan yang
menggunakan lebih banyak energi. Karena kanker
cenderung menggunakan energi secara aktif, sehingga
menyerap lebih banyak zat radioaktif. Scanner kemudian
mendeteksi zat ini untuk menghasilkan gambar bagian
dalam tubuh. Sering digunakan untuk keganasan kepala dan
leher untuk staging dan surveillance
Staging

1. T = Tumor primer
 
a. Indeks angka : Tx, Tis, T0, T1, T2, T3, dan T4.
 
b. Indeks huruf : T1a, T1b, T1c, T2a, T2b, T3b, dst.
 
2. N = Nodus regional, metastase kelenjar limfe regional
 
a. Indeks angka : N0, N1, N2, dan N3.
 
b. Indeks huruf : N1a, N1b, N2a, N2b, dst.
 
3. M = Metastase jauh
Penentuan stadium tumor ganas hidung dan sinus paranasal menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010
Tatalaksana

1. Pembedahan : Terapi bedah yang dilakukan


biasanya adalah terapi kuratif dengan reseksi
bedah. Pengobatan terapi bedah ini umumnya
berdasarkan staging dari masing- masing tumor
2. Radioterapi
3. Kemoterapi : Stadium lanjut
Komplikasi

1. Perdarahan : untuk menghindari perdarahan arteri


etmoid anterior dan posterior dan arteri sfenopalatina dapat
dikauter atau diligasi
2. Epifora : hal ini sering terjadi saat pembedahan
disebabkan oleh obstruksi pada aliran traktus lakrimalis.
Endoskopik lanjutan dan tindakan dakriosisto rhinostomi
mungkin perlu dilakukan
Prognosis

Pada umumnya prognosis kurang baik. Banyak sekali faktor yang


mempengaruhi prognosis keganasan pada sinonasal. Faktor-faktor tersebut
seperti perbedaan diagnosis histologi, asal tumor primer, perluasan tumor,
pengobatan yang diberikan sebelumnya, status batas sayatan, terapi
adjuvan yang diberikan, status imunologis, lamanya follow up dan banyak
lagi faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap agresifitas penyakit dan
hasil pengobatan yang tentunya berpengaruh juga terhadap prognosis
penyakit ini
Daftar Pustaka

1. Roezin A, Armiyanto. Tumor Hidung dan Sinonasal. dalam : Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher: edisi 6. Soepardi EA,
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editor. 2007. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. hal : 178-81
2. Carrau RL, MD. Malignant Tumor of the Nasal Cavity and Sinuses. [cited on
April 4th 2013]. Available from : http://emedicine.medscape.com/article /
846995-overview#showall
3. American Society of Clinical Oncology. Nasal Cavity and Paranasal Sinus
Cancers. 2011. USA. [cited on April 4 th 2013]. Available from : http://www.
cancer.net/cancer-types/nasal-cavity-and-paranasal-sinus-cancer
4. Hilger PA, Adam GL. Penyakit Hidung dan Tumor-Tumor Ganas Kepala Leher.
dalam : BOEIS Buku Ajar Penyakit THT : edisi 6. Effendi H, Santoso RAK,
editor. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. hal : 235-7, 429-44.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai