BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
Frank Breech sangat membantu saat proses dilatasi serviks tetapi posisi frank breech
sulit untuk dilakukan External Cephalic Version (ECV) yang bertujuan untuk mengembalikan
posisi janin ke posisi yang seharusnya yaitu kepala janin yang berada pada kavum dibawah
uterus. Pada posisi ini sangat jarang terjadi prolaps tali pusat dan janin juga jarang terjebak di
3
serviks. Sebaliknya flexed dan footling dapat meningkatakan terjadinya prolaps tali pusat dan
kepala janin sering terjebak di serviks.7
2.2. PREVALENSI
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan tunggal.
Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana presentasi
bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya. Angka kejadiannya adalah 3-
4% dari seluruh kehamilan. (1-3) Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian
persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Di Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256
persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang. Sedangkan di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007 didapatkan
persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%. Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali
lebih tinggi daripada kematian perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7
kali lebih tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat
janin dan jenis presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong :
hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital
terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala.(1,6,7)
2.3 PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruang dalam
uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relative lebih
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.9
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar dari pada
kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan,
frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian
besar ditemukan dalam presentasi kepala.9
2.4 ETIOLOGI
Factor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang adalah
prematuritas, multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan
4
panggul sempit. Kadang-kadang juga disebabkan oleh kelainan uterus (seperti fibroid) dan
kelainan bentuk uterus (malformasi). Plasenta yang terletak di daerah cornu fundus uteri
dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah
fundus. Kelainan fetus juga dapat menyebabkan letak sungsang, seperti malformasi CNS,
massa di leher, aneuploidi.1
Pada pemeriksaan dalam apabila didiagnosis dengan pemeriksaan luar tidak dapat
dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah
ketuban pecah dapat lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua
tuberositas ischii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan.
Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya lebih
sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak
tangan. Pada persalinan lama, bokong mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit untuk
membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong
dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot,
sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut, akan teraba tulang rahang dan alveola tanpa
ada hambatan, mulut dan dan pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus dan tuberositas
ischii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong sempurna, kedua kaki dapat diraba
disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya teraba satu
5
kaki disamping bokong. Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi sacrum dan proses
untuk diagnosis sendiri.1
2.6. DIAGNOSIS
Dalam anamnesis mungkin dikemukakan bahwa terasa sesak pada abdomen bagian
atas akibat sering terdorongnya kepala dari gerakan kaki janin. Presentasi bokong dapat
diketahui melalui pemeriksaan palpasi abdomen. Maneuver Leopold perlu dilakukan pada
setiap kunjungan perawatan antenatal bila Usia kehamilan ≤34 minggu. Untuk memastikan
apabila masih terdapat keraguanpada pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan periksa dalam
vagina atau pemeriksaan ultrasonografi.5
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28 – 30 minggu, mencari kausa daripada letak sungsang yakni
dengan USG, seperti plasenta previa, kelainan congenital, kehamilan ganda, kelainan uterus,
dan lain-lain. Jika tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position
atau dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi).(1)
6
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada umumnya versi
luar sebelum minggu 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin dapat
memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin
sudah besar dan jumlah air ketuban relative telah berkurang. Sebelum melakukan versi luar
diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.
Kontraindikasi untuk melakukan versi luar :
1. Panggul sempit
2. Perdarahan antepartum
3. Hipertensi
4. Hamil kembar
5. Plasenta previa. (1,2,4)
Keberhasilan versi luar 35-86% (rata-rata 58%). Peningkatan keberhasilan terjadi pada
multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi
keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian Bhisop skor (Bhisop-like score).
Skor 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5+
Panjang serviks 3 2 1 0
Station -3 -2 -1 +1, +2
Konsistensi Kaku Sedang Lunak
Position Posterior Mid Anterior
Artinya : keberhasilan 0% jika nilai < 2 dan 100% jika nilai > 9.
Kalau versi gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan
narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain :
1. Narkosis harus dalam,
2. Lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit
3. Digunakannya tenaga yang berlebihan
Hal diatas membuat penggunaan narkosis dihindari pada versi luar.(4)
2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan kesabaran
dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya ditentukan apakah
7
tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta
previa atau adanya tumor dalam rongga panggul.(4)
Pada kasus dimana versi luar gagal / janin tetap letak sungsang, maka penatalaksanaan
persalinan harus lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan pervaginam
atau perabdominal (secsio sesaria). Pervaginam dilakukan jika tidak ada hambatan pada
pembukaan dan penurunan bokong.(1,4)
Persalinan bokong
a. Bokong masuk PAP dalam posisi melintang atau miring,
b. Setelah trochanter belakang mencapat dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam
sehingga trochanter depan berada di bawah simphisis, (Gambar 2A)
c. Penurunan bokong dengan trochanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia
bitrochanterica janin berada di PBP. (GAmbar 2B)
d. Terjadi persalinan bokong, dengan trochanter depan sebagai hipomoklion,
e. Setelah trochanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan trochanter
depan, sehingga seluruh bokong janin lahir, (Gambar 2C)
f. Terjadi putaran paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu,
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir. (Gambar 2D)
(C)
8
(A)
(B)
(C) (D)
a) Persalinan Spontan
9
Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu
sendiri. Cara ini lazim disebut Cara Bracht.
Tahapan :
1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (scapula
depan).
2. Tahapan kedua : fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.
3. Tahapan ketiga : fase lambat, yaitu mulai dari lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.
Teknik :
1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan, penolong harus memperhatikan sekali lagi
persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran, janin harus selalu
disediakan Cunam Piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedangkan penolong berada di depan vulva. Ketika timbul
His, ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat bokong mulai
membuka vulva (crowning) disuntikkan 2 - 5 unit Oksitosin i.m.
3. Episiotomy dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir, bokong
dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha,
sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4. Pada setiap His, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang,
tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin
guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke punggung ibu.
Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut
disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya
hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai
dengan sumbu panggul. Dengan gerakan hiperlordosis ini, berturut-turut lahir pusar, perut,
badan, lengan, dagu, mulut dan akhirnya kepala.
5. Janin yang baru lahir segera diletakkan di perut ibu. Bersihkan jalan napas dan rawat tali
pusat.
Keuntungan :
10
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong tidak ikut masuk ke
dalam jalam lahir. Dan cara ini yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga
mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin
secara Bracht. Terutama terjadi pada keadaan panggul sempit, janin besar, jalan lahir kaku
seperti pada primigravida, adanya lengan mengungkit atau menunjuk.
b) Manual Aid
Manual Aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin dilahirkan
sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong.
Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan, misalnya terjadi
kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal sudah direncanakan
untuk manual aid.
Tahapan :
1. Tahap pertama : lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan dan
tenaga ibu sendiri.
2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.
11
Teknik :
Tahap pertama persalinan secara Bracht sampai tali pusar lahir. Tahap kedua melahirkan bahu
dan lengan oleh penolong :
1. Cara Klasik
Prinsip : melahirkan lengan belakang terlebih dahulu, karena lengan belakang berada di
ruang yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah
symphisis.
Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan
dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah
dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan
dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.
Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan
penolong dan ditarik cunam ke bwah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan. Keuntungan cara klasik adalah pada
umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan letak sungsang, tetapi kerugiannya
lengan janin janin relatif tinggi di dalam panggunl, sehingga jari penolong harus masuk ke
dalam jalan lahir yang dapat menimbulkan infeksi.
12
2. Cara Mueller
Prinsip : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian
melahirkan bahu dan lengan belakang.
Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvic, yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan
sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca dan jari-jari lain
mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke cunam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak di bawah symphisis dan lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke atas
sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga
mengurangi infeksi.
3. Cara Lovset
Prinsip : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak - balik sambil dilakukan
traksi cunam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir
dibawah symphisis dan lengan dapat dilahirkan.
13
4. Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara klasik.
2. Cara Najouks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak dimasukkan
ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkram leher janin menarik
bahu curam ke bawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin
ke arah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.
c) Ekstraksi Sungsang
16
Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai
tenaga penolong.
Teknik :
1. Teknik Ekstraksi Kaki
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan menelusuri bokong,
pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin
sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang yang di luar mendorong fundus uteri ke
bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari
ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut. Kedua tangan memegang betis
janin, kaki ditasrik cunam ke bawah sampai pangkal paha lahir.
Pangkal paha dipengang, kemudian tarik cunam ke bawah, trochanter depan lahir.
Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trochanter
belakang lahir dan bokong pun lahir.
Setelah bokong lahir, maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan
femuro-pelvik, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusar lahir. Selanjutnya, untuk
melahirkan badan janin yang lainnya, dilakukan cara persalinan yang sama seperti manual
aid.
Keterangan :
≤3 : persalinan perabdominal.
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya BBJ, bila nilai tetap dapat
dilahirkan pervaginam
>5 : dilahirkan pervaginam.
2. Tali pusat menumbung pada primi / multigravida
3. Didapatkan distosia
4. Umur kehamilan :
Prematur (EFBW = 2000 gr)
Post date (umur kehamilan ≥ 42 minggu).
5. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan)
Riwayat persalinan yang lalu : riwayat persalinan buruk, nilai social janin tinggi.
6. Komplikasi kehamilan dan persalinan :
Hipertensi dalam persalinan
Ketuban Pecah Dini.
2.9 KOMPLIKASI
2.9.1. Fetal Komplikasi
Mortalitas dan morbiditas janin diperkirakan berkali-kali agar dapat sebanding dengan
janin yang letak normal (vertex presentation). Komplikasi janin pada persalinan presentasi
bokong meliputi:
1. Asfiksia akibat :
Prolaps tali pusat / kompresi tali pusat, hipoksia
Perkembangan janin terhambat (PJT), dan persalinan cepat
2. Trauma saat kelahiran akibat dari:
Feto-pelvic disproporsi
Tidak terampilnya pemimpin persalinan (tidak semestinya menarik dan menyebabkan
trauma pada bayi) Kematian perinatal lebih tinggi dengan presentasi bokong karena
prematuritas dan malformasi kongenital.5
2.10. PROGNOSIS
2.10.1. Maternal
Persalinan biasanya tidak berlangsung lama. Karena terjadi peningkatan frekuensi
persalinan secara seksio sesaria. Persalinan seksio sesaria dapat meningkatkan morbiditas
maternal. Frank breech efektif menyebabkan dilatasi servik berlebihan. Meskipun secara
teoritis dapat menyebabkan keterlambatan tahap pertama, tetapi jarang terjadi pada
multipara.5
2.10.2. Fetal
19
Risiko janin dalam hal kematian perinatal cukup besar dalam persalinan bokong
pervaginam. Dua per tiga kematian ini adalah hasil dari kelainan bawaan atau infeksi dan satu
per tiga dari trauma dan asfiksia. Faktor-faktor rumit seperti prematuritas, trauma persalinan,
malformasi kongenital sangat membahayakan janin. Dikoreksi perinatal mortalitas berkisar 5-
35 per 1000 kelahiran. Mortalitas perinatal secara keseluruhan dalam presentasi bokong
masih tetap 9-25% dibandingkan dengan 1-2% untuk kematian perinatal non presentasi
bokong. Berarti 3-5 kali lebih tinggi dari presentasi non bokong. Faktor-faktor yang
signifikan mempengaruhi risiko janin:
Keterampilan dokter kandungan
Berat bayi
Posisi kaki
Jenis panggul
Mortalitas meningkat pada frank breech dan maksimum pada footling breech,
dimana sering terjadi kemungkinan prolaps tali pusat. Risiko janin pada multipara
tidak kurang dari primigravida, hal ini karena kemungkinan prolaps tali pusat terkait
dengan flexed breech.10
20
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Ny. A
Umur : 22 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
ANAMNESA PENYAKIT
21
Ny. A, 22 tahun, G4P3A0, Jawa, Islam, SMP, Ibu Rumah Tangga, i/d Tn.S, 25 tahun, Jawa,
Islam, SLTA, Wiraswasta. Datang dengan keluhan :
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak tanggal 11 Agustus 2018 pukul
14.00 WIB. Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan dijumpai. Riwayat keluar air-air
dari kemaluan dijumpai jam 18.00 WIB tanggal 12 Agustus 2018. Riwayat darah tinggi
sebelum hamil tidak dijumpai. Riwayat darah tinggi saat kehamilan tidak di jumpai. BAB dan
BAK dalam batas normal.
RIWAYAT MENSTRUASI
HPHT : ? /?/2017
TTP : ? /?/2018
RIWAYAT PERSALINAN
1. Laki – laki, Preterm, 2100 gram, PSP, dr, 5 tahun, anak hidup
2. Perempuan, Preterm, 2200 gram, PSP, dr, 4 tahun, anak hidup
3. Laki – laki, Aterm, 2500 gram, PSP, dr, 3 tahun, anak hidup
4. Hamil saat ini
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS PRESENS
HR : 88 x/i Sianosis :-
RR : 20 x/i Dyspnoe :-
STATUS GENERALISATA
Kepala
Isokor , kanan=kiri
Thorax
STATUS OBSTETRI
Palpasi
PEMERIKSAAN DALAM
VT : Cervix axial, Φ 4cm. Eff 50%. hodge 1, Teraba Bagian Kecil, Sekret (-),
Fetal movement (+), fetal heart rate (+) 154 kali/menit reguler
MVP : 5 cm
Plasenta : grade II
LABORATORIUM
DIAGNOSA KERJA
TERAPI MEDIKAMENTOSA
RENCANA TINDAKAN
-
Sectio Ceasaria
Waktu Tindakan
01.32 – 01.40 Pasien dibaringkan di atas meja operasi dengan posisi supine, infus
dan kateter sudah terpasang dengan baik
01.40 – 01.50
Operator mencuci tangan dengan cara fuhbringer dan memakai alat
pelindung diri berupa penutup kepala, masker, apron, sepatu boot,
baju steril dan sarung tangan steril
01.50 – 02.02
Dilakukan tindakan operasi spinal, kemudian ditunggu dan pasien
diminta untuk mengangkat kaki. Pasien menyatakan kakinya kebas
dan sulit diangkat. Kemudian operator memberikan rangsangan nyeri
02.02 – 02.08
di daerah kaki. Pasien sudah tidak merasakan nyeri.
Time out
26
Janin dilahirkan dengan cara melaksir batang, lahir bayi laki – laki
dengan BBL = 2180 gram, PBL = 45 cm, dengan APGAR score 8/9
dan anus dijumpai. Tali pusat diklem dua sisi dengan jarak ±5 cm
dari tali pusat bayi dan digunting diantaranya
02.19 – 02.26
Dilakukan manajemen aktif kala III dengan dilakukan injeksi
Oxytocin 10 IU secara intravena. Kemudian placenta dilahirkan
dengan metode peregangan tali pusat terkendali. Identifikasi
plasenta, kesan : placenta lahir lengkap. Uterus dibersihkan dengan
02.26 – 02.31
kassa, kesan: bersih. Dilakukan penjepitan tepi luka dengan
menggunakan 4 oval klem
Nadi :82x/menit
RR :18x/menit
Temperatur :36.80 C
Kontraksi : (+)
Perdarahan : (-)
RENCANA TINDAKAN
-
Cek lab darah rutin 2 jam post SC
-
Awasi kontraksi, vital sign,tanda-tanda perdarahan (kala IV)
-
Hemoglobin : 11.1 g/dL
-
Hematokrit : 33,1 %
-
Leukosit :18.59 x 103/μm3
-
Trombosit : 305 x103/μm3
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal Follow up
13 Agustus S :
2018
O : SP : Sens : CM
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 81 x/ menit
RR : 21 x/menit
T : 36.8oC
P/V :-
P : - IVFD RL 20 gtt/i
-
Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
-
Inj. Gentamycin 80 gr/8 jam
-
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
-
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
29
R/ Terapi lanjut
14 Agustus S : Post OP
2018
O : SP : Sens : CM
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 78 x/ menit
RR : 20 x/menit
T : 36.0oC
P : - IVFD RL 20 gtt/i
-
Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
-
Inj. Gentamycin 80 gr/8 jam
-
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
-
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
R/ AFF Kateter
15 Agustus S : Post OP
2018
30
O : SP : Sens : CM
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
RR : 16 x/menit
T : 36.5oC
BAK : (+)
BAB : (+)
P : - Cefadroxil 2 x 500 mg
-
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
-
Vit B Comp 2 x 1
-
Pantau vital sign, kontraksi
16 Aguatus S : Post OP
2018
O : SP : Sens : CM
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
RR : 20 x/menit
31
T : 36.0oC
BAK : (+)
BAB : (+)
P : - Cefadroxil 2 x 500 mg
-
Asam Mefenamat 3 x 500 mg
-
Vit B Comp 2 x 1
R/ - GV Kering
-
PBJ, Kontrol Poli PIH 03/8/2018
BAB IV
RESUME
32
Ny. A, 32 tahun, G4P3A0, Jawa, Islam, Tamat SMP, Ibu Rumah Tangga, i/d Tn.S, 25
tahun, Jawa, Islam, SLTA, Wiraswasta. Datang dengan keluhan mulas – mulas, mau
melahirkan. Hal ini dialami pasien sejak tanggal tanggal 11 Agustus 2018 pukul 14.00 WIB.
Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan dijumpai. Riwayat keluar air-air dari kemaluan
dijumpai. BAB dan BAK dalam batas normal. Riwayat tekanan darah tinggi pada kehamilan
sebelumnya tidak di jumpai. Riwayat darah tinggi pada kehamilan saat ini tidak di jumpai.
Riwayat trauma tidak di jumpai. BAB dan BAK dalam batas normal. Riwayat penyakit
terdahulu: (-), Riwayat pemakaian obat: (-). Riwayat HPHT: ? / ? /2017,TTP ? / ? /2018,
Tidak ada riwayat pemakaian kontrasepsi, ANC (+) 2x dengan bidan, 1x dengan Sp.OG.
Riwayat persalinan (1) Laki – laki, Preterm, 2100 gram, PSP, dr, 5 tahun, anak hidup, (2)
Perempuan, Preterm, 2200 gram, PSP, dr, 4 tahun, anak hidup, (3) Laki – laki, Aterm, 2500
gram, PSP, dr, 3 tahun, anak hidup, (4) Hamil saat ini.
TEORI KASUS
ANAMNESIS ANAMNESIS
Datang dengan keluhan Mulas- mulas
33
PEMERIKSAAN OBSTETRI
DISKUSI
1. Apa tindakan yang dapat dilakukan oleh dokter umum jika dijumpai kasus pasien
presentasi kaki ?
BAB V
ANALISA KASUS
Presentasi kaki dapat dihindari apabila dijumpai pada usia gestasi 24-34 minggu yaitu
dengan KCP
Pada kasus ini, edukasi berperan penting disebabkan usia Os relatif muda dengan
jumlah riwayat kehamilan yang tinggi
35
DAFTAR PUSTAKA