Pembimbing:
dr. Sri Yuliani Elida, Sp.M, M.Sc
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Stase
Ilmu Kesehatan Mata
Telah disetujui,
Pontianak, Desember 2022
Pembimbing, Penulis,
Katarak berasal dari bahasa Yunani (Katarrhakies) yang berarti air terjun.
Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun
akibat lensa yang keruh1. Katarak adalah penurunan kualitas optik lensa kristal yang
mempengaruhi penglihatan. Sebagian besar perkembangan katarak berhubungan
dengan penuaan, dan dapat terjadi pada satu atau kedua mata.
Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan usia, yaitu terdiri dari katarak
kongenital dan katarak senilis. Patofisiologi umum katarak yaitu adanya denaturasi
protein pada lensa yang menyebabkan peningkatan densitas dan kekakuan pada
lensa hingga terjadinya opasifikasi pada lensa. Normalnya, kerusakan akibat ROS
terkait dengan adanya perubahan normal lensa karena penuaan.
Berdasarkan data dari The World Health Organization sebanyak 1 miliar orang
mengalami kebutaan, 94 juta diantaranya disebabkan oleh katarak, dan sekitar 35
juta orang mengalami gangguan penglihatan sedang hingga berat. Hal ini
menyebabkan katarak menempati posisi kedua yang menyebabkan gangguan
penglihatan pada seseorang setelah gangguan refraksi yang tidak dikoreksi, namun
menempati posisi pertama dalam menyebabkan kebutaan yaitu sebesar 51% di
seluruh dunia.
WHO memperkirakan sekitar 18 juta orang mengalami kebutaan kedua mata
akibat katarak. Jumlah ini hampir setengah (47,8%) dari semua penyebab kebutaan
karena penyakit mata di dunia. Penyebab kebutaan lainnya adalah kelainan refraksi
tidak terkoreksi, glaukoma, Age-Related Macular Degeneration, retinopati DM,
kebutaan pada anak, trakoma, onchocerciasis, dan lain-lain.2 Di Indonesia,
diperkirakan insiden katarak sebanyak 0,1% yang artinya terdapat tambahan
penderita katarak baru sekitar 1.000 orang setiap tahunnya. Sekitar 16-22%
penderita katarak yang dioperasi berada di bawah usia 55 tahun.
Katarak tersering yang ditemukan merupakan katarak yang berhubungan
dengan proses degenerasi atau penuan yang disebeut sebagai katarak senilis.
Katarak senilis disebut juga sebagai “age related cataract” didefinisikan sebagai
katarak yang terjadi pada orang berusia > 50 tahun, tidak terkait dengan trauma
mekanis, kimia, atau radiasi yang diketahui. Katarak senilis merupakan 90% dari
semua jenis katarak. Kerusakan dan agregasi protein, kerusakan membran sel serat,
defisiensi glutathione, kerusakan oksidatif, peningkatan kalsium, migrasi sel epitel
lensa yang abnormal adalah beberapa mekanisme spesifik yang bertanggung jawab
untuk katarak senilis. Beberapa faktor tersebut dapat memicu terjadinya katarak.3
Berdasarkan morfologinya katarak dibagi menjadi 3 yaitu katarak nuclear,
kortikal dan subkapsular. Sedangkan penilaian dari tingkat kematangannya katarak
dibagi menjadi 4 stadium, yaitu katarak insipient, katarak imatur, katarak matur dan
katarak hipermatur.
Penatalaksanaan katarak dapat dilakukan dengan tindakan operasi
mengeluarkan lensa yang keruh dan menggantinya dengan lensa tanam intraokular.
Sesuai dengan tujuan mengatasi kebutaan dan gangguan penglihatan, maka operasi
katarak sangat dianjurkan jika penurunan tajam penglihatan yang disebabkan oleh
katarak telah menyebabkan penurunan tajam penglihatan dengan koreksi sama
dengan/kurang dari 6/18 (kriteria WHO visual impairment). Operasi ekstraksi lensa
dan menggantinya dengan lensa tanam intraokular juga dianjurkan jika ditemukan
adanya kondisi lain, seperti glaukoma fakomorfik, glaukoma fakolitik, dislokasi
lensa dan anisometropia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1. Mikrofotografi lampu celah dan diagram struktur lensa. (A)
Mikrofotografi slit-lamp mata setelah midriasis. Bentuk bikonveks lensa terlihat
jelas.
(B) Diagram tampilan penampang bagian persegi pada Panel A. (C) Struktur
seluler lensa.1
Lensa terdiri dari empat bagian (gambar 2.1.C): kapsul lensa, sel
epitel, serat lensa dan zonula. Dalam keadaan normal, lensa digantungkan
pada badansiliaris oleh zonula lensa, yang melekat di antara pars plana
dan kapsul lensa ekuatorial.1
Transparansi lensa memungkinkan transmisi cahaya dengan panjang
gelombang hingga 1200 nm. Prasyarat untuk menjaga transparansi lensa
meliputi susunan serat lensa yang rapat dan teratur serta kelarutan protein
lensayang tinggi.1
Lensa memiliki kemampuan berakomodasi untuk memperoleh
bayangan retina yang jelas dari objek pada jarak yang berbeda.
Akomodasi dilakukan oleh lensa dan badan siliar. Menurut teori
akomodasi Helmholtz, ketika melihat objek yang jauh, otot siliaris
berelaksasi, sehingga zonula lensa dalam keadaan tegang dan lensa
menjadi rata. Di sisi lain, untuk penglihatan jarak dekat yang jelas, otot
siliaris berkontraksi dan zonula lensa berelaksasi, menyebabkan
peningkatan kecembungan lensa (Gambar 2.2).1
b) Katarak kortikal
Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan
presipitasi protein pada sel-sel serat lensa. Katarak jenis ini
biasanya bilateral, asimetris, dan menimbulkan gejala silau jika
melihat ke arah sumber cahaya. Tahap penurunan penglihatan
bervariasi dari lambat hingga cepat. Pemeriksaan slitlamp
berfungsi untuk melihat ada tidaknya vakuola degenerasi hidropik
yang merupakan degenerasi epitel posterior, dan menyebabkan
lensa mengalami elongasi ke anterior dengan gambaran seperti
embun.
6/12
2/60
3/60
4/60
1/300
1/~
2.4.3. Diagnosis
Tujuan dari evaluasi komprehensif pasien yang keluhan
utamanya mungkin terkait dengan perkembangan katarak adalah
untuk mengidentifikasi adanya katarak, mengkonfirmasi bahwa
katarak merupakan faktor signifikan yang berkontribusi terhadap
gangguan penglihatan dan gejala yang dijelaskan oleh pasien, dan
mengidentifikasi penyebab lainnya. kondisi okular atau sistemik yang
mungkin berkontribusiterhadap gangguan penglihatan.7
1) Anamnesis
Penderita katarak biasanya datang dengan keluhan
penglihatan buram seperti terhalang kabut yang tidak dapat
diperbaiki denganpemberian kacamata. Awalnya sebelum lensa
menjadi keruh, proses penuaan pada lensa akan menyebabkan
lensa bertambah tebal sehinggaterjadi miopisasi akibat titik focus
yang tertarik ke depan retina. Gejalayang khas yang didapatkan
akibat proses majunya titik focus adalah yang disebut dengan
second sight, dimana orang tua atau penderita presbiopia tidak
memerlukan kacamata baca untuk melihat dekat, tetapi semakin
buram untuk melihat jauh. Terkadang perubahan indeks refraksi
akibat kekeruhan yang tidak merata di bagian-bagian lensa
menimbulkan gejala penglihatan ganda atau diplopia monocular.
Kekeruhan yang tidak merata juga dapat menyebabkan
timbulnya gejala silau / glare pada penderita katarak. Penderita
juga dapat mengalami gejala melihat lingkaran cahaya berwarna
di sekitar cahayayang dapat terjadi karena kumpulan tetesan air
di antara lapisan serat lensa yang bertindak sebagai prisma yang
membelah cahaya menjadi tujuh warnanya. Gangguan dalam
penglihatan warna seperti memudar atau menguningnya objek
juga dapat terjadi. 2,8
2) Pemeriksaan tajam penglihatan
Dampak katarak pada fungsi visual dapat dinilai secara
subjektif dengan status fungsional yang dilaporkan sendiri atau
kesulitan dengan penglihatan. Namun, pasien dapat beradaptasi
dengan gangguan penglihatan mereka dari waktu ke waktu, dan
mungkin gagal untuk melihat penurunan fungsional yang
menyertai perkembangan katarak yang khas. Fungsi visual dapat
dinilai dengan menggunakan tes yang mengukur sensitivitas
kontras, kecacatan silau, atau ketajaman visual pada jarak dekat
dan jauh. Grafik ketajaman visual Snellen adalah alat yang sangat
baik untuk menguji ketajaman visual jarak jauh pada matayang
sehat, dan secara luas digunakan secara klinis.7
3) Pemeriksaan refleks fundus
Diagnosis pasti katarak dilakukan dengan melihat kekeruhan
pada lensa. Pemeriksaan dapat dilakukan menggunakan peralatan
sederhanayang seharusnya tersedia di layanan kesehatan primer
seperti oftalmoskop direk. Teknik pemeriksaan ini dipopulerkan
pada survei Rapid Assessment Cataract Surgical Services
(RACSS) yang dilakukan oleh WHO. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara melebarkan pupil dan melihat ke arah pupil
menggunakan oftalmoskop dengan jarak 50 cm dari pasien.
Lensa yang jernih akan memberikan gambaran reflek fundus
berupa warna oranye yang homogen. Lensa yang keruh sebagian
akan tampak sebagai bayangan gelap yang menutupi reflek
fundus.9
4) Pemeriksaan menggunakan slit lamp
Pemeriksaan menggunakan slit lamp biomikroskop pada
layanan spesialis mata dapat mengevaluasi tingkat dan letak
kekeruhan lensa dengan lebih detil. Kekeruhan lensa bisa
ditemukan pada nukleus, kortikal, anterior dan posterior polar
dan subkapsularis posterior. Jika fungsi retina masih baik maka
derajat kekeruhan berkorelasi positif dengan penurunan tajam
penglihatan.9
PENYAJIAN KASUS
3.2 Anamnesis
3.2.1 Keluhan Utama
Penglihatan buram pada mata kanan sejak 3 bulan yang lalu
3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Klinik Mata Ayani dengan keluhan penglihatan
buram pada mata kanan sejak 7 bulan yang lalu. Penglihatan buram
dialami secara perlahan-lahan, namun sejak 4 bulan terakhir
penglihatan semakin kabur yang disertai adanya pandangan seperti
diselubungi kabut. Pasien juga mengatakan adanya penglihatan yang
silau saat ditempat terang dibandingkan sebelumnya. Pasien memiliki
riwayat penggunaan kaca mata karena sebelumnya pasien dikatakan
memiliki rabun dekat pada kedua matanya sehingga sulit untuk
membaca. Namun beberapa bulan terakhir, pasien mengatakan mulai
merasa tidak nyaman dengan penggunaan kacamata saat sedang
membaca. Pasien menyangkal adanya penglihatan ganda. Pasien
menyangkal adanya bayangan gelap ditengah yang mengganggu
penglihatan serta nyeri saat menggerakan bola mata. Pasien
menyangkal adanya melihat gambaran seperti kilatan cahaya atau
pandangan yang melihat titik-titik hitam. Keluhan mata buram tidak
disertai nyeri, mata merah,kotoran mata, bekas trauma, nyeri kepala,
mual dan muntah. Keluhan menyebabkan aktivitas sehari-hari pasien
terganggu.
3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengamali keluhan yang sama pada mata kiri sejak 7 bulan
yang lalu namun sudah dilakukan tindakan operasi katarak dengan
teknik Fakoemulsifikasi dan pemasangan Intraocular Lens pada
tanggal 13 Oktober 2022 di Klinik Mata Ayani.
Kepala : Normocephal
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Pulmo
• Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Cor
• Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Abdomen
• Inspeksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Tajam Penglihatan
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
6/60 Visus 6/18
+ 3.00 Koreksi dan Addisi C – 1.50 x 75
Tetap Pinhole 6/7,5 F2
+ 2.50 Kacamata Lama + 2.75 C – 0.25 x 140
3. Tekanan Intraokular
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Palpasi kesannormal Tes Intraocular Palpasi kesannormal
Pressure dengan
Palpasi
4. Kedudukan Bola Mata
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Tidak ada Eksoftalmus Tidak ada
Tidak ada Endoftalmus Tidak ada
Tidak ada Deviasi Tidak ada
Baik ke semua arah, Gerak Bola Mata Baik ke semua arah,
tanpa hambatan tanpa hambatan
OD OS
6. Tes Lapang Pandang
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Dalam Batas Normal Tes Lapang Pandang Dalam Batas Normal
(Konfrontasi)
3.4 Resume
Ny. K, 68 tahun datang ke Klinik Mata Ayani dengan keluhan penglihatan
buram pada mata kanan sejak 7 bulan yang lalu. Penglihatan kabur dialami
secara perlahan-lahan, namun sejak 4 bulan terakhir penglihatan semakin
kabur yang disertai adanya pandangan seperti diselubungi kabut. Pasien juga
mengatakan adanya penglihatan yang silau saat ditempat terang dibandingkan
sebelumnya. Pasien merasa mulai tidak nyaman dengan kaca mata lamanya.
Pada pemeriksaan tajam penglihatan didapatkan visus OD adalah 6/60
dengan penglihatan tetap pada pemberian pinhole dan visus OS adalah 6/18
dengan penglihatan maju dengan pinhole, visus menjadi 6/7.5 F2. Adapun
pada hasil pemeriksaan segmen anterior OD tampak lensa keruh dan iris
shadow (+).Pada OS ditemukan lensa jernih, bagian dalam pupil berwarna
hitam dan terdapat pantulan cahaya pada pemeriksaan dengan senter/pen
light. Pada pemeriksaan fundus didapatkan refleks fundus pada OD menurun
dan pada OS (+). Pada palpebra superior OS didapatkan lesi melanosit
berbatas tegas, tidak disertai nyeri dan tidak mudah berdarah.
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
1. Ruan X, Liu Z, Luo L, Liu Y. Structure of the lens and its associations withthe
visual quality. BMJ Open Ophthalmology. 2020;5(1).
2. Nizami AA, Gulani AC. Cataract. [Updated 2021 Aug 1]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
3. Gupta VB, Rajagopala M, Ravishankar B. Etiopathogenesis of cataract: an
appraisal. Indian J Ophthalmol. 2014;62(2):103-110.
4. Jack J Kanski. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach 8th Edition,
Elsevier, Saunders Ltd. 2016
5. Astari P. Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi. CDK-269.
2018; 45(10):748-753.
6. Lim JC, Caballero Arredondo M, Braakhuis AJ, Donaldson PJ. Vitamin C and
the Lens: New Insights into Delaying the Onset of Cataract. Nutrients. 2020;
12(10):3142. https://doi.org/10.3390/nu12103142
7. American Academy of Ophthalmology. Cataract in the Adult Eye Preferred
Practice Pattern. San Francisco: AAO ; 2021
8. Sitorus Rita, Sitompul Ratna, Widyawati Syska, Bani Anna. Buku Ajar
Oftalmologi. Badan Penerbit Fkui, Jakarta. 2017.
9. KEMENKES RI No. HK.01.07/MENKES/557/2018 Tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Katarak Pada Dewasa