Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA IBU HAMIL DENGAN LETAK


SUNGSANG

Oleh :

Dorkas M Beay

7120411807

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

2022/2023
A. Konsep Dasar Letak Sunsang
1. Defenisi
Letak sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah cavum uteri (Prawirohardjo, 2002)

2. Klasifikasi Letak Sungsang


Letak sungsang sendiri dibagi menjadi:
a. Letak Bokong Murni
Presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris “Frank Breech“. Bokong saja
yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus ke atas.
b. Letak Bokong Kaki
Presentasi bokong kaki disamping bokong teraba kaki dalam bahasa Inggris
“Complete Breech”. Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna
kalau disamping bokong teraba kedua kaki atau satu kaki saja.
c. Letak Lutut
Presentasi lutut dan presentasi kaki dalam bahasa Inggris kedua letak tersebut
disebut “Incomplete Breech”. Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut
atau hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut sempurna dan
letak kaki atau lutut tidak sempurna.
Dari letak – letak tersebut, letak bokong murni paling sering dijumpai. Punggung
biasanya terdapat kiri depan. Frekwensi letak sungsang lebih tinggi pada kehamilan
muda dibandingkan dengan kehamilan aterm dan lebih banyak pada multigravida
daripada primigravida (Marmi, 2011.

3. Etiologi
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya ialah prematuritas, multiparitas, hamil kembar, hidramnion,
hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit. Kadang-kadang juga disebabkan
oleh kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan bentuk uterus (malformasi).
Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak
sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus. Kelainan
fetus juga dapat menyebabkan letak sungsang seperti malformasi CNS, massa di
leher, aneuploid (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Menurut Manuaba (2008) faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
b. Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
c. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
d. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
e. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada
panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain –
lain.
f. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
g. Gemeli (kehamilan ganda)
h. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.Janin sudah lama
mati.
i. Sebab yang tidak diketahui.

 Penyebab letak sungsang dapat berasal dari:


a. Sudut Ibu
1) Keadaan rahim
2) Rahim arkuatus
3) Septum pada rahim
4) Uterus dupleks
5) Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan plasenta
1) Plasenta letak rendah
2) Plasenta previa
3) Keadaan jalan lahir
4) Kesempitan panggul
5) Deformitas tulang panggul
6) Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
c. Sudut janin
Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
1) Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
2) Hedrosefalus atau anesefalus
3) Kehamilan kembar
4) Hidroamnion atau aligohidromion
5) Prematuritas
Dalam keadaan normal, bokong mencapai tempat yang lebih luas sehingga
terdapat kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian
terbesar dan keras serta paling lambat. Melalui hukum gaya berat, kepala janin akan
menuju kearah pintu atas panggul. Dengan gerakan kaki janin, ketegangan
ligamentum fatundum dan kontraksi braxson hicks, kepala janin berangsur-angsur
masuk ke pintu atas panggul. (Manuaba, 2008)

4. Tanda-tanda kehamilan letak sungsang


Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh
dibagian atas dan gerakan lebih banyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama
kalinya mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat
kehamilan sebelumnya apakah adayang sungsang. Pada pemeriksaan luar
berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I difundus akan
teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggungdisatu
sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah
uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-
olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut jantung
janin pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilicus (Fadlun, 2012).

5. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang (Fadlun, 2012)
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup
bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup
bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya,
beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang
(Fadlun, 2012).

6. Diagnosis
Untuk menegakan diagnosis maka yang harus dilakukan oleh seorang bidan
adalah melakukan:
a. Anamnesis: pergerakan anak teraba oleh ibu dibagian perut bawah, ibu sering
merasa ada benda keras (kepala) yang mendesak tulang iga dan rasa nyeri pada
daerah tulang iga karena kepala janin.
b. Palpasi: teraba bagian keras, bundar, melenting pada fundus. Punggung dapat
diraba pada salah satu sisi perut, bagian kecil pada sisi yang berlawanan, diatas
simphisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
c. Auskultasi: denyut jantung janin (DJJ) sepusat atau DJJ ditemukan paling jelas
pada tempat yang paling tinggi (sejajar atau lebih tinggi dari pusat).

d. Vagina Toucher: tebagi 3 tonjolan tulang yaitu kedua tubera ossis ischia dan
ujung os sacrum, anus, genetalia anak jika edema tidak terlalu besar dapat diraba.
e. Perbedaan antara letak sungsang dan kepala pada pemeriksaan dalam jika anus
posisi terendah maka akan teraba lubang kecil, tidak ada tulang, tidak
menghisap, keluar meconium, jika presentasi kaki maka akan teraba 900 , terasa
jari-jari , pada presentasi lutut akan terasa patella dan popliteal. Pada presentasi
mulut maka akan terasa ada hisapan di jari, teraba rahang dan lidah. Pre3sentasi
tangan siku: terasa jari panjang, tidak rata, patella (-).
f. Untuk menentukan perbedaan tangan dan kaki: pada kaki ada kalkaneus,
sehingga terjadi tonjolan tulang yaitu mata kaki dan kalkaneus. Pada tangan
hanya ada mata dipergelangan tangan, kaki tidak dapat dilurskan terhadap
tungkai, jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki. (Gary, et al. 2006).

7. Prognosis
Morbiditas dan mortalitas persalinan letak sungsang lebih berat dibandingkan
letak kepala. Ini disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. Bagian yang paling besar dengan persendian leher justru lahir paling belakang.
b. Terdapat tiga komponen persalinan letak sungsang dan masing-masing dapat
menimbulkan komplikasi
1) Persalinan bokong
2) Persalinan bahu dengan lengan
3) Persalinan leher dengan volume yang kecil menyebabkan terjadi kembali
pembukaan serviks semakin kecil dan dapat menyebabkan kepala bayi
terangkap
4) Kelambatan persalinan kepala bayi akan menimbulkan asfiksia karena tali
pusat tertekan sehingga aliran darah menuju bayi mengalami penurunan dan
kekurangan nutrisi serta oksigen
5) Dipaksa melahirkan kepala bayi yang hanya mempunyai waktu terbatas
sekitar 5-10 menit dapat menimbulkan trauma pada:
a) Persendian leher
b) Trauma langsung pada kepala

 Edema serebri

 Robekan tentorium serebri

 Kerusakan pusat vital pada medula oblongata

Setelah lahir masih mungkin terjadi sisa pos trauma, yang dapat menimbulkan
gangguan mental dan intelegensi (Gary, et al. 2006).

8. Mekanisme Persalinan
Bokong masuk PAP dapat melintang atau miring mengikuti jalan lahir dan
melakukan putar paksi dalam sehingga trachcanter depan berada dibawah simpesis
dengan trachcenter depan sebagai hipamoklion, akan lahir trachcenter belakang, dan
selanjunya seluruh bokong lahir, sementara itu bahu memasuki jalan lahir dan
mengikuti jalan lahir untuk melakukan putar paksi dalam sehingga bahu depan
berada dibawah simpisis, dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu
belakang bersama dengan tangan belakang, diikuti kelahiran bahu depan dan
tangan depan. Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan
lahir dapat melintang atau miring, serta melakukan putar paksi dalam sehingga sub
occiput berada dibawah simpisis, sub occiput menjadi hipomoklion, berturut- turut
akan lahir dagu, mulut, hidnug, muka kepala dan seluruhnya Persalinan kepala yang
mempunyai terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong lahir melampaui batas 8 menit
dapat menimbulkan kesakitan atau kematian pada bayi (Gary, et al. 2006).
9. Komplikasi
a. Komplikasi ibu
1) Perdarahan
2) Trauma jalan lahir
3) Infeksi

b. Komplikasi pada anak


1) Sufokasi / aspirasi
Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga
uterus yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia.
Keadaan ini merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga
menyebabkan terjadinya aspirasi.
2) Asfiksia
Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada
fase cepat
3) Trauma intracranial Terjadi sebagai akibat :
a) Panggul sempit
b) Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)
c) Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)
4) Fraktura / dislokasi
Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif
a) Fraktura tulang kepala
b) Fraktura humerus
c) Fraktura klavikula
d) Fraktura femur
e) Dislokasi bahu
5) Paralisa nervus brachialis yang menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat
tekanan pada pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan
traksi dan juga akibat regangan pada leher saat membebaskan lengan
(Garry et al, 2006).
10. Pentalaksanaan
a. Saat hamil (Antenatal )
1) Hamil 28-30 minggu lakukan USG
2) Evaluasi panggul
3) Knee chest position
Melakukan posisi bersujud, dengan posisi perut seakan-akan
menggantung kebawah. Bila posisi ini dilakukan dengan baik dan teratur,
kemungkinan besar bayi yang sungsang dapat kembali ke posisi yang
normal. Posisi sujud bisa dilakukan selama 15 menit setiap hari.
Seminggu kemudian diperiksa ulang untuk mengetahui berubah tidaknya
letak janin. Bila letak janin tidak berubah, tindakan sujud bisa diulang
(Doengoes, 2001).
4) Versi luar : versi luar adalah tindakan mengubah posisi janin dari luar
tubuh ibunya. Versi luar tak bisa dilakukan bila letak placenta ada di
bawah sebab bayi tidak mungkin bisa diputar kembali ke posisi normal.
Versi luar sebaiknya dilakukan setelah kehamilan memasuki usia 34
minggu pada primi, dan 36 minggu pada multigravida (Doengoes, 2001).
b. Saat persalinan
Terdiri dari partus spontan ( pada letak sungsang janin dapat lahir
secara spontan seluruhnya) dan manual aid (manual hilfe). Waktumemimpin
partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase :
Fase I :
fase menunggu. Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan
observasi. Bila tangan tidak menjungkit ka atas (nuchee arm), persalinan
akan mudah. Sebaiknya jangan dilakukan ekspresi kristeller,karena halini
akan memudahkan terjadinya nuchee arm.
Fase II : fase untuk bertindak cepat.
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara
kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.Untuk
mempercepatnya lahirnya janin dapat dilakukan manual, diperiksa ulang
untuk mengetahui berubah tidaknya letak janin. Bila letak janin tidak
berubah, tindakan sujud bisa
diulang (Doengoes, 2001)

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Biodata
Yang perlu di kaji nama, umur, bangsa, agama, dan alamat. Tujuan di
lakukan anamnesa ini adalah untuk mengidentifikasi pasien lebih lanjut
2) Keluhan pasien
Keluhan utama ditujukan untuk menggali masalah atau keluhan- keluhan
yang mengandung pada trimester ke-3. keluhan fisiologis yang sering
dialami ibu yaitu meningkatnya keletihan, sukar tidur, sakit pinggang
bagiang bawah.
3) Riwayat penyakit keluarga
Pada riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji tentang penyakit keturunan
yang mungkin menurun pada pasien dimana penyakit tersebut erupakan
rsiko terhadap kehamila seperti hipertensi dan DM. dikaji juga apakah
keturunannya ada yang menderita penyakit kanker, jantung, asma,
keturunan kembar, dan penyakit lain yang mempunyai faktor risiko terhadap
kehamilan

4) Riwayat kesehatan pasien


Riwayat kesehatan pasien ditujukan pada pengkajian penyakit yang diderita
yang merupakan risiko tinggi terhadap kehamilan seperti DM, hipertensi,
jantung, ginjal, hepatitis, paru-paru. Dikaji juga apakah pasien sebelumnya
pernah menderita panyakit berat, lama, dan terapinya agar dapat diberikan
asuhan keperawatan secara tepat dan berkesinambungan.
5) Riwayat obstretrik
a) Riwayat menstruasi
 Menorche
Pada keadaan normal menorche terjadi pada umur 10-16 tahun. Oleh
sebab tertentu yang dikaitkan dengan keadaan gizi yang lebih baik,
haid pertama menjadi awal. Menarche sebenarnya puncak dari
serangkaian perubahan wanita. Perubahan tersebut adalah tumbuh
rambut kemaluan, rambut ketiak, payudara membesar, putting
menghitam.
 Dismenorho
Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak diperut bawah
sebelum dan selama haid sehingga dikatakan dismenorhoe jika nyeri
haid begitu hebatnya.
 Siklus haid
Lama dan jumlah siklus haid berkisar antara 23-35 hari, dengan rata-
rata 29 hari. Tetapi pada wanita yang haidnya teraturpun dapat
terjadi kemelesetan beberapa hari baik maju maupun mundur. Siklus
haid dihitung sejak hari pertama haid hingga hari terakhir sebelum
haid berikutnya
 HPHT
Dikaji untuk menentukan kehamilan dengan rumus perkiraan partus
menurut naegle adalah hari +7, bulan -3, dan tahun +1. bila hari
pertama haid terakhir tidak diingat lagi maka sebagai pegangan
dapat dinyatakan antara lain gerakan janin.

 Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Pada multi dikaji adanya abortus, riwayat persalinan dengan
tindakan misalnya vakum atau SC serta besarnya berat bayi waktu
dilahirkan.
 Riwayat keluarga berencana
Riwayat keluarga berencana ditujukan untuk merencanakan alat
kontrasepsi berikutnya.
 Riwayat perkawinan
Riwayat perkawinan berkaitan dengan psikologi klien yang
memungkinkan dapat timbulnya faktor resiko seperti hipertensi,
riwayat perkawinan dikaji tentang umur berapa menikah, berapa kali
menikah, lamanya menikah. Ini untuk menentukan keadaan
kehamilannya dan faktor resiko.
6) Pola kehidupan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Pola nutrisi perlu dikaji untuk mengetahui tingkat pemenuhan gizi ibu
sudah terpenuhi atau belum, kelebihan atau kekurangan. Ibu hamil yang
makannya terpenuhi akan mendapat kenaikan berat badan yang cukup
baik. Kenaikan berat badan selama hamil adalah 6,5-16 kg.
b) Pola eliminasi
Dikaji BAK dan BAB pada kehamilan trimester I dan III, bisaanya
pasien sering kencing karena penekanan rahim pada kandung kemih,
tetapi sebaliknya pasien sering mengeluh sukar BAB. Hal ini
dikarenakan menurunnya tavus otot-otot traktus digestifus sehingga
motilitas seluruh traktus digestifus juga berkurang.

c) Personal hygien
Hal ini dikaji untuk mengetahui kepedulian dan kemampuan pasien
untuk menjaga kebersihan diri.
d) Pola kativitas
Hal ini dikaji karena jika pola pemenuhan aktivitas dan istirahat tidak
terpenuhi bisa menyebabkan komplikasi obstetric, seperti hipertensi
yang menjadi pre eklamsi atau eklamsi, solution plasenta, plasenta
previa yang kemungkinan bisa terjadi pada trimester III.
e) Pola istirahat dan tidur
f) Untuk mengetahui pola istirahat ibu tersebut kurang atau berlebihan,
istirahat yang normal kira-kira 6-8 jam setiap harinya.
g) Pola peran dengan orang lain
Untuk mengetahui apakah pasien dapat beradaptasi dan bertoleransi
terhadap tetangganya atau orang lain. Hal ini diperlukan untuk
mempermudah hubungan bila keadaan mendesak dan membutuhkan
bantuan.
h) Pola hubungan sexual
Untuk mengetahui apakah ada masalah dalam hubungan seksual, coitus
sebaiknya dihentikan pada akhir kehamilan jika kepala sudah masuk
dalam rongga panggul karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan
perdarahan.
i) Pola nilai kepercayaan dan keyakinan
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebisaaan
kesehatan pasien.
j) Pola pengetahuan ibu
Diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh ibu mengetahui tentang
proses kehamilan.
k) Koping
Untuk mengetahui seberapa besar pasien dapat mengetahui dan
mengatasi masalah yang di hadapinya.

l) Data spiritual
Untuk mengetahui kepercayaan dan keyakinan pasien.
m) Keadaan psikologis
Keadaan psikologi yang dikaji adalah penerimaan pasien terhadap
kehamilannya, penerimaan suami atau keluarga terhadap kehamilannya,
dukungan suami dan keluarga terhadap upaya-upaya masalah terhadap
keadaan kehamilan.

b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Pada keadaan umum pasien perlu dikaji tentang keadan pasien apakah
lemah, pucat, atau baik.
b) Pemeriksaan TTV
Tekanan darah: tekanan darah pada wanita hamil tidak boleh mencapai
140/90 mmHg dan tidak boleh kurang dari 90/50 mmHg. Nadi: nadi
normal adalah 60-100 kali/menit. Suhu: suhu normal 360C-370C.
Respiratori: respirasi normal 16-24 kali/menit.

c) Berat badan dan tinggi badan


Berat badan pada ibu hamil secara normal akan meningkat 0,5 kg setiap
minggu setelah kehamilan trimester I dan berat badan dalam trimester II
tidak boleh lebih dari 1 kg setiap minggunya atau 3 kg per bulan dan
kenaikan berat badan seluruhnya pada wanita hamil normalnya 6,5-16
kg.Tinggi badan pada ibu hamil sebaiknya tidak kurang dari 145 cm,
kemungkinan panggul sempit perlu diperhatikan.

2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
 Rambut: dikaji apakah rambut mudah dicabut atau tidak. Bila mudah
dicabut kemungkinan menunjukan defisiensi vitamin A dan B. Kulit
 kepala: kulit kepala diperiksa apakah ada kelainan atau adanya
tumor.
 Mata: diinspeksi dan adanya lensa kontak dicatat, konjungtiva, bila
pucat maka kemungkinan menunjukan adanya anemi, sclera apakah
ikterik atau tidak.
 Hidung: diperiksa apakah ada pholip atau tidak.
 Mulut: diperiksa apakah ada stomatitis, gigi karies, dan lidah kotor
atau tidak.
 Leher: diinspeksi untuk endeteksi abnormalitas seperti vena lebar
yang terdistensi dan penonjolan terutama pada daerah kelenjar.
b) Dada
 Dinding thorak: diperiksa simetris atau tidak dan adanya penonjolan.
 Payudara: ukuran payudara simetris atau tidak, perubahan warna
kulit, dapat menunjukan infeksi atau penyakit dermatologis yang
dievaluasi. Putting susu menonjol, areola menghitam, adakah
kolostrum.
 Aksila: diperiksa ada benjolan, tumor, atau pembesaran limfa

c) Abdomen
 Observasi: untuk mengetahui bentuk abdomen dan untuk
mengetahui adanya striae pada dinding abdomen.
 Palpasi: untuk mengetahui adanya pembesaran hepar, limpa, daerah
nyeri tekan dan kemungkinan masa.
 Perkusi: untuk mengetahui udara di dalam saluran
pernafasan.
 Auskultasi: untuk mengetahui gerak peristaltic usus, gerak janin, dan
DJJ.

d) Ekstremitas
Dikaji telapak tangan dan kuku pasien pucat atau tidak, begitu pula kaki
ada tidak varises dan oedema.
e) Anus
Dikaji apakah ada varises atau hemoroid.

3) Pemeriksaan obstetric
a) Inspeksi
 Muka: kloasma gravidarum, konjungtiva pucat atau merah, adanya
oedema.
 Mamae: putting menonjol atau tidak, areola menghitam, kolostrum.
 Abdomen: membesar ke depan atau ke samping (pada letak lintang
membesar ke samping), striae gravidarum, atau bekas luka.
b) Palpasi
 Leopod I
Tinggi fundus dapat diketahui, ditentukan pula bagian apa dari janin
yang terdapat dalam fundus. Sifat kepala ialah keras, bundar dan
kurang melenting. Pada letak sungsang pada bagian fundus teraba
bagian keras bundar dan melenting (kepala).
 Leopod II
Menentukan dimana letak punggung janin dan bagian ekstremitas.
Jika keras memanjang berate punggung, jika teraba kecil berate
ekstermitas.
 Leopod III
Menentukan bagian yang terdapat di bawah, apakah bagian bawah
janin sudah masuk PAP atau belum. Pada letak sungsang teraba
lunak, lebar dan tidak dapat melenting pada bagian bawah rahim
(bokong).
 Leopod IV
Untuk mengetahui apa yang tedapat pada bagian bawah dan berapa
masuknya bagian bawah ke dalam PAP.
c) Auskultasi
Untuk mengetahui dan menentukan DJJ dalam keadaaan normal atau
tidak. Normalnya 120-160 kali/menit. Pemeriksaannya dapat
menggunakan leaneq atau dopler.
d) Reflek patella
Untuk mengetahui reflek dari otot yang berkembang di dalam
tempurung lutut atau patella, yang berpengaruh pada saat proses
persalinan yaitu pada saat uterus berkontraksi. Bila reflek patella
negative maka kekurangan vitamin B1.
e) Panjang uterus
Untuk mengetahui umur kehamilan dan tafsiran berat janin. Cara
menghitungTBJ menurut Johnson Tausak;
 TFU (dalam cm) – 12x155 (bila penurunan kepala H I)
 TFU (dalam cm) – 11x155 (bila penurunan kepala H II)

4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan panggul dalam (pelvimetri)
Pelvimetri dilakukan sekali untuk mengetahui panggul sempit, PAP,
PBP, dan kelainan bentuk panggul. Biasanya dilakukan pada kehamilan
8 bulan atau lebih.

5) Pemeriksaan dalam (VT)


Pemeriksaan dalam pada letak sungsang terdapat;
a) Bagian terendah teraba tinggi
b) Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur dengan garis-garis
sutura dan fontnella. Hasil pemeriksaan negatif menunjukkan adanya
mal presentasi
c) Bagian terbawah teraba lunak dan inreguler. Anus tuber inshiadicum
terletak pada satu garis. Bokong dapat dikelirukan dengan muka.
d) Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik dibawah
dan teraba oleh jari-jari pemeriksa, ia dapat dikelirukan dengan kepala
oleh karena tulang yang keras
e) Sacrum ada di kuadran kanan dan panggul dan diameter bitrochanteria
ada pada diameter oblique kanan.

6) Pemeriksaan diagnostic penunjang


a) Pemeriksaan darah lengkap: golongan darah, Hb, Ht, LED
b) Pemeriksaan urine: menentukan kadar albumin atau
glukosa.
c) Kultur: mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.
d) Amniosentesis; mengkaji maturitas paru janin.
e) Ultrasonografi: melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan,
kedudukan, dan presentasi janin.
f) Foto rontgen: tampak janin dalam letak lintang.
g) Tes stress kontraksi atau tes nonstress: mengkaji respon janin terhadap
gerakan atau stress dari pola kontraksi uterus.
h) Pemantauan elektronik kontinu: memastikan status janin atau aktivitas
uterus.
7) Diagnosa Keperawatan
a) Defisit pengetahuan kelahiran letak sungsang b.d kurangnya informasi
b) Ansietas b.d letak sungsang janin
c) Keletihan b.d perubahan bentuk dan berat badan
d) Potensial peningkatan perilaku keteraturan dalam melakukan
pemeriksaan ANC b.d kelainan kehamilan
e) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual/muntah

C. Rencana Tindakan Keperawatan

N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


o Keperawatan
1. Defisit Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi TTV 1. Sebagai acuan
pengetahuan keperawatan diharapkan klien keadaan umum
kelahiran letak mampu meningkatkan klien
sungsang ybd pengetahuan tentang 2. Atur posisi yang
kurangnya kelahiran letak sungsang, nyaman pada klien 2. Informasi dapat
informasi dengan kriteria hasil sebagai diterima ketika klien
berikut: dalam posisi yang
a. Klien mengatakan nyaman, dengan
paham terhadap meminimalisir
3. Berikan KIE tentang
kelahiran letak stimulus eksternal
kelahiran letak sungsang
sungsang
pada klien
b. Klien dapat 3. Pengetahuan membantu
menyebutkan pengertian klien dan keluarga untuk
letak sungsang, beradaptasi terahadap
penyebab kelahiran 4. Ajarkan ibu posisi sujud kelainan kehamilan yang
letak lintang, tanda- untuk kehamilan dialaminya
tanda kelahira letak dan sungsang
tindakan medis pada 4. Gravitasi mendorong
kelahiran letak kepala bayi ke bagian
sungsang bawah rahim, melipat,
5. Review kembali
dan bayi kemudian dapa
pengetahuan klien
melakukan jungkir balik
ke posisi normal.

5. Pertanyaan ulang
dapat dilakukan
untuk melihat
keberhasilan dalam
KIE
2. Ansietas ybd letak Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi TTV 1. Ansietas ditandai dengan
sungsang janin keperawatan diharapkan klien RR dan nadi yang
2. Lakukan
mampu mengatasi ansietas, meningkat
pemeriksaan Leopold
dengan kriteria hasil sebagai
berikut: 3. Kaji tingkat ansietas 2. Mengetahui
dan diskusikan presentasi bawah
a. Klien mengungkapkan penyebabnya bila janin
ansietas berkurang. mungkin.
b. Klien mampu
mengidentifikasi cara 4. Berikan informasi 3. Memberikan dukungan
untuk menurunkan atau sehubungan dengan emosional, dapat
menghilangkan ansietas. ansietas yang mendorong
c. Menggunakan dirasakan klien. pengungkapan masalah.
mekanisme koping
yang tepat. 5. Dorong 4. Pengetahuan tentang
d. Menunjukkan TTV normal. keberadaan/partisipasi informasi meningkatkan
 TD 120/80 mmHg dari pasangan kemampuan individu
 Nadi 60-100 x/menit untuk menghadapinya
6. Anjurkan ibu untuk
 RR 16-24 x/menit dengan lebih realistis
yakin dan berdoa bahwa
 Suhu 360-370C
kehamilannya dapat
5. Proses kelahiran yang
normal dan janinnya
tidak normal mungkin
sehat dalam kandungan
dipandang sebagai
kegagalan dalam hidup
oleh klien. Keberadaan
pasangan/suami
membuat pasien merasa
diterima

6. Membantu dalam
menurunkan ansietas
dan persepsi
ketakutan
persalinan,meningkat
kan kontrol perasaan.

3. Keletian b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi TTV 1. Sebagai acuan


perubahan bentuk keperawatan diharapkan klien keadaan umum
2. Kaji respon klien
dan berat badan mampu mengetahui aktivitas klien
terhadap aktivitas
yang bisa dan boleh
dilakukannya, dengan kriteria 3. Berikan 2. Mengidentifikasi
hasil sebagai berikut: penyuluhan sampai sejauh mana
a. Mampu tentang penyebab kemampuan
mengidentifikasi keletihan pada klien .melakukan
faktor-faktor yang pertengahan aktivitas
menyebabkan masa kehamilan
keletihan akhir dan
3. Meningkatkan
b. Mampu aktivitas yg
pengetahuan ibu
menyebutkan dilakukan saat
tentang penyebab
aktivitas yg boleh hamil
keletihan dan aktivas
ia lakukan, seperti
4. Ajarkan klien yang dapat dilakukan
jalan, melipat
metode saat hamil sehingga
pakaian, menata
penghematan ibu dapat melakukan
meja & ADL
energi saat tanpa perasaan

melakukan khawatir

aktivitas

4. Klien dapat
melakukan aktivitas
secara efektif tanpa
pemborosan energi.
4 Potensial Setelah dilakukan asuhan
peningkatan keperawatan diharapkan 1. Observasi TTV 1. Sebagai acuan
perilaku klien teratur dalam umum keadaan
keteraturan dalam pemeriksaan ANC, 2. Jelaskan pada klien dan klien
melakukan dengan kriteria hasil sebagai keluarga pentingnya
pemeriksaan ANC berikut: melakukan pemeriksaan 2. Memonitor
b.d kelainan a. Klien menyadari ANC secara berkala
kehamilan pentingnya kondisi janin dan
pemeriksaan 3. Dorong klien untuk meminimalisir
kehamilan teratur melakukan kesulitan
b. Klien melakukan pemeriksaan ANC persalinan
pemeriksaan
kehamilan teratur
3. Perhatian sangat
sesuai jadwal yang
penting
ditentukan
ditunjukkan pada
klien sebagai
wujud kepeduli
dan dukungan
5. Perubahan Setelah dilakukan asuhan 4. Obseravasi TTV klien 1. Sebagai acuan
nutrisi kurang keperawatan diharapkan klien keadaan umum
dari kebutuhan mampu mengetahui cara 5. Ukur BB klien klien
b.d mual/muntah memenuhi nutrisi dan 2. Indikator
mengurangi mual muntah, mengevaluasi
6. Ukur pembesaran uterus
dengan kriteria hasil sebagai perubahan nutrisi
berikut: 3. Malnutrisi ibu
1. Ibu makan dengan baik 7. Jelaskan pada klien berdama terhadap
2. Kebutuhan nutrisi ibu penyebab mual dan pertumbuhan dan
terpenuhi muntah perkembangan
3. Ibu tidak mual dan janin
muntah 4. Pengetahuan
8. Berikan pengetahuan
membantu klien
tentang nutrisi bagi ibu
beradaptasi
hamil
terhadap mual dan
muntah yang
9. Berikan informasi pada dialaminya
klien untuk : 5. . Ibu hamil harus
seimbang dalam
a. Makan dalam porsi
pemenuhan
kecil tapi sering
nutrsisi
b. Menghindari makan
6. Porsi kecil dan
berlemak
sering mampu
c. Makan makanan
mencukupi
selingan
kebutuhan nutrisi
seperti;biscuit
yang dibutuhkan.
Makanan berlemak
menimbulkan
menstimulus
muntah sedangkan
makanan selingan
mengurangi
stimulus muntah

D. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang mengikuti
rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup
melakukan,membantu, memberikan askep untuk mencapai tujuan yang berpusat pada
pasien, mencatat serta melakukan pertukaran informsi yanf relevan dengan perawatan
kesehatan berkelanjutan dari pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kelanjutan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang di tetapkan untuk melihat keberhasilan.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, EM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC


. 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bayi. Edisi 2. Jakarta: EGC
Fadlun, AF. 2012. Asuhan kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika

Gary, et al. 2006. Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 1. Jakarta: EGC
Manuaba IBG. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta. ECG

Marmi dkk. 2011. Asuhan kebidanan Patologi, yogyakarta : Pustaka pelajar

Prawiroharjo, Sarwono.2010. Ilmu Kandungan Edisi Keempat. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono

, 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta:


YBP-SP.

Rohmah, N. (2012). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruz


Media.

Rukiyah,ai yeyeh,dkk. 2010. Asuhan kebidanan Patologi. Jakarta: Trans Info Media
Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai