Anda di halaman 1dari 35

TUMOR OTAK

KELOMPOK 5

HIJRAWATI ANUGRAH
ROSALINA LUTURMAS
FERA METEKOHY
ROSMIATI
PENGERTIAN
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan
karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas
yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak.
Tumor otak dapat berasal dari otak (tumor otak primer)
atau kanker yang berasal dari bagian tubuh lain dan
merambat ke otak (tumor otak sekunder / metastatik).
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada
intrakranial yang menempati ruang di dalam
tengkorak. (Suzanne dan Btenda G Bare)
Tumor berarti benjolan, yaitu suatu proses yang
mengambil tempat. (Soemarmo Markam. 2009 : 226)
ETIOLOGI

Penyebab tumor hingga saat ini masih belum


diketahui secara pasti walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor
yang perlu ditinjau:
• Hederiter
• Sisa-sisa sel Embrional
• Radiasi
• Virus
• Substansi-substansi karsinogenik
• Trauma kepala
PATOFISIOLOGI
• Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif.
Gangguan neurologik pada otak biasanya dianggap
disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebabkan
oleh oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.

• Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada


jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan
tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan
otak.
• Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa
faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema
sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.

•Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan obstruksi vena dan


edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya
menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan
tekanan intracranial.

•Obstruksisirkulasi cairan serebrospinal dari fentrikel lateral ke


ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.

•Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang


cepat bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan
nadi), dan gangguan pernafasan
Klasfikasi Tumor Otak
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Bram
Al Azri:2013) yaitu:

1. JINAK
a) Acoustic neuroma
b) Meningioma
c) Pituitary adenoma
d) Astrocytoma (grade I)

2. MALIGNANT
a) Astrocytoma (grade 2,3,4)
b) Oligodendroglioma
c) Apendymoma
d) Metastase Tumor Otak
Manifestasi tumor otak
 Perubahan status mental
Seperti pada gangguan neurologis atau bedah syaraf, perubahan tingkat
kesadaran atau sensoris dapat ditemukan. Perubahan status emosional dan
mental, seperti letargi dan mengantuk, kebingungan, disorientasi, serta
perubahan kepribadian dapat ditemukan.
 Sakit kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian
berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat
juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan
aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita.
 Mual dan muntah
Manifestasi klinis mual dan muntah dipercaya terjadi karena tekanan pada
medula, yang terletak pusat muntah. Klien sering mengeluhkan sakit kepala
parah setelah berbaring di ranjang. Saat sakit kepala makin nyeri, klien juga
dapat mengalami mual atau muntah yang spontan. Selama episode muntah
biasanya nyeri kepala akan berkurang.
 Papiledema
Kompresi pada nervus kranialis kedua, nervus optik, dapat
menyebabkan papiledema. Mekanisme patofisiologis yang
mendasari hal ini masih belum diapahami. Peningkatan tekanan
intrakranial mengganggu aliran balik vena dari mata dan menumpuk
darah di vena retina sentralis. Juga dikenal sebagai “Choked disc”,
papiledema umum pada klien dengan tumor intrakranial dan
mungkin merupakan manifestasi awal dari peningkatan tekanan
intrakranial. Papiledema awal tidak menyebabkan perubahan
ketajaman penglihatan dan hanya dapat dideteksi dengan
pemeriksaan oftalmologis. Papiledema parah dapat bermanifestasi
sebagai penurunan tajam penglihatan.

 Kejang
Kejang, fokal atau umum, sering ditemui pada klien dengan tumor
intrakranial, terutama tumor hemisfer serebral. Kejang dapat parsial
atau menyeluruh.
Penatalaksanaan
 Pembedahan
Tumor jinak sering kali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan
pembedahan merupakan tindakan yang berpotensi kuratif, untuk tumor
primer maligna, atau sekunder biasanya sulit disembuhkan. Pembedahan
tumor biasanya harus melalui diagnosis yang histologis terlebih dahulu.

 Terapi Medikamentosa
 Antikonvulsan untuk epilepsi
 Kortikosteroid (dekstrametason) untuk peningkatan tekanan intrakranial. Steroid
juga dapat memperbaiki defisit neurologis fokal sementara dengan mengobati
edema otak
 Kemoterapi diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagai ajuvan
pembedahan dan radioterapi dengan pengawasan unit spesialistik neuro onkologi.
 
 Terapi Radiasi
Radioterapi konvensional menghantarkan radiasi menggunakan akselerator
linier. Dosis standar untuk tumor otak primer kurang lebih 6.000 Gy yang
diberikan lima kali seminggu selama 6 minggu. Untuk klien dengan tumor
metastasis, dosis standar radiasi kurang lebih 3.000 Gy. Dosis pasti akan
bergantung pada karakteristik tumor, volume jaringan yang harus diradiasi
biasanya diberikan dalam periode yang lebih pendek untuk melindungi jaringan
normal di sekitarnya. Bentuk lain dari terapi radiasi, walaupun tidak dianggap
konvensional dan belum tersedia luas, adalah terapi radiasi partikel berat,
radioterapi neutron cepat, terapi fotodinamik, dan terapi tangkapan neutron
boron.Walaupun penggunaannya luas, terapi radiasi bukan tanpa konsekuensi.

 Faktor –faktor prognostik sebagai pertimbangan penatalaksanaan:


› Usia
› General Health
› Ukuran Tumor
› Lokasi Tumor
› Jenis Tumor
Pemeriksaan penujang

1. CT Scan dan MRI


2. Foto Polos Dada
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
4. Biopsi Stereostatik
5. Angiografi Serebral
6. Elektroensefalogram (EEG)
Komplikasi
Menurut beberapa sumber salah satunya menurut Ginsberg(2008) komplikasi yang
dapat terjadi pada tumor otak antara lain:

1. Peningkatan Tekanan Intrakraial


Peningkatan tekanana intrakranial terjadi saat salah satu maupun semua faktor
yang terdiri dari massa otak, aliran darah ke otak serta jumlah cairan serebrospinal
mengalami peningkatan. Peningkatan dari salah satu faktor diatas akan memicu:
› Edema Serebral
› Hidrosefalus
› Herniasi Otak

2. Epilepsi
3. Berkurangnya fungsi neurologis
4. Ensefalopati radiasi
5. Metastase ke tempat lain 
6. Kematian
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis (00133) berhubungan dengan perembesan tumor:
peningkatan tekanan intrakranial.
2. Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan
penekanan medula oblongata.
3. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral (00200)
berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial,
pembedahan tumor, edema serebri.
4. Resiko cedera (00035) berhubungan dengan vertigo sekunder
terhadap hipotensi ortostatik.
5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan efek kemoterapi dan radioterapi.
6. Gangguan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan
gangguan sensorik dan motorik
7. Gangguan rasa nyaman (00214) berhubungan dengan nyeri
akibat tidak mampu menggerakan leher.
Asuhan Keperawatan

Let’s begin...
Kasus
Seorang laki-laki bernama Tn. A usia 35 tahun datang ke RS karena
penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelumnya. Penurunan kesadaran disertai
dengan kejang pada seluruh tubuh setelah mengedan. Sejak 3 bulan sebelumnya
pasien sudah sering sakit kepala, lemas bagian tangan kanan dan kaki kanan,
pandangan kabur dan bicara menjadi pelo. Pasien adalah seorang perokok berat.
Sistem respirasi spontan, frekuensi napas 30 x /menit, suara paru vesikuler, tidak
ada ronkhi dan wheezing, saturasi oksigen 95%. Frekuensi nadi 110x/menit, TD
110/80 mmHg, suhu 37 C akral hangat dan capillary refill time (CRT) <3 detik.
Hasil laboratorium darah Hb 9,6 g/dL, Ht 37,8 %, Tr 249x103/μL, leukosit
20x103/μL.
Pada pemeriksaan fisik saat masuk didapatkan GCS: E2M5V2=9, pupil bulat
isokor, refleks cahaya langsung dan tak langsung baik. Didapatkan paresis N.
fasialis dan Hipoglosus dextra sentral dan hemiparesis dextra. Reflek fisiologis
meningkat untuk keempat ekstremitas, sedangkan tanda babinski didapatkan pada
sisi kanan. Satu hari perawatan kesadaran pasien mulai membaik.
Pemeriksaan CT Scan kepala didapatkan lesi multipel isodens inhomogen
dengan edema disekitarnya pada lobus frontasli kanan dan kiri disertai dengan
herniasi subfalcin. Kesan suatu lesi metastasis. Hasil pemeriksaan MRI kepala,
lesi multipel lobus parietal kanan dan kiri serta frontal kiri, kesan: lesi metastasis.
Pengkajian
Identitas Klien
Nama : Tn. A
Tempat/Tanggal Lahir : Sukoharjo,12-12-1984
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir: Sukoharjo
Pekerjaan : Wiraswasta
Lama bekerja : -
Alamat : Sukoharjo
Tanggal Masuk RS : 21 September 2019
Ruangan : Melati
Golongan darah : O
Sumber info : Klien, Keluarga Klien, Rekam Medis, Tim Medis
 
Penanggung jawab / pengantar
Nama : Ny. A
Umur : 33 Tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Sukoharjo
RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
 Keluhan utama :
Keluarga klien mengatakan klien mengalami penurunaan kesadaran
1 hari SMRS.
 Alasan masuk RS :

Klien mengalami penurunan kesadaran sejak 1 hari


sebelumnya. Penurunan kesadaran disertai dengan kejang pada seluruh tubuh
setelah mengedan. Sejak 3 bulan sebelumnya. pasien sudah sering sakit kepala,
lemas bagian tangan kanan dan kaki kanan, pandangan kabur dan bicara
menjadi pelo.

Riwayat Penyakit
Provocative/Paliative : Penekanan syaraf
Quality : Nyeri seperti ditusuk- tusuk
Region : Nyeri pada kepala
Severity: Skala 5 FACES pain Rating scale ( nyeri sedang)
Timing : Hilang timbul.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah dialami

 Saat kecil / kanak-kanak :


Keluarga klien mengatakan, saat kecil klien hanya mengalami flu dan demam
 Penyebab :
Karena faktor cuaca dan pola hidup
 Riwayat perawatan :
Sebelumnya Tn. A belum pernah dirawat di RS.
 Riwayat operasi :
Keluarga klien mengatakan belum pernah dioperasi
 Riwayat pengobatan :
Jika sakit hanya membeli obat di apotek atau warung.
 Riwayat alergi :
Tn. A tidak memiliki riwayat alergi
 Riwayat immunisasi :
Keluarga klien mengatakan kurang tahu mengenai imunisasi klien

 Riwayat kesehatan keluarga


Keluarga klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit seperti Hipertensi, Asma, DM dan penyakit menular seperti TBC
ataupun Hepatitis.
RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL

 Pola koping : Strategi koping Klien tidak di kaji


 Pola Hubungan dan Komunikasi : Interaksi klien dalam keluarga dan
teman dan, hubungan dengan keluarga dan teman, rukun, gaya hidup keluarga klien
sederhana.
 Harga diri : Klien didukung oleh keluarga dalam
setiap proses pengobatan yang dijalani di rumah sakit.
 Identitas diri : Klien menyadari bahwa dirinya seorang
laki-laki yang sedang dirawat di RS karena sakit.
 Peran diri : Karena sedang di rawat di rumah sakit
keluarga klien mengatakan waktu bekerjanya terganggu sehingga tidak bisa bekerja
lagi.
 Ideal diri : Keluarga klien mengatakan bersedia menjalani pengobatan yang ada di
rumah sakit untuk kesembuhan klien.
 Gambaran diri: Keluarga klien menyadari akan kondisi
yang sekarang dialami. Dan keluarga klien menganggap ini semua adalah ujian dari
Allah SWT yang harus dijalani dengan sabar dan ikhlas.
 Nilai dan Kepercayaan: Klien beragama islam, keluarga pasien
mengatakan sebelum sakit klien terkadang beribadah sholat berjamaah di masjid.
KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBASAAN SEHARI-HARI

 Makan
Sebelum MRS : Klien makan 3 kali sehari dengan porsi makan dihabiskan.
Setelah MRS : klien makan Makanan cair 1200 cc. dengan 3x 1 /3 porsi
 Minum
Sebelum MRS : Klien minum 8x 2 00 c c / hari air putih .
Setelah MRS : Klien minum 6x50 c c/ hari air putih.
 Tidur
Sebelum MRS : Klien tidur dengan frekuensi normal 6-8 jam / hari,
Setelah MRS : Klien tidur 6-7 jam / hari.
 Eliminasi fekal / BAB
Sebelum MRS : Sebelum masuk RS klien BAB 1x sehari pada pagi hari dengan warna kuning kecoklatan. Klien tidak
pernah menggunakan obat pencahar.
Setelah MRS : Selama di RS klien BAB menggunakan pampers. Pampers diganti 3x sehari dengan warna kuning
kecoklatan.
 Eliminasi urine / BAK
Sebelum MRS : Sebelum masuk RS klien BAK 5-6x sehari dengan warna urin kuning jernih.
Setelah MRS : Selama di RS klien BAK menggunakan catheter.
 Aktivitas dan latihan
Sebelum MRS : Klien sehari-hari bekerja sebagai wiraswasta
Setelah MRS : Klien lemas dan tidak bisa beraktivitas. Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur.
 Personal hygiene
Sebelum MRS : Klien mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2 hari sekali, ganti baju dalam dan
pakaian dilakukan secara mandiri.
Setelah MRS : Keluarga klien mengatakan klien kadang hanya dilap basah, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 1 kali
sehari, ganti baju dalam dan pakaian 2 kali sehari dengan dibantu oleh keluarga.
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum
Kelemahan : Pasien tampak lemas
Tingkat kesadaran : Somnolen
GCS : E2M5V2
Vital sign :

TD :110/80 mmHg
S : 37 C
R : 30 x/menit
N : 110x/menit
O2 : 95 % (tanpa nasal canul )
 Head to toe
Kulit / integumen : Warna kulit klien sawo matang. Tidak ada
petekie, striase, scar, edema, turgor. Distribusi rambut
merata, rambut sebagian beruban.
Kepala : Bentuk : mesochepal, ukuran normal
Kuku: Kuku bersih dan pendek
Mata / penglihatan : Klien tidak memakai alat bantu
penglihatan, Fungsi penglihatan klien kabur.
Hidung/ penghiduan : Terpasang NGT, menggunakan nasal
canul oksigen Pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret,
tidak ada polip.
Telinga/pendengaran: Posisi telinga simetris, Tidak terasa
nyeri di bagian telinga, Telinga klien bersih tidak ada
serumen, Tidak ada ganguuan pendengaran, Tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
Mulut dan gigi : Klien bicara pelo Mulut klien kotor, lidah tampak warna putih, Gusi kemerahan Gigi
lengkap, klien gosok gigi 2 kali sehari Mukosa bibir lembab kering, tidak ada pembesaran tonsil.
Leher : Tidak ada edema dan noqqdul, tidak ada peningkatan JPV
Dada
Inspeksi: Bentuk dada simetris, tidak ada luka, tidak ada retraksi dinding dada, pengembangan dada
optimal,
Palpasi : Tidak ada ketinggalan gerak, tidak teraba adanya massa, teraba iktus cordis pada ICS 4 dan 5
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara paru Vesikuler

Abdomen
Inspeksi : Bentuk supel, tidak asites ataupun distended
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Auskultas : Bising usus 16x/menit
 
Perineum & genitalia: Tidak terdapat kemerahan, tidak ada lesi, genitalia klien bersih
Ekstremitas
Atas : Akral hangat dan capillary refill time (CRT) <3 detik
tidak ada edema, turgor kulit baik, tidak terjadi sianosis, terpasang infus NaCl 0,9 % 20 tpm kekuatan
otot 2 5
Bawah : akral hangat dan capillary refill time (CRT) <3 Detik, tidak ada edema, turgor kulit baik, tidak
terjadi sianosis kekuatan otot 2 5
Anus & rektum : Tidak ada hemoroid
Data laboratorium
No Jenis Pemeriksaan Nilai Lab Nilai Normal Interpretasi

1
 Hemoglobin 9,6 14.00-18.00 Rendah
2 Hematokrit 37,8 42.00-52.00 Normal
3 Leukosit 20 4.0-10.5 Tinggi
4 Trombosit 249 150-450 Tinggi

Hasil pemeriksaan diagnostik lainnya

Hasil pemeriksaan CT Scan kepala tanggal 21 September 2019:


Didapatkan lesi multipel isodens inhomogen dengan edema disekitarnya
pada lobus frontasli kanan dan kiri disertai dengan herniasi subfalcin.
Kesan : suatu lesi metastasis.

Hasil pemeriksaan MRI kepala tanggal 21 September 2019 :


Terdapat Lesi multipel lobus parietal kanan dan kiri serta frontal kiri.
Kesan : lesi metastasis.
Analisa Data
 Data 1
DS :
Keluarga klien mengatakan klien
penurunan kesadaran 1 hari SMRS,
pandangan kabur, bicara pelo
 DO :
Keadaan umum : pasien tampak lemas
Kesadaran : Somnolen
GCS : E2M5V2

 Problem : Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan


otak
Analisa Data
 Data 2
DS :
Keluarga klien mengatakan klien sakit
kepala sudah 3 bulan terakhir
P : Penekanan syaraf
Q : Nyeri seperti ditusuk- tusuk
R : Nyeri pada kepala
S : Skala 5 FACES pain Rating scale (nyeri sedang)
T: Hilang timbul.
 
DO :
TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 110x/menit
RR : 30 x/menit,

 Problem : Nyeri akut


 Etiologi : Agen cidera biologis
Analisa data
 Data 3
DS : -
 
DO:
TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 110x/menit
RR : 30 x/menit,

 Problem :Ketidakefektifan pola nafas


Analisa data
 Data 4
DS :
Keluarga klien mengatakan klien lemas
bagian tangan kanan dan kaki kanan
 
DO :
Ekstremitas Atas : akral hangat dan capillary refill time (CRT) <3 detik tidak ada edema,
turgor kulit baik, tidak terjadi sianosis, terpasang infus NaCl 0,9 % 20 tpm kekuatan otot
2 5
 
Bawah : akral hangat dan apillary refill time (CRT) <3 Detik, tidak ada edema, turgor
kulit baik, tidak terjadi sianosis kekuatan otot
2 5
 Problem : Hambatan mobilitas fisik
 Etiologi : gangguan neuromuskular
 Data 5
DS : -
 
DO :
S : 37C
Hb : 9,6 g/dL
Ht : 37,8 %
Tr : 249x103/μL
Leukosit:20x103/μL
› Masalah : Resiko infeksi
Prioritas masalah

1. Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak


2. Nyeri akut b.d agen cedera biologis.
3. Ketidakefektifan pola nafas
4. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan
neuromuskular
5. Resiko infeksi
Rencana Keperawatan
Dx. Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)

Resiko ketidak efektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 Monitor tekanan intrkranial (TIK)
jaringan otak jam diharapkan Resiko ketidak efektifan perfusi (2590)
jaringan otak pasien dapat berkurang dengan
1. Monitor status neurologis
kriteria hasil :
  2. Beri informasi kepada pasien
Perfusi jaringan : serebral (0406) dan keluarga/ orang penting
lainnya
3. Letakkan posisi kepala dan
Indikator Out come Target leher dalam posisi netral
awal 4. Beri agen farmakologis untuk
penurunan 2 5
tingkat
mempertahankan TIK dalam
kesadaran jangkauan tertentu.
Refleks saraf 3 5 5. Beritahu dokter untuk
terganggu peningkatan TIK yang tidak
Nilai rata- rata 3 5 bereaksi sesuai
TD
Ket :
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada
Implementasi dan evaluasi
Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi
Catatan Perkembangan (SOAP)

Resiko ketidak efektifan 1. Monitoring status neurologis S : Keluarga klien mengatakan klien
perfusi jaringan otak 2. Memberi informasi kepada sudah sadar
pasien dan keluarga/ orang O :
penting lainnya Keadaan umum : Pasien tampak lemas
3. Meletakkan posisi kepala dan Kesadaran : Apatis
leher dalam posisi netral GCS : E3M5V5
4. Memberi agen farmakologis A : masalah teratasi sebagian
untuk mempertahankan TIK
dalam jangkauan tertentu.
5. Memberitahu dokter untuk
Indikator Out come Target
peningkatan TIK yang tidak awal
bereaksi sesuai Penurunan 2 4
tingkat
kesadaran
Refleks saraf 3 4
Terganggu

Nilai rata- 3 4
rata
P: lanjutkan
TD
intervensi no : 1,2,3,4 dan 5
Arigatou Gozaimasu

Anda mungkin juga menyukai