Oleh :
Dorkas M Beay
7120411807
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2022/2023
A. Konsep Dasar Letak Sunsang
1. Defenisi
Letak sungsang adalah dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah cavum uteri (Prawirohardjo, 2002)
3. Etiologi
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang
diantaranya ialah prematuritas, multiparitas, hamil kembar, hidramnion,
hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit. Kadang-kadang juga disebabkan
oleh kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan bentuk uterus (malformasi).
Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak
sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus. Kelainan
fetus juga dapat menyebabkan letak sungsang seperti malformasi CNS, massa di
leher, aneuploid (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
Menurut Manuaba (2008) faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong,
b. Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
c. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
d. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang
sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
e. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya pada
panggulsempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor – tumor pelvis dan lain –
lain.
f. Janin mudah bergerak,seperti pada hidramnion, multipara
g. Gemeli (kehamilan ganda)
h. Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus ; bikornis, mioma uteri.Janin sudah lama
mati.
i. Sebab yang tidak diketahui.
5. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang (Fadlun, 2012)
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup
bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup
bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya,
beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang
(Fadlun, 2012).
6. Diagnosis
Untuk menegakan diagnosis maka yang harus dilakukan oleh seorang bidan
adalah melakukan:
a. Anamnesis: pergerakan anak teraba oleh ibu dibagian perut bawah, ibu sering
merasa ada benda keras (kepala) yang mendesak tulang iga dan rasa nyeri pada
daerah tulang iga karena kepala janin.
b. Palpasi: teraba bagian keras, bundar, melenting pada fundus. Punggung dapat
diraba pada salah satu sisi perut, bagian kecil pada sisi yang berlawanan, diatas
simphisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
c. Auskultasi: denyut jantung janin (DJJ) sepusat atau DJJ ditemukan paling jelas
pada tempat yang paling tinggi (sejajar atau lebih tinggi dari pusat).
d. Vagina Toucher: tebagi 3 tonjolan tulang yaitu kedua tubera ossis ischia dan
ujung os sacrum, anus, genetalia anak jika edema tidak terlalu besar dapat diraba.
e. Perbedaan antara letak sungsang dan kepala pada pemeriksaan dalam jika anus
posisi terendah maka akan teraba lubang kecil, tidak ada tulang, tidak
menghisap, keluar meconium, jika presentasi kaki maka akan teraba 900 , terasa
jari-jari , pada presentasi lutut akan terasa patella dan popliteal. Pada presentasi
mulut maka akan terasa ada hisapan di jari, teraba rahang dan lidah. Pre3sentasi
tangan siku: terasa jari panjang, tidak rata, patella (-).
f. Untuk menentukan perbedaan tangan dan kaki: pada kaki ada kalkaneus,
sehingga terjadi tonjolan tulang yaitu mata kaki dan kalkaneus. Pada tangan
hanya ada mata dipergelangan tangan, kaki tidak dapat dilurskan terhadap
tungkai, jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki. (Gary, et al. 2006).
7. Prognosis
Morbiditas dan mortalitas persalinan letak sungsang lebih berat dibandingkan
letak kepala. Ini disebabkan oleh hal-hal berikut:
a. Bagian yang paling besar dengan persendian leher justru lahir paling belakang.
b. Terdapat tiga komponen persalinan letak sungsang dan masing-masing dapat
menimbulkan komplikasi
1) Persalinan bokong
2) Persalinan bahu dengan lengan
3) Persalinan leher dengan volume yang kecil menyebabkan terjadi kembali
pembukaan serviks semakin kecil dan dapat menyebabkan kepala bayi
terangkap
4) Kelambatan persalinan kepala bayi akan menimbulkan asfiksia karena tali
pusat tertekan sehingga aliran darah menuju bayi mengalami penurunan dan
kekurangan nutrisi serta oksigen
5) Dipaksa melahirkan kepala bayi yang hanya mempunyai waktu terbatas
sekitar 5-10 menit dapat menimbulkan trauma pada:
a) Persendian leher
b) Trauma langsung pada kepala
Edema serebri
Setelah lahir masih mungkin terjadi sisa pos trauma, yang dapat menimbulkan
gangguan mental dan intelegensi (Gary, et al. 2006).
8. Mekanisme Persalinan
Bokong masuk PAP dapat melintang atau miring mengikuti jalan lahir dan
melakukan putar paksi dalam sehingga trachcanter depan berada dibawah simpesis
dengan trachcenter depan sebagai hipamoklion, akan lahir trachcenter belakang, dan
selanjunya seluruh bokong lahir, sementara itu bahu memasuki jalan lahir dan
mengikuti jalan lahir untuk melakukan putar paksi dalam sehingga bahu depan
berada dibawah simpisis, dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu
belakang bersama dengan tangan belakang, diikuti kelahiran bahu depan dan
tangan depan. Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan
lahir dapat melintang atau miring, serta melakukan putar paksi dalam sehingga sub
occiput berada dibawah simpisis, sub occiput menjadi hipomoklion, berturut- turut
akan lahir dagu, mulut, hidnug, muka kepala dan seluruhnya Persalinan kepala yang
mempunyai terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong lahir melampaui batas 8 menit
dapat menimbulkan kesakitan atau kematian pada bayi (Gary, et al. 2006).
9. Komplikasi
a. Komplikasi ibu
1) Perdarahan
2) Trauma jalan lahir
3) Infeksi
c) Personal hygien
Hal ini dikaji untuk mengetahui kepedulian dan kemampuan pasien
untuk menjaga kebersihan diri.
d) Pola kativitas
Hal ini dikaji karena jika pola pemenuhan aktivitas dan istirahat tidak
terpenuhi bisa menyebabkan komplikasi obstetric, seperti hipertensi
yang menjadi pre eklamsi atau eklamsi, solution plasenta, plasenta
previa yang kemungkinan bisa terjadi pada trimester III.
e) Pola istirahat dan tidur
f) Untuk mengetahui pola istirahat ibu tersebut kurang atau berlebihan,
istirahat yang normal kira-kira 6-8 jam setiap harinya.
g) Pola peran dengan orang lain
Untuk mengetahui apakah pasien dapat beradaptasi dan bertoleransi
terhadap tetangganya atau orang lain. Hal ini diperlukan untuk
mempermudah hubungan bila keadaan mendesak dan membutuhkan
bantuan.
h) Pola hubungan sexual
Untuk mengetahui apakah ada masalah dalam hubungan seksual, coitus
sebaiknya dihentikan pada akhir kehamilan jika kepala sudah masuk
dalam rongga panggul karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan
perdarahan.
i) Pola nilai kepercayaan dan keyakinan
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebisaaan
kesehatan pasien.
j) Pola pengetahuan ibu
Diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh ibu mengetahui tentang
proses kehamilan.
k) Koping
Untuk mengetahui seberapa besar pasien dapat mengetahui dan
mengatasi masalah yang di hadapinya.
l) Data spiritual
Untuk mengetahui kepercayaan dan keyakinan pasien.
m) Keadaan psikologis
Keadaan psikologi yang dikaji adalah penerimaan pasien terhadap
kehamilannya, penerimaan suami atau keluarga terhadap kehamilannya,
dukungan suami dan keluarga terhadap upaya-upaya masalah terhadap
keadaan kehamilan.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Pada keadaan umum pasien perlu dikaji tentang keadan pasien apakah
lemah, pucat, atau baik.
b) Pemeriksaan TTV
Tekanan darah: tekanan darah pada wanita hamil tidak boleh mencapai
140/90 mmHg dan tidak boleh kurang dari 90/50 mmHg. Nadi: nadi
normal adalah 60-100 kali/menit. Suhu: suhu normal 360C-370C.
Respiratori: respirasi normal 16-24 kali/menit.
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Rambut: dikaji apakah rambut mudah dicabut atau tidak. Bila mudah
dicabut kemungkinan menunjukan defisiensi vitamin A dan B. Kulit
kepala: kulit kepala diperiksa apakah ada kelainan atau adanya
tumor.
Mata: diinspeksi dan adanya lensa kontak dicatat, konjungtiva, bila
pucat maka kemungkinan menunjukan adanya anemi, sclera apakah
ikterik atau tidak.
Hidung: diperiksa apakah ada pholip atau tidak.
Mulut: diperiksa apakah ada stomatitis, gigi karies, dan lidah kotor
atau tidak.
Leher: diinspeksi untuk endeteksi abnormalitas seperti vena lebar
yang terdistensi dan penonjolan terutama pada daerah kelenjar.
b) Dada
Dinding thorak: diperiksa simetris atau tidak dan adanya penonjolan.
Payudara: ukuran payudara simetris atau tidak, perubahan warna
kulit, dapat menunjukan infeksi atau penyakit dermatologis yang
dievaluasi. Putting susu menonjol, areola menghitam, adakah
kolostrum.
Aksila: diperiksa ada benjolan, tumor, atau pembesaran limfa
c) Abdomen
Observasi: untuk mengetahui bentuk abdomen dan untuk
mengetahui adanya striae pada dinding abdomen.
Palpasi: untuk mengetahui adanya pembesaran hepar, limpa, daerah
nyeri tekan dan kemungkinan masa.
Perkusi: untuk mengetahui udara di dalam saluran
pernafasan.
Auskultasi: untuk mengetahui gerak peristaltic usus, gerak janin, dan
DJJ.
d) Ekstremitas
Dikaji telapak tangan dan kuku pasien pucat atau tidak, begitu pula kaki
ada tidak varises dan oedema.
e) Anus
Dikaji apakah ada varises atau hemoroid.
3) Pemeriksaan obstetric
a) Inspeksi
Muka: kloasma gravidarum, konjungtiva pucat atau merah, adanya
oedema.
Mamae: putting menonjol atau tidak, areola menghitam, kolostrum.
Abdomen: membesar ke depan atau ke samping (pada letak lintang
membesar ke samping), striae gravidarum, atau bekas luka.
b) Palpasi
Leopod I
Tinggi fundus dapat diketahui, ditentukan pula bagian apa dari janin
yang terdapat dalam fundus. Sifat kepala ialah keras, bundar dan
kurang melenting. Pada letak sungsang pada bagian fundus teraba
bagian keras bundar dan melenting (kepala).
Leopod II
Menentukan dimana letak punggung janin dan bagian ekstremitas.
Jika keras memanjang berate punggung, jika teraba kecil berate
ekstermitas.
Leopod III
Menentukan bagian yang terdapat di bawah, apakah bagian bawah
janin sudah masuk PAP atau belum. Pada letak sungsang teraba
lunak, lebar dan tidak dapat melenting pada bagian bawah rahim
(bokong).
Leopod IV
Untuk mengetahui apa yang tedapat pada bagian bawah dan berapa
masuknya bagian bawah ke dalam PAP.
c) Auskultasi
Untuk mengetahui dan menentukan DJJ dalam keadaaan normal atau
tidak. Normalnya 120-160 kali/menit. Pemeriksaannya dapat
menggunakan leaneq atau dopler.
d) Reflek patella
Untuk mengetahui reflek dari otot yang berkembang di dalam
tempurung lutut atau patella, yang berpengaruh pada saat proses
persalinan yaitu pada saat uterus berkontraksi. Bila reflek patella
negative maka kekurangan vitamin B1.
e) Panjang uterus
Untuk mengetahui umur kehamilan dan tafsiran berat janin. Cara
menghitungTBJ menurut Johnson Tausak;
TFU (dalam cm) – 12x155 (bila penurunan kepala H I)
TFU (dalam cm) – 11x155 (bila penurunan kepala H II)
4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan panggul dalam (pelvimetri)
Pelvimetri dilakukan sekali untuk mengetahui panggul sempit, PAP,
PBP, dan kelainan bentuk panggul. Biasanya dilakukan pada kehamilan
8 bulan atau lebih.
5. Pertanyaan ulang
dapat dilakukan
untuk melihat
keberhasilan dalam
KIE
2. Ansietas ybd letak Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi TTV 1. Ansietas ditandai dengan
sungsang janin keperawatan diharapkan klien RR dan nadi yang
2. Lakukan
mampu mengatasi ansietas, meningkat
pemeriksaan Leopold
dengan kriteria hasil sebagai
berikut: 3. Kaji tingkat ansietas 2. Mengetahui
dan diskusikan presentasi bawah
a. Klien mengungkapkan penyebabnya bila janin
ansietas berkurang. mungkin.
b. Klien mampu
mengidentifikasi cara 4. Berikan informasi 3. Memberikan dukungan
untuk menurunkan atau sehubungan dengan emosional, dapat
menghilangkan ansietas. ansietas yang mendorong
c. Menggunakan dirasakan klien. pengungkapan masalah.
mekanisme koping
yang tepat. 5. Dorong 4. Pengetahuan tentang
d. Menunjukkan TTV normal. keberadaan/partisipasi informasi meningkatkan
TD 120/80 mmHg dari pasangan kemampuan individu
Nadi 60-100 x/menit untuk menghadapinya
6. Anjurkan ibu untuk
RR 16-24 x/menit dengan lebih realistis
yakin dan berdoa bahwa
Suhu 360-370C
kehamilannya dapat
5. Proses kelahiran yang
normal dan janinnya
tidak normal mungkin
sehat dalam kandungan
dipandang sebagai
kegagalan dalam hidup
oleh klien. Keberadaan
pasangan/suami
membuat pasien merasa
diterima
6. Membantu dalam
menurunkan ansietas
dan persepsi
ketakutan
persalinan,meningkat
kan kontrol perasaan.
melakukan khawatir
aktivitas
4. Klien dapat
melakukan aktivitas
secara efektif tanpa
pemborosan energi.
4 Potensial Setelah dilakukan asuhan
peningkatan keperawatan diharapkan 1. Observasi TTV 1. Sebagai acuan
perilaku klien teratur dalam umum keadaan
keteraturan dalam pemeriksaan ANC, 2. Jelaskan pada klien dan klien
melakukan dengan kriteria hasil sebagai keluarga pentingnya
pemeriksaan ANC berikut: melakukan pemeriksaan 2. Memonitor
b.d kelainan a. Klien menyadari ANC secara berkala
kehamilan pentingnya kondisi janin dan
pemeriksaan 3. Dorong klien untuk meminimalisir
kehamilan teratur melakukan kesulitan
b. Klien melakukan pemeriksaan ANC persalinan
pemeriksaan
kehamilan teratur
3. Perhatian sangat
sesuai jadwal yang
penting
ditentukan
ditunjukkan pada
klien sebagai
wujud kepeduli
dan dukungan
5. Perubahan Setelah dilakukan asuhan 4. Obseravasi TTV klien 1. Sebagai acuan
nutrisi kurang keperawatan diharapkan klien keadaan umum
dari kebutuhan mampu mengetahui cara 5. Ukur BB klien klien
b.d mual/muntah memenuhi nutrisi dan 2. Indikator
mengurangi mual muntah, mengevaluasi
6. Ukur pembesaran uterus
dengan kriteria hasil sebagai perubahan nutrisi
berikut: 3. Malnutrisi ibu
1. Ibu makan dengan baik 7. Jelaskan pada klien berdama terhadap
2. Kebutuhan nutrisi ibu penyebab mual dan pertumbuhan dan
terpenuhi muntah perkembangan
3. Ibu tidak mual dan janin
muntah 4. Pengetahuan
8. Berikan pengetahuan
membantu klien
tentang nutrisi bagi ibu
beradaptasi
hamil
terhadap mual dan
muntah yang
9. Berikan informasi pada dialaminya
klien untuk : 5. . Ibu hamil harus
seimbang dalam
a. Makan dalam porsi
pemenuhan
kecil tapi sering
nutrsisi
b. Menghindari makan
6. Porsi kecil dan
berlemak
sering mampu
c. Makan makanan
mencukupi
selingan
kebutuhan nutrisi
seperti;biscuit
yang dibutuhkan.
Makanan berlemak
menimbulkan
menstimulus
muntah sedangkan
makanan selingan
mengurangi
stimulus muntah
D. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang mengikuti
rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup
melakukan,membantu, memberikan askep untuk mencapai tujuan yang berpusat pada
pasien, mencatat serta melakukan pertukaran informsi yanf relevan dengan perawatan
kesehatan berkelanjutan dari pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kelanjutan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang di tetapkan untuk melihat keberhasilan.
DAFTAR PUSTAKA
Gary, et al. 2006. Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 1. Jakarta: EGC
Manuaba IBG. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta. ECG
Rukiyah,ai yeyeh,dkk. 2010. Asuhan kebidanan Patologi. Jakarta: Trans Info Media
Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka