PENDAHULUAN
Rongga hidung dikelilingi oleh 7 sampai 8 rongga sinus paranasal yaitu sinus
maksila, etmoid anterior dan posterior, frontal dan sphenoid. Kedelapan sinus ini
bermuara ke meatus rongga hidung. Oleh sebab itu pembicaraan tentang mengenai tumor
ganas hidung tidak dapat dipisahkan dari tumor ganas sinus paranasal karena keduanya
saling mempengaruhi kecuali jika ditemukan masing-masing dalam keadaan dini.
Tumor hidung dan sinus paranasal pada umumnya jarang ditemukan, baik yang
jinak maupun yang ganas. Di Indonesia dan di luar negeri, kekerapan jenis yang ganas
hanya sekitar 1% dari keganasan seluruh tubuh.
Dari kelompok keganasan hidung dan sinus paranasal ini ±80 % merupakan
keganasan sinus maksila, ± 24% keganasan hidung dan sinus etmoid, sedangkan
keganasan sinus sphenoid dan frontal hanya 1%. Tumor ini lebih sering ditemukan pada
laki-laki dan wanita dengan perbandingan.
Karena tumor tumbuh dalam tulang, sulit mengetahuinya secara dini. Asal tumor
juga sulit ditentukan, apakah dari hidung atau sinus karena biasanya pasien berobat dalam
keadaan penyakit lanjut dan tumor sudah memenuhi rongga hidung dan sinus. 1,2
ANATOMI SINUS
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit di
deskripsikan karena bentuknya sangat variasi pada setiap individu. Ada 4 pasang sinus
paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu: 2 buah sinus maksila, 2 buah sinus frontal, 2
buah sinus ethmoid dan 2 buah sinus sfenoid. Sinus paranasal merupakan hasil
pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua
sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.
Pneumatisasi sinus sphenoid dimulai pada 8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-
superior rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksila pada usia
antara 15-18 tahun. 1,2
Beberapa teori yang di kemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain:
• Sebagai pengatur kondisi udara
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur
kelembaban udara inspirasi
ETIOLOGI
Etiologi tumor hidung dan sinus paranasal belum diketahui secara pasti, akan
tetapi diduga beberapa faktor yang dapat menyebabkannya, antara lain:
• Infeksi kronik hidung dan sinus paranasal
• Rokok
• Kontak dengan serbuk kayu pada pekerja pengerajin kayu
• kontak dengan bahan atau zat industri seperti nikel, kromium, gas mustard dan
isopropanolol, formaldehid
• Alkohol4
PATOLOGI
Tumor jinak dan ganas di kavum nasi dan sinus paranasal dapat berasal dari epitel
dan non epitel
mudah pecah, berwarna merah sampai kelabu dan berbentuk oedem dan terlihat
bening
2. Adenoma
Adenoma ialah tumor jinak yang berasal dari epitel kelenjar dan terdiri atas
struktur-struktur kelenjar yang mirip dengan jaringan asalnya. Kebanyakan
adenoma bukan merupakan tumor sejati, melainkan hanya hiperplasi
kompensatorik setempat dari pada epitel kelenjar. Jika suatu bagian hati rusak,
maka akan terbentuk jaringan baru yang menonjol ke permukaan dan dapat
dikacaukan dengan adenoma. Adenoma yang sejati mempunyai simpai dan terdiri
atas struktur kelenjar seperti adenoma pada payudara, lambung, pankreas dan usus
besar atu terdiri atas gencel-gencel padat ( solid cords ), seperti adenoma hati dan
kelenjar
2. Fibrous dysplasia, terjadi perubahan dari tulang normal, menjadi jaringan ikat
kolagen, fibroblast dan bahan- bahan osteosid. sering terjadi pada umur 20 thn.
Terlihat seperti pembengkakan pada tulang. bagian yang sering terjadi adalah
tulang maksila.
3. Fibroma
Tumor yang terutama terdiri dari jaringan fibrosa atau jaringan penyambung yang
berkembang sempurna.
4. Angiofibroma
Suatu tumor yang secara histology jinak, tetapi secara klinis bersifat ganas, karena
secara klinis mempunyai kemampuan mendestruksi tulang dan meluas kejaringan
sekitar.
5. Neurilemoma.
Jenis tumor neurogenik yang paling sering, biasanya terisolasi dan berkapsul.
Berasal dari sel neurilema ( Schwann ) saraf-saraf yang bermielin, massa yang
tanpa nyeri, tumbuh lambat.
6. Nasal Glioma
Terbentuk oleh jaringan glia ekstradural dan tidak berhubungan dengan sistim
saraf pusat. Glioma merupakan massa yang padat, tak berdenyut, berwarna abu-
abu atau keunguan. Biasanya glioma diketahui pada saat lahir atau segera sesudah
lahir. 60 % terletak ekstranasal, baiasanya disepanjang sutura nasomaksilaris atau
dekat garis tengah, 30% terletak intranasal, dan 10 % didalam dan diluar hidung
7. Hemangioma
Hemangioma adalah tumor pembuluh darah yang mudah berdarah dan sukar
dibedakan dari teleangiektasis atau dilatassi pembuluh darah yang sebelumnya
sudah ada. Hemangioma ini dapat tumbuh disemua bagian tubuh kita, termasuk
rongga hidung. Pada pemeriksaan tampak warna agak kemerahan , tumor teraba
kenyal, batas tegas, dan tertutup kapsul sebagian, pertumbuhan tumor lambat
seakan-akan tidak bertambah berat.
2. Adenokarsinoma, tumor ganas ke-2 yang paling sering terjadi pada sinus maksila
dan sinus ethmoid, 52% dari kasus di sinus ethmoid dan kebanyakan berhubungan
dengan penyakit akibat kerja, dan parikel-pertikel debu yang berterbangan,
partikel yang besar akan menimbuin di sinus yang menunjukkan gambaran seperti
sel squamous.
3. Melanoma Malignant
Melanoma Malignant merupakan suatu tumor ganas kulit, yang dapat timbul pada
membrane mukosa hidung. Daerah yang sering terkena ialah intra nasal, palatum
durum atau mukosa bukal.
4. Anaplastik karsinoma
2. Osteogenik sarcoma, tumor ganas yang paling utama dan paling umum di tulang,
tapi jarang di sinus. Hanya 5 % terdapat di daerah kepala dan leher dimana
mandibula lebih sering terserang dari pada maxilla. 30-40 % bermetastase jauh.
Bertahan hidup sampai 5 tahun sekitar 15-20 %.
3. Fibrosarcoma
4. Angiosarcoma
5. Chondrosarcoma3,5,6
GEJALA KLINIS
Gejala tergantung dari asal tumor primer serta arah dan perluasannya. Tumor di
dalam sinus maxilla biasanya tanpa gejala. Gejala timbul setelah tumor besar, dapat
mendorong atau menembus dinding tulang dan meluas ke rongga hidung atau mulut, pipi,
atau orbita.
3. Gejala oral. Perluasan tumor kerongga mulut dapat menyebabkan penonjolan atau
ulkus palatum atau prosesus alveolaris. Pasien mengeluh gigi geligi goyah.
Seringkali pasien datang ke dokter gigi karena nyeri gigi, tetapi tidak sembuh
meskipun gigi telah dicabut.
Saat pasien berobat biasanya tumor sudah dalam fase lanjut. Hal ini yang juga
menyebabkan diagnosis terlambat adalah karena gejala dininya mirip dengan rinitis atau
sinusitis kronik sehingga sering diabaikan pasien maupun dokter1,5,6
STADIUM
Menurut UICC tahun 1922 sebagai berikut: 1,2,3,5
T2 : tumor dengan erosi dan destruksi infra struktur meliputi palatum durum
dan meatus media
T3 : tumor invasi ke kulit pipi, dinding posterior sinus maksila, dasar atau dinding
medial orbita
T4 : tumor invasi ke orbita dan isinya dan atau invasi lamina kribiformis, sinus
etmoid posterior atau sinus sfenoid, nasofaring, palatum molle, fossa pterigo
maksila atau fosa temporal, dasar tengkorak.
Std 1 : T1N0M0
Std 2 : T2N0M0
DIAGNOSIS
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan :
1. Pemeriksaan histopatologi
2. Jika tumor tampak di rongga hidung atau rongga mulut, maka biopsi mudah dan
harus dilakukan dengan segera biopsi tumor sinus maksila, dapat dilakukan
melalui tindakan sinoskopi atau melalui operasi CALD WELL-LUC yang
insisinya melalui sulkus ginggivo bukal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan foto polos sinus paranasal dan paru untuk melihat adanya metastasis
1. Foto polos dengan posisi Cald Well, waters, lateral dan submentovertikal.
2. CT Scan, sarana terbaik untuk melihat perluasan tumor ke jaringan lunak dan
tulang
PENATALAKSANAAN
Terbaik untuk tumor ganas adalah kombinasi operasi, radio terapi, dan
kemoterapi. Satu pengobatan saja tidak cukup. Kemoterapi bermanfaat pada tumor ganas
dengan metastase atau yang residif atau jenis yang sangat baik dengan kemoterapi,
misalnya limfoma malignum.
Pada tumor jinak dilakukan ekstirpasi tumor sebersih mungkin. Bila perlu
dilakukan cara pendekatan rinotomi lateral atau degloving.
Untuk tumor ganas dilakukan tindakan radikal seperti maksilektomi, dapat berupa
maksilektomi media, total dan radikal. Maksilektomi biasanya di lakukan misalnya pada
tumor yang sudah infiltrasi ke orbita, terdiri dari pengangkatan maksila secara endblok
disertai eksterasi orbita, jika tumor meluas ke rongga intrakranial dilakukan reseksi
kraniofasial atau kraniotomi, tindakan dilakukan dalam tim bersama dokter bedah
saraf.3,5,6
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosisnya kurang baik, beberapa hal yang mempengaruhi
prognosis antara lain:
Θ Diagnosis terlambat dan tumor sudah meluas sehingga sulit mengangkat tumor.