Anda di halaman 1dari 30

REFERAT

ASMA
Dhaifina Putri Windini / I4061202023
Erica Sugandi / I4061192039
Terence Ardhi / I4061202067

Pembimbing: dr. Ari Prabowo, Sp.P

Stase Pulmonologi
RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang
2022
LATAR BELAKANG
Penyakit saluran Dapat membaik
Asma spontan atau
nafas kronik
dengan
Ditandai mengi, pengobatan
sesak nafas, rasa
berat di dada, Eksaserbasi/ Mengancam jiwa
batuk flare up dan menjadi
beban pasien
Dicetuskan oleh
faktor eksternal Tujuan pengobatan asma
(latihan, allergen,
Asma terkontrol, kualitas
perubahan cuaca)
hidup meningkat
ASMA
Definisi Faktor Risiko
Penyakit kronis yang Riwayat Masa kanak-kanak >>
mengganggu jalan napas keluarga Anak ♂>> ♀
akibat adanya inflamasi dan dengan
pembengkakan dinding asma
dalam saluran napas sehingga Merokok dan asap
menjadi sangat sensitif Alergi
rokok
terhadap masuknya benda
asing yang menimbulkan Infeksi saluran nafas,
mengi, batuk, sesak, terutama terutama onset anak-anak
di malam hari
KLASIFIKASI ASMA (GINA)
Asma intermitten Asma persisten ringan Asma persisten sedang Asma persisten berat
1) Gejala <1x/minggu 1) Gejala asma malam 1) Gejala hampir tiap 1) APE atau VEP1
>2x/bulan hari <60% prediksi
2) Eksaserbasi singkat
2) Eksaserbasi 2) Gejala asma malam 2) Variabiliti APE
3) Gejala malam >1x/minggu, tetapi >1x/minggu atau VEP1 >30%
<2x/bulan <1x/hari
3) Eksaserbasi
4) Bronkodilator 3) Eksaserbasi mempengaruhi
diperlukan bila mempengaruhi aktivitas dan tidur
serangan aktivitas dan tidur
4) Membutuhkan
5) Jika serangan agak 4) Membutuhkan bronkodilator dan ICS
berat mungkin bronkodilator dan ICS tiap hari
diperlukan ICS
5) APE atau VEP1 ≥80% 5) APE atau VEP1 60-
6) APE atau VEP1 prediksi 80% prediksi
≥80% prediksi
6) Variabiliti APE atau 6) Variabiliti APE atau
7) Variabiliti APE atau VEP1 20-30% VEP1 30%
VEP1 <20%
KLASIFIKASI ASMA (GINA) BERDASARKAN DERAJAT BERAT SERANGAN
Asma ringan
Asma intermiten dan
asma persisten
ringan

Asma sedang
Asma persisten
sedang

Asma berat
Asma persisten berat
KLASIFIKASI ASMA (GINA) BERDASARKAN TINGKAT KONTROL ASMA
FENOTIP ASMA
Asma alergi Asma onset lambat Asma dengan
 Sering dimulai sejak kanak-  Sebagian pasien asma dewasa, obesitas
kanak, berhubungan khususnya perempuan, mengalami Pasien asma dengan
dengan riwyat alergi dalam asma pertama kali pada usia dewasa obesitas memiliki keluhan
keluarga.  Tidak memiliki riwayat alergi pernafasan yang menonjol
 Respons terapi baik dengan dan inflamasi saluran anfas
 Membutuhkan ICS dosis tinggi eosinofilik yang sedikit
ICS

Asma non alergi Asma dengan obstruksi saluran


 Beberapa orang dewasa
nafas menetap
memiliki asma tidak Mempunyai gejala jangka waktu lama
berhubungan dengan alergi sehingga menyebabkan obstruksi
 Respons terapi kurang baik saluran nafas menetap, diduga karena
dengan ICS perbaikan saluran nafas
PATOFISIOLOGI ASMA
 Kontraksi otot pada saluran
nafas meningkatkan resistensi
jalan nafas
 Peningkatan sekresi mukosa
dan obstruksi saluran anfas
 Hiperinflasi paru dengan
peningkatan volume residu
 Hiperaktivitas bronkial, yang
diakibatkan oleh histamine,
prostaglandin
Anamnesis
DIAGNOSIS ASMA
Gejala khas yang merupakan karakteristik Gejala-gejala yang dapat mengurangi
asma antara lain: kecurigaan terhadap asma antara lain:
 Lebih dari satu gejala (mengi, sesak nafas,  Batuk tanpa disertai gejala
batuk, sesak dada/dada terasa berat), pernafasan lainnya
terutama pada orang dewasa  Produksi sputum kronik
 Gejala sering lebih buruk pada malam hari  Sesak berhubungan dengan rasa
atau di pagi hari kantuk, kepala terasa ringan, atau
 Gejala bervariasi dari waktu ke waktu dan kesemutan nyeri dada
dengan intensitas yang sering  Inspirasi dengan suara nafas yang
 Gejala dipicu oleh infeksi virus, olahraga, cukup keras dan dipicu oleh aktivitas
paparan allergen, perubahan cuaca, tertawa, fisik.
atau iritasi seperti knalpot asap mobil, asap
rokok, atau bau yang kuat.
Pemeriksaan fisik
DIAGNOSIS ASMA
 Biasanya normal
 Wheezing ekspirasi pada auskultasi, dapat ditemukan maupun tidak
ditemukan pada ekspirasi paksa
 Dapat tidak ditemukan pada eksaserbasi asma berat, dapat ditemukan
tanda-tanda kegagalan respirasi
 Wheezing dapat didengar pada kelainan saluran nafas atas, PPOK, infeksi
saluran nafas, trakeomalasia, inhalasi benda asing
 Pemeriksaan hidung dapat menunjukkan tanda rhinitis alergi atau
polyposis nasal
Pemeriksaan penunjang
DIAGNOSIS ASMA
 Dasar: foto thorax normal/hiperinflasi
 Arus Puncak Ekspirasi (APE): menurun, dengan pemberian bronkodilator (inhalasi
salbutamol 400 mcg atau 2x2 semprot) meningkat 20%
 Spirometri: VEP1/KVP <75%, dengan pemberian bronkodilator meningkat >12% dan
200 mL
 Penunjang lain:
• Variasi diurnal dengan APE ≥20%
• Eosinofil total ≥300 (≥4%)
• Uji provokasi bronkus (metakolin/histamin)
• Uji kulit (skin prick test)
• FENO
TATALAKSANA ASMA
Tujuan: meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita
asma dapat hidup tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Tatalaksana dalam asma


Edukasi Menilai dan monitor asma Identifikasi dan mengendalikan
berat secara berkala faktor pencetus

Merencanakan dan memberikan Menetapkan pengobatan pada


pengobatan jangka panjang serangan akut

Kontrol secara teratur Pola hidup sehat


1. EDUKASI ASMA
Bertujuan meningkatkan kepatuhan penderita asma

1. Menjelaskan terkait asma dengan alat peraga seperti gambar bronkus


2. Follow up setiap kunjungan, perbaikan yang dialami penderita
3. Menetapkan rencana pengobatan bersama-sama penderita
4. Membantu penderita dalam menggunakan obat asma
5. Identifikasi dan atasi hambatan yang dirasakan penderita
6. Menanyakan kembali tentang rencana penanganan pada setiap kunjungan
7. Mengajak keterlibatan keluarga
2. PENILAIAN DAN PEMANTAUAN SECARA BERKALA
 Penilaian klinis berkala 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita
 Follow up pertama dilakukan <1 bulan (1-2 minggu) setelah kunjungan awal
 Pada setiap kunjungan ditanyakan apakah keadaan asmanya membaik atau memburuk

Tanyakan pertanyaan berikut untuk menilai keadaan terakhir atau 2 minggu terakhir
1. Apakah batuk, sesak nafas, mengi, dada terasa berat dirasakan setiap hari?
2. Seberapa sering terbangun bila tidur malam karena sesak nafas atau batuk?
3. Apakah gejala asma mengganggu kegiatan sehari-hari dan membatasi kegiatan?
4. Seberapa sering dan berapa dosis penggunaan pelega?
5. Apa pencetus perburukan gejala asma tersebut?
3. PERENCANAAN PENGOBATAN JANGKA PANJANG
Tujuan: mengontrol penyakit hingga tercapai asma terkontrol
Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan

Pengontrol/controller Pelega/reliever
Untuk mengontrol asma, diberikan Prinsip: dilatasi jalan nafas dengan
setiap hari untuk mencapai asma relaksasi otot polos, memperbaiki
terkontrol pada asma persisten dan/atau menghambat bronkokonstriksi
Contoh: kortikosteroid inhalasi, berkaitan dengan gejala akut asma
kortikosteroid sistemik, metilsantin, Contoh: agonis β2 kerja singkat (SABA),
agonis β2 kerja panjang (LABA) kortikosteroid sistemik, antikolinergik
inahalasi dikombinasi dengan kerja singkat (SAMA), aminofilin
kortikosteroid inhalasi, antagonis
leukotriene, antikolinergik kerja panjang
4. TAHAPAN PENANGANAN ASMA
Dilakukan stepdown therapy
 Tujuan: menggunakan pengobatan seminimal mungkin
 Pemberian terapi maksimum di awal pengobatan (kortikosteroid oral
dan/atau kortikosteroid ingalasi dosis penuh+ agonis β2 kerja panjang)
sebagai pengontrol
 Setelah asma terkontrol, dosis diturunkan bertahap sampai seminimal
mungkin dengan mempertahankan kondisi asma terkontrol.
TATALAKSANA
SESUAI
BERATNYA ASMA
5. MENETAPKAN PENGOBATAN PADA SERANGAN AKUT
Penanganan serangan asma yang tidak Menyebabkan
tepat  Perburukan asma yang
 Penilaian berat serangan di IGD yang tidak menetap
tepat  Serangan berulang dan
 Pengobatan tidak adekuat semakin berat
 Memulangkan penderita terlalu dini dari  Berisiko jatuh dalam keadaan
IGD asma akut berat
 Pemberian pengobatan yang tidak tepat
 Penilaian respons pengobatan yang
kurang tepat
ALGORITMA
PENATALAKSANAAN
SERANGAN ASMA DI
RUMAH SAKIT
Pemeriksaan AGD arteri sebaiknya
dilakukan pada:
 Serangan asma akut berat
 Membutuhkan perawatan rumah sakit
 Tidak respons dengan pengobatan
 Ada komplikasi  pneumonia,
pneumotoraks
ALGORITMA
PENATALAKSANAAN
SERANGAN ASMA DI
RUMAH
ICS SAMA
 Budesonid  Ipratropium bromide
 Fluticason LAMA
propionate
 Tiotropium bromide
SABA
 Glycopyrronium
 Fenoterol bromide
 Salbutamol ICS-LABA
LABA  Budesonid –
formoterol
 Salmeterol`
 Salmeterol-
 Formoterol (rapid fluticasone
acting) propionate
 Indakaterol
6. KONTROL SECARA TERATUR
Penatalaksanaan jangka panjang perlu diperhatikan
 Tindak lanjut (follow up) teratur yang tidak hanya bila terjadi serangan akut,
tetapi terjadwal dengan interval 1-6 bulan tergantung keadaan asma
 Rujuk ke spesialis paru yang dilakukan pada keadaan:
 Tidak respons dengan pengobatan
 Pada serangan akut yang mengancam jiwa
 Tanda dan gejala tidak jelas (atipikal)
 Dibutuhkan pemeriksaan/uji lain di luar pemeriksaan di luar pemeriksaan
standar (skin prick test, pemeriksaan faal paru lengkap, uji provokasi bronkus,
cardiopulmonary exercise test, bronkoskopi
7. POLA HIDUP SEHAT
 Penderita asma tidak dilarang untuk melakukan olahraga, walaupun terdapat
salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah aktivitas (exercise-
induced asthma/EIA)
 Bila dikhawatirkan terjadi serangan asma akibat olahraga, maka dianjurkan
menggunakan agonis β2 sebelum olahraga
 Senam Asma Indonesia (SAI)  dianjurkan karena melatih dan menguatkan
otot-otot pernafasan
 Berhenti merokok
PENCEGAHAN ASMA
Pencegahan primer Pencegahan sekunder Pencegahan tersier
 Mencegah tersensitisasi  Mencegah yang sudah  Mencegah agar tidak
dengan bahan yang tersensitisasi untuk tidak terjadi
menyebabkan asma berkembang menjadi serangan/bermanifestasi
 Menghindari makanan asma klinis asma pada penderita
 Menghentikan pajanan yang sudah menderita
yang bersifat allergen
pada ibu hamil tidak alergi sedini mungkin pada asma
mengurangi risiko pasien yang sudah  Mencegah terjadi serangan
melahirkan bayi dengan tersensitisasi dengan dengan menghindari
atopi gejala asma, lebih pajanan pencetus sehingga
 Belum ada pencegahan menghasilkan resolusi terjadi perbaikan asma dan
total dibandingkan menurunkan kebutuhan
primer yang
direkomendasikan pemberian pajanan terus- medikasi
menerus
PENCEGAHAN ASMA
PROGNOSIS ASMA
 Prognosis baik dan tidak mengalami penurunan kapasitas paru yang signifikan
 Penurunan fungsi paru lebih signifikan pada pasien asma dewasa dengan PPOK
 Kematian jarang ditemui, namun kematian meningkat pada pasien asma dengan PPOK
 Pasien anak dengan asma cenderung mengalami remisi pada remaja akhir

21% 38% 41%


Remisi pada pasien Asma periodik pada Asma persisten pada
usia 19 tahun pasien usia 19 tahun pasien usia 19 tahun
DAFTAR PUSTAKA
1. Padila. Asuhan Keperawata Maternitas II. Yogyakarta: Nuha Medika. 2015
2. Soedarto. Alergi dan penyakit sistem imun. Jakarta: Sagung Seto. 2012
3. Masriadi S. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: CV. TRANS INFO MEDIA; 2016.
4. Amin huda nurarif, & Hardhi kusuma, aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan nanda nic noc
(jilid 3). penerbit mediaction jogja. 2015
5. Expert Panel Report 3: Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma. National Heart, Lung and Blood
institute. National Asthma Education and Prevention Program. Full Report 2007.
6. Global strategy for asthma management and prevention. Global initiative for asthma (GINA) 2011.
7. Sundaru H, Asma Bronkial. Dalam: Alwi , Setiati S, Sudoyo AW, Simadibrata KM . Eds. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid I. Edisi V. Jakarta : Interna Publishing; 2010.
8. Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi. Buku Ajar Respirasi. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara; 2017.
9. Kumar V, Abbas AK, Aster JC. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2013.
10. Yu Y, Baserman J, Au J, Hanly C, Mai Y, Hirami N. Asthma: Pathogenesis [Internet]. [19 August 2021; 22 May 2022].
Available from: https://calgaryguide.ucalgary.ca/asthma-pathogenesis/.
DAFTAR PUSTAKA
11. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention 2019. Available from:
www.ginasthma.org.
12. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Asma.Pedoman diagnosis dan tatalaksana di Indonesia.2003
13. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. 2008.
14. National Institute of Health. National Heart, Lung and Blood Institute. Global Initiative for Asthma. Global Strategy
for Asthma Management and Prevention. NIH Publication, 2012.
15. Fu J, Gibson PG, Simpson JL, McDonald VM. Longitudinal Changes in Clinical Outcomes in Older Patients with
Asthma, COPD and Asthma-COPD Overlap Syndrome. Respiration. 2014;87(1):63–74.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai